Anda di halaman 1dari 30

STUDI LITERATUR

FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(BBLR)

DOSEN PENGAMPU : HERINAWATI, M.Keb

DISUSUN OLEH:

MELINDA

PO71241200044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas evidance based ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk menambah pengetahuan


mahasiswi. Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun penyampaian pembahasan, maka
untuk kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak. Pada kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang turut membantu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jambi , Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar belakang Masalah..................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan penulisan.............................................................................2
D. Manfaat penulisan...........................................................................3
1. Bagi Penulis..............................................................................3
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi..............................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Bayi Baru Lahir....................................................................4


B. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................15

BAB III PEMBAHASAN

A. Hasil................................................................................................22
B. Pembahasan....................................................................................24

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................26
B. Saran...............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan lahir adalah salah satu indikator dalam tumbuh kembang
anak hingga masa status gizi yang diperoleh janin selama dalam kandungan.
Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi salah
satu permasalahan defisiensi zat gizi. Berat badan lahir rendah adalah berat
badan kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang masa gestasi (Kosim, 2012).
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah beresiko tinggi mengalami
mortalitas dan morbiditas pada masa pertumbuhannya (Manuaba, 2012).
Bayi dengan badan lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi
yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah
untuk waktu yang lama (Maryunani A,2013).
Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia World Health
Organization(WHO) prevalensi Bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih
sering terjadi di negara - negara berkembang atau sosial – ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di dapatkan di negara
Berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Maryunani A, 2013).
Menurut survei Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) pada tahun
2012, Angka kematian bayi adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan
kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada neonatus.
Dalam meningkatkan kelangsungan hidup bayi memerlukan
penatalaksanan yang terus menerus dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan neonatal harus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan,
sedangkan SDM dan fasilitas masih terbatas dan belum merata, sehingga perlu
di bentuk regionalisasi pelayanan kesehatan neonatal (Fauziah, A, 2013).

1
Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, bidan dan perawat yang
berkecimpung dalam pelayanan kesehatan bayi harus mengenal masalah apa
saja yang kiranya dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Usaha terpenting dalam penalaksanaan bayi BBLR adalah dengan
cara mencegah terjadinya kelahiran bayi BBLR, dengan perawatan antenatal
yang maksimal, serta mencegah atau meminimalkan gangguan/komplikasi
yang dapat timbul sebagai akibat dari keterbatasan berbagai fungsi tubuh bayi
yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (Maryunani, 2013).
Meskipun angka kematian bayi dan anak telah terjadi penurunan yang
bermakna namun kematian bayi baru lahir masih cukup tinggi. Hal ini erat
kaitannya dengan kurangnya penanganan komplikasi obstetri, dan masih
rendahnya status kesehatan ibu. Selama kehamilan banyak hal yang bisa terjadi
yang bisa berdampak pada ibu maupun pada bayinya kelak.
Komplikasi bayi berat lahir rendah yang sering dijumpai adalah asfiksia
dan hipotermi. Adapun upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
bayi berat badan lahir rendah yaitu dengan memberikan pengawasan antenatal
yang baik kepada ibu hamil. Memberi nasehat tentang gizi saat kehamilan,
meningkatkan keadaann sosial-ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan studi literarur tentang “Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah ”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa Saja Faktor Resiko
Bayi Berat Lahir Rendah.

C. Tujuan Penelitian
Diperolehnya gambaran studi literatur mengenai Faktor Resiko Bayi
Berat Lahir Rendah

2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai evaluasi dan masukan untuk pengalaman, wawasan dan
pengetahuan dalam melaksanakan penelitian bayi baru lahir khususnya pada
Faktor Resiko Bayi Berat Lahir Rendah
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa serta
menambah bacaan dan sebagai tambahan masukan untuk pengembangan
materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik
lapangan agar mampu menerapkan secara langsung.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah kurang dari 2500 gram yaitu
usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun cukup bulan,atau karena kombinasi keduanya
(Manuaba, 2013).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi kurang dari 2500
gram (Fauziah,A, 2013).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi Baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2500 gram sampai dengan 2.499 gram
(Rukiyah, 2013).
Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007), sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi
dengan berat lahir rendah=BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR merupakan
bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram dan umur kehamilannya
kurang dari 37 minggu atau aterm.

2. Etiologi Berat Badan Lahir Rendah


1) Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum (pre-eklamsia dan eklamsia)
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum
dan malnutrisi, Anemia sel sabit
3) Kelainan bentuk uterus misalnya: uterus bukirnis, inkompeten
serviks
4) Tumor misalnya: mioma uteri dan eistoma

4
5) Ibu yang menderita penyakit misalnya: akut dengan gejala panas
tinggi (tifus abdominalis, dan malaria), kronis yaitu TBC, penyakit
jantung, Hipertensi dan penyakit ginjal
6) Trauma pada masa kehamilan antara lain jantung
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alkohol)
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun
9) Bekerja yang terlalu berat
10) Perdarahan antepartum
Hasil penelitian pada 131 wanita dengan yang melahirkan bayi
kurang dari 250 gram, 57,1% berusia kurang dari 20 tahun, dan 92,9%
peningkatan berat badan yaitu < 6,5 kg, dan 64,9 % Hemoglobin>9,5%.
(Jasashree, 2015)
b. Faktor janin
1) Kehamilan ganda
2) Ketuban pecah dini
3) Cacat bawaan
4) Kelainan kromosom
5) Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplamosis)
6) Insufensi plasenta Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor
rhesus, golongan darah A,B dan O)
7) Infeksi dalam rahim
c. Faktor lain
1) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta, plasenta kecil.
2) Faktor lingkungan : radiasi atau zat – zat beracun
3) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiah,
dkk,2013).

5
2) Klasifikasi Bayi Berat lahir Rendah
Bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau lebih di anggap cukup
matang. Pertumbuhan rata-rata bayi didalam rahim dipengaruhi oleh berbagai
faktor (keturunan, penyakit ibu, nutrisi dan sebagainya). Oleh karena itu di
lakukan penggolongan dengan menggabungkan berat badan lahir dan umur
kehamilan sebagai berikut :
a) Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500 gram, disebut bayi berat badan
b) Bayi berat lahir sangat rendah, kurang dari 1500 gram, diistilakan sebagai
bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
c) Bayi berat lahir sangat rendah sekali, kurang dari 1000 gram, diberikan
istilah bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) (Maryunani, A,
2013).
Menurut beratnya dapat di bedakan menjadi :
a) Berat badan lahir rendah (BBLR): 1500 – 2499 gram
b) Berat badan sangat rendah (BBLSR): < 1500 gram
c) Berat badan lahir ekstrem rendah(BBLER):< 1000 gram (Fauziah,A,
2013)
Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi di bedakan menjadi:
a) Preterm infant atau bayi 9 prematur adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b) Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm) adalah bayi yang
lahir pada umur kehamilan 37-42 minggu.
c) Postterm infant atau bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan sesudah 42 minggu (Amiruddin,2014).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
dapat di kelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas :
a) Prematuritas murni adalah bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai untuk masa kehamilan itu atau biasa di sebut dengan
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB – SMK )
b) Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk kahamilan itu atau biasa di sebut neonatus kurang

6
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK ). Berarti bayi mengalami
gangguan intra uteri dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK)
(Amiruddin,2014).

3) Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah


Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2009), gambaran klinis dari bayi
BBLR adalah sebagai berikut :
a) Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm,
lingkar kepala < 33 cm
b) Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan, lanugo
banyak, lemak subkutan sedikit
c) Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia immatur,
labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun
d) Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat terlihat
e) Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu per satu
f) Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit
g) Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum terlihat
h) Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum sempurna
lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak
i) Kondisi ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang
aktif bergerak
j) Berbaring dalam posisi ekstensi
k) Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah, pernafasan
belum teratur dan sering terdapat apnea
l) Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan fleksi dan kepala
menghadap kearah satu jurusan
m) Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek menghisap
dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek batuk. Frekuensi nadi
100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50/menit, pada hari-hari
berikutnya 35-45/menit.

7
4) Komplikasi Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut (Hanifa, 2004), komplikasi dari BBLR seebagai berikut :
a) Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36,5°C sampai dengan 37,5° C. Segera setelah lahir bayi
dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan
suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu,
Hiportermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas
dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem syaraf yang mengatur suhu tubuh relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
Tanda klinis hipotermia:
1) Suhu tubuh di bawah normal (36,5-37,50c)
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
4) Sianosis (muka dan ekstremitas)
b. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan
bahwa Hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa
merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20
mg/dL.

8
Tanda klinis hipoglikemia :
1) Gemetar atau tremor
2) Sianosis (muka dan ektremitas)
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermiten
6) Tangisan melemah atau melengking
7) Kelumpuhan atau letargi
8) Kesulitan minum
9) Terdapat gerakan putar mata
10) Keringat dingin
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul
bersama-sama)
c. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,
disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik.
Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah
yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Refleks moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat dan sianosis
6) Apnea
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan bernada tinggi dan tajam
10) Kejang
11) Kelumpuhan

9
12) Fontanella mayor mungkin tegang dan cembung
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi
klinik satu pun.
d. Asfiksia
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
meningkatkan CO2.
Tanda dan gejalanya antara lain :
1) Pernafasan megap-megap dan dalam
2) Denyut jantung terus menerus
3) Bayi terlihat lemas
4) Penatalaksanaan asfiksia yaitu
5) Bersihkan jalan nafas
6) Rangsang reflek pernafasan
7) Mempertahankan suhu tubuh
e. Hiperbilirubinemia
Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin pada bayi baru
lahir. Penurunan bilirubin dapat terjadi akibat dari kesalahan metabolisme
bawaan, hipotiroidisme, ikterus ASI, prematuritas.
Penatalaksanaan :
1) Tempatkan bayi di dalam inkubator
2) Berikan cahaya foto terapi
3) Gunakan selimut serap optik (jika ada)
4) Pantau kondisi kulit dan ganti popok dengan sering
5) Pantau asupan dan pengeluaran serta amati adanya tanda-tanda dehidrasi
6) Pantau suhu dan pertahankan lingkungan termal yang netral
7) Pantau intensitas cahaya dengan bilimeter
f. Infeksi atau sepsis
Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal. Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada
bayi antara lain :

10
1) Bayi malas minum
2) Gelisah mungkin juga terjadi letargi
3) Berat badan menurun
4) Pergerakan kurang
5) Muntah
6) Diare
7) Kejang
Penatalaksanaan :
1) Mengatur posisi tidur/semi fowler
2) Apabila suhu tinggi lakukan kompres sedikit demi sedikit
3) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke
kiri atau ke kanan.
4) Apabila bayi diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan.
5) Rujuk segera ke rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform consent.

5) Diagnosis Bayi Berat Lahir Rendah


Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir
bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. (Lismayani, 2005) a.
a. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

11
b. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau
diperkirakan atau terjadi sindrom gawat nafas.
6) Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah
Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
BBLR (Hassan, 2005) :
a) Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
b) Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan BBLR.
c) Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
d) Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau
istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan
normal.
e) Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

12
7) Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah :
a) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b) Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
2. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
3. Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/sonde fooding
c) Suportif
1. Membersihkan jalan nafas
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak kelapa
4. Memberikan obat mata
5. Membungkus bayi dengan kain hangat
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR
7. Mempertahankan suhu tubuh bayi
8. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut
9. Menidurkan bayi di dalam inkubator
10. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
11. Badan bayi harus dalam keadaan kering
12. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar
panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas
kesehatan setempat sesuai petunjuk

13
13. Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
14. Ukur suhu tubuh dengan berkala
15. Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
a. Jaga dan pantau patensi jalan nafas
b. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
16. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh:
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
17. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
18. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi
d) Pemantauan
1) Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
(1) Pantau berat badan bayi secara periodik
(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500)
(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai tercapai
jumlah 180ml/kgBB/hari
b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kgBB/hari
c. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200ml/kgBB/hari
d. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu

14
2) Pemantauan setelah pulang
Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah
pulang sebagai berikut :
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
d. Tes perkembangan denver development screening test (DDST)
e. Awasi kelainan bawaan
f. Mengajarkan ibu atau orangtua cara :
1) Membersihkan jalan nafas
2) Mempertahankan suhu tubuh
3) Mencegah terjadinya infeksi
4) Perawatan bayi sehari-hari :
(a) Memandikan
(b) Perawatan talipusat
(c) Pemberian ASI
g. Menjelaskan pada ibu (orangtua)
1) Pemberian ASI
2) Makanan bergizi bagi ibu
3) Mengikuti program KB segera mungkin
h. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke
Rumah Sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke Rumah Sakit.

B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan


Menurut Helen varney (1997), manajemen asuhan kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan dan urutan logis dan perilaku yang di
harapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan

15
keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
1) Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Helen varney, Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7(tujuh )
langkah yaitu sebagai berikut:
 Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data di lakukan:
Anamnese meliputi: melakukan tanya jawab kepada ibu untuk
memperoleh data meliputi: riwayat kesehatan, riwayat reproduksi:
riwayat haid, riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar,
data sosial ekonomi dan psikologi.
Pada Anamnese akan didapatkan kemungkinan bayi berat badan
lahir rendah pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, Namun dapat
juga terjadi pada kehamilan aterm,atau pada usia kehamilan 42 minggu.
Dan pada Anamnesis akan didapatkan pula riwayat kehamilan yang
berpengaruh terhadap berat badan janin seperti usia ibu waktu hamil
kurang dari 20 tahun,atau lebih dari 35 tahun, Perdarahan anterpartum.
Penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu termasuk penyakit jantung,
TBC, hipertensi dan penyakit ginjal dapat pula berpengaruh terhadap
berat badan janin.
Bayi berat badan lahir rendah juga bisa terjadi karena adanya
riwayat ibu bekerja terlalu berat dan adapula faktor lain yang
menyebabakan BBLR seperti plasenta previa, Kebiasaan Keluarga di
rumah seperti pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan berat badan bayi kurang
dari 2500 gram bayi bisa preterm atau aterm, jaringan lemak bawah
kulit sedikit,tulang tengkorak pada bayi lunak mudah bergerak, kulit
tipis, merah dan transparan, verniks kaseosanya sedikit/ tidak

16
ada,menangis lemah, Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai tanda-
tanda vital: pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit
(pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas), frekuensi
nadi 100 sampai 140 denyut per menit, dan suhu dibawah 36,5 .
Ukuran antropometri: berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
kurang dari 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala
kurang dari 33 cm, dan LILA dibawah dari 9,5 cm. Kepala: relatif lebih
besar, tidak mampu tegak dan tulang tengkorak lunak mudah bergerak.
Kulit: kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, dan lemak kulit
kurang.
Genetalia, bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang, bayi laki-laki: skrotum yang belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun
kedalam skrotum, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-
lurus dan kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. Refleks
menelan dan menghisap yang lemah, menangis lemah dan otot
hipotonik lemah.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah
berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi
akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.
 Langkah II : Identifikasi diagnosa/Masalah aktual
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah berdasarkan interprestasi yang akurat terhadap data-data yang
telah di kumpulkan.
Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasi sehingga
dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan
masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
di defenisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.

17
Masalah BBLR ditegakkan berdasarkan interprestasi data dasar
yang di kumpulkan bahwa BBLR akan menimbulkan masalah-masalah
seperti suhu tubuh yang tidak stabil atau masalah dalam pengaturan
temperature pada bayi, terjadinya gangguan pernafasan pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah,dan gangguan persyarafan.
 Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan membutuhkan pencegahan. Bidan di harapkan waspada
dan bersiap mencegah diagnosis/masalah potensial terjadi.
Pada bayi berat badan lahir rendah maka perlu di lakukan antisipasi
terjadinya hipotermia, dimana hipotermi terjadi karena hanya sedikit
lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane
hialin), sering terjadi pada BBLSR kurang bulan yaitu pernafasan yang
tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum terkoordinirnya
refleks menghisap dan reflex menelan.
Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada bayi
sehingga BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan
berikan ASI setiap 2 jam sekali pada minggu pertama.
Hiperbilirubinemia Terjadi karena fungsi hati belum matang.
 Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Emergency atau Kolaborasi
Pada langkah ini, bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya
segera melakukan konsultasi atau melakukan kolaborasi bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Pada kondisi BBLR, dengan usia kehamilan aterm dan tidak
mengalami gangguan nafas atau cacat yang harus dilakukan tindakan
segera, maka tidak diperlukan tindakan emergency, namun jika terjadi
gagal nafas, sianosis, hipotermi, kejang, gemetar atau tremor,

18
pernafasan cepat, kulit dingin, refleks moro menurun atau tidak ada,
kegagalan menetek demgan baik, muntah yang kuat, tonus otot
menurun atau tidak ada. Maka perlu dilakukan tindakan emergency.
 Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanan terhadap masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
Adapun penatalaksanaan BBLR yaitu: mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermi,
maka suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
Mencegah infeksi dengan ketat pada BBLR sangat rentan akan
infeksi, maka prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk cuci tangan
sebelum memegang bayi. Pengawasan nutrisi refleks menelan bayi
BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi
harus dilakukan dengan cermat.
Penimbangan ketat perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
itu penimbanagn berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care), perawatan bayi
lekat ini merupakan cara yang murah, aman dan mudah diterapkan yaitu
dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke
kulit seawal mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi, manfaat
KMC ini yaitu dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih
ibu cara menyusui yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap
dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.
 Langkah VI : Pelaksanaan (implementasi)
Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah
lima dilaksanakan secara efisien dan aman. perencanaan ini dilakukan
oleh seluruh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

19
Pada kondisi dimana bayi berat lahir rendah dilakukan pengukuran
antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, rawat
gabung. Maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali
apabila bayi mengalami tanda dan gejala seperti gagal nafas,
hipotermia, kejang, gemetar atau tremor, pucat dan sianosis, dll. Maka
dapat dilakukan penatalaksanaan secara khusus.
 Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang diberikan. Meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi
sesuia diagnosa atau masalah.
1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan
lengkap dan akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan (proses asuhan kebidanan). Pendokumentasian
asuhan yang telah di berikan harus di catat benar, jelas, singkat dan
logis dalam suatu metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP,
yaitu :
 S (Subjektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis(langkah 1 varney).
 ( Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien,hasil laboratorium, dan uji diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan (langkah 1 varney).
 A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi
data subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi:
a. Diagnosis/ masalah
b. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial perlunya tindakan
Segera oleh bidan atau dokter/ konsultasi/kolaborasi dan atau
rujukan (langkah I,II,III,dan IV varney).

20
 P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assesment (langkah V, VI dan VII
verney) (Surachmindari,RY, 2014).
SOAP ini di lakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada
sevaluasi hari berikutnya/kunjungan berikutnya yang dilakukan setiap bulan
selama 4 kali kunjungan untuk memantau perkembangan klien. Kunjungan
rumah dilakukan untuk asuhan yang lebih efektif.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N JUDUL METODE HASIL DISKUSI KESIMPULAN


O PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN
1. “Risk Of Low Birth Hampir 15.000 Pemasangan Dalam penelitian BBLR memiliki
Weight On orang yang lahir model logistik ini terungkap kecenderungan
adulthood selama tahun linier terpisah bahwa BBLR untuk
Hypertension - 1950 hingga 1965 menunjukkan adalah faktor menyebabkan
Evidence From a dipilih dan BBLR memiliki risiko utama tekanan darah
Tertiary Care undangan dikirim hubungan yang untuk hipertensi tinggi pada orang
Hospital In a South ke mereka alamat signifikan dewasa dan dewasa di
Asian Country, Sri asli. Dari mereka, dengan SBP temuannya kawasan Asia
Lanka: a 217 orang tinggi (OR = penelitian ini Selatan, dan
Retrospective merespons dan di 2.89; 95% CI: konsisten dengan temuannya
Cohort Study” antara mereka 1,01 hingga hubungan terbalik demikian
Resiko berat badan berat lahir pulih 8,25; P = 0,04), berat badan lahir konsisten dengan
lahir rendah pada untuk 122 orang dan hipertensi dan hipertensi penelitian
usia dewasa individu. Model (OR = 3,15; orang dewasa di sebelumnya
hipertensi - bukti logistik linier 95% CI: 1,17 Asia Selatan tentang hubungan
dari tersier terpisah dipasang hingga 9,35; P = negara serta BBLR dan
perawatan rumah untuk model 0,03), tetapi sebelumnya hipertensi dewasa
sakit di negara Asia tekanan darah tidak dengan ditampilkan di di wilayah lain di
Selatan, Sri sistolik tinggi DBP tinggi geografis lain dunia.
Lanka: studi kohort (SBP: darah (OR = 0,75; lokasi termasuk di
retrospektif sistolik tekanan 95% CI: 0,22 negara
darah> 140 hingga 2,16; P = berkembang dan
mmHg), tekanan 0,62), ketika maju
darah diastolik efek BBLR negara
tinggi (DBP: dipelajari
tekanan darah setelah
diastolik> 90 disesuaikan
mmHg) dan untuk semua
hipertensi faktor risiko
(baik SBP> 140 potensial
mmHg atau lainnya.
DBP> 90mmHg).
2. “Prevalence, Empat studi Sebanyak Diskusi Meskipun
Mortality And Risk cross-sectional 19.625 bayi baru Kelompok kematian pada
Factors Associated dianalisis, lahir dilibatkan kelahiran Pelotas bayi lahir
Withvery Low menggunakan dalam penelitian menunjukkan prematur dengan

22
Birth Weight data wawancara ini. Pada tahun potensi besar berat badan
Preterm Infants: perinatal 1982, 1993, untuk analisis sangat rendah
An Analysis Of 33 kelompok 2004, dan 2015 evolusi temporal telah menurun
Years” kelahiran di kota masing-masing variabel perinatal lebih dari 60%
Prevalensi, Pelotas yang terdapat 5909, dan faktor dalam beberapa
mortalitas dan dikumpulkan 5232, 4226, dan risikonya, karena tahun terakhir,
faktor risiko yang pada tahun 1982, 4258 kelahiran. mereka dicirikan kelompok ini
berhubungan 1993, 2004, dan Prevalensi berat sebagai studi masih
dengan bayi 2015.Berdasarkan badan lahir berbasis populasi, berkontribusi
prematur dengan kuisioner sangat rendah yang mencakup terhadap lebih
berat lahir sangat perinatal, berturut-turut periode 33 tahun dari setengah
rendah: analisis 33 pengukuran adalah 1,1% (n yang luas. Hasil kematian
tahun antropometri bayi = 64), 0,9% (n = yang dijelaskan di neonatal.
baru lahir dan 46), 1,4% (n = sini melengkapi
akta kematian 61), dan 1,3% (n analisis evolusi
dianalisis untuk = 54). Tidak ada berat lahir di
mendapatkan bukti statistik Pelotas hingga
prevalensi. angka tren meningkat 2004, yang
kematian, dari waktu ke diterbitkan oleh
kematian waktu (p = Barros et al.
neonatal, dan 0,11).
faktor risiko (usia
ibu, pendapatan
dan jenis
persalinan) untuk
berat badan lahir
sangat rendah.
3. “Risk Factors Sebuah studi Total 480 BBLR adalah Penelitian ini
Associated with cross sectional kelahiran terjadi masalah menunjukkan
Low Birth Weight berbasis rumah selama masa kesehatan bahwa ada
among Deliveries sakit dilakukan di studi, dimana masyarakat yang beberapa faktor
at Bharatpur bangsal 480 memenuhi terkait dengan yang saling
Hospital” Kebidanan dan kriteria cakupan luas mempengaruhi
Faktor Risiko yang Ginekologi penelitian. Di dari kemungkinan yang
Berhubungan Bharatpur antaranya prediktor, yang menyebabkan
dengan Berat RSUD, 9,4% adalah terkadang sulit terjadinya BBLR;
Badan Lahir Bharatpur, dari berat lahir untuk dilakukan yang mana
Rendah tanggal 17 rendah dan menangani. usia ibu saat
di antara Persalinan September 90,6% adalah Meskipun ada melahirkan,
di Rumah Sakit sampai 4 Oktober berat lahir upaya untuk pertambahan
Bharatpur 2012. Seluruh normal. Secara menurunkan berat badan ibu
480 responden keseluruhan proporsi saat hamil,
diambil dan rata-rata berat bayi baru lahir pendek, indeks
Responden adalah lahir ditemukan dengan BBLR, massa tubuh
ibu yang 2,96 keberhasilannya rendah dan
melahirkan bayi kg. Dari total sangat terbatas hiperemesis

23
di RS Bharatpur. 9,4% bayi baru dan gravidarum
lahir dengan masalah tetap ada, adalah prediktor
berat badan baik berkembang terkuat dalam
kurang dari 2,50 maupun penelitian ini.
kg dan berat berkembang
lahir rata-rata negara
2,96 kg.

B. Pembahasan

Dalam penelitian “Risk Of Low Birth Weight On adulthood


Hypertension Evidence From a Tertiary Care Hospital In a South Asian
Country, Sri Lanka: a Retrospective Cohort Study” terungkap bahwa berat
badan lahir rendah merupakan faktor risiko utama hipertensi dewasa dan
Temuan penelitian ini konsisten dengan hubungan terbalik antara berat badan
lahir dan hipertensi orang dewasa di negara Asia Selatan serta sebelumnya
ditunjukkan di lokasi geografis lain termasuk di negara berkembang dan maju.
Berat badan lahir rendah menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap hipertensi khususnya dengan SBP tinggi di masa dewasa, tetapi tidak
secara langsung dengan DBP tinggi. Menariknya ketika SBP dan DBP
dianggap menentukan hipertensi, efek BBLR jauh lebih signifikan
dibandingkan dengan efek individu pada SBP dan DBP, yang menunjukkan
efek kumulatif BBLR pada SBP dan DBP dalam menentukan hipertensi
dewasa.
Dalam penelitian “Prevalence, Mortality And Risk Factors Associated
Withvery Low Birth Weight Preterm Infants: An Analysis Of 33 Years”,
Kelompok kelahiran Pelotas menunjukkan potensi besar untuk analisis evolusi
temporal variabel perinatal dan faktor risikonya, karena mereka dicirikan
sebagai studi berbasis populasi, yang mencakup periode 33 tahun yang luas.
Hasil yang dijelaskan di sini melengkapi analisis evolusi berat badan lahir di
Pelotas sampai tahun 2004, yang diterbitkan oleh Barros dkk.
Analisis ini menunjukkan penurunan yang signifikan pada kematian
bayi baru lahir VLBW sepanjang tahun, di mana prevalensi kelahiran dengan

24
VLBW telah stabil, berkisar dari 0,9% hingga 1,4%. Sebuah studi yang
dilakukan di ibukota negara bagian (Porto Alegre) oleh Da Silva et al., Dengan
data sekunder, ditemukan prevalensi VLBW antara 1,1% dan 1,3% antara
tahun 1994 dan 2005, dengan tren peningkatan yang sangat kecil (p = 0,049).
tingkat yang dilaporkan untuk Porto Alegre serupa dengan yang diamati dalam
penelitian ini; ada kemungkinan bahwa batas signifikansi statistik dipengaruhi
oleh ukuran sampel yang besar (lebih dari 20.000 kelahiran per tahun), tanpa
menunjukkan peningkatan yang substansial dalam prevalensi. Para penulis
melaporkan bahwa peningkatan risiko dikaitkan dengan primiparitas.
Dalam penelitian “Risk Factors Associated with Low Birth Weight
among Deliveries at Bharatpur Hospital”BBLR adalah masalah kesehatan
masyarakat yang terkait dengan cakupan luas dari kemungkinan prediktor,
yang terkadang sulit dilakukan menangani. Meskipun ada upaya untuk
menurunkan proporsi bayi baru lahir dengan BBLR, keberhasilannya sangat
terbatas dan masalah tetap ada.
Studi ini mengungkapkan bahwa BBLR hampir 10% dari semua yang
hidup kelahiran, yang kurang dari apa yang diamati di rumah sakit- studi
berbasis (29,8%) di Rumah Sakit Wilayah Barat, Pokhara, Nepal, dan di
Kathmandu. 9, 10 Diperkirakan BBLR di Nepal adalah 21%, dibandingkan
dengan regional perkiraan BBLR 25% di Asia Selatan pada tahun 2001.
proporsi BBLR tinggi di Nepal dan diakui sebagai masalah kesehatan nasional.
Penyebab utama BBLR di Nepal adalah prevalensi wanita yang kekurangan
gizi, diperburuk oleh asupan makanan yang rendah selama kehamilan.
Suplementasi zat besi dapat meningkatkan nafsu makan ibu, sehingga
meningkatkan konsumsi energi selama kehamilan, dengan hasil peningkatan
pertumbuhan intrauterin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang,

25
karena dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga
berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi dengan berat lahir rendah
cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf
dan mempunyai performa yang buruk pada proses pendidikannya.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan


Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan
masukan untuk Tenaga Kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan,
selain itu tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan promotif dan
preventif seperti penyuluhan, maupun konsultasi yang mendalam dan
memastikan ibu yang sedang hamil mengerti akan pentingnya mencegah
kejadian bayi berat lahir rendah dengan harapan angka kematian neonatus
dapat berkurang.

2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi serta wawasan tentang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat mengetahui upaya pencegahannya
serta memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di
sarana pelayanan kesehatan, dengan harapan angka kematian neonatus dapat
berkurang.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian lanjutan mengenai BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba I. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC
Rukiyah. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Media

26
M. Sholeh kosim , dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta .
Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Jakarta :Trans Info Medika
Sarwono, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBP-SP
Amiruddin, R. Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta:
Trans Info Media
Surasmi, A, dkk.. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Pantikawati, Ika dan Saryono. 2010. “Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)‘’ Cetakan
I Yogyakarta : Nufia Medika
Varney’s, H. 1997. Varney’’s Midwifery. Sudbury Massachusett, USA: Jones and
Barlett Publisers
Yurifah dan Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Dileepa, dkk. 2017. “Risk Of Low Birth Weight On adulthood Hypertension -
Evidence From Tertiary Care Hospital In a South Asian Country, Sri Lanka:
a Retrospective Cohort Study”
Victora, J, D, dkk. 2018. “Prevalence, Mortality And Risk Factors Associated
Withvery Low Birth Weight Preterm Infants: An Analysis Of 33 Years”
Kandel, K, P., Sindhu Kafle,. 2017. “Risk Factors Associated with Low Birth
Weight among Deliveries at Bharatpur Hospital”

27

Anda mungkin juga menyukai