Anda di halaman 1dari 4

Annisa Rahmah Dian

Rohadatun Nisa
XII Mipa 6
Tajuk Republika: Magnet Baru Ibu Kota
Ide Pokok  Paragraf 1 : “Perencanaan untuk membangun ibu kota
baru terus dimatangkan.”
 Paragraf 2 : “Presiden Joko Widodo menyampaikan,
ada skema baru pola pendanaan yang bisa dilakukan.”
 Paragraf 3 : “Lahan yang disiapkan untuk ibu kota
baru ini berlokasi di Penajam Paser Utara dan Kutai
Kartanegara.”
 Paragraf 4 : “Dana guna membiayai pemindahan ibu
kota memerlukan Rp.466 triliun.”
 Paragraf 5 : “19 persen dari total kebutuhan
pemindahan ibu kota yang Rp 466 triliun itu akan
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).”
 Paragraf 6 : “Banyak BUMN yang sebenarnya
berminat membeli lahan dan mengelolanya.”
 Paragraf 7 : “Kekhawatiran yang bisa muncul
belakangan.”
 Paragraf 8 : “Akan dibentuknya semacam badan
otoritas yang mengurusi semua keperluan tersebut
terpenuhi.”
 Paragraf 9 : “Tanah yang dibeli harus dibangun dalam
jangka waktu dua tahun.”
 Paragraf 10 : “Badan otoritas inilah yang akan
membuat persyaratannya.”
 Paragraf 11 : “Badan otoritas mendefinisikan secara
perinci apa maksud lahan negara yang dijual kepada
swasta.”
 Paragraf 12 : “Kepastian hukum atas status lahan
berdampak pada seberapa besar minat masyarakat.”
 Paragraf 13 : “Hidup di ibu kota baru tanpa polusi dan
kemacetan.”
 Paragraf 14 : “Ibu kota baru harus memberi daya tarik
bagi masyarakat.”
Kalimat Utama  Paragraf 1 : “Perencanaan untuk membangun ibu kota
baru di Kalimantan Timur terus dimatangkan.”
 Paragraf 2 : “Saat bertemu dengan para pimpinan
media massa di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/9),
Presiden Joko Widodo menyampaikan, ada skema
baru pola pendanaan yang bisa dilakukan.”
 Paragraf 3 : “Sebagaimana perencanaan semula, lahan
yang disiapkan untuk ibu kota baru ini seluas 40 ribu
hektare yang disebut Presiden berlokasi di Penajam
Paser Utara dan Kutai Kartanegara.”
 Paragraf 4 : “Dana yang lebih dari cukup guna
membiayai pemindahan ibu kota yang disebut-sebut
memerlukan Rp 466 triliun.
 Paragraf 5 : “Dalam konsep awal, sekitar 19 persen
dari total kebutuhan pemindahan ibu kota yang Rp
466 triliun itu akan didanai dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).”
 Paragraf 6 : “Mengenai siapa yang dibolehkan
membeli lahan itu, Presiden mengungkapkan, banyak
BUMN yang sebenarnya berminat membeli lahan dan
mengelolanya.”
 Paragraf 7: “Dan kekhawatiran lainnya yang bisa
muncul belakangan.”
 Paragraf 8 : “Jokowi menepis keraguan itu dengan
mengungkapkan bakal dibentuknya semacam badan
otoritas yang mengurusi semua keperluan tersebut
terpenuhi.”
 Paragraf 9 : “Salah satu cara guna menghindarkan itu
terjadi adalah tanah yang dibeli harus dibangun dalam
jangka waktu dua tahun.”
 Paragraf 10 : “Nah, badan otoritas inilah yang akan
membuat persyaratannya, melengkapi hak dan
kewajiban pembelian dan penjualan lahan.”
 Paragraf 11 : “Badan otoritas yang akan dibentuk tadi
mesti mendefinisikan secara perinci apa maksud
lahan negara yang dijual kepada swasta.”
 Paragraf 12 : “Kepastian hukum atas status lahan jelas
berdampak pada seberapa besar minat masyarakat
nantinya untuk membeli.”
 Paragraf 13 : “Terbayang hidup di ibu kota baru tanpa
polusi dan kemacetan.”
 Paragraf 14 : “Ibu kota baru harus memberi daya tarik
bagi masyarakat untuk menggerakkan perekonomian
nasional.”
Kata Penunjuk  “Presiden meneyebut skema itu berupa penjualan
lahan negara di lokasi ibu kota baru kepada
masyarakat.”
 “Sepuluh ribu hektare di antaranya akan dibangun
sebagai wilayah ibu kota baru.”
 “Pola ini juga bisa meniadakan permainan harga.”
Makna Istilah  Skema (Kata benda), artinya: bagan; rangka;
kerangka (rancangan dan sebagainya); garis besar;
denah.
 Korporasi (Kata benda), artinya: badan usaha yang
sah; badan hukum.
 Spekulatif (Kata sifat), artinya: dengan pemikiran
dalam-dalam secara teori; bersifat spekulasi (untung-
untungan)
 Paripurna (Kata sifat), artinya: lengkap; penuh
lengkap.
 Agraria (Kata benda), artinya: urusan pertanian atau
tanah pertanian; urusan pemilikan tanah.
 Infrastruktur (Kata benda), artinya: prasarana.
 Mobilitas (Kata benda), artinya: kesiapsiagaan untuk
bergerak; gerakan berpindah-pindah.
 Moda (Kata benda), artinya: bentuk atau jenis
(tentang transportasi)
Kalimat Fakta  “Nah, badan otoritas inilah yang akan membuat
persyaratannya, melengkapi hak dan kewajiban
pembelian dan penjualan lahan.” (Paragraf 10,
kalimat 1)
 “Sebab, kita telah memiliki acuan UU No 5/1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.”
(Paragraf 10, kalimat 4)
Kalimat Opini  “Tahapan-tahapan pembangunannya sedang dikaji
secara detail, termasuk masalah pendanaan dan pola
kemitraannya.” (Paragraf 1, kalimat 2)
 “Jokowi memberi perumpamaan, jika per meter
persegi dilepas pada harga Rp 2 juta, pemerintah bisa
meraup dana dari penjualan lahan 30 ribu hektare itu
hingga Rp 600 triliun.” (Paragraf 4, kalimat 1)
 “Dalam konsep awal, sekitar 19 persen dari total
kebutuhan pemindahan ibu kota yang Rp 466 triliun
itu akan didanai dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).” (Paragraf 5, kalimat 1)
 “Mengenai siapa yang dibolehkan membeli lahan itu,
Presiden mengungkapkan, banyak BUMN yang
sebenarnya berminat membeli lahan dan
mengelolanya.” (Paragraf 6, kalimat 1)
 “Pembatasan ini diharapkan bisa menghindarkan
adanya aksi spekulatif.” (Paragraf 6, kalimat 4)
 “Jokowi menepis keraguan itu dengan
mengungkapkan bakal dibentuknya semacam badan
otoritas yang mengurusi semua keperluan tersebut
terpenuhi. Karena bukan tak mungkin, ada celah yang
bisa dimainkan sehingga pihak tertentu bisa
memborong sejumlah lahan untuk kepentingan bisnis
kelompoknya.” (Paragraf 8, kalimat 1-2)
 “Salah satu cara guna menghindarkan itu terjadi
adalah tanah yang dibeli harus dibangun dalam jangka
waktu dua tahun. Pola ini memungkinkan tidak ada
lahan yang menganggur usai dibeli pihak swasta. Pola
ini juga bisa meniadakan permainan harga.” (Paragraf
9, kalimat 1-3)
 “Kepastian hukum atas status lahan jelas berdampak
pada seberapa besar minat masyarakat nantinya untuk
membeli. Bila dilihat dari sisi konsep, ibu kota baru
itu benar-benar bisa menjadi impian untuk hunian dan
tempat tinggal.” (Paragraf 12, kalimat 1-2)
 “Namun, pemindahan ibu kota ini bukanlah sekadar
memindahkan kantor pemerintahan. Ibu kota baru ini
diharapkan bisa menjadi magnet baru tumbuhnya
pusat-pusat perekonomian. Kita tentu berharap,
magnet yang mewujud adalah gaya menarik, bukan
gaya menolak. Ibu kota baru harus memberi daya
tarik bagi masyarakat untuk menggerakkan
perekonomian nasional.” (Paragraf 14, kalimat 1-4)
Menentukan Isu Pemindahan ibu kota negara Indonesia.

Keberpihakan Penulis teks editorial ini lebih berpihak kepada pemerintah.

Simpulan Perencanaan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke


Kalimantan Timur harus terus dimatangkan dan memberi
daya tarik bagi masyarakat agar kedepannya, ibu kota baru
ini dapat menjadi magnet baru tumbuhnya pusat-pusat
perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai