Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu memahami prinsip analisa gravimetri
2. Mampu melakukan penetapan kadar klorida dalam sampel dengan metode
gravimetri

1.2 Dasar teori


1.2.1 Analisa Gravimetri
Gravimetri yaitu metode analisa kuantitatif yang tahap utamanya
dengan penimbangan. Istilah gravimetri juga digunakan dalam ilmu kimia
untuk menggambarkan suatu kelas prosedur analitis. Analisa gravimetri
dapat diartikan sabagai 1 set metode dalam kimia organik untuk penentuan
secara kuantitatif dari suatu analit berdasarkan pada massa suatu padat.
Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran
berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari
semua contoh maupun solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang
secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan. Suatu
metode analisa gravimetri biasanya berdasarkan reaksi kimia seperti :
aA + rR  AaRr
Dimana kententuan a adalah molekul analit A, bereaksi dengan r
molekul pereaksi R, hasil AaRr biasanya merupakan suatu substansi yang
sedikit larut yang bisa ditimbang secara pengeringan, atau yang bisa dibakar
menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui , untuk kemudian
ditimbang.. Suatu pereaksi R biasanya ditambahkan berlebih untuk menekan
kelarutan endapan dan agar analit mengendap semua.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri itu
berhasil :
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas
analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat di deteksi

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 1


(biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menetapkan penyusun utama
dari suatu makro )
2. Zat yang ditimbang hendaknnya mempunyai susunan yang pasti
dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Apabila tidak,
akan diperoleh hasil yang galat.
Dalam analisa gravimetri pembentukan endapan yang sangat murni
dan dapat disaring itulah yang merupakan problema utama. Pendalaman
masalah ini dapat diperoleh melalui studi laju pengendapan diaman
partikel – partikel berubah menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar
untuk memisah dari larutan tersebut sebagai endapan
(Underwood,dkk:1998)

1.1.1 Klasififikasi Metode Volumetri


Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam
empat kategori sebagai:
a) Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat
maupun lemah
b) Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi
oksidasi reduksi.Bagian besar titrasi terliput oleh dua kategori ini.
c) Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan
endapan, seperti titrasi Ag atau Zn dengan K 4Fe(CN4) dengan
indikator pengadsorpsi.
d) Titrasi Kompleksiometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA
seperti titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat
perbedaan pH pada pengompleksan.(Khopkar:1990)
1.1.2 Persyaratan untuk reaksi yang digunakan dalam analisa volumetri
Dari reaksi-reaksi yang sangat banyak dan terkenal, relatif sedikit
dapat digunakan sebagai dasar titrasi. Suatu reaksi harus memenuhi
persyaratan tertentu sebelum dapat digunakan :
a) Reaksi harus dapat berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia
tertentu. Harus tidak ada reaksi samping.

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 2


b) Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada
titik ekuivalen. Atau dapat dikatakan tetapan keseimbangan
reaksi harus sangat besar
c) Beberapa cara harus tersedia untuk menentukan apabila titik
ekuivalen dicapai. Suatu indikator harus ada atau beberapa cara
instrumental dapat digunakan untuk mengatakan kepada analis
harus berhenti dengan penambahan titran.
d) Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat,sehingga titran
dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.
(Underwood:1980)
1.1.3 Standarisasi
Standarisasi larutan adalah proses menentukan konsentrasi
sebenarnya dari suatu larutan standar sekunder, dimana larutan konsentrasi
larutan standar sekunder masih dapat berubah karena pengaruh
lingkungan.
Cara ini harus dilakukan karena jumlah pereaksi kimia yang
diperoleh dengan keadaan yang sangat murni jumlahnya relatif terbatas.
(Underwood:1980)
1.1.4 Larutan Standar Primer
standar primer, yaitu zat yang tersedia dalam komposisi kimia
yang jelas dan murni. Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi titrasi
dan tidak melakukan reaksi sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi
ditempat terbuka (atmosfer). Garam terhidrat tidak baik untuk melakukan
standar primer. Berat ekuivalennya sebaiknya besar , untuk menghindari
kesalahan akibat penimbangan. Bila suatu asam atau basa sebaiknya
mempunyai tetapan ionisasi yang besar standar primer yang digunakan
titrasi volumetri adalah:
a) Asam : C6H4 (COOK) (COOH), KHpthalat,C6H5COOH,
HCl,H2SO4, SO2(NH2)OH,KHIO3
b) Basa : Na2CO3, MgO dan Na2B4O7
c) Oksidator :K2Cr2O7, (NH4)2 Ce(NO3)6,KBrO3,KIO3,
KH(IO3)2,I2

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 3


d) Reduktor : Na 2C2 O4,Fe(N2H4N2H6)(SO4)2 4H2Ofe,
K4Fe(CN)6
e) Lain-lain : NaCl,KCl. (Khopkar:2010)
1.1.5 larutan standar sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui


dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi
larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer biasanya melalui metode (Titrimetri. Misalnya Na 2S 2O3 dan I2)

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

1. Derajat kemurniaan lebih rendah dari pada larutan baku primer


2. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi untuk perkecil kesalahan
penimbangan
3. Larutannya relatis stabil dalam penimpanan
1.1.6 TITRASI REDUKTOMETRI (IODIMETRI DAN IODOMETRI)

Titrasi reduktometri adalah peniteran dengan menggunakan


larutan standar iod (iodimetri) atau ion dengan tio (iodometri). Zat – zat
yang bersifat pereduksi, dapat langsung dititer dengan iod.
H2SO3 + I2 + H2O  -->   H2SO4 + 2HI
Zat - zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam membebaskan iod
dari KI.
2FeCl3 + 2KI  --> 2FeCl2 + 2KCl + I2
Kemudian iod yang terbentuk dititer dengan tio.
I2 + 2Na2S2O3  -->  2NaI + Na2S4O6
Kelebihan iod menyebabkan larutan menjadi berwarna kuning, akan tetapi
selalu digunakan larutan kanji sebagai penunjuk. Kanji dengan iod akan
menghasilkan warna biru. Pada peniteran iod dengan larutan tio, larutan
kanji ditambahkan bila sebagian besar iod telah bereaksi (warna cokelat
telah berubah menjadi kuning). Dengan demikian, penambahan tio dari
permulaan peniteran hingga akhir hendaknya dilakukan tetes demi tetes.

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 4


Berdasarkan persamaan – persamaan reaksi di atas, bobot setara iod dan
tio adalah sebagai berikut :
2Na2S2O3      = I2  = 2H
1 gst iod       =  0,5 gmol
1 gst tio        = 1 gmol
Karena semua senyawaan iod mahal, maka segala cairan bekas
peniteran harus dikumpulkan dalam botol “sisa – sisa iod”
(diodewananda.blogspot.30/01/18/)

1.1.7 VITAMIN C
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam
makanan dalam jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk
fungsi metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan
lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah Vitamin A, D, E, dan K
dan yang larut di dalam air adalah vitamin B dan C. Vitamin C adalah
Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang disebut juga
sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin
C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama
apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi
cukup stabil dalam larutan asam.
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya
leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di
saluran cerna melalui transpor aktif.
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan
monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa
dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat
dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan
L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-
asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila
bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali.

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 5


Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara
difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui
vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-
120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak
16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi
tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C
di ekskresikan terutama melalui urin, sebagian kecil di dalam tinja dan
sebagian kecil di ekskresikan melaului kulit (Yuniastuti, 2008). Tubuh
dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai
100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-
tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda
klinik antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit.
Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui apabila kadar
vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama,
fungsi vitamin C adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C
mempunyai kaitan yang sangat penting dalam pembentukan kolagen.
Karena vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam pembentukan
kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi
integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan,
matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan
demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan
dalam penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan
perdarahan gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil
hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan
hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka
serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan
lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan
kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi.
Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin
C mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 6


mudah untuk diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan
hemosiderin yang sulit dibebaskan oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi
besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat apabila terdapat
vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin C
berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Pauling
(1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya Vitamin C and the
common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin
C dapat mencegah dan menyembuhkan serangan flu.
(diodewananda.blogspot.30/01/18/)
1.1.8 URAIAN BAHAN
1. Kalium Dikromat K2Cr2O7

Kalium Dikromat K2Cr2O7 merupakan pereaksi oksidasi cukup


kuat, potensial standar dari reaksi:
Cr2O72- + 14H+ + 6e ↔ 2Cr3+ + 7H2O

adalah + 1.33 V. Akan tetapi Kalium Dikromat tidak sekuat Kalium


Permanganat, kelebihan dari Kalium Dikromat yaitu tidak mahal dan
sangat stabil dalam larutan dan dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni
untuk pembuatan larutan standar dengan menimbang langsung. Sering
digunakan dalam standar primer untuk larutan Natrium Tiosulfat.
(Underwood:1980)

2. Sistem redoks iodium (tri iodida)- iodida)

I- + 2e ↔ 3 I-
Mempunyai potensial standar +0.54 V . Iodium karenanya
merupakan pereaksi oksidasi jauh lebih lemah dari pada kalium
permanganat,senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Sebaliknya ion
Iodida merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses
analitik iodium digunakan sebagai reaksi oksidasi (iodimetri) dan ion
iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). (Underwood:1980)

Sifat-Sifat Iodium berdasarkan sifat fisik Iodium adalah padatan


hitam-ungu gelap. Iodium adalah unsur Nonlogam, sehingga memiliki
sifat seperti non-logam lain yaitu konduktor panas yang buruk, konduktor

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 7


listrik yang buruk, kepadatan rendah, serta titik lebur dan titik didih yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan logam.Iodium ini menguap saat
dipanaskan, menghasilkan uap ungu terang.Iodium tidak larut dalam air,
tapi larut dalam larutan iodida. Iodium juga mudah larut dalam pelarut
organik. Sedangkan sifat iodium berdasarkan sifat kimia Iodium juga
merupakan unsur halogen. Karena itu, Iodium sangat reaktif, cenderung
bergabung dengan elemen lain untuk menghasilkan senyawa. Hal ini
disebabkan karena halogen kekurangan hanya satu elektron dalam susunan
atomnya. Meski demikian, dibanding halogen lain seperti florin dan klorin,
iodium kurang reaktif. Iodium adalah zat pengoksidasi, meski tidak sekuat
bromin atau klorin, Iodium bereaksi dengan hidrogen sulfida atau hidrazin
untuk membuat asam hidriodik . Senyawa Iodium disebut iodat. Iodat
dengan Iodium sebagai ion I- disebut iodida. Iodida biasanya tidak
berwarna tapi menjadi kuning setelah berada di udara karena iodida
dioksidasi menjadi Iodium. Kalium iodida (KI) adalah salah satu iodida
yang paling umum.

Larutan I2 memiliki beberapa kekurangan diantarnya yaitu larutan


I2 mudah menguap, larutan I2 sangat mudah terurai oleh cahaya matahari
sehingga konsentrasi dari larutan I2 ini tidak stabil dan perlu dilakukan
standarisasi selain itu juga preparasi contoh harus dilakukan dilakukan
terlebih dahulu untuk mengurangi penguapan dan penguraian larutan I 2
saat preparasi.

3. Indikator Kanji

Warna larutan 0.1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium


dapat bekerja sebagai indikator sendiri. Iodum juga memberi warna ungu
atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon
tetraklorida atau khlorofrom dan kadang kadang hal ini digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks
kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat pekat terhadap iodium.
Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam
larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
(Underwood:1980)

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 8


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat
- Gelas kimia - Erlenmeyer 250 ml
- Gelas ukur - Oven
- Batang Pengaduk - Pipet volum
- Botol Semprot - Magnetik Stirer
- Corong Kaca - Neraca Digital
- Spatula - Bulp
- Pipet Tetes - Kertas Saring No.42
- Kondensor - Kaca Arloji

2.2 Bahan
- Larutan HNO3
- Hablur NaCl
- Larutan AgNO3
- Aquadest

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1 Cara Menggunakan Oven
1. Menghubungkan steker ke stop kontak
2. Menyalakan oven dengan Menekan Tombol On/Off pada oven
( tombol bentuk lingkaran besar)
3. Tekan Setting kemudian putar tombol On/Off pada oven ( tombol
bentuk lingkaran besar) ke arah kanan untuk Mengatur Suhu agar
sesuai dengan temperatur yang diperlukan.
2.3.2 Penentuan Kadar Klorida

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 9


1. Menimbang 30.4 mg padatan NaCl (sampel),Kemudian melarutkan
dalam 100 ml aquadest dan diaduk dengan magnetik stirer
Mencatat titik akhir titrasi
2. Menambahkan 1 ml HNO3 6 N, kemudian larutan diaduk kembali
3. Menambahkan larutan AgNO3 0.1N sebanyak 15ml
4. Memanaskan larutan (tidak sampai mendidih) sambil menganduk
selama 5 menit
5. Mendiamkan selama 2-3 menit sampai terjadi pemiksahan
endapan, tambahkan 2-3 tetes larutan AgNo3
6. Menyaring laruatan tersebut dengan menggunakan kertas saring
whatman ukuran No.42 yang telah dioven dan diketahui bobotnya
terlebih dahulu
7. Mencuci endapan dengan menggunakan asam nitrat encer dan
aquades
8. Kemudian mengeringkan endapan dengan oven pada suhu 110˚C
selama 1 jam
9. Mendinginkan endapan selam 30 menit kemudian menimbang
endapan yang diperoleh hingga diperoleh berat konstan
10. Menghitung kadar klorida dalam endapan AgCl.

2.3.3 Mematikan Oven


1. Tekan tombol setting
2. .Putar tombol On/Off pada oven ( tombol bentuk lingkaran besar)
ke arah kiri sampai dengan suhu 40˚C pada oven
3. Setelah oven pada subhu 40˚C tekan tombol On/Off pada oven
( tombol bentuk lingkaran besar)

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 10


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan

No Sampel Keterangan
1. Massa NaCl 30.4 mg
2. Larutan NaCl + AgNo3 0.1N Terbentuk endapan pada larutan
NaCl+AgNo3 ↔ AgCl ↓ +NaNO3
(endapan putih)
3 Larutan NaCl + AgNo3 0.1N Terbentuk Endapan AgCl yang
(dipanaskan) semakin banyak
4 Larutan NaCl + AgNo3 0.1N Tidak terbentuk penambahan
(didiamkan) endapan baru
5. Larutan NaCl + AgNo3 0.1N Tidak terbentuk penambahan
(didiamkan) + ditetesi AgNo3 endapan baru
0.1N
6. endapan setelah dioven Endapan menjadi abu dan berwarna
biru

3.2 Pembahasan

Percobaan kali ini, melakukan penentuan kadar klorida dalam sampel


dengan metode gravimetri dan untuk memahami prinsip analisa gravimetri.

Gravimetri adalah metode analisa kimia kuantitatif yang tahapan utamanya


dilakukan dengan pengukuran berat. Pada percobaan penetapan kadar klorida
dalam garam dapur dengan metode analisa garavimetri.

Tahap kerja dari proses ini langkah pertama yaitu penimbangan sampel
(NaCl) yang berfungsi untuk menghitung berat NaCl yang akan dipakai,
setelah penimbangan sampel dilarutkan dengan aquades, pelarutan bertujuan
agar analit uyang ingin kita ambil/endapkan tidak tercampur dengan analit
yang lain (analit yang tidak dibutuhkan) agar endapan tersebut murni apayang

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 11


kita cari pada proses pelarutan NaCl terurai menjadi Na+ dan Cl-,kemudian
larutan NaCl ditambahkan AgNo3 sehingga terbentuk endapan AgCl

NaCl + AgNO3 ↔ AgCl + NaNO3


Proses pengendapan biasanya dilakukan pada konsentrasi yang encer dan
reagen AgNO3 ditambahkan secara berlebihan agar semua Cl dapat mengendap
sebagai AgCl.

https://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/gravimetri/

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 12


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan Normalitas Natrium Tiosulfat


(Na2SO4 )sebesar 0.0997 N
2. Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan Normalitas Iod sebesar 0.0976 N
3. Berdasarkan hasil Percobaan penetapan Kadar vitamin C (vitacimin) didapatkan
sebesar 25.80%,kadar yang didapatkan dari hasil percobaan lebih besar
dibandingkan kadar yang tertera pada kemasan yaitu sebesar 24.59%.

4.2 Saran

1. Sebaiknya saat melakukan titrasi, praktikan benar – benar memperhatikan


penambahan larutan peniter agar titik akhir tercapai dengan akurat dan
kelebihan peniter tidak terlalu banyak.
2. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memastikan bahwa
kondisi alat benar – benar bersih dan siap digunakan untuk memperkecil
faktor kesalahan praktikum.

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 13


DAFTAR PUSTAKA

diodewananda.blogspot.2016/12. LAPORAN-PENENTUAN-KADAR-VITAMIN-C.
(30/01/20018)

Khopkar,S.M.Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh : Saptoharjo,


A. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS)

Underwood ,A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke Empat.


Diterjemahkan oleh W. Widaningsih,B.A.,Drs.R.Soendoro dan Dra. Sri
Rahadjeng S..Surabaya: Penerbit Erlangga.

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 14


Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 15
PERHITUNGAN

A. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3 )

Dik : Massa K2Cr2O7 = 0.5 gr × 1000mg/gr=500mg


Vpengencer 100 ml
fp= = =4
Vsampel 25 ml

V 1tio+V 2 tio 25.60 ml+25.60 ml


Vtio= = =25.60 ml
2 2

BE K2Cr2O7 = 49

Dit : Normalitas larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3 ) ?

mg K 2Cr 2O 7
Jawab : Ntio=
fp ×Vtio × BE K 2 Cr 2 O7

500 mg
¿
4 × 25.60 ml ×49

500 mg
¿
5017.6 ml

¿ 0.0997 N

B. Standarisasi Iod
Dik : Vthio = 25ml
Nthio= 0.0997 N
V 1+ V 2
V iod=
2
25.7 ml+25.4 ml
¿ =25.55 ml
2
Dit : Niod = ?
Jawab: Niod × V iod = Nthio× Vthio
Nthio ×Vthio
Niod=
V iod
0.0997 N × 25 ml
¿
25.55 ml
2∙ 4925 Nml
¿
25 ∙ 55 ml
¿ 0 ∙ 0976 N
C. Penentuan Kadar vitamin C (vitacimin)

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 16


 Kadar pada vitamin C pada vitacimin pada kemasan
Dik : mg Vitacimin = 500mg
Massa Vitacimin = 2.0338 gr
Dik : kadar Vitacimin = ?
500mg
Jawab : Kadar Vitamin C ¿ ×100 %
2033.8 mg
¿ 0 ∙ 24585× 100 %
¿ 24 ∙ 585 %=24 ∙59 %
 Kadar Vitamin C pada vitacimin hasil percobaan
Vpengencer 100 ml
Dik : Fp= = =4
Vsampel 25 ml
V 1+ V 2 9 ∙1 ml+ 9 ml
V iod= = =9∙ 05 ml
2 2
Niod = 0.0976 N
BM 176 g /mol
Bst Asama Askorbat = = =88 g/mol
e 2
Mg contoh = 1.2050gr = 1205mgr
Dit : Kadar Vitamin C percobaan = ?
fp × ml iod × Niod × Bst
Jawab :Kadar Vitamin C ¿
mg contoh
gr
4 × 9 ∙05 ml × 0 ∙0976 N × 88
mol
¿
1205 mgr
310∙ 915 mgr
¿ ×100 %
1205 mgr
¿ 0 ∙ 2508× 100 %

¿ 25.80 %

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 17


GAMBAR ALAT

Gelas Batang Erlenmeyer

Botol Buret
Labu Ukur

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 18


Gelas Ukur

Laporan Praktikum Analitik Klasik “Penentuan Kadar Vitamin C” | 19

Anda mungkin juga menyukai