Anda di halaman 1dari 12

Ada Engels Di Balik Marx: Riwayat Hidup Friedrich Engels

indoprogress.com/2013/12/ada-engels-di-balik-marx-riwayat-hidup-friedrich-engels/

Ada Engels Di Balik Marx: Riwayat Hidup Friedrich Engels 17 December 2013 Dede Mulyanto Left Book
Review
December 17,
2013

Judul Buku: Engels, a revolutionary life


Penulis: John Green
Penerbit: Artery Publication
Tahun terbit: 2009

SEJAUH ini, jika kita bicara Engels, maka yang segera


muncul di kepala adalah ia adalah kawannya Marx. Kawan
setia sepenanggungan, yang pertemanan keduanya tidak
saja mengagumkan tapi juga menggetarkan dan
mengubah dunia. Tapi siapa sebenarnya Engels, dan
bagaimana peranannya dalam gerakan sosialisme
internasional, publik Indonesia tak banyak tahu.

Dalam penelusuran saya, sebetulnya sudah puluhan


biografi diterbitkan sejak wafatnya Engels pada 5 Agustus
1895. Karl Kautsky pernah menulis riwayat ringkas Engels
di penghujung abad ke-19. Lalu Lenin juga menulis riwayat singkatnya di awal abad ke-20.
Biografi Engels paling lengkap pertama kali ditulis seorang ahli sejarah Jerman, Gustav
Meyer pada 1920-an. Biografi dua jilid ini ditulis dalam Bahasa Jerman. Edisi ringkas
terjemahan Inggrisnya diterbitkan pada 1934, setahun setelah Meyer berhasil ke London
melarikan diri dari kejaran NAZI. Setelah karya Meyer terbit, hampir setiap satu dasawarsa
diterbitkan satu biografi Engels dalam berbagai bahasa. Setidaknya, ada dua jenis biografi
Engels yang pernah dituliskan, yakni riwayat hidup dan biografi kritis. Jenis pertama
umumnya hanya menggambarkan perjalan hidup Engels dari asal-usul keluarga hingga
wafatnya. Engels di sini lebih banyak ditampilkan sebagai seorang pribadi. Jenis kedua
biasanya mencakup analisis terhadap pemikiran dan karya Engels dalam konteks perjalanan
intelektual Engels. Termasuk ke dalam jenis ini, misalnya, adalah karangan Terrell Carver,
Engels, yang terbit pertama pada 1981 (terbit ulang 2003) dan karangan J.D. Hunley, The Life
and Thought of Friedrich Engels (1991).

Pada dasawarsa awal abad ke-21, terbit satu buku biografi Engels yang terbilang populer
karangan Tristram Hunt, sejarawan sekaligus aktivis Partai Buruh Inggris. Pertama kali
biografi itu diterbitkan di Inggris dengan judul The Frock-Coated Communist: the revolutionary
life of Friedrich Engels (2009), lalu muncul edisi Amerika dengan judul Marx’s General: the

1/12
revolutionary life of Friedrich Engels (2010), serta edisi terjemahan Perancis berjudul Engels, le
gentleman révolutionnaire (2011). Buku ini condong ke jenis analisis historis, yang di banyak
tempat kita bisa tengok analisis kritis terhadap konteks pemikiran Engels serta peran Engels
dalam perkembangan Marxisme. Dipuji sejarawan Marxis, Eric Hobsbawm, sebagai ‘the best
biography of one of the most attractive inhabitants of Victorian England, Marx’s friend,
partner, and political heir,’ buku ini terbilang laris. Kelarisannya menandakan mulai ada
perhatian kembali orang-orang di Eropa dan Amerika kepada sosok Engels.

Selain karangan Hunt, ada satu lagi biografi yang terbit di penghujung dasawarsa pertama
abad ke-21, yakni karangan John Green, seorang wartawan dan pembuat film dokumenter.
Judulnya Engels: a revolutionary life. Dibanding karangan Hunt, buku ini tidak begitu
mendapat perhatian. Mungkin karena isinya sekadar riwayat hidup. Penulisnya pun bukan
sejarawan. Buku ini saya miliki sebagai pemberian penulisnya. Pada akhir 2011, saya sudah
memiliki beberapa buku biografi Engels berjenis analisis kritis. Saya sedang ingin membaca
biografi Engels yang jenisnya sekadar riwayat hidup. Saya kirimlah email ke penulisnya. Tak
disangka, penulisnya membalas dan menjanjikan pengiriman satu bukunya. Ketimbang
buku-buku biografi Engels yang sudah saya punya, buku ini memberikan keterangan perihal
Engels sebagai sosok yang sebelumnya tidak saya ketahui. Dua di antaranya ialah bahwa
ayah Engels juga bernama Friedrich Engels dan bahwa Engels junior pernah menjadi letnan
tempur pasukan kelas pekerja dalam revolusi 1848 di Prusia.

Apa yang saya tulis di sini, alih-alih resensi, mungkin lebih tepat disebut ringkasan saja.
Sekadar turut memperingati hari kelahiran Engels.

Sebelum Marx

Menjelang 28 Nopember 1820, Friedrich Engels, seorang pebisnis di kota paling


terindustrialisasi di Rheinland Prusia saat itu, Barmen, sedang menunggui istrinya
melahirkan anak pertama. Laki-laki itu berharap betul istrinya bakal melahirkan seorang
putra. Bagaimana pun juga, sebagai penerus usaha keluarga yang telah didirikan kakeknya,
Johann Caspar Engels, di paro pertama abad ke-18, Friedrich ingin bisnisnya ada juga yang
melanjutkan. Harapannya terpenuhi. Sesuai adat di kalangan elite masa itu, anak laki-laki
pertama itu diberi nama sesuai dengan namanya sendiri: Friedrich Engels. Anak itu tumbuh
di tengah pesatnya bisnis keluarga. Sejak 1830-an, ketika si anak baru berusia 10 tahun,
usaha keluarganya melebarkan sayap dengan berkongsi membangun bisnis produksi dan
ekspor-impor tekstil di pusat industri manufaktur dunia, Inggris. Perusahaannya berkongsi
dengan perusahaan Ermen Bersaudara dan didirikanlah Ermen & Engels di Manchester.

Friedrich mengarahkan pendidikan putranya supaya kelak mewakili bisnisnya di Inggris.


Kebetulan, kakek dari garis ibunya, Elise, adalah seorang kepala sekolah tatabahasa. Di
sekolah gimnasium, Engels junior belajar bahasa dan sastra Yunani-Romawi serta sastra
Jerman. Engels junior terbilang murid rata-rata. Kecuali dalam hal bahasa, ia memiliki
ketertarikan pada sains, dan pemberontakannya terhadap budaya borjuis Kristen di
2/12
kotanya. Bahkan, sebelum menempuh ujian kelulusan, Engels junior sering menulis kritik
terhadap kondisi masyarakat dan moralitas elitenya dengan nama samaran F. Oswald.
Hampir semua bahasa utama Eropa dikuasainya. Dia juga suka membaca karya-karya
pemikiran dan sastrawan Pencerahan yang dilahapnya habis, meski harus mencuri-curi
waktu membacanya. Ibunyalah yang menyokong kesukaan Engels junior kepada sastra,
sains, dan filsafat. Sang ayah, sebaliknya, melihat adanya gelagat bahaya dari kemampuan
dan ketertarikan akademik putranya. Dia tidak ingin putranya menjadi cerdik pandai.
Sebagai anak laki-laki pertama yang mewarisi namanya sendiri, Friedrich berkeras putranya
harus menjadi penerus bisnis keluarga. Oleh karena itu, sebelum putranya lulus ujian akhir,
pada 1837 dia mengirimnya untuk magang di perusahaan perdagangan milik sahabatnya,
Heinrich Leupold. Di sana Engels junior membantu juru tulis perusahaan. Kerjanya
mencatat jumlah barang yang keluar-masuk, membaca dan menerjemahkan surat masuk,
membalas surat dagang, dan membikin laporan harian atas semua itu. Surat-surat dagang
itu datangnya dari koloni-koloni Eropa di Benua Amerika dan Hindia Barat. Kebanyakan
ditulis dalam bahasa-bahasa bukan-Jerman. Di sinilah Engels junior memperdalam
kemampuan bahasa asingnya. Kelak kemampuan ini dimanfaatkannya saat menjadi
sekretaris korespondensi Perkumpulan Pekerja Antarbangsa (International Pertama) dan
sekretaris jendral Kongres Sosialis Antarbangsa (International Kedua).

Hasrat pada pemikiran kontemporer tidak begitu saja runtuh oleh beban kesibukan harian
sebagai juru tulis. Selepas kerja, Engels melanjutkan proses belajarnya. Beruntung ibunya,
Elise van Haar, menyokong dengan sembunyi-sembunyi mengiriminya karya-karya cerdik
pandai Jerman dan Perancis.

Sebagai royalis Prusia, Friedrich Engels senior berbangga hati mengirimkan putranya turut
serta wajib militer ke Berlin pada awal 1842. Di sana, beberapa hari dalam seminggu, Engels
junior mendapat pendidikan militer calon perwira, khususnya untuk divisi artileri
pertahanan kota. Kelak, pengetahuannya perihal ketentaraan digunakannya dalam
perjuangan bersenjata dalam Revolusi 1848 di Jerman selatan. Hari-hari cuti
dimanfaatkannya untuk mengikuti kuliah-kuliah para profesor filsafat. Pada malam hari, dia
keluyuran mengikuti diskusi-diskusi pemikiran kontemporer yang diadakan para mahasiswa
Universitas Berlin, wabil khusus murid-murid Hegel. Pada masa itu, boleh dikata, pemikiran
Georg Wilhelm Friedrich Hegel menjadi pemikiran ‘trendi’ di kalangan terpelajar Jerman. Di
tangan tafsir golongan loyalis monarki, pemikiran Hegel menjadi semacam penyokong
sistem monarki konstitusional Prussia beserta Protestanisme sebagai landasan
ideologisnya. Dalam sejarah, para penyokong tafsiran loyalis ini disebut sebagai Kaum
Hegelian Tua atau Hegelian Konservatif. Di sisi lain, ada sekelompok kecil sarjana yang
menafsirkan secara berbeda. Bukannya menyokong, mereka malah mewacanakan restorasi
terhadap monarki dan mendorong pemikiran Hegel ke arah radikalnya sebagai kritik.
Mereka yang demikian kemudian dikenal sebagai Hegelian Muda. Di sinilah Engels junior

3/12
mendapat pupuk penyubur untuk bibit pemberontakan masa mudanya. Engels membaca
David Strauss, Ludwig Feuerbach, dan karya-karya dari khazanah pemikiran materialis
Yunani.

Perjumpaan dengan Marx

Usai putranya memenuhi kewajiban dalam dinas ketentaraan di Berlin, Friedrich Engels
senior mengirimnya kembali ke Inggris. Ngeri juga rasanya, kalau benar kata desas-desus,
bahwa Engels junior berenang terlampau jauh di kubangan Hegelian Muda yang kritis itu.
Harus sesegera mungkin jiwanya dimurnikan kembali oleh kesucian dunia bisnis. Namun
terlambat, Engels junior semakin dalam pergulatannya di dunia kaum radikal. Pada akhir
tahun 1842, ketika dalam perjalanan ke Inggris, dia berkenalan dengan Moses Hess, seorang
ideolog komunis terpandang kala itu. Di kantor koran Rheinische Zeitung di Köln, dia juga
diperkenalkan kepada Karl Marx, seorang doktor filsafat yang baru lulus dan ditolak
menjadi dosen di Berlin dan pemimpin redaksi koran tersebut. Dengan yang terakhir inilah
kelak Engels junior menjalin persekutuan abadi.

Alih-alih sepenuhnya bertekun di dunia bisnis, aktivitas politik Engels junior kian menjadi-
jadi. Di Inggris dia segera menjalin perkawanan dengan orang-orang Chartis, yang beberapa
minggu sebelum kedatangannya, telah memimpin pemogokan umum di segitiga kota
industrial Inggris (Manchester, Lancasshire, dan Chesire). Setibanya di Manchester, Engels
berkenalan dengan Mary Burns, juga seorang aktivis gerakan buruh, yang
memperkenalkannya kepada dunia kelas pekerja. Engels semakin kritis. Bacaannya atas
buku-buku ekonomi kala itu berujung pada penulisan karya pertamanya, Garis-garis Besar
Kritik Ekonomi-Politik, yang diterbitkan dalam edisi pertama sekaligus terakhir Deutsch-
Französische Jahrbücher, jurnal serikat buruh emigran Jerman di Perancis, pada 1843. Marx,
yang baru mengenalnya sepintas beberapa bulan sebelumnya, membaca tulisan ini dan
mungkin memutuskan inilah orang yang layak dijadikan kawan seperjuangan. Konon,
karena tulisan ini pulalah, Marx banting setir dari studi filsafat ke kritik ekonomi-politik. Di
tahun itu juga, Marx keluar dari Rheinische Zeitung setelah korannya disensor pemerintah
karena artikel-artikelnya yang kritis. Dia pergi ke Paris cari kerjaan. Kebetulan, Engels juga
sedang ada perjalanan ke sana. Keduanya berjumpa untuk kedua kalinya dan dimulailah
kerjasama sepanjang hayat yang kelak menggetarkan dunia. Produk pertama kerjasama ini
adalah Keluarga Suci, kumpulan risalah polemik yang ditujukan kepada bekas kawan-kawan
Hegelian mereka di Berlin. Buku ini menjadi semacam air baptisan yang mengikat keduanya
sebagai saudara sepanjang hayat.

Dari Paris, Engels kembali ke Inggris. Di tempat kongsi Ermen & Engels berkantor, selepas
bertugas, Engels junior makin sering keluyuran ke permukiman kaum buruh ditemani Mary
Burns. Bedeng-bedeng kumuh kaum pekerja yang tumbuh merambat di tepian dunia
megah borjuis, cerita-cerita pilu buruh kanak-kanak yang diupah tiga butir kentang,
tingginya tingkat kematian karena buruknya sanitasi dan kondisi kerja yang brutal,
meyakinkannya bahwa ada yang tidak beres dengan sistem perekonomian kapitalis dan
4/12
ideologi ekonomi yang menyokongnya. Tidak seperti Marx yang terilhami gagasan
sosialisme dari dunia filsafatnya yang canggih, Engels memeluk sosialisme karena
berhadapan langsung dengan kenyataan empiris bagaimana kapitalisme bekerja. Bahkan
sejak masa remajanya di Wupperthal. Perjumpaannya dengan sosialisme ternyata tidak
terbatas di kantong-kantong permukiman kelas pekerja yang berhadapan dengan
kapitalisme. Terbitan resmi, laporan inspektorat kesehatan, dan catatan-catatan lapangan
kehidupan kaum pekerja dibacanya dengan seksama sepanjang 1842-1844. Hasil
penyelidikannya ini ditawarkan untuk diterbitkan sebagai sebuah buku. Pada Agustus 1844,
sambil menunggu kepastian penerbitan bukunya itu, Engels meninggalkan Manchester.
Pada Februari 1845, Menteri Dalam Negeri Perancis mengusir Marx. Marx dan keluarganya
hijrah ke Brussels, ibukota Kerajaan Belgia. Di sini, Marx menyusun sebelas tesis
legendarisnya perihal filsafat materialisme Feuerbach. Pada April tahun itu juga, Engels tiba
di Brussels dan bertemu Marx. Keduanya bekerjasama lagi menyusun risalah kritik atas
filsafat Hegelian dan juga kritik atas karya-karya ekonomi-politik Inggris. Dari akhir tahun itu
hingga awal 1846, mereka menyusun risalah yang kemudian terkenal sebagai Ideologi
Jerman. Di dalam risalah yang tidak pernah terbit semasa hidup keduanya, Marx dan Engels
menyemai benih konsepsi materialis mereka atas sejarah, yang kelak oleh Engels dinamai
Materialisme Historis. Pada tahun itu juga, karya etnografi Engels perihal kondisi kelas
pekerja Inggris terbit di Leipzig dalam Bahasa Jerman.

Susah-Senang Bersama Marx

5/12
Marx dan Engels bukan pemikir belakang meja yang angkuh terhadap realitas. Keduanya
pertama-tama adalah seorang revolusioner. Yang selalu menjadi tujuan mereka adalah
bagaimana menyatukan pemahaman teori dengan pengalaman praktek untuk mengubah
dunia. Itu sebabnya, tak heran jika keduanya menjadi anggota Liga Keadilan, sejenis serikat
buruh berideologi komunis yang kemudian ganti nama menjadi Liga Komunis. Liga ini
merupakan cikal-bakal Partai Komunis Jerman dan mereka berdua turut aktif di dalamnya
sejak awal. Suasana revolusioner Eropa yang memanas pada 1847, mendorong Engels
menyiapkan kisi-kisi program politik dan ekonomi untuk Liga Komunis kelak apabila
revolusi meletus. Risalah itu diberi judul Prinsip-prinsip Komunisme. Dengan bekal tulisan
pendek karangan Engels ini, lantas Marx dan Engels menyusun Manifesto Kubu Komunis atas
permintaan Liga Komunis yang kemudian menerbitkannya pada Pebruari 1848.

Ketika revolusi meledak di Jerman, aparat polisi rahasia melakukan penangkapan-


penangkapan kepada anggota Liga. Engels menghindar ke Paris. Pada akhir 1848, dia pergi
ke Jerman dengan tergesa-gesa. Awan revolusi mengambang di selatan. Di sana, suasana
revolusi menguat. Milisi-milisi proletariat dibentuk. Sebagai veteran dinas artileri Berlin,
Engels diangkat sebagai letnan dalam perjuangan bersenjata kelas pekerja. Naas, pasukan
pekerja kalah dalam perjuangan itu. Tentara Prussia mengejar sisa-sisa pasukan Engels.
Engels sendiri menghindari penangkapan dengan lari ke Jenewa Swiss. Dari sana, Engels
menyelinap ke Perancis. Untuk menghindari patroli, Engels berjalan kaki melalui perdesaan
Perancis hingga ke kota pelabuhan terdekat. Setidaknya, sebulan Engels melakukan
perjalanan itu. Pada akhir tahun 1849, Engels berhasil kembali ke Inggris dan bertemu lagi
dengan Marx di London. Di tengah kekecewaan akan gagalnya perjuangan bersenjata di
Jerman, ditambah dengan kebutuhan finansial mendesak, Engels menerima tawaran
ayahnya untuk kembali menduduki jabatan di jajaran manajemen perusahaan Ermen &
Engels. Engels kembali ke Manchester dan menyibukkan diri dengan kerja-kerja manajerial
perusahaan. Sejak itu, hubungannya dengan Marx dijalin melalui surat-menyurat. Konon,
sepanjang 20 tahun perkariban, ada 1300 surat lebih yang telah mereka berdua tulis.

Revolusi 1848 yang gagal membuat perhatian intel-intel Jerman, Inggris, Belgia, dan Inggris
kepada keduanya kian ketat. Ketika curiga intel-intel itu sudah begitu dekat, untuk
melindungi keterangan-keterangan penting, Engels membakar sebagian surat-surat Marx
yang dikirim sebelum 1851. Untuk menghindari penangkapan, mereka juga sering
menggunakan bahasa terselubung di surat-surat mereka. Termasuk alamat dan nama.
Misalnya, semenjak 1852, Marx sering menyurati Engels dengan nama amplop James
Belfield. Surat itupun dikirim tidak ke tempat tinggal Engels, melainkan rumah kenalannya
di permukiman pekerja.

Untuk mengelabui intel-intel yang terus memburu, sebagai manajer perusahaan besar, di
publik Engels menampilkan diri sebagai pebisnis yang parlente, turut serta sebagai anggota
dan pengurus klub-klub minum dan berkuda golongan elite, dan mengunjungi konser-
konser musik klasik layaknya borjuis terhormat. Tapi di bawah tanah, dia menjalin terus
6/12
hubungannya dengan buruh-buruh Irlandia dan pekerja-pekerja imigran Jerman di Inggris.
Hubungannya dengan Marx dan rekan-rekan veteran Liga Komunis juga terus berlangsung,
termasuk dengan mereka yang hijrah ke Amerika. Perhatian Engels terhadap politik Eropa
juga tetap kuat. Sementara Marx menulis risalah Perjuangan Kelas di Perancis dan kasus
khusus Brumaire ke-18 Louis Bonaparte yang mengulas Revolusi 1848-1852, Engels
memfokuskan diri pada analisis atas revolusi 1848 yang gagal di Jerman. Pada 1850, Engels
juga menulis ulasan sejarah Perang Tani di Jerman. Dalam tulisan ini, Engels menyelidiki
peperangan kelas dalam konflik berjubah agama di Jerman abad ke-16. Meski lebih
kelihatan sebagai analisis historis seorang sarjana, sejatinya melalui tulisan ini Engels
melakukan otokritik terhadap perjuangan bersenjata kelas pekerja kontemporer yang gagal
sehingga dapat didulang hikmah darinya.

Pada 1853, Peter Ermen, bos perusahaan Ermen yang juga direktur utama Ermen & Engels
di Manchester, pensiun. Kepemilikan bisnis jatuh ke putra tertuanya, Godfrey Ermen.
Keadaan ini sekaligus juga mengubah perjanjian kongsi antara keluarga Ermen dan
keluarga Engels. Di bawah kontrak baru yang berlaku untuk sembilan tahun mulai Juni
1855, Engels junior tidak hanya menjadi manajer, tetapi juga mendapatkan porsi dividen
dari saham perusahaan yang dipegangnya sebagai pribadi. Seiring dengan peningkatan
bisnis perusahaannya, dari tahun ke tahun pendapatan tahunan Engels juga meningkat.
Dari 263 pound per tahun pada 1855, pendapatannya naik menjadi 1095 pound per tahun
pada 1859. Dari limpahan pendapatan inilah Engels bisa membantu keuangan keluarga
karibnya, Marx, di London.

Dari 1852 hingga 1857, Marx menjadi koresponden Eropa untuk koran New York Tribune.
Tugasnya adalah membuat ulasan atas kejadian-kejadian di Eropa, termasuk kebijakan
negeri-negeri Eropa di wilayah koloni. Pada masa ini beban Marx cukup berat. Kemiskinan
keluarganya membuat anak-anaknya sakit. Upahnya sebagai kolumnis tidak seberapa.
Sementara itu, gerakan kelas pekerja Eropa yang mencoba berdiri lagi kekurangan kaki
untuk berjalan dan Marx termasuk orang bergiat membangunkannya kembali. Engels
membantu sohibnya itu sebisanya. Salah satunya dengan menulis ulasan untuk kolom Marx
dengan menggunakan nama Marx sendiri supaya Marx tetap dapat kiriman upah menulis
dari koran itu. Esai-esai Engels perihal Revolusi 1848 di Jerman yang kirim dengan nama
Marx, ditulis Engels sepenuhnya. Tentu dengan persetujuan yang punya nama. Kelak
kumpulan esainya dibukukan dan diberi judul Revolusi dan Kontra-Revolusi di Jerman.

Marx melepas kerjaan menulis kolom di New York Tribune di akhir 1857. Sepanjang 1857-
1863, Marx menenggelamkan diri kembali ke dalam penyelidikan sejarah dan ekonomi.
Ambisinya menyusun risalah ekonomi yang komplit ditujukan sebagai bekal memberikan
gerakan kelas pekerja pemahaman perihal kapitalisme. Engels jelas menyokong upaya ini.
Salah satunya dengan mengirimi Marx uang secara rutin. Sokongan dana dari Engels ini
dianggap mencukupi hidup keluarganya. Maka siang malam Marx bergulat dengan ratusan
karya yang ada di Museum London. Catatan-catatan Marx sepanjang tahun ini terpilah dua.
7/12
Satu bagian berisi sketsa-sketsa metodologis dan landasan-landasan konseptual ihwal
kapital dan uang. Bagian ini kelak dikenal sebagai Grundrisse. Bagian lain berisi ulasan
kritisnya terhadap teori-teori ekonomi yang berkembang hingga masanya. Bagian ini kelak
dikenal sebagai Teori Nilai Lebih yang penerbitannya disunting oleh salah seorang murid
sekaligus dedengkot Partai Sosial Demokrasi Jerman, Karl Kautsky. Kedua bagian ini
memang tidak ditulis untuk diterbitkan. Hanya sebagai bahan belajar dan kisi-kisi risalah
sebenarnya. Oleh karena itu, jauh setelah wafatnya Marx tulisan-tulisan ini baru diterbitkan.

Pada 1859, Marx akhirnya menerbitkan esai panjang yang merupakan hasil susunan
penyelidikan pertamanya perihal kapital. Buku itu diberi judul Sumbangsih bagi Kritik atas
Ekonomi-Politik. Ketimbang isinya, bagian paling masyur dari buku ini adalah Pengantar-nya.
Di sana Marx menggariskan teori materialisme historisnya secara lebih tegas. Setahun
berikutnya, Friedrich Engels senior meninggal dunia. Ada perasaan lega pada Engels junior.
Selama ini, terjunnya Engels di dunia bisnis manufaktur sekadar menyenangkan Engels tua.
Kini setelah beliau tidak ada lagi, ada pikiran untuk segera meninggalkan dunia bisnis yang
membuatnya harus hidup di dua dunia. Di samping itu, Geofrey Ermen, pewaris bisnis
keluarga Ermen tampaknya ingin sekali menyingkirkan Engels junior dan melihat ada
kesempatan untuk mewujudkannya saat Engels senior mangkat. Pada 1864, gonjang-
ganjing perusahaan menambah ketidakbetahan Engels bertahan di Ermen & Engels.
Kebetulan, Perkumpulan Pekerja Antarbangsa (Internasionale Pertama) sedang dibentuk.
Engels bersama-sama Marx aktif di dalam perkumpulan ini hingga dibubarkannya pada
1876.

Sementara itu, di dunia kelas pekerja, banyak orang menunggu-nunggu risalah ekonomi
lengkapnya Marx. Engels ketiban pertanyaan kapan Marx mau menerbitkannya.
Permohonan seringkali ditujukan ke Marx melalui telinga Engels. Karena makin lama makin
sering, terpaksalah Engels memohon-mohon juga kepada rekannya itu. Ketika desakan-
desakan dari berbagai pihak di tubuh gerakan kelas pekerja Eropa semakin kuat supaya
Marx segera menerbitkan karya ekonomi yang akan menjelaskan hakikat dan sepak terjang
kapitalisme, Engels akhirnya bisa membujuk Marx menerbitkan satu jilid dahulu karya yang
rencananya terdiri dari enam jilid itu. Maka pada tahun 1867, dengan pertolongan Engels
dalam menyunting, terbitlah mahakarya pertama Marx, Das Kapital.

Dua tahun setelah Das Kapital terbit, Engels memberitahukan Marx ihwal keinginan yang
dipendamnya sejak 1860, yakni pensiun dan menjual sahamnya di kongsi Ermen & Engels.
Pertengahan 1869, Engels resmi keluar dari perusahaan itu. Dari penjualan sahamnya,
Engels mendapatkan banyak uang. Tahun berikutnya Engels pindah ke London, tinggal tidak
begitu jauh dari Marx.

Tidak seberapa lama, gonjang-ganjing revolusi Perancis kembali menyeruak. Krisis


kapitalisme melanda dunia. Kelas pekerja Perancis menduduki dan membentuk
pemerintahan berdasarkan gagasan-gagasan komunisme, atau dikenal kemudian sebagai
Komune Paris beberapa bulan di tahun 1870. Marx mengulasnya dalam esai Perang
8/12
Saudara di Perancis yang terbit setahun kemudian.

Setelah Komune Paris ditumpas kekuatan gabungan aristokrasi dan borjuasi, harapan
revolusi Engels dan Marx dialihkan kepada kelas pekerja Jerman. Namun, alih-alih
revolusioner, Partai Sosial Demokrasi Jerman tampak menunjukkan gelagat menjadi
reformis. Pada 1869, Partai Pekerja Sosial Demokrat didirikan di Eisenach. Secara ideologis,
partai ini mendasarkan diri pada teori sosialisme revolusioner dengan prinsip-prinsip
organisasi Marxis. Pada paro pertama 1870-an, keanggotaan partai bertumbuh pesat. Saat
itu, partai digabung dengan Serikat Pekerja Umum Jerman pimpinan Ferdinand Lassalle dan
membentuk badan baru yakni Partai Sosial Demokrasi Jerman. Dalam kongres partai di
Gotha, ideologi Lassallean cenderung mendominasi. Setidaknya ada kompromi yang
mencondongkan orientasi partai ke arah reformisme. Marx mengritik program partai hasil
kongres tersebut. Pada tingkat teori, reformisme diwakili oleh pemikiran Eugen Dühring,
seorang dosen Universitas Berlin yang menjadi panutan intelektual bagi banyak pimpinan
partai. Kepopuleran Dühring dan tendensi ekletisisme serta idealisme terselubungnya,
ditanggapi Engels dengan menulis kritik panjang yang ditulisnya dari 1876 hingga 1878.
Tulisan tersebut diberi judul Revolusi Sains Tuan Eugen Dühring. Kemampuan Engels
membongkar pondasi filsafati dari klaim-klaim keilmiahan teori Dühring sudah diasah
beberapa tahun sebelumnya. Sejak 1873 hingga awal 1876, Engels bergiat mempelajari
temuan-temuan ilmiah dari hampir semua cabang ilmu alam yang berkembang ketika itu.
Catatan belajar Engels sepanjang tahun itu baru kemudian diterbitkan pada 1925 dengan
judul Dialektika Alam. Di kemudian hari, kedua karya ini dianggap sebagai tonggak penting
filsafat alam Marxis atau penjabaran materialisme dialektika dalam pengkajian alam. Di
dalam Dialektika Alam, dimuat juga satu esai belum rampung yang ditulis Engels berkenaan
dengan evolusi manusia berjudul Peran Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia. Pada
tahun 1896, esai ini pernah dimuat di koran partai, Die Neue Zeit.

Sepanjang 1877 hingga 1882, Marx mencoba kembali membereskan jilid-jilid berikutnya
dari Das Kapital. Dasar watak Marx yang tega berhenti menulis untuk sekadar mempelajari
bahasa Rusia supaya dapat membaca karya-karya ihwal sejarah bentuk-bentuk komune
pertanian di sana dalam bahasa aslinya, pengerjaan jilid-jilid Das Kapital terus-menerus
terbengkalai. Jeda-jeda penulisan terus memanjang karena Marx sibuk mempelajari sejarah
kolonialisme Eropa. Bukan hanya koloninya, tetapi juga masyarakat prakapitalis yang
wilayahnya dikoloni. Marx membaca etnografi dan karya-karya tentang masyarakat Arab,
Berber, Persia, Jawa, Bali, India, Inca, Indian Amerika, budak-budak negro Amerika, dan
sebagainya. Ditambah oleh sakit yang diderita yang memaksa Marx berkunjung ke wilayah
tropis di Afrika utara, lengkaplah sudah ketidakmungkinan jilid-jilid Das Kapital itu rampung.
Buntu sudahlah harapan Engels bahwa Marx bakal merampungkan karya besarnya. Pada
1880, Engels membantu Marx menyusun 100 daftar pertanyaan untuk kajian atas kondisi
kelas pekerja Perancis. Kuisioner Marx ini kemudian dikenal sebagai ‘Enquête Ouvrière.’ Di

9/12
tahun yang sama, Engels menulis dan menerbitkan Sosialisme: utopia dan ilmiah. Isinya
menegaskan batas-batas mana sosialisme yang didasarkan pada kehendak dan angan-
angan semata serta mana yang didasarkan pada ketentuan penyelidikan ilmiah.

Sepanjang 1881-1882, Marx tenggelam lagi di lautan antropologi. Karya-karya kontemporer


antropologi kala itu diulasnya. Catatan-catatan ini kelak dimanfaatkan Marx sebagai sumber
pengetahuannya dalam memahami bagaimana peri kehidupan prakapitalis dalam konteks
memahami masyarakat manusia pada umumnya. Catatan-catatan belajar ini kelak
dibukukan oleh antropolog kelahiran Karibia, Lawrence Krader, yang menyematkan judul
The Ethnological Notebooks of Karl Marx (1972, Catatan-catatan Etnologisnya Karl Marx) pada
kumpulan catatan itu. Para penyunting MEGA (Marx-Engels-Gesamtausgabe) generasi baru
mengetahui bahwa apa yang dikumpulkan Krader hanya seperempat dari catatan dan
coretan Marx perihal antropologi. Bisa dibayangkan kini betapa banyak waktu yang telah
dihabiskan Marx hanya untuk membaca dan betapa sedikit waktunya untuk menulis
kelanjutan jilid-jilid Das Kapital. Semua orang menjadi putus asa. Begitu pula Engels, yang
menutupi kejengkelannya dengan keluhan-keluhan memohon supaya Marx berhenti
membaca dan mulai menulis sisa-sisa bagian Das Kapital.

Setelah Marx Tiada

Bagian-bagian Das Kapital tidak pernah terbit lagi dalam kehidupan Marx. Marx wafat pada
13 Maret 1883 di London. Di saat pemakaman sohibnya yang hanya dihadiri beberapa
orang itu, Engels menyampaikan pidato ringkas. Sebagai sahabat karib, kematian Marx
tidak hanya memaksa Engels menyampaikan pidato di saat pemakamannya. Tetapi juga
membuatnya ketiban beban mengumpulkan dan merapikan tulisan tangan Marx sesegera
mungkin. Sambil mengumpulkan beribu-ribu lembar naskah tulisan tangan Marx yang
rencananya mengisi jilid-jilid Das Kapital yang belum selesai, sepanjang tahun 1884 Engels
mengembangkan coretan dan catatan Marx atas karya para antropolog, khususnya The
Ancient Society karya Lewis Henry Morgan, menjadi sebuah risalah utuh dan
menerbitkannya dengan judul Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi, dan Negara. Arti
penting buku ini ialah membongkar mitos borjuis perihal keazalian keluarga, kepemilikan
pribadi, dan negara serta membeberkan bukti-bukti sebaliknya. Setelah buku yang disusun
hanya beberapa bulan itu terbit, barulah Engels secara khusus memusatkan pikiran dan
tenaganya untuk mengumpul, menyusun, dan menulis ulang coretan tangan Marx. Pada
1885, Engels rampung menyunting sebagian dan diterbitkanlah Das Kapital jilid II. Waktu
dirasa begitu cepat mengejarnya. Engels menua dan menyadari kian terbatasnya waktu
untuk merampungkan semua tulisan Marx. Pada tahun 1894, Engels menerbitkan
suntingan Das Kapital jilid III. Kerja-kerja ini diselingi kesibukannya sebagai presiden
kehormatan Kongres Sosialis Antarbangsa (Internasionale Kedua) sejak 1893.

Pada 5 Agustus 1895, Engels wafat di London. Penyebabnya kanker kerongkongan. Konon,
Engels pernah mewasiatkan agar jasadnya kelak dikremasi dan abunya dibuang saja ke laut.
Karena itulah para aktivis serikat pekerja di London mengkremasi jasadnya di Working
10/12
Crematorium dan abunya dibuang di Beachy Head dekat Eastbourne.

Sekadar Penutup

Dari riwayat ringkas di atas, tampak dampak keberadaan Engels begitu besar bagi Marx.
Dialah yang membaptis Marx untuk menerjuni kritik ekonomi-politik, yang menurutnya,
merupakan kunci untuk membuka cara berpikir kapitalis dan cara kerja kapitalisme. Tanpa
seorang Engels, mungkin jalan hidup Marx akan lain. Tanpa Engels, mungkin Marx tetap
sebagai seorang liberal radikal hingga akhir hayat atau banting setir menjadi rahib karena
kecewa harapan revolusionernya pupus berulang kali. Tanpa Engels, mungkin Marx akan
menjadi pemikir pilu seperti Nietzche yang sepanjang hayat dihantui pesimisme dan terus-
menerus menghujat dunia seisinya sebagai setan terkutuk tanpa beranjak sejengkal pun
dari kamar kos. Kita tahu sekarang Marx bukan hanya aktivis politik, tetapi juga seorang
pemikir besar yang tanpanya abad ke-20 pasti berbeda warnanya. Jutaan aktivis politik
mengaku mendapat hikmah darinya. Tidak ada satu pun ilmu sosial modern yang tidak
berhutang kepadanya. Baik sebagai inspirasi maupun sebagai lawan teoritis paling
menggetarkan. Kebesaran Marx ini membuat bayangannya menutupi sosok dan pemikiran
Engels yang lantas tampak kikuk di mata sebagian orang. Bagi beberapa orang, Engels tak
lebih dari nabi palsu yang cuap-cuap di antara orang-orang culun menyimpangkan ajaran
agung pemikiran Marx. Engels tampak hanya sebagai orang tidak berpendidikan yang
sekadar mengkopi-paste dengan buruk pemikiran Marx.

Namun, tidak semua orang berpandangan demikian. Engels juga layak ditempatkan sejajar
dengan Marx. Alih-alih memahami duo Marx-Engels dalam pengertian orang nomor satu
dan orang nomor dua, mestinya kita mengartikannya dalam konteks pembagian kerja di
antara dua orang yang sama-sama besar. Di paro kedua hidupnya, misalnya, ketika Marx
sibuk menyusun Das Kapital, Engels tampaknya memutuskan untuk mengambil alih kerja
Marx terkait dengan pengembangan materialisme dialektis sebagaimana telah mereka
siram benihnya sejak 1840-an ke dalam sains kealaman. Dalam konteks ini, pemikiran
Engels, seperti tertuang dalam Dialektika Alam dan Anti-Dühring, menunjukkan
kemampuannya dalam merumuskan pondasi materialis bagi ilmu kealaman modern.
Pondasi inilah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh sarjana-sarjana Marxis
kontemporer yang bergulat dengan ilmu alam (lihat Grant dan Woods, 2002).

Dalam ilmu sosial, Alfred G. Meyer, sejarawan sekaligus sosiolog, menempatkan Engels
setara dengan para pendiri disiplin sosiologi seperti Comte, Gumplowicz, dan Weber, yakni
sebagai penyemai teori besar sosiologis. Seperti teori besar pada umumnya, teori-teori
Engels perihal lembaga-lembaga sosial modern seperti kepemilikan pribadi, keluarga,
negara, dan militer kaya akan gagasan provokatif (Meyer, 1989).

Dalam satu kesempatan, Lenin pernah menyatakan bahwa ‘mustahil memahami Marxisme
atau menghadirkan gambaran komplit atasnya tanpa akrab dengan semua tulisan Engels.’
Seberapa mustahilnya perkiraan Lenin itu, hanya bisa diketahui apabila kita mulai
11/12
mengakrabi tulisan-tulisan Engels itu sendiri. Saya kira membaca riwayat hidup Engels boleh
dibilang langkah pertama ke arah sana.***

Deden Mulyanto, Staf PengajarJurusan Antropologi Universitas Padjadjaran, Bandung

12/12

Anda mungkin juga menyukai