Anda di halaman 1dari 17

ARSITEKTUR ISLAM: MASJID AGUNG KORDOBA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam

Dosen Pengampu : Alifiano Rezka Adi, S.T., M.Sc.

Disusun oleh:

Muhammad Priyaddin

(1904056004)

ILMU SENI DAN ARSITEKTUR ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkonstribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namaun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dri
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya yang lebih baik lagi.

Bima, 07 April 2020

Penysusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…..3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..…..4

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….………….…4


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...5
C. Tujuan Rumusan Masalah…………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….....6

A. Sejarah Mesjid Agung Kordoba……………………………………………..6


B. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Kordoba……………….………7
C. Detail Arsitektur Masjid Agung Kordoba.....................................................11

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………..16

A. Kesimpulan…………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehadiran arsitektur berawal dari manfaat dan kebutuhan-kebutuhan
sebuah bangunan untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, yang diekspresikan
oleh seorang arsitek melalui gambar kerja. Kebutuhan sebuah bangunan
akan ruang-ruang dalam lingkup interior maupun eksterior, bermula pada
sebuah kebutuhan dari pengguna bangunan (Fikriarini dkk., 2006: 7).
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan
manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang
berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan
Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang
kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam.
Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada
perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai
Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi
bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.
Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi
perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan.
Daerah perkembangannya meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa,
Afrika, hingga Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap daerah
berbeda dan mengalami penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta
kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang mempengaruhi
proses terbentuknya kebudayaan manusia.1
Salah satu contohnya adalah Masjid Agung Kordoba di Spanyol.
Kekayaan arsitektur islam disana sangat banyak dan unik, mulai dari kekayan
pada ukiran atau ornamen sampai bahan-bahan untuk membangun mesjd ini
sangatlah unik.Dari sinilah penulis ingin membahas lebih lanjut arsitektur di
Mesjid Agung Kordoba,.

1
Aulia Fikriarini, “Arsitektur Islam: Seni Ruang dalam Perdaban Islam”, el-Harakah. Vol.12,
No.3, 2010, Hlm. 196.

4
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah maka permasalahn dapat dirumuskan
menjadi beberapa pertanyaan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Masjid Agung Kordoba?
2. Apa saja perkembangan arsitektur Masjid Agung Kordoba dari masa ke
masa?
3. Bagaimana detail arsitektur Masjid Agung Kordoba?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Mengetahui sejarah Masjid Agung Kordoba
2. Mengetahui perkembangan arsitektur Masjid Agung Kordoba dari masa ke
masa
3. Mengetahui detail arsitektur Masjid Agung Kordoba

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masjid Agung Kordoba


Kordoba di tengah-tengah wilayah Andalusia (Spanyol tengah dan
selatan), sudah berupa sebuah kota kuno ketika dipilih menjadi pusat
pemerintahan Umayah sejak 756. Kota ini terletak pada dataran tinggi, di tepian
Sungai Guadalquivir, yang pada zaman muslim dapat dilayari dari laut. Di
Kordoba terdapat peninggalan zaman muslim-Spanyol termasyur, bekas masjid
agung, seperti lazimnya diberi nama sama dengan nama kota dimana berada.
Mesjid Agung Kordoba (Great Mosque of Cordoba) mula pertama dibangun
oleh Abdur Rahman I (756-788) pendiri Dinasti Umayah di Spanyol,
melengkapi kota selain sebagai pusat pemerintahan juga pusat kebudayaan
muslim.
Wilayah bagian selatan Spanyol cepat berkembang karena banyak koloni
pendatang dari Siria tertekan oleh kekuasaan Abbasiyah. Keadaan demikian
membuat tradisi arsitektur Umayah dari Siria, hidup dan berkembang di Spanyol
pada masa itu. Selama beberapa abad, masjid Damaskus menjadi model dan
ditiru dalam membangun masjid-mesjid di wilayah Maghreb dan di Spanyol,
bahkan lebih banyak dibanding di wilayah dominan muslim lainnya di seluruh
dunia2. Masjid Agung Kordoba adalah salah satu peninggalan sejarah
representative dari kecenderungan tersebut, merupakan bentuk pengulangan
arsitektur Mesjid Agung Damaskus. Membangun masjid pada lokasi dan
bangunan peninggalan Kristen sepert Masjid Agung Damaskus telah
dikemukakan didepan, diulang pada saat mendirikan Masjid Agung Kordoba.
Masjid Agung Kordoba, pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh
UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan
penting di dunia.3 Dalam sejarah masjid ini pernah diubah menjadi sebuah

2
Robert Hillenbrand, Islamic Art and Architecture, Thames and Hudson, London. 1999. Hlm. 171.
3
AWG97, Masjid Kordoba, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Kordoba (diakses pada 07 April 2020,
pukul 15.43 WITA)

6
katedral saat penguasa Spanyol menguasai kembali Cordoba pada 643 H/1236
M.4

B. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Kordoba


1. Tahap pembangunan Masjid Agung Kordoba oleh Abdur Rahman I
Pembangunan masjid dimulai pada 786 dan 787, ditepian Sungai
Guadalquivir diujung sebuah jembatan lengkung-lengkung sudah ada sejak
zaman Romawi. Denah atau Mesjid Agung Kordoba juga memakai bentuk
arsitektur klasik hypostyle seperti pada kebanyakan masjid-masjid jaman
sebelumnya. Mula pertama pada masa Abdur Rahman I, bentuknya segi
empat panjang melebar, sisi terpanjang tidak kurang dari 80 m tegak-lurus
dengan kiblat, sisi pendek sekitar 40 m, terdiri dari dua belas deretan kolom
dan sebelas lajur. Selain didepan melalui pintu gerbang utama, pada sisi-sisi
kiri dan kanan atau utara timur dan selatan barat terdapat pintu masuk.
Konsruksi penutup dari haram berupa deretab sebelas atap pelana (atap
bersisi miring dua), hubungannya membujur sejajar arah kiblat. Konstruksi
atap Mesjid Damaskus juga demikian, namun arah nok melintang tegak lurus
kiblat dan hanya tiga deret.
Masjid-mesjid berorak hypostyle telah diuraikan didepan, didalam
haram selalu penuh dengan kolo dan balok ada yang menggunakan
pelengkung dengan sedikit ornamen. Pada Mesjid Kordoba Konsep
hypostyle dikembangkan secara lebih dramastis dengan pelengkung-
pelengkung majemuk, bertumpuk dan bersilang satu dengan lain, dihiasi
ramai dengan corak dekorasi Mesir, arabesque dan khaligrafi. Sebagian
dekorasi menggunakan stucc. Pelengkung-pelengkung bertumpu pada
kolom-kolom berbentuk silindris dari marmer model Corinthian, di mana
terlihat jelas adanya unsur Eropa-Romawi. Kolom mendominasi ruaang
haram yang luas, pada saat awal hanya ada 110 buah kolom.
Masjid Agung Kordoba mempunyai sahn dikelilingi oleh riwaq dan
iwan-gerbang membentuk denah U. bentuk ini merupakan ciri khas dari
arsitektur hypostyle, tidak berbeda dengan berbagai masjid telah dibahas di
depan. Shan dari masjid diperluas empat kali pada masa pemerintahan

4
Ahmad Rofi’ Usmani, Jejak-jejak Islam, (Jakarta Selatan: PT Bentang Pustaka, 2015), Hlm. 98.

7
berbeda ini bentuknya segi empat panjang cukup luas. Sisi terpanjang
melebar tegak lurus arah kiblat 180 m, sisi terpendek sejajar arah kiblat 40
m. pintu gerbang utama Masjid Agung Kordoba mulanya di tengah dalam
satu sumbu, bila ditarik garis dari mihrab. Di barat-utara atau sisi kanan
pintu masuk utama terdapat minaret.

2. Perluasan Mesjid Agung Kordoba oleh Abdur Rahman II


Pada masa Abdur Rahman II (822-852) dalam zaman Keamiran
Umayah di Spanyol, haram mengalami perluasan kea rah kiblat atau selatan-
timur. Lebarnya tetap sama, perluasan hanya menyambung bangunan sudah
ada, sekitar 30 m ke depan (arah kiblat). Konstruksi atap kelihatannya tidak
menjadi masalah dalam perluasan ini karena bentuknya yang terdiri dari dua
sisi miring, tinggal menyambung saja. Perluasan juga pada shan,
diperpanjang dari sekitar 40 m menjadi 60 m ke arah berlawanan dengan
kiblat atau utara-barat, sehingga dinding pagar depan dan minaret dibongkar.
Sebagai gantinya, dibuat dinding dan menara baru lebih besar dan lebih
tinggi. Selain bagian-bagian yang terpaksa bongkar seperti misalnya dinding
samping, bagian lama antara lain kolom dengan pelengkung-pelengkungnya
tidak di ubah, bahlan bagian baru dari perluasan bentuknya disesuaikan
dengan yang lama dan baru. Perluasan pertama tidak merombak bagian lama
ini, tetap menggunakan prinsip masjid hypostyle, menambahkan kolom
sejumlah 70 buah, sehingga pada saat itu jumlahnya menjadi 180 buah
kolom.

3. Perluasan kedua Mesjid Agung Kordoba oleh Al Hakam II


Masjid kembali diperluas pada 961 masa Al Hakam II (961-976)
penguasa II dari kekhalifahan Umayah di Spanyol. Perluasan ini juga maju
kearah kiblat hingga 50 m, dengan lebar tetap. Seperti penambahan pertama,
bagian lama tidak diubah, tetapi yang baru menyusuaikan bentuk
sebelumnya. Pada saat itu sebagai akibat dari konsep hypostyle dengan
haram cukup luas maka terdapat penambahan sebanyak 110 buah kolom,
hingga menjadi 290 kolom. Selain haram dengan kolom-kolom dan

8
pelengkung, bagian penambahan baru yang penting adalah

mihrab dan didepannya ada tiga buah kubah satu ditengah terbesar diapit
kembar kiri kanan yang lebih kecil. Ada kemungkinan dalam hal ini, yang
berbentuk kubah hanyalah bagian dalam saja, sedangkan diluar bentuk
atapnya kerucut.
Perluasan kedua ini menyebabkan bagian-bagian haram di tengah
gelap, tidak cukup mendapatkan cahaya alami, karena jauh dari jendela di
sisi-sisinya. Oleh karena itu kubah dengan jendela-jendela ata, berfungsi
selain menandai adanya maqsura bagian dalam masjid untuk raja, kerabat
dan orang-orang dekatnya, juga untuk mengatasi gelapnya ruang ditengah.
Konstruksi mihrab, cukup unik terdiri dari blok susunan batu massif sangat
tebal tidak kurang dari 10x10 m2, kemudian di dalamnya dibuat ceruk.
Maqsura, mihrab dan kubah penambahan penting dalam tahap ini, hingga
sekarang masih ada, karena sudah tidak diperpanjang kearah kiblat lagi
semenjak itu. Bagian sekitar mihrab lebih mewah dan terang disbanding
bagian lainnya karena adanya kubah dengan jendela di atas. Kubah, mihrab
dan bagian-bagiannya juga penuh dengan hiasan seperti bagian lain dengan
bermozaik berpola arabesque, kaligrafi, juga bentuk floral, disini berwarna
keemasan berkaitan dengan fungsinya sebagai bagian dari kerjaan. Untuk
membuat mihrab dari Masjid Agung Kordoba pada tahap perluadan kedua

9
ini, didatangkan pengrajin-pengrajin dan bahan-bahan dari Konstatinopel
karen seni dari pan-Mediterranean5 sangat terkenal keindahannya.

4. Perluasan ketiga Mesjid Agung Kordoba oleh Al-Mansyur


Perluasan ketiga dilaksanakan oleh Al-Mansyur salah seorang mentri
dari Hisyam II (976-1009) pada 978 hingga 979. Waktu itu ketika
dinobatkan menjadi raja Hisyam II masih berusia duabelas tahun, sehingga
pengaturan segala sesuatunya dilaksanakan oleh para pejabat kerajaan. Dari
segi penambahan luas ruang baik haram maupun shan, tahap inilah yang
terbesar. Penambahan luas sebelumnya maju kearah kiblat, membuat ujung
masjid sudah berada pada tepian sungai, oleh karenanya penambahan kearah
itu sudah tidak memungkinkan lagi. Peluasan ketiga ini mengambil tempat
di sisi utara-timur. Pintu dan dinding pada sisi iini, sebagian di buka dan
dibongkar, agar haram baru menyambung dengan bagian lama. Pada arah
samping atau sisi utara-timur tersebut, ditambah lebih kurang 50 m kea rah
belakang berlawanan dengan arah kiblat atau utara barat sepanjang sisi
sudah ada sebelumnya sekitar 120 m. shan juga diperpanjang kebelakang
(berlawanan arah kiblat) sekitar 60 m, sehingga dindingnya, menyambung
dengan dinding yang sudah ada sebelumnya. Konstruksi atap pada
pelebaran pertama dan kedua tinggal menyambung atap pelana kedepan,
perluasan tahap ketiga ini menambah kesamping sebanyak delapan deret
atap pelana. Masing-masing sepanjang sisi yang ada, sekitar 120 m. Adanya
perluasan ini, maka pintu masuk utama dan mihrab menjadi tidak ditengah
dan secara keseluruhan tidak simetris lagi. Seperti sebelumnya, perluasan
tahao ketiga ini tidak merubah bagian lama, tetapi bentuk baru
menyusuaikan dengan yang lama. Karena sangat luas dan tetap
menggunakan bentuk hypostyle maka dibuat sebanyak 224 kolom baru
hingga pada saat itu jumlah kolom menjadi 514 buah, belum termasuk
pilaster-pilasternya.
Sangat luasnya haram Masjid Agung Kordoba menimbulkan
masalah dari segi pencahayaan alami. Jendela dan beberapa bukaan di atas
kurang memadai, maka untuk penerangan buatan 356 buah lampu minyak,

5
Robert Hillenbrand, Islamic Art and Architecture, Thames and Hudson, London. 1999. Hlm. 172.

10
selain pula sebagai hiasan ruang dalam. Lampu sejumlah itupun hanya
sedikit mengurangi ketertutupan haram yang kecuali sangat luas juga
atapnya relatif rendah.
Minaret juga tidak berbeda dengan yang ada di Masjid Agung
Damaskus, denahnya bujur sangkar, meruncing ke atas. Menurut
Hillenbrand dalam bukunya Islamic Art and Architecture6, adanya minaret
menjulung vertical ke atas adalah unsur klasik Kristen-Gotik merupakan
perpaduan yang kontras dengan bentuk horisontalisme hypostyle yang serba
datar. Unsur arsitektur muslim Afrika Utara terlihat pada denah minaret segi
empat bujur sangkar, bertumpuk makin ke atas makin kecil.
Dari segi lokasi atau tata-letak lingkungan Masjid Agung Kordoba
tidak berbeda dengan Masjid Agung Damaskus, yaitu pada lingkungan
permukiman padat. Dengan situasi semacam ini minaret selain berfungsi
untuk adzan juga sebagi tanda (landmark) dan simbol keberadaan masjid,
sehingga mudah dilihat dari segala arah, meskipun dalam lingkungan padat.

C. Detail Arsitektur Masjid Agung Kordoba


1. Denah Perkembangan Masjid Agung Kordoba

6
Ibid. Hlm. 170.

11
Masjid Agung (Great Mosque) Kordoba, denah hasil perluasan terakhir
(saat ini) (kiri).
Legenda:
a) Ruang sembahyang jaman Abdur Rahman I (786 H)
b) Perluasan oleh Abdur Rahman II (832 H)
c) Perluasan jaman al-Hakam II
d) Maqsura dan mihrab (987 H)
e) Perluasan oleh Al-Mansyur (salah seorang mentri dari Hisyam II)
f) Halaman agung (Great Courtyard).
g) Minaret. a-a-a-a. Katedral ditengah bekas masjid.7

2. Denah potongan melintang (b-b) dari maqsuraI dan mihrab dibangun pada
masa al-Hakam II

7
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Masjid, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006). Hlm. 214.

12
3. Masjid Agung Kordoba pelengkung-pelengkung pada maqsura, mihrab,
berhias keramik dan marmer dibangun pada perluasan jaman al-Hakam II
(987 H)8

4. Pandangan mata-burung dari arah utara-timur, berlatar belakang Jembatan


Romawi melintas Sungai Guadalquivir
5. Masjid Agung Kordoba (786 H – 787 H/ 830an H/961-5/978-979 H) di
Spanyol. Ruang sembahyang utama, beberapa kolom diantara tidak kurang
dari 600 kolom yang ada dengan pelengkung tapal kuda majemuk
bertumpuk.

8
Ibid. Hlm. 215.

13
6. Ceruk pada kubah dengan pola iga (ribs-system)
7. Kubah atau copula didepan mihrab dengan dokrasi arabic-geometric
berwarna emas, dibangun untuk al-Hakam II dengan mozaik dari
Konstatinopel.

8. Sebagian wajah sisi barat dengan pintu masuk samping.

14
9. Mesjid Agung Kordoba Perspektif aksonometris (mata-cacing) bangunan
dengan 600 kolom dari Masjid Agung Kordoba, terlihat pula letak katedral
dibangun oleh Charles V, bercorak arsitektur Reneissance ditenga-tengah
ruang dahulu merupakan haram atau ruang sembahyang utama.9

9
Ibid. Hlm. 217.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mesjid Agung Kordoba (Great Mosque of Cordoba) mula pertama
dibangun oleh Abdur Rahman I (756-788) pendiri Dinasti Umayah di Spanyol,
melengkapi kota selain sebagai pusat pemerintahan juga pusat kebudayaan
muslim.
Masjid Agung Kordoba dari mula pertama dibangun hingga menjadi
salah satu masjid terbesar didunia, telah mengalami tiga kali perluasan dala masa
sekita tiga abad yaitu pada masa Abdur Rahman II, Al-Hakam II, Al-Mansyur
salh seorang menteri dari Hisyam II.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofi’ Usmani, Jejak-jejak Islam, (Jakarta Selatan: PT Bentang Pustaka,


2015).
Aulia Fikriarini, “Arsitektur Islam: Seni Ruang dalam Perdaban Islam”, el-
Harakah. Vol.12, No.3, 2010.
AWG97, Masjid Kordoba, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Kordoba
(diakses pada 07 April 2020, pukul 15.43 WITA)
Robert Hillenbrand, Islamic Art and Architecture, Thames and Hudson, London.
1999.
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Masjid,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006).

17

Anda mungkin juga menyukai