Mioma Uteri Dayu Tia
Mioma Uteri Dayu Tia
MIOMA UTERI
Oleh:
Pembimbing
dr. Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, maka laporan kasus dengan topik “Mioma Uteri” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUD Karangasem.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Made Wenata Jembawan, Sp.OG, selaku Ketua Bagian/KSM Obstetri
dan Ginekologi RSUD Karangasem.
2. dr. Wayan Indriani Eka Putri, M.Biomed, Sp.OG selaku pembimbing dan
penguji laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang ikut turut membantu dalam penyelesaian laporan kasus
“Mioma Uteri” ini baik teman-teman sejawat, residen, dokter muda, bidan
dan perawat RSUD Karangasem.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul......................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................27
4.1 Penegakan diagnosis mioma uteri.............................................................27
4.2 Faktor predisposisi mioma uteri................................................................28
4.3 Penatalaksanaan mioma uteri....................................................................29
BAB V SIMPULAN..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel primer
lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular dan berpotensi mengenai
miometrium dan menyebar jauh. Karsinoma endometrium merupakan salah satu kanker
ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun
2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100
kematian terjadi karena karsinoma endometrium. Karsinoma endometrium paling sering
terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca
menopause. Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause.
Karsinoma endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di Indonesia,
sebagian karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih akurat. Sekitar 32.000 kasus
di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan
perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61 dan
kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun (Anwar, 2011).
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma
endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi tamoxifen, obesitas, wanita pasca
menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut
berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya
karsinoma endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen
atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok,
merupakan faktor yang bersifat protektif. Karsinoma endometrium stadium awal memiliki
prognosis yang cukup baik. Karsinoma endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir
memiliki survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada
stadium lanjut (Anwar, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
A. Definisi
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel primer
lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular dan berpotensi mengenai
miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas endometrium adalah adenokarsinoma,
sisanya ialah karsinoma epidermoid atau karsinoma tipe sel squamous (5-10%),
adenoakantoma dan adenosquamous (30%), sarkoma uterin (1-5%) (Barlin, 2010).
Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma yang
memiliki dua model patogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 dengan estrogen dependen
dan mempunyai prognosis lebih baik dan untuk karsinoma endometrium tipe 2 non-
estrogen dependen yang lebih agresif dan berprognosis lebih buruk (Simpson, 2014).
B. Etiologi
Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan endometrium
terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan eksogen lain.
Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen dependen) cenderung untuk
mengalami hiperplasia dan berdiferensiasi lebih baik dan secara umum punya prognosis
baik. Sementara itu, tipe karsinoma endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non
estrogen dependen) berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih
agresif. Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor
resiko yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi
menunjukan bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan
komponen dari sindrom metabolik dapat berperan dalam patogenesis karsinoma
endometrium (Barlin, 2010).
C. Epidemiologi
Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam yang paling
sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000 kasus baru yang
dilaporkan pada 2008, terhitung 5% dari semua kasus keganasan baru pada wanita. Penyakit
ini paling banyak terjadi di negara maju seperti Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan
Eropa timur dan insiden lebih rendah di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma
endometrium seiring pertambahan usia juga meningkat di negara-negara berkembang
(Simpson, 2014).
5
Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia
berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan sebagian Eropa) sampai
kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan 8 Asia). Risiko karsinoma
endometrium meningkat seiring usia, dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah
menopause (Simpson, 2014).
Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi karsinoma
endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang cenderung lebih
muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara barat
dan eropa (berusia >50 tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia
pengguanaan TSH masih sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah
penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di era tahun 70-an (Simpson, 2014).
D. Faktor Risiko
Faktor risiko dari penyakit karsinoma endometrium adalah (Schorge JO., et all. 2008 ;
Anwar M., et all. 2011) :
1. Faktor risiko reproduksi dan menstruasi
2. Usia menarche dini (<12 tahun)
3. Hormon
a. Hormon endogen
b. Hormon eksogen pascamenopause
4. Kontrasepsi oral
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin.
5. Tamoksifen
Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan estrogen untuk
menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen bertindak sebagai faktor
pertumbuhan yang meningkatkan siklus pembelahan sel.
6. Obesitas
7. Faktor diet
8. Kondisi medis
9. Faktor genetik
10. Merokok
11. Ras
6
12. Pendidikan dan status sosial ekonomi
Biopsi endometrium adalah tes yang paling umum dilakukan untuk karsinoma
endometrium dan sangat akurat pada wanita menopause. Didalam prosedur tabung
fleksibel sangat tipis dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks. Kemudian
dengan menggunakan hisap, sejumlah kecil endometrium dihapus melalui tabung.
Penyedotan mengambil sekitar satu menit atau kurang. Ketidaknyamanan ini mirip
dengan kram menstruasi dan dapat dibantu dengan mengambil obat anti-inflamasi
nonsteroid seperti ibuprofen sebelum prosedur. Kadang-kadang mati rasa obat
(bius lokal) disuntikkan ke dalam serviks sebelum prosedur untuk membantu
mengurangi rasa sakit (Wright, 2012)..
c. Histeroskopi
Teknik ini dokter memasukkan teleskop kecil (sekitar 1/6 inci diameter) ke
dalam rahim melalui leher rahim. Rahim diisi dengan
air garam (saline). Ini memungkinkan dokter melihat dan biopsi sesuatu yang
abnormal, seperti kanker atau polip. Hal ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan (obat mati rasa) anestesi lokal dengan pasien terjaga (Wright, 2012).
d. Dilatasi dan kuretase
8
Prosedur ini memakan waktu sekitar satu jam dan mungkin memerlukan anestesi
umum (di mana pasien dalam kondisi tertidur) atau sadar sedasi (diberi obat ke
dalam pembuluh darah untuk membuat pasien mengantuk) baik dengan anestesi
lokal disuntikkan ke dalam leher rahim atau tulang belakang (Wright, 2012).
G. Patogenesis
Estrogen yang berlebihan diasosiasikan dengan faktor risiko yang berhubungan dengan
karsinoma endometrium. Estrogen yang berlebihan menyebabkan stimulasi yang terus-
menerus pada endometrium yang dapat menyebabkan hiperplasia endometrium. Wanita
dengan hiperplasia tetapi tanpa penemuan sitologik atipikal digolongkan menjadi
hyperplasia simple atau kompleks pada basis arsitektur selular yang memiliki risiko yang
rendah terkena karsinoma uterus (Sonoda Y. 2010).
Obesitas merupakan salah satu dari risiko terkena karsinoma endometrium.
Perkembangan kanker pada wanita obese dipercaya dimediasi oleh estrogen endogen
melalui konversi androstenedione menjadi estrogen oleh enzim aromatase pada jaringan
lemak. Menarche awal dan menopause terlambat keduanya merupakan faktor risiko
karsinoma endometrium terutama sejak memanjangnya paparan estrogen pada endometrium
(Sonoda Y. 2010 ; Schorge JO, et all. 2008).
Dua puluh persen wanita dengan karsinoma endometrium adalah premenopause, lima
persennya kurang dari 40 tahun. Kebanyakan wanita muda dengan karsinoma endometrial
adalah obese atau memiliki kadar estrogen endogen yang tinggi karena mereka mengalami
anovulasi kronik, seperti polycystic ovarian syndrome. Adapun kadar serum estrogen dan
progesteron meningkat menjelang kehamilan, progesteron adalah hormon pada kehamilan
yang predominan. Kehamilan melindungi dari karsinoma endometrium dengan
menginterupsi stimulasi endometrium berlanjut oleh estrogen. Nulliparitas merupakan
faktor risiko karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010 ; Anwar M., et all. 2011).
Tamoxifen adalah antiestrogen sintetik (estrogen antagonis) yang digunakan pada terapi
karsinoma mammae. Di samping itu, tamoxifen juga memiliki efek estrogenik (agonis) pada
endometrium dan meningkatkan risiko karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010).
9
Gambar 2.1. Patogenesis Karsinoma Endometrium I (Sonoda Y. 2010).
10
Persisten adenokarsinoma feminizing tumor ovarium
Anovulasi hiperplasi stroma ovarium
Produksi kel. Adrenal
Sindroma Stein karsinoma penyimpanan dalam jaringan lemak
Leventhal in situ kerusakan hati
Perubahan ova terapi estrogen
rium lainnya hyperplasia
Terapi estrogen adenomat
Gambar 2.3. Hubungan Estrogen dengan Kejadian Karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010).
H. Patofisiologi
Hubungan patogenesis berkembangnya hiperplasia endometrium menjadi suatu
karsinoma endometrium dipengaruhi oleh aktivitas paparan estrogen yang mengakibatkan
proliferasi yang tidak terkontrol. Aktivitas proliferasi tersebut seharusnya dikendalikan oleh
mekanisme apoptosis (kematian sel yang terprogram) yang mempunyai peranan dalam
proses karsinogenesis. Proses tersebut tidak hanya dijelaskan secara sederhana dengan
adanya peningkatan stimulasi pertumbuhan sel tetapi juga disebabkan oleh hilangnya faktor
supresi dan pengendali proliferasi sel serta perubahan pada proses apoptosis yang sampai
saat ini masih belum jelas. Hal tersebut ditunjukkan dari penelitian Kurman dkk, dengan
selain didapatkan progresi juga terdapat regresi dari hiperplasia non-atipik simpleks
sebanyak 80% dan kompleks sebesar 79% (Kokawa, 2011).
Beberapa penelitian mengenai peranan efek stimulasi estrogen terhadap pengendalian
pertumbuhan endometrium menjadi suatu lesi prakanker telah diteliti melalui pemeriksaan
immunohistokimia. Didapatkan bahwa reseptor hormon steroid seks yaitu reseptor estrogen
dan progesteron memegang peranan utama pada pengaturan proses apoptosis endometrium,
yaitu ditandai dengan terdapat perubahan bentuk dan ukuran pada sel kelenjar dan stroma
endometrium selama siklus menstruasi (Nunobiki, 2013).
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi
11
estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, dan penyakit hepar
(Koplajar, 2012).
Karsinoma endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah polip
endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor dicirikan oleh pola
eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan
spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi
miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute penyebaran terjadi di luar
rahim (Koplajar, 2012) :
1. Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama pada yang
differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum uteri dan endoserviks.
Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium ke miomterium ke ligamentum latum
dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks, penyebaran selanjutnya seperti
pada adenokarsinoma serviks.
2. Melalui kelenjar limfe
Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta dan
melalui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna, eksterna, dan
iliaka komunis serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotundum akan sampai ke
kelenjar limfe inguinal dan femoral.
3. Melalui aliran darah
Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasisnya adalah
paru, hati dan otak.
4. Intrperitoneal atau melalui tuba.
I. Gambaran Histopatologi
Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah
adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarkoma, dan
karsino-sarkoma (Schorge JO, et all. 2008).
1. Endometrioid Adenokarsinoma
Tipe histologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui adalah
endometrioid adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor ini adalah
terdapat kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Hiperplasia endometrium
berhubungan dengan tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium. Apabila
kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan sebagai grade
yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang atrofik, sering dihubungkan
12
dengan grade tinggi dan sering bermetastasis (Schorge JO, et all. 2008).
Gambar 2.4. Endometrioid adenokarsinoma yang berasal dari hiperplasia endometrium (Schorge
JO, et all. 2008).
Gambar 2.5. Gambaran makroskopis polyploid endometrioid adenokarsinoma (Schorge JO, et all.
2008).
2. Serous Karsinoma
5-10% karsinoma endoetrium adalah tipe serous karsinoma. Serous karsinonma
adalah tumortipe II yang sangat agresif dan berasal dari endometrium yang atrofik. Tipe
ini biasanya terdapat pada wanita berusia lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler
yang kompleks ditandai dengan nuklear atipik. Sering disebut uterine papillary serous
carcinoma (UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial, dan terdapat
psammoma bodies pada 30 persen pasien (Schorge JO, et all. 2008).
13
Gambar 2.6. Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma (UPSC) (Schorge JO, et
all. 2008).
Biasanya, tumor eksofitik dengan penampakan papiler muncul dari uterus yang
kecil dan atrofik. Terkadang, tumor ini dibatasi polip dan tidak menyebar. UPSC
berpotensi menginvsi miometrium dan menginvasi kelenjar. UPSC dan kanker ovarium
epitel dapat dibedakan lewat pembedahan. Seperti kanker ovarium, tumor ini juga
mengsekresi CA125, pengukuran serum ini juga dapat digunakan sebagai monitor
postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif (Schorge JO, et all. 2008).
14
prognosisnya buruk (Schorge JO, et all. 2008).
Gambar 2.8. Clear cell carcinoma tipe solid (Schorge JO, et all. 2008).
Gambar 2.9. Clear cell carcinoma tipe papiler (Schorge JO, et all. 2008).
4. Mucinous Karsinoma
Sekitar 1 sampai 2 persen karsinoma endometrium adalah tipe mucinous. Sebagian
besar endometrioid adenokarsinoma mempunyai komponen fokal. Umumnya, tumor
mucinous mempunyai gambaran glandular dengan sel yang kolumnar dan stratifikasi
minimal. Hampir semua adalah stadium 1 dan grade 1 dengan prognosis yang baik.
Karena epitelium endoservikal menyatu dengan segmen bawah uterus, diagnosis masih
sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang primer. Oleh sebab itu, dibutuhkan
imuno-staining, selain ini MRI juga dapat digunakan untuk membedakan asal tumor
(Schorge JO, et all. 2008).
15
Gambar 2.10. Gambaran histologi mucinous karsinoma (Schorge JO, et all. 2008).
5. Karsinoma Campuran
Karsinoma endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih tipe
histologik. Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe dengan masing –
masing tipe minimal melingkupi 10 % dari seluruh tumor. Kecuali tipe serous dan
clear cell, kombinasi lain biasanya tidak signifikan. Karsinoma campuran biasanya
merupakan campuran antara karsinoma endometrium tipe I dan tipe II (Schorge JO, et
all. 2008).
6. Undifferentiated Carcinoma
Pada 1-2 % karsinoma endometrium, tidak ada bukti adanya diferensiasi glandular,
sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak berdeferensiasi ini mempunyai
karakteristik proliferasi epitel monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel yang
padat dan tidak mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari
endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk (Schorge JO, et all. 2008).
J. Penatalaksanaan
1. Terapi Lama
a. Surgery (bedah)
Terapi bedah terdiri dari histerektomi yang sering bersamaan dengan salpingo-
16
ooforektomi (Simpson, 2014) :
1) Pengobatan utama untuk karsinoma endometrium adalah operasi untuk
mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi. Ketika rahim tersebut
diangkat melalui sayatan di perut, disebut histerektomi abdominal sederhana
atau total. Jika rahim tersebut diangkat melalui vagina, dikenal sebagai
histerektomi vaginal. Melepaskan ovarium dan tuba falopii, sebuah bilateral
salpingo-ooforektomi (BSO), sebenarnya bukan bagian dari histerektomi.
Untuk karsinoma endometrium, mengangkat rahim tetapi untuk ovarium atau
saluran tuba jarang direkomendasikan, tetapi dapat dipertimbangkan pada
wanita yang premenopause. Ketika karsinoma endometrium telah menyebar ke
leher rahim atau daerah sekitar leher rahim (disebut parametrium),
histerektomi radikal dilakukan. Dalam operasi ini, seluruh rahim, jaringan
sebelah uterus (parametrium dan ligamen uterosakral), bagian atas vagina
(sebelah serviks) semua diangkat. Kedua saluran tuba dan ovarium diangkat
diwaktu yang sama. Operasi ini paling sering dilakukan melalui sayatan di
perut, tetapi bisa juga lewat vagina dengan laparoskopi.
2) Salpingo-ooforektomi bilateral
Prosedur ini mengangkat kedua tuba falopii dan ovarium ada saat yang sama rahim
dihapus (baik dengan histerektomi sederhana atau radikal). Prosedur ini
dilakukan jika wanita siap untuk menopouse. Jika wanita kurang dari 45 tahun
maka didiskusikan dahulu terhadap dokter bedah.
3) Operasi kelenjar getah bening
Dilakukan diseksi kelenjar getah bening pelvici dan para aortici. Operasi ini
menghilangkan kelenjar getah bening dari panggul dan daerah sebelah aorta
untuk melihat apakah mereka mengandung sel-sel kanker yang telah menyebar
dari tumor endometrium. Hal ini disebut diseksi kelenjar getah bening
sebagian atau semua. Prosedur ini biasanya dilakukan pada saat yang sama
dengan histerektomi (Simpson, 2014).
b. Terapi radiasi
1) Brachytherapy
Sumber radiasi ditempatkan ke dalam silinder dan dimasukkan ke dalam vagina.
Panjang silinder dapat bervariasi, tetapi bagian atas vagina selalu diobati.
Dengan metode ini, radiasi terutama mempengaruhi daerah vagina dalam
kontak dengan silinder. Struktur di dekatnya seperti kandung kemih dan
17
rektum mendapatkan paparan radiasi kurang. Efek samping yang paling umum
adalah perubahan pada lapisan vagina. Ada 2 jenis brachytherapy digunakan
untuk karsinoma endometrium, low dose rate (LDR) dan high dose rate tinggi
(HDR). Dalam LDR brachytherapy, perangkat radiasi biasanya dibiarkan di
tempat selama sekitar 1 sampai 4 hari. Pasien harus tetap bergerak untuk
menjaga sumber radiasi dari pergerakan terapi dan harus menginap di rumah
sakit sedangkan HDR brachytherapy, radiasi yang lebih intens. Setiap dosis
membutuhkan waktu yang sangat singkat biasanya kurang dari satu jam), dan
pasien bisa pulang hari yang sama. untuk endometrium kanker, HDR
brachytherapy sering diberikan mingguan atau bahkan harian selama minimal
3 dosis (Simpson, 2014).
c. Kemoterapi
Penggunaan obat melawan kanker diberikan ke intravena atau melalui oral.
pengobatan berpotensi berguna untuk kanker yang telah menyebar ke luar
endometrium. Penggunaan obatnya dapat dalam bentuk kombinasi atau tunggal.
Kemoterapi sering diberikan dalam periode pengobatan, diikuti dengan periode
istirahat. Obat yang digunakan sebagai pilihan yaitu taxol, carboplatin,
doxorubicin, cisplatin. Kombinasi yang paling umum yaitu taxol dengan
carboplatin dan doxorubicin dengan cisplatin (Simpson, 2014).
2. Terapi Baru
Menurut American Cancer Society, 2015 ada beberapa terapi baru untuk karsinoma
endometrium adalah :
a. Target Terapi
Penelitian sekarang menjelaskan lebih banyak tentang perubahan gen dan
protein dalam sel-sel kanker, mereka telah mampu mengembangkan obat baru yang
secara khusus menargetkan perubahan ini. Target kerja obat yang berbeda dari
kemoterapi standar (kemo) memiliki efek samping yang berbeda. Beberapa terapi
target yang sedang diteliti untuk mengobati karsinoma endometrium adalah
temsirolimus, brivanib, dan gefitinib.
b. Terapi Hormon
Meskipun terapi hormon karsinoma endometrium yang sering adalah
progestin, obat-obatan yang mempengaruhi estrogen juga dapat membantu. Sebuah
studi baru-baru melihat menggunakan fulvestrant, sebuah obat yang menghalangi
reseptor estrogen.
18
c. Operasi
Biopsi kelenjar getah bening. Mungkin Terapi ini sudah lama digunakan pada
kanker jenis lain seperti kanker payudara, tapi ini merupaka terapi baru pada
karsinoma endometrium.
K. Komplikasi
Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi karsinoma
sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe. Berikut komplikasinya yaitu
kanker payudara, kanker kolon, kanker rectum, kanker jaringan lunak, kanker usus halus,
kanker vagina, myeloid leukimia (AML) dan kanker vesica urinaria. Paling sering adalah
kanker kolon dan kanker payudara (Wright, 2012).
L. Prognosis
Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai kekambuhan dan
keberhasilan pengobatan penyakitnya (Schorge JO, et all. 2008) :
1. Umur penderita
Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda lebih baik
prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa penelitian didapatkan angka
ketahanan hidup 5 tahun penderita yang berusia > 70 tahun sebesar 60,9 % dan
penderita yang berusia < 50 tahun sebesar 92,1 %. Dan didapati juga kekambuhan
penyakitnya sebesar 33% pada usia > 75 tahun, 12 % pada usia 50 - 75 tahun dan tidak
dijumpai pada penderita yang berusia < 50 tahun. Angka ketahanan hidup penderita
berusia tua berhubungan dengan peningkatan penyebaran tumor ke luar uterus dan
peningkatan kekambuhannya berhubungan dengan tingginya angka kejadian tumor
grade 3 atau jenis histologi tumor yang sangat ganas.
2. Jenis histologi
Kira-kira 10 % karsinoma endometrium adalah bukan jenis endometrioid dan
didapati peningkatan kekambuhan dan penyebarannya. Sebesar 92 % angka ketahanan
hidup penderita yang mempunyai jenis histologinya endomethoid.
3. Differensiasi histologi
Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade 1, tumor grade
2 sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan angka keberhasilan 5 tahun pada
grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar 86 % dan pada grade 3 adalah 64%.
19
4. lnvasi ke miometrium
Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap tumor yang
hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80-90 % dan 60 % pada tumor yang invasinya
lebih dalam.
5. Sitologi peritoneum
Beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada sitologi
peritoneumnya positif.
6. Metastase kelenjar limfe
Penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta mempunyai angka
kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar limfe.
7. Metastase adneksa
8. Reseptor hormon
9. Ukuran tumor
10. Lymph vascular space invasion
20
I. KESIMPULAN
1. Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel primer lapisan
endometrium dan merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi,
terutama di negara-negara maju.
2. Gambaran histopatologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui adalah
endometrioid adenokarsinoma di mana karakteristik tumor ini adalah terdapat kelenjar yang
mirip dengan endometrium normal.
3. Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi karsinoma sekunder
dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe.
4. Karsinoma endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen
secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan eksogen lain.
21
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel
primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular dan
berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. Karsinoma endometrium
merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama
di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar
40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena karsinoma
endometrium. Karsinoma endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca
menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause.
Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause.
Karsinoma endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di
Indonesia, sebagian karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih akurat.
Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900
kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker
uterus. Usia rata-rata adalah 61 dan kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun
(Anwar, 2011).
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan
karsinoma endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi tamoxifen,
obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan
anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang
meningkatkan risiko terjadinya karsinoma endometrium. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron,
seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat
protektif. Karsinoma endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup
baik. Karsinoma endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival
rate lima tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut
(Anwar, 2011).
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
M. Definisi
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel
primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi glandular dan
berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas
endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid atau
karsinoma tipe sel squamous (5-10%), adenoakantoma dan adenosquamous (30%),
sarkoma uterin (1-5%) (Barlin, 2010).
Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma
yang memiliki dua model patogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 dengan
estrogen dependen dan mempunyai prognosis lebih baik dan untuk karsinoma
endometrium tipe 2 non- estrogen dependen yang lebih agresif dan berprognosis
lebih buruk (Simpson, 2014).
N. Etiologi
Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan
endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber
endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen
dependen) cenderung untuk mengalami hiperplasia dan berdiferensiasi lebih baik
dan secara umum punya prognosis baik. Sementara itu, tipe karsinoma endometrium
yang tidak bergantung pada estrogen (non estrogen dependen) berkembang dengan
non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih agresif. Banyak kasus karsinoma
endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko yang sudah diketahui
seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan bahwa
sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan komponen dari
sindrom metabolik dapat berperan dalam patogenesis karsinoma endometrium
(Barlin, 2010).
O. Epidemiologi
Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam yang
23
paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000 kasus
baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5% dari semua kasus keganasan baru
pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara maju seperti Amerika,
negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur dan insiden lebih rendah di Afrika
timur. Tingkat kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia juga
meningkat di negara-negara berkembang (Simpson, 2014).
Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan
usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan sebagian Eropa)
sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan 8 Asia). Risiko
karsinoma endometrium meningkat seiring usia, dimana kebanyakan kasus
terdiagnosa setelah menopause (Simpson, 2014).
Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi karsinoma
endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang
cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita
di negara-negara barat dan eropa (berusia >50 tahun terbanyak), kemungkinan
disebabkan di indonesia pengguanaan TSH masih sangat jarang. Pemakaian TSH
menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di
era tahun 70-an (Simpson, 2014).
P. Faktor Risiko
Faktor risiko dari penyakit karsinoma endometrium adalah (Schorge JO., et all.
2008 ; Anwar M., et all. 2011) :
13. Faktor risiko reproduksi dan menstruasi
14. Usia menarche dini (<12 tahun)
15. Hormon
a. Hormon endogen
b. Hormon eksogen pascamenopause
S. Patogenesis
Estrogen yang berlebihan diasosiasikan dengan faktor risiko yang berhubungan
dengan karsinoma endometrium. Estrogen yang berlebihan menyebabkan stimulasi
yang terus-menerus pada endometrium yang dapat menyebabkan hiperplasia
endometrium. Wanita dengan hiperplasia tetapi tanpa penemuan sitologik atipikal
digolongkan menjadi hyperplasia simple atau kompleks pada basis arsitektur selular
yang memiliki risiko yang rendah terkena karsinoma uterus (Sonoda Y. 2010).
Obesitas merupakan salah satu dari risiko terkena karsinoma endometrium.
Perkembangan kanker pada wanita obese dipercaya dimediasi oleh estrogen
endogen melalui konversi androstenedione menjadi estrogen oleh enzim aromatase
pada jaringan lemak. Menarche awal dan menopause terlambat keduanya
merupakan faktor risiko karsinoma endometrium terutama sejak memanjangnya
paparan estrogen pada endometrium (Sonoda Y. 2010 ; Schorge JO, et all. 2008).
Dua puluh persen wanita dengan karsinoma endometrium adalah
premenopause, lima persennya kurang dari 40 tahun. Kebanyakan wanita muda
dengan karsinoma endometrial adalah obese atau memiliki kadar estrogen endogen
27
yang tinggi karena mereka mengalami anovulasi kronik, seperti polycystic ovarian
syndrome. Adapun kadar serum estrogen dan progesteron meningkat menjelang
kehamilan, progesteron adalah hormon pada kehamilan yang predominan.
Kehamilan melindungi dari karsinoma endometrium dengan menginterupsi
stimulasi endometrium berlanjut oleh estrogen. Nulliparitas merupakan faktor risiko
karsinoma endometrium (Sonoda Y. 2010 ; Anwar M., et all. 2011).
Tamoxifen adalah antiestrogen sintetik (estrogen antagonis) yang digunakan
pada terapi karsinoma mammae. Di samping itu, tamoxifen juga memiliki efek
estrogenik (agonis) pada endometrium dan meningkatkan risiko karsinoma
endometrium (Sonoda Y. 2010).
28
Gambar 2.2. Patogenesis Karsinoma Endometrium II (Sonoda Y. 2010).
T. Patofisiologi
29
Hubungan patogenesis berkembangnya hiperplasia endometrium menjadi suatu
karsinoma endometrium dipengaruhi oleh aktivitas paparan estrogen yang
mengakibatkan proliferasi yang tidak terkontrol. Aktivitas proliferasi tersebut
seharusnya dikendalikan oleh mekanisme apoptosis (kematian sel yang terprogram)
yang mempunyai peranan dalam proses karsinogenesis. Proses tersebut tidak hanya
dijelaskan secara sederhana dengan adanya peningkatan stimulasi pertumbuhan sel
tetapi juga disebabkan oleh hilangnya faktor supresi dan pengendali proliferasi sel
serta perubahan pada proses apoptosis yang sampai saat ini masih belum jelas. Hal
tersebut ditunjukkan dari penelitian Kurman dkk, dengan selain didapatkan progresi
juga terdapat regresi dari hiperplasia non-atipik simpleks sebanyak 80% dan
kompleks sebesar 79% (Kokawa, 2011).
Beberapa penelitian mengenai peranan efek stimulasi estrogen terhadap
pengendalian pertumbuhan endometrium menjadi suatu lesi prakanker telah diteliti
melalui pemeriksaan immunohistokimia. Didapatkan bahwa reseptor hormon
steroid seks yaitu reseptor estrogen dan progesteron memegang peranan utama pada
pengaturan proses apoptosis endometrium, yaitu ditandai dengan terdapat
perubahan bentuk dan ukuran pada sel kelenjar dan stroma endometrium selama
siklus menstruasi (Nunobiki, 2013).
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi
estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, dan
penyakit hepar (Koplajar, 2012).
Karsinoma endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah
polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor dicirikan
oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan
dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor
ditandai oleh invasi miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute
penyebaran terjadi di luar rahim (Koplajar, 2012) :
5. Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama pada
yang differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum uteri dan
endoserviks. Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium ke miomterium
ke ligamentum latum dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks,
penyebaran selanjutnya seperti pada adenokarsinoma serviks.
30
6. Melalui kelenjar limfe
Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta
dan melalui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna,
eksterna, dan iliaka komunis serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotundum
akan sampai ke kelenjar limfe inguinal dan femoral.
7. Melalui aliran darah
Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasisnya
adalah paru, hati dan otak.
8. Intrperitoneal atau melalui tuba.
U. Gambaran Histopatologi
Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah
adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarkoma,
dan karsino-sarkoma (Schorge JO, et all. 2008).
7. Endometrioid Adenokarsinoma
Tipe histologi karsinoma endometrium yang paling sering ditemui adalah
endometrioid adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor ini
adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Hiperplasia
endometrium berhubungan dengan tumor grade rendah dan jarang menginvasi
endometrium. Apabila kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor
diklasifikasikan sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium
yang atrofik, sering dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis
(Schorge JO, et all. 2008).
31
Gambar 2.5. Gambaran makroskopis polyploid endometrioid adenokarsinoma (Schorge
JO, et all. 2008).
8. Serous Karsinoma
5-10% karsinoma endoetrium adalah tipe serous karsinoma. Serous
karsinonma adalah tumortipe II yang sangat agresif dan berasal dari
endometrium yang atrofik. Tipe ini biasanya terdapat pada wanita berusia
lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler yang kompleks ditandai dengan
nuklear atipik. Sering disebut uterine papillary serous carcinoma (UPSC),
secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial, dan terdapat psammoma
bodies pada 30 persen pasien (Schorge JO, et all. 2008).
Gambar 2.6. Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma (UPSC) (Schorge
JO, et all. 2008).
32
UPSC berpotensi menginvsi miometrium dan menginvasi kelenjar. UPSC dan
kanker ovarium epitel dapat dibedakan lewat pembedahan. Seperti kanker
ovarium, tumor ini juga mengsekresi CA125, pengukuran serum ini juga dapat
digunakan sebagai monitor postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif
(Schorge JO, et all. 2008).
Gambar 2.8. Clear cell carcinoma tipe solid (Schorge JO, et all. 2008).
33
Gambar 2.9. Clear cell carcinoma tipe papiler (Schorge JO, et all. 2008).
Karsinoma endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih tipe
histologik. Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe dengan
34
masing –masing tipe minimal melingkupi 10 % dari seluruh tumor. Kecuali
tipe serous dan clear cell, kombinasi lain biasanya tidak signifikan. Karsinoma
campuran biasanya merupakan campuran antara karsinoma endometrium tipe I
dan tipe II (Schorge JO, et all. 2008).
12. Undifferentiated Carcinoma
Pada 1-2 % karsinoma endometrium, tidak ada bukti adanya diferensiasi
glandular, sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak berdeferensiasi ini
mempunyai karakteristik proliferasi epitel monotonous, ukurannya medium
tumbuh dari sel yang padat dan tidak mempunyai pola yang spesifik.
Prognosisnya lebih buruk dari endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk
(Schorge JO, et all. 2008).
V. Penatalaksanaan
3. Terapi Lama
d. Surgery (bedah)
Terapi bedah terdiri dari histerektomi yang sering bersamaan dengan
salpingo-ooforektomi (Simpson, 2014) :
4) Pengobatan utama untuk karsinoma endometrium adalah operasi untuk
mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi. Ketika rahim
tersebut diangkat melalui sayatan di perut, disebut histerektomi
abdominal sederhana atau total. Jika rahim tersebut diangkat melalui
vagina, dikenal sebagai histerektomi vaginal. Melepaskan ovarium dan
tuba falopii, sebuah bilateral salpingo-ooforektomi (BSO), sebenarnya
bukan bagian dari histerektomi. Untuk karsinoma endometrium,
mengangkat rahim tetapi untuk ovarium atau saluran tuba jarang
direkomendasikan, tetapi dapat dipertimbangkan pada wanita yang
premenopause. Ketika karsinoma endometrium telah menyebar ke
leher rahim atau daerah sekitar leher rahim (disebut parametrium),
histerektomi radikal dilakukan. Dalam operasi ini, seluruh rahim,
35
jaringan sebelah uterus (parametrium dan ligamen uterosakral), bagian
atas vagina (sebelah serviks) semua diangkat. Kedua saluran tuba dan
ovarium diangkat diwaktu yang sama. Operasi ini paling sering
dilakukan melalui sayatan di perut, tetapi bisa juga lewat vagina
dengan laparoskopi.
5) Salpingo-ooforektomi bilateral
Prosedur ini mengangkat kedua tuba falopii dan ovarium ada saat yang
sama rahim dihapus (baik dengan histerektomi sederhana atau radikal).
Prosedur ini dilakukan jika wanita siap untuk menopouse. Jika wanita
kurang dari 45 tahun maka didiskusikan dahulu terhadap dokter bedah.
6) Operasi kelenjar getah bening
Dilakukan diseksi kelenjar getah bening pelvici dan para aortici. Operasi
ini menghilangkan kelenjar getah bening dari panggul dan daerah
sebelah aorta untuk melihat apakah mereka mengandung sel-sel kanker
yang telah menyebar dari tumor endometrium. Hal ini disebut diseksi
kelenjar getah bening sebagian atau semua. Prosedur ini biasanya
dilakukan pada saat yang sama dengan histerektomi (Simpson, 2014).
e. Terapi radiasi
2) Brachytherapy
Sumber radiasi ditempatkan ke dalam silinder dan dimasukkan ke dalam
vagina. Panjang silinder dapat bervariasi, tetapi bagian atas vagina
selalu diobati. Dengan metode ini, radiasi terutama mempengaruhi
daerah vagina dalam kontak dengan silinder. Struktur di dekatnya
seperti kandung kemih dan rektum mendapatkan paparan radiasi
kurang. Efek samping yang paling umum adalah perubahan pada
lapisan vagina. Ada 2 jenis brachytherapy digunakan untuk karsinoma
endometrium, low dose rate (LDR) dan high dose rate tinggi (HDR).
Dalam LDR brachytherapy, perangkat radiasi biasanya dibiarkan di
tempat selama sekitar 1 sampai 4 hari. Pasien harus tetap bergerak
untuk menjaga sumber radiasi dari pergerakan terapi dan harus
menginap di rumah sakit sedangkan HDR brachytherapy, radiasi yang
lebih intens. Setiap dosis membutuhkan waktu yang sangat singkat
biasanya kurang dari satu jam), dan pasien bisa pulang hari yang sama.
untuk endometrium kanker, HDR brachytherapy sering diberikan
36
mingguan atau bahkan harian selama minimal 3 dosis (Simpson,
2014).
f. Kemoterapi
Penggunaan obat melawan kanker diberikan ke intravena atau melalui
oral. pengobatan berpotensi berguna untuk kanker yang telah menyebar ke
luar endometrium. Penggunaan obatnya dapat dalam bentuk kombinasi
atau tunggal. Kemoterapi sering diberikan dalam periode pengobatan,
diikuti dengan periode istirahat. Obat yang digunakan sebagai pilihan yaitu
taxol, carboplatin, doxorubicin, cisplatin. Kombinasi yang paling umum
yaitu taxol dengan carboplatin dan doxorubicin dengan cisplatin (Simpson,
2014).
4. Terapi Baru
Menurut American Cancer Society, 2015 ada beberapa terapi baru untuk
karsinoma endometrium adalah :
d. Target Terapi
Penelitian sekarang menjelaskan lebih banyak tentang perubahan gen
dan protein dalam sel-sel kanker, mereka telah mampu mengembangkan
obat baru yang secara khusus menargetkan perubahan ini. Target kerja obat
yang berbeda dari kemoterapi standar (kemo) memiliki efek samping yang
berbeda. Beberapa terapi target yang sedang diteliti untuk mengobati
karsinoma endometrium adalah temsirolimus, brivanib, dan gefitinib.
e. Terapi Hormon
Meskipun terapi hormon karsinoma endometrium yang sering adalah
progestin, obat-obatan yang mempengaruhi estrogen juga dapat membantu.
Sebuah studi baru-baru melihat menggunakan fulvestrant, sebuah obat
yang menghalangi reseptor estrogen.
f. Operasi
Biopsi kelenjar getah bening. Mungkin Terapi ini sudah lama
digunakan pada kanker jenis lain seperti kanker payudara, tapi ini
merupaka terapi baru pada karsinoma endometrium.
W. Komplikasi
Karsinoma endometrium dapat menyebabkan rekurensi dan menjadi karsinoma
sekunder dan juga bermetastasis melalui pembuluh limfe. Berikut komplikasinya
37
yaitu kanker payudara, kanker kolon, kanker rectum, kanker jaringan lunak, kanker
usus halus, kanker vagina, myeloid leukimia (AML) dan kanker vesica urinaria.
Paling sering adalah kanker kolon dan kanker payudara (Wright, 2012).
X. Prognosis
Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai kekambuhan
dan keberhasilan pengobatan penyakitnya (Schorge JO, et all. 2008) :
1. Umur penderita
Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda lebih
baik prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa penelitian
didapatkan angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang berusia > 70 tahun
sebesar 60,9 % dan penderita yang berusia < 50 tahun sebesar 92,1 %. Dan
didapati juga kekambuhan penyakitnya sebesar 33% pada usia > 75 tahun, 12
% pada usia 50 - 75 tahun dan tidak dijumpai pada penderita yang berusia < 50
tahun. Angka ketahanan hidup penderita berusia tua berhubungan dengan
peningkatan penyebaran tumor ke luar uterus dan peningkatan kekambuhannya
berhubungan dengan tingginya angka kejadian tumor grade 3 atau jenis
histologi tumor yang sangat ganas.
2. Jenis histologi
Kira-kira 10 % karsinoma endometrium adalah bukan jenis endometrioid
dan didapati peningkatan kekambuhan dan penyebarannya. Sebesar 92 % angka
ketahanan hidup penderita yang mempunyai jenis histologinya endomethoid.
3. Differensiasi histologi
Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade 1,
tumor grade 2 sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan angka
keberhasilan 5 tahun pada grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar 86 % dan pada
grade 3 adalah 64%.
4. lnvasi ke miometrium
Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap tumor
yang hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80-90 % dan 60 % pada tumor
yang invasinya lebih dalam.
5. Sitologi peritoneum
38
Beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada sitologi
peritoneumnya positif.
6. Metastase kelenjar limfe
Penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta mempunyai
angka kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar limfe.
7. Metastase adneksa
8. Reseptor hormon
9. Ukuran tumor
10. Lymph vascular space invasion
39
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama: Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan balik dari RSUP Sanglah untuk perbaikan keadaan
umum sebelum kemoterapi paxus carboplatin seri ke V, dengan diagnosis Ca
Endometrium stadium IB post TAH-BSO dan anemia. Keluhan yang dialami
pasien adalah lemas sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Lemas
terasa seperti tidak bertenaga, hingga pasien tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari. Lemas memberat jika pasien beraktivitas dan membaik ketika
pasien beristirahat.
Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak selesai operasi 4
bulan yang lalu hingga sekarang. Nyeri perut terasa seperti ditusuk-tusuk
dengan intensitas sedang. Nyeri memberat bila pasien beraktivitas dan
membaik saat pasien minum obat dan istirahat. Pasien juga mengeluhkan ada
penurunan berat badan sebanyak 10 kg sejak 5 bulan yang lalu. Keputihan
dan keluar darah dari vagina saat ini disangkal oleh pasien.
Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia ± 12 tahun.
Pasien mengatakan siklus menstruasi tidak teratur, terkadang terlambat
sebulan atau 2 bulan, lamanya menstruasi ± 7 hari, dengan volume ± 80-100
cc. Pasien biasanya mengganti pembalut sebanyak empat sampai lima kali
dalam sehari saat menstruasi. Pasien mengeluh sering nyeri perut dan lemas
saat menstruasi. Pasien telah mengalami menopause sejak usia 47 tahun.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang pada tahun 1976 dan
menikah pada saat pasien berusia 13 tahun. Usia pernikahan pasien selama
43 tahun.
Riwayat Obstetri
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang petani yang sebelum sakit melaksanakan kegiatan
sehari-hari di sawah dan mengurus keluarga di rumah. Pasien mengaku tidak
merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, dan tidak
mengkonsumsi obat-obat terlarang selama ini.
Status General
Status Ginekologi
Abdomen
- Inspeksi : distensi (-), luka bekas operasi (+) di midline
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal ,
- Palpasi : nyeri tekan (+).
Pemeriksaan Dalam
- Inspekulo Vulva/Vagina
Porsio : pembukaan (-), fluksus (-), Flour(-), portio rapuh (-)
- Vaginal toucher (VT)
Flx (-), fl (-), pembukaan (-) slinger pain (-), massa (-). nyeri (-/-), CD
Bulging (-)
3.3.1 Pemeriksaan Penunjang
3.5 Penatalaksanaan
Perbaikan KU
IVFD NaCl 0,9% ~ 20 tpm
Transfusi PRC sampai dengan Hb >= 10 g/dL
Injeksi dipenhidramine 1 ampul (i.v)
Injeksi dexamethasone 1 ampul (i.v)
Sulfas ferosus 2x 300mg PO
Asam mefenamat 3x500mg PO
3.6 Monitoring
a. Perbaikan kondisi umum pasien
b. Tanda vital pasien
3.7 Edukasi
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari
penyakitnya tersebut.
b. Pasien diedukasikan tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitannya.
3.8 Perjalanan Penyakit
Tanggal S O A P
23/09/19 Perdarahan St.Present Mioma uteri Perbaikan KU
(06.00) pervaginam Kes : CM + anemia - IVFD NaCl 0.9%
lama T : 100/70 ringan ~ 20 tpm
minggu mmHg - Transfusi PRC s/d
N : 80 x/menit Hb >- 10 g/dl dgn
R : 20 x/menit premedikasi :
T : 35,7oC dipenhidramine 1
St. General amp dan
Mata: Anemis dexamethasone 1
(+/+) amp
Thoraks: cor - SF 2x 300 mg PO
pulmo dbn - Cek DL post
Ekstremitas: transfusi 2 kolf
akral hangat
(++/++)
St. Ginekologi
Abdomen:
BU(+) N ,TFU
½ pusat
simfisis
Vagina:
Perdarahan (+)
Pada laporan kasus ini pasien wanita inisial NLW berusia 57 tahun datang
ke RSUD Karangasem pada tanggal 23 September 2019 dengan rujukan balik dari
RSUP Sanglah untuk perbaikan keadaan umum sebelum kemoterapi paxus
carboplatin seri ke V, dengan diagnosis Ca Endometrium stadium IB post TAH-
BSO dan anemia.
Keluhan yang dialami pasien adalah lemas sejak seminggu sebelum masuk
rumah sakit. Lemas terasa seperti tidak bertenaga, hingga pasien tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Lemas memberat jika pasien beraktivitas dan
membaik ketika pasien beristirahat. Pasien tidak mengeluh adanya demam,
keputihan, maupun penurunan berat badan. BAK dan BAB tidak ada gangguan.
Adapun outline pembahasan yang akan dibahaskan dalam kasus ini adalah
penegakkan diagnosis, faktor predisposisi pasien serta penatalaksanaan.
4.1. Diagnosis
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
fibrus. Tumor ini merupakan tumor jinak dan massa pada uterus yang paling
sering ditemui pada pelvis wanita, insiden tertinggi dari mioma ini dijumpai pada
wanita usia reproduksi antara 30-45 tahun. Gejala dari mioma bervariasi
tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasinya. Kebanyakan wanita dengan mioma
bersifat asimtomatis. Berdasarkan lokasinya pada uterus mioma dapat dibedakan
menjadi mioma intramural atau mioma submukosum dan mioma subserosum.
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Terapi mioma uteri dibagi menjadi medikamentosa dan
operatif.
DAFTAR PUSTAKA