Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan.
Media adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, strategi, metode,
anggaran, dan standar (tolok ukur) keberhasilan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan media massa.
Aspek penting lainnya dari penggunaan media yaitu mempermudah atau
memperjelas dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Keberhasilan
penggunaan media, tidak terlepas dari bagaimana media tersebut
direncanakan. Melalui perencanaan media, kita dapat mengetahui proses
kegiatan yang saling berhubungan dalam memilih salah satu di antara
beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai.
Media yang dapat mengubah sikap siswa dan meningkatkan hasil belajar
siswa tentu tidak dapat berlangsung secara spontan. Akan tetapi melalui
analisis dengan memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut diantaranya, tujuan, kondisi
siswa, fasilitas pendukung, waktu yang tersedia dan kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran dengan baik dan benar.
Adapun langkah-langkah perencanaan media yang perlu diperhatikan
yaitu identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, perumusan tujuan
konstruksional, perumusan butir-butir materi yang terperinci,
mengembangkan alat pengukuran keberhasilan, menuliskan naskah media,
merumuskan instrument dan tes juga revisi. Dengan memperhatikan langkah-
langkah perencanaan media kita dapat membuat media yang baik dan tepat
dalam pembelajaran. Berdasarkan pemahaman media, aspek dan langkah-
langkah perencanaan media diharapkan dapat mempermudah para guru dalam
melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Terkait dengan hal-hal tersebut
maka dalam penyusunan makalah ini kami akan membahas tentang langkah-
langkah perencanaan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, ada beberapa
masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa yang dimaksud hakikat perencanaan media?
2. Apa saja langkah-langkah perancangan media?
3. Apa saja kriteria dalam pemilihan media?
4. Apa saja prinsip pengembangan dan produksi media?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh beberapa
tujuan antara lain:
1. Menjelaskan tentang hakikat perencanaan media.
2. Menjelaskan tentang langkah-langkah perecanaan media.
3. Menjelaskan kriteria dalam pemilihan media.
4. Menjelaskan prinsip pengembangan media.
BAB II
KONSEPTUALISASI PERANCANGAN MEDIA YANG AKAN
DIPRODUKSI (PLANNING)
A. Hakikat Perencanaan Media
Dilihat dari pengadaannya media dapat menggunakan yang sudah ada
yang dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan kita dapat langsung
menggunakannya, begitu juga media yang sifatnya alamiah yang tersedia
dilingkungan sekolah juga termasuk yang dapat langsung digunakan. Selain
itu, kita juga dapat membuat media sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Disinilah diperlukannya perencanaan, jika kita memiliki media dengan cara
membeli yang sudah ada, kegiatan perencanaan media tidak terlalu banyak
dilakukan, cukup dengan mencocokan materi yang akan diajarkan dengan
media tersedia. Berbeda halnya jika kita membuat media sendiri berdasarkan
kebutuhan dalam hal ini diperlukan analisis terhadap berbagai aspek,
sehingga pas dengan kebutuhan (Hermawan, 2007:89)
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat perencanaan
media adalah bahan ajar dikembangkan dari standar kompetensi dan
kemampuan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kompetensi dasar
dalam kurikulum dianalisis unsur-unsurnya dan dijabarkan menjadi
subkompetensi. Dilihat dari pengadaannya media dapat langsung digunakan,
begitu juga media yang sifatnya alamiah yang tersedi dilingkungan sekolah
juga termasuk dapat langsung digunakan. Selain itu juga , kita dapat membuat
media sendiri sesuai dengan kebutuhan. Jika kita memiliki media dengan cara
membeli yang sudah ada, kegiatan perencanaan media tidak terlalu banyak
dilakukan, cukup dengan mencocokan materi yang akan diajarkan dengan
media tersedia berdasarkan kebutuhan.
B. Langkah-langkah Perancangan Media
Menurut Indriana (2011: 125) menyatakan bahwa dalam merancang
sebuah media pengajaran, ada langkah-langkah yang harus ditempuh.
Pertama, mengidentifikasi segala kebutuhan dan memahami karakteristik
siswa. Kedua, merumuskan tujuan pengajaran dalam bentuk TIU (tujuan
instruksional umum) dan TIK (tujuan instruksional khusus). Ketiga,
merumuskan butir-butir materi secara terperinci. Keempat, mengembangkan
alat pengukur keberhasilan. Kelima, menuliskan pesan-pesan ke dalam media.
Keenam , merumuskan instrumen dan tes, serta melakukan revisi.
Dalam merancang media ada beberapa langkah yang harus ditempuh.
Langkah-langkah ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Langkah-
langkahnya yaitu: mengidentifikasi segala kebutuhan dan memahami
karakteristik siswa, merumuskan tujuan pengajaran dalam bentuk TIU dan
TIK, merumuskan butir-butir materi secara terperinci, mengembangkan alat
pengukur keberhasilan, menuliskan pesan-pesan ke dalam media, dan
merumuskan instrumen dan tes, serta melakukan revisi.

Menrut Hermawan (2007:89) megemukakan bahwa secara umum dapat


dirinci sebagai berikut: (1) . Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa,
(2). Rumusan tujuan instruksional (in-structional objektive). (3). Rumusan
butir-butir materi yang terperinci, (4). Mengembangkan alat pengukur
keberhasilan, (5). Menuliskan naskah media, (6). Merumuskan instrumen dan
ters dan revisi.

1. Identifikasi kebutuhan dan karektiristik siswa


Menurut Hermawan (2007:90) menyatakan bahwa adanya kebutuhan,
seyogyanya menjadi dasar dan pijakan dalam membuat media pembelajaran,
sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungi dengan baik.
Misalnya dalam pembelajaran bahasa inggris pada umumnya siswa mendapat
kesulitan dengan bahasa inggris ditambah perasaan malu dan takut untuk
berbicara. Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan
yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan
percakapan dalam bahasa inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat
mengikutinya jika siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa
penguasaan kosa kata dan dapat menyusun kalimat sederhana. Jika kita tidak
memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa
akan mengalami kesulitan.
Langkah pertama pada perencanaan media, kita harus dapat mengetahui
kebutuhan peserta didik untuk melaksanakan proses pembejaran. Selain kita
mengetahui kebutuhan peserta didik untuk perencanaan media kita harus
menyesuaikan juga dengan karakteristik peserta didik. Karena ketika kita
tidak memperhatikan kedua hal tersebut maka yang terjadi peserta didik akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Rumusan tujuan instruksional (in-structional objektive).
Menurut Hermawan (2007:92) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
tujuan juga merupakan faktor yang sangat penting, karena tujuan itu akan
menjadi arah kepada siswa untuk melakukan perilaku yang diharapkan
dengan tujuan tersebut. Contohnya , dengan menggunakan gambar, siswa SD
diharapkan memiliki pengetahuan untuk membedakan hewan karnivora,
herbivore dan omnivore dengan benar. Dengan tujuan tersebut baik guru
maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus
dilakukkan untuk mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus
disiapkan guru, dan bagaimana menyampaikannya, sudah tergambar dengan
jelas. Dengan tujuan yang jelas seperti itu, maka dengan mudah guru dapat
mengetahui sejauh mana siswa mampu mencapai tujuan itu.
Setelah mengetahui kebutuhan dan karakteristik siswa, langkah
selanjutnya ketika kita melakukan perencanaan media yaitu memperhatikan
tujuan instruksional. Media yang kita rancang harus sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan hal yang pentings sebagai arah
untuk siswa berperilaku yang sesuai sehingga mencapai apa yang
diaharapakan oleh guru.
Perumusan tujuan harusalah memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. Learner oriented. Dalam merumuskan tujuan, haruslah berpatokan pada
prilaku siswa dan bukan prilaku guru. Contohnya : siswa Sekolah Dasar
kelas III dapat menyebutkan 3 jenis binatang yang tergolong herbivore
dengan benar. (tujuan tersebut baik, karena berorientasi pada siswa), dan
rumusan tujuan tersebut tidak dibuat seperti ini :
Guru menerangkan 3 contoh binatang yang tergolong pemakan rumput
atau Herbivora. (tujuan tersebut tidak baik karena berorientasi pada
prilaku guru) padahal dalam pembelajaran yang harus memiliki
perubahan prilaku adalah siswa bukan guru.
b. Operational. Perumusan tujuan masalah harus dibuat secara spesifik
dan oprasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Tujuan yang spesifik ini terkait dengan penggunaan kata kerja. kata kerja
yang umum akan mengahsilkan prilaku yang bersifat umum, namun
sebaliknya kata kerja yang khusus akan menghasilkan prilaku yang
khusus pula. Contohnya : siswa diharapkan memahami proses alamiah
terjadinya hujan. Kata kerja yang digunakan adalah memahami, kata ini
bersifat umum masih diperlukan kata-kata kerja lain yang dijadikan
indicator untuk menentukan bahwa siswa memahami, misalnya kata kerja
menjelaskan menyebutkan, menunjukan, merinci dan lain-lain adalah
kata kerja yang lebih spesifik dan operasional. Begitu halnya dengan
program media yang dikembangkan, tujuan pembelajaran yang ada pada
media tersebut haruslah spesifik dan operasional.
c.ABCD untuk mempermudah merumuskan tujuan pembelajaran, Baker
(1971) membuat formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dnegan
rumus ABCD dengan penjelasan sebagai berikut :

A audience, artinya sasaran seagai pembelajar yang perlu


dijelaskan secara spesifik agar jelas untuk siapa tujuan tersebut di
berikan. Sasaran yang dimaksuddisini misalnya siswa SD kelas
IV, siswa SMP kelas 2, siswi SMA kelas 3 dan lain-lain.
B behavior, adalah prilaku spesifik yang diharapkan dilakukan
atau dimunculkan siswa seelah pembelajaran berlangsung,
behavior ini dirumuskan dalam bentuk kata kerjan contohnya :
menjelaskan, menyebutkan, merinci, mengidentifikasi,
memberikan contoh dan sebagainya.
C conditioning yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau
dikerjakan siswa pada saat pembelajaran dilakukan, misalnya :
dengan cara mengamati, tanpa membaca kamus, dengan
menggunakan kalkulator, dengan benar dan sebgainya.
D degree, adalah batas minimal tingkatkeberhasilan terendah
yang harus dipenuhi dalam mencapai prilaku yang diharapkan.
Pentuan ini tergantung pada jenis bahan materi, penting tidaknya
materi. Conto : 3 buah, minimal 80%, empat jenis, dan
sebagainya.

3. Rumusan butir-butir materi yang terperinci


Menurut Hermawan (2007:94) menyatakan bahwa titik tolak
perumusan materi pembelajaran adalah dari rumusan tujuan. Materi berkaitan
dengan subtansi isi pelajran yang harus diberikan. Materi perlu disusun
dengan memperhatikan kriteria-kriteria tertentu, diantaranya :
a. Sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya dan kesahihannya.
Hal ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang
disiapkan tidak ketinggalan jaman, dan memberikan kontribusi untuk
masa yang akan datang.
Ketika kita menyampaikan sebuah materi hendakanya mataeri
tersebut telah teruji kebenarannya. Materi yang diberikan juga tidak
ketinggalan zaman, dengan begitu apa yang dismapaikan mnjadi bekal
untuk masa depan peserta didik.
b. Tingkat kepentingan (significant), dalam memilih materi perlu
dipertimbangkan pertanyaan sebagai berikut, sejauh mana materi tersebut
penting untuk dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dang mengapa?
Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa tersebut bener-
bener yang dibutuhkanya.
Ketika memberikan materi dilihat dari kebutuhan siswa. Apakah
materi itu penting dipelajari oleh siswa. Sehingga materi yang
disampaikan dapat bermanfaat.
c. Kebermanfaatan (utility) kebermanfatan yang dimaksud
haruslah dipandang dari dua sudut pandang yaitu kebermanfatan secara
akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademismateri
harus menjadi bekal berapa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif,
keterampilan dan sikpa yang dibutuhkannya dalam kehidupan
keseharian.
Dalam penyemapaian materi harus dilihat pula kebermanfaatan
dari materi tersebut dalam dua sisi. Adapun yang harus kita perhatiakan
dalam kebermanfaatan secara akademik maupun pengembangan life
skill. Kebermanfaatan tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut.
d. Learnability artinya sebuah program harus dimungkinkan untuk
dipelajari, baik dari aspek kesulitannya (tidak terlalu mudah, sulit
ataupun sukar) dan bahan tersebut layakdigunakan sesuai dengan
kebutuhan setempat.
Kemampuan individu berbeda-beda, begitupun siswa. Dalam
materi harus memeperhatikan kesulitannya. Materi yang berikan harus
dapat di terima oleh berbagai macam karakteristik siswa.
e. Menerik minat (interest) materi yang dipilih hendaknya menarik
minat dan memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap
materi yang diberikan kepada siswa harus menimbulkan keingin tahuan
lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih tinggi untuk belajar
secara aktif dan mandiri. Contoh : rumusan tujuan: Siswa dapat
menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di Indonesia dengan benar
Contoh : rumusan materi, Nama pulau-pulau besar yang ada di Indonesia
Materi yang disamapaikan harus dapat memotivasi belajar siswa
sehingga katika siswa memperlajari sebuah materi siswa tersebut
termotivasi untuk belajar materi yang selanjutnya. Selain itu, materi yang
disampaikan harus dapat mendorong siswa menjadi individu yang aktif
dan mandiri.
Menurut Indriana (2011: 128-129) dalam merumuskan materi, ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Berikut adalah beberapa
kriteria tersebut.
1. Shahih atau valid. Materi tersebut sudah teruji keshahihannya dan
bisa diverifikasi dengan valid secara aktual, sehingga memenuhi
kualitas sebagai sebuah materi pelajaran yang akan berguna bagi
peserta didik.
2. Signifikasi. Materi tersebut harus jelas signifikannya bagi
pembelajaran anak didik.
3. Tingkat kegunaan. Materi tersebut haruslah ditentukan tingkat
kemanfaatanyasecara akademis dan nonakdemis. Sehingga materi
tersebut berguna bagi kehidupan anak didik kelak, baik dalam
lingkup sekolah dengan mendapatkan nilai yang baik maupun
dalam kehidupan luar sekolah setelah tamat.
4. Bisa dipelajari dengan baik. Materi tersebut harus sesuai dengan
tingkat pembelajaran anak didik sehingga ia mampu
mempelajarinya dengan baik.
5. Menarik minat anak didik. Materinya harus mampu menarik minat
anak didik mempelajarinya. Jika anak didik tidak berminat, maka
perwujudan tujuan pembelajaran akan terhambat.
Dalam merumuskana materi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pertama materi Materi yang diberikan harus sudah
teruji kebenarannya. Sehingga dapat diverifikasi secara aktual.
Pada inrinya harus memenuhi kualiatas sebagai materi yang layak
dan berguana bagi peserta didik. Materi tersebut harus jelas
signifikannya bagi pembelajaran anak didik. Kita juga harus
memeperhatikan tingkat kegunaaan materinya, selain itu kita harus
melihat apakah materi tersebut dapat dipelajari peserta didik yang
berbeda kemampuannya, serta materi tersebut dapat menarik minat
belajar peserta didik.
4. Perumusan alat pengukur keberhasilan
Menurut Hermawan (2007:95) menyatakan bahwa pembelajaran
yang kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan pembelajaran sudah
tercapai atau tidak. Untuk mengukur hal tersebut, maka diperlukan alat
pengukur hasil belajar berupa tes. Penugasan atau daftar cek perilaku, alat
pengukur keberhasilan belajar ini perlu dikembangkan dengan berpijak
pada tujuan yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang
sudah disiapkan. Yang perlu diukur adalah tiga kemampuan utama yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci
dalam tujuan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara tujuan,
materi, dan tes pengukur keberhasilan. Lihat gambar di bawah ini!
Dari gambar di atas, jelas menggambarkan bahwa hubungan antara
tujuan, materi, dan tes. Penyusunan materi didasarkan atas rumusan
tujuan, setelah materi selesai dirumuskan selanjutnya membuat item tes
berdasarkan tujuan dan materi tersebut, untuk lebih jelasnya, lihatlah
tujuan, materi, dan tes dengan contoh di atas.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa, secara


umum langkah-langakah perananagan media harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut, identifikasi kebutuhan dan karakteristik
siswa, kita harus dapat mengetahui kebutuhan dabn karaktristik peserta
didik untuk melaksanakan proses pembejaran. Rumusan tujuan
instruksional, media yang kita rancang harus sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, perumusn tujuan harus memperhatikan beberapa hal yaitu
learner oriented, operational, ABC. Rumusan butir-butir materi yang
terperinci, titik tolak perumusan materi pembelajaran adalah dari rumusan
tujuan. Materi berkaitan dengan subtansi isi pelajran yang harus diberikan
mengembangkan alat pengukur keberhasilan, menuliskan naskah media,
merumuskan instrumen dan ters dan revisi. Penyusunan materi didasarkan
atas rumusan tujuan, setelah materi selesai dirumuskan selanjutnya
membuat item tes berdasarkan tujuan dan materi tersebut,
C. Kriteria Dalam Pemilihan Media

Menurut Mahnun (2012: 30-31) berpendapat bahwa, pembagian kriteria


pemilihan media dapat dibagi menjadi 3 kriteria yaitu: 1. kelayakan praktis, 2.
kelayakan teknis dan 3. kelayakan biaya.
1. Kelayakan praktis, dalam praktek pemilihan media sering dilakukan atas
dasar praktis yaitu: pertama familiaritas pendidik dengan jenis media,
kedua ketersediaan media setempat, ketiga ketersediaan waktu untuk
mempersiapkan, keempat ketersediaan sarana dan pendukung.
Dalam memilih media kita harus menyesuaikan dengan kriteria pemilihan
media, supaya ketika pendidik menggunakan media tersebut peserta didik
bisa mengikuti proses pembelajaran dan peserta didik tidak terjadi
kesulitan. Kriteria yang pertama dalam pemilihan media adalah kelayakan
praktis. Hal-hal yang penting harus dilakukan pendidik ketika memilih
media adalah pendidik harus mengenal jenis media, tersedianya media di
lingkungan sekitar, harus tersedianya waktu dalam mempersiapkan media
tersebut, dan tersedianya sarana dan pendukung untuk membuat media.
2. Kelayakan teknis, pemilihan harus memenuhi persyaratan kualitatif
(kualitas) atau dapat tidaknya media merangsang dan mendukung proses
belajar siswa. Ada dua macam kualitas yang dipertimbangkan yaitu:
a. Kualitas pesan (kurikulum), dinilai menurut; pertama relefansi dengan
tujuan/ sasaran belajar, kedua kejelasan struktur pengajaran, ketiga
kemudahan untuk dicerna/dipahami dan keempat sistematika yang logis.
b. Kualitas visual, yaitu mengikuti prinsip-prinsip visualisasi, prinsip ini
menjadi dasar desain atau layout visual.
Kriteria yang kedua untuk memilih media adalah kelayakan teknis.
Dalam pemilihan media itu harus memenuhi persyaratan kualitas media
tersebut, maksudnya media tersebut dapat merangsang proses
pembelajaran peserta didik, dan media tersebut bisa mendukung pendidik
dalam proses pembelajaran. Terdapat kuliatas yang dipertimbangkan
dalam kelayakan teknis, yakni kualitas pesan dan kualitas visual. Kualitas
pesan dalam memilih media itu harus sesuai dengan tujuan atau sasaran
belajar, struktur pengajaran pendidik harus jelas, dalam pengguanaannya
mudah dicerna/ dipahami oleh peserta didik. Kualitas visual dalam
memilih media itu harus mengikuti prinsip-prinsip visual yang menjadi
dasar desain media tersebut.
3. Kelayakan biaya, mengapa harus pilih yang mahal bila sama efektifnya.
Dari beberapa kriteria atau langkah-langkah pemilihan media yang
dikemukakan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
pertimbangan yang perlu dilakukan oleh guru untuk memilih media yaitu;
a. Pertimbangan siswa, b. Pertimbangan tujuan pembelajaran, c.
Pertimbangan strategi pembelajaran, d. Pertimbangan kemampuan dalam
merancang dan menggunakan media, e. Pertimbangan biaya, f.
Pertimbangan sarana dan prasarana, dan h. Pertimbangan efesiensi dan
efektifitas.
Pertimbangan yang harus diperhatikan guru itu dimaksudkan untuk
menunjang pemilihan media yang tepat yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus terampil dalam menggunakan
media pembelajaran yang akan digunakan. Sehingga tujuan pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa, kriteria pemilihan
media dibagi menjadi tiga kriteria yaitu, kelayakan praktis, kelayakan
teknis, dan kelayakan biaya. Kelayakan praktis, dalam pemilihan media
ada tiga dasar praktis yaitu, pendidik harus mengenal jenis media,
tersedianya media, tersedianya waktu untuk mempersiapkan media, dan
ketersediaan sarana dan pendukung media. Kelayakan teknis, dalam
memilih media harus memenuhi persyaratan kualitas media tersebut, ada
tidaknya rangsangan dan mendukung proses pembelajaran. Kelayakan
biaya, dalam memilih media pembelajaran harus dipertimbangkan
biayanya juga, jika pengeluaran biaya yang sedikit bisa mengefektifkan
penggunaan media dalam proses pembelajaran, tidak perlu pengeluaran
biaya yang banyak tetapi dalam proses pembelajaran penggunaan media
tidak efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai