Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mata Kuliah

Teori Akuntansi
Dosen: Dr. Hudi Kurniawanto, S.E., M.M.

Materi:
Pengertian Teori Akuntansi

Oleh:
Kelompok 1 Kelas Akuntansi 03
Nama : 1. Indah Dewi Rahayu (18210092)
2. Endang Putri Rahayu (18210094)
3. Yuki Melani. W (18210126)
4. Muh. Mustafid. A (18210127)

Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi Surakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi keuangan membahas tentang bagaimana prosedur, metode, dan


teknik pencatatan transaksi keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan pelaporan
keuangan yang telah ditetapkan. Standar akuntansi memberi pedoman
(pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen-
elemen atau pos-pos laporan keuangan) perlakuan akuntansi terhadap suatu
kejadian.
Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu negara sebenarnya tidak terjadi
begitu saja secara ilmiah namun praktik yang dijalankan dirancang dan
dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Dan praktik
akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politis). Karena
itu, struktur dan praktik akuntansi akan berbeda antara negara yang satu dengan
yang lainnya (perbedaan muncul dikarenakan struktur dan praktik tersebut
disesuaikan dengan kondisi negara, tempat dimana akuntansi tersebut dijalankan).
Dalam makalah ini teori akuntansi akan membahas perlakuan-perlakuan dan
model-model alternatif yang dapat menjadi jawaban atas masalah-masalah yang
dihadapi dalam praktik akuntansi. Praktik yang baik dan maju tidak akan dapat
dicapai tanpa suatu landasan teori yang baik. Karena itu praktik dan profesi harus
dikembangkan atas dasar penalaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti penting teori akuntansi?
2. Apakah pengertian akuntansi sebagai seni, sains, dan teknologi?
3. Apa saja perspektif teori akuntansi?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui arti penting teori akuntansi.
2. Untuk mengetahui pengertian akuntansi sebagai seni, sains, dan teknologi.
3. Untuk mengetahui perspektif-perspektif teori akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Arti Penting Teori Akuntansi
Praktek akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-
masalah praktis dan profesional. Teori akuntansi merupakan bagian penting dari
praktek. Pemahamannya oleh praktisi dan penyusun standar akan sangat
mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktek yang sehat. Teori
akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara
beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Praktek akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu
teori baik yang melandasinya. Praktek dan profesi harus dikembangkan atas dasar
penalaran. Teori merupakan obor yang menerangi praktek dengan prinsip-prinsip
yang masuk akal.

B. Pengertian Akuntansi Sebagai Seni, Sains, dan Teknologi

Dalam Suwardjono, jika akuntansi dipandang sebagai seni maka yang


dimaksud adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai perangkat
pengetahuan (Suwardjono, 2006, 12). Berdasarkan pengertian-pengertian dari
beberapa ahli, akuntansi lebih dari sekedar seni karena pada dasarnya pengertian
seni lebih relevan pada kemampuan manusia membuat sesuatu yang unik, yang
lebih menonjolkan kemampuan spesifik dalam menghasilkan sesuatu (things) agar
lebih bernilai. Jika akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi harus memenuhi
kriteria dari definisi sains terlebih dahulu.

“Sains adalah salah satu cabang dari pengetahuan (seperangkat


pengetahuan) yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas
penjelasan tentang satu fenomena dengan menerapkan metode ilmiah”
(Suwardjono, 2006, 14).

Berdasarkan pengertian diatas, sains lebih berorientasi terhadap bebas nilai


dan sains tidak menghasilkan kebijakan (kebermanfaatan) melainkan sebuah
kebenaran. Jika diterapkan dalam sudut pandang akuntansi, maka dalam
prakteknya akan lebih mengarah terhadap pembahasan mengenai mengapa
perlakuan akuntansi seperti itu bukan bagaimana cara menciptakan perlakuan
akuntansi yang lebih baik.

Secara umum pertimbangan pokok yang mendasari akuntansi adalah


kebermanfaatan, maka dari itu akuntansi tidak dapat bebas nilai, karena selalu
terpengaruh oleh faktor lingkungan. Sedangkan pertimbangan pokok yang
mendasari akuntansi sebagai sains adalah penerapan metode ilmiah dan bebas
nilai. Maka dari itu, jika akuntansi dikategorikan dalam sains kurang tepat, karena
tidak memprioritaskan dalam menghasilkan kebijakan dalam mencapai tujuan
sosial ekonomi, namun lebih menekankan pada mendapatkan kebenaran tentang
satu fenomena dengan menerapkan metode ilmiah.

Pengklasifikasian akuntansi sebagai teknologi didukung oleh beberapa


ahli. Menurut Gaffikin dalam Suwardjono, menyatakan bahwa akuntansi
merupakan rekayasa informasi yang dimanfaatkan dalam rangka mencapai
kemakmuran ekonomi, oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi.
Pengertian akuntansi sebagai teknologi sejalan dengan pengertian teknologi yaitu :

“Seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu (goods) yang


bermanfaat dan pengertian teknologi tidak terbatas pada teknologi keras (Hard
Technology) tetapi juga teknologi lunak (Soft Technology).”(Suwardjono,
2006,15).

C. Perspektif Teori Akuntansi

Manapun perlakuan yang dianut, teori akuntansi akan berisi pernyataan


yang berupa baik penjelasan ataupun pembenaran (justifikasi) tentang suatu
fenomena atau perlakuan akuntansi. Contoh fenomena atau perlakuan akuntansi
antara lain adalah adanya bermacam metode akuntansi, penggunaan sistem
berpasangan (debit-kredit), keharusan menyusul statement aliran kas, pernyataan
bahwa akuntansi kos sekarang lebih relevan dari akuntansi kos historis, dan
adanya reaksi pasar modal terhadap penerbitan informasi laba. Selain perspektif
(aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah dan
justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain
menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
1.      Aspek Sasaran Teori

Aspek sasaran ini mendasari pembedaan teori akuntansi menjadi teori


akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi
logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains
akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan
menghasilkan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang
berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.

  Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu (kejadian, tindakan, atau


perbuatan) seperti adanya sesuai dengan fakta atau yang terjadi atas dasar
pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah
suatu pernyataan itu benar atau salah (good or bad) atau relevan atau tak relevan
(relevant or irrelevant) dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomik atau sosial
tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan
kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan (policy making).

 Dengan pemikiran diatas, blaug (1992) menjelaskan bahwa teori positif


berkepentingan dengan masalah fakta sedangkan teori normatif berkepentingan
dengan masalah nilai.

Dilain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan


penjelasan atau penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau
lebih efektif (good or bad) daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan
akuntansi tertentu harus dicapai. Misalnya, teori akuntansi normatif berusaha
untuk menjawab apakah akuntansi kos historis (historical cost accounting) lebih
baik daripada akuntansi kos sekarang (current cost accounting) untuk mencapai
tujuan akuntansi. Untuk menjawab masalah ini, teori akuntansi normatif
mendasarkan penjelasan atau teorinya atas dasar tujuan yang telah disepakati
untuk dicapai. Tujuan tersebut jelas memuat nilai-nilai (values) yang harus
dipertahankan. Penentuan kesesuaian dengan tujuan akan merupakan proses
subjektif (subjective) yang melibatkan kemampuan menimbang (art) antara
manfaat dan risiko atau keuntungan dan kerugian. Hasil akhir teori akuntansi
normatif adalah suatu pernyataan atau proposal yang menganjurkan tindakan
tertentu (perscriptive). Teori akuntansi positif sering diklasifikasi sebagai teori
formal atau teori normatif sebagai teori non-formal.

 Jadi, perbedaan teori akuntansi positif dan normatif timbul akibat


perbedaan sasaran teori dan bidang masalah (realm) yang menjadi perhatian
masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains-teknologi, teori
akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains sedangkan
teori akuntansi normatif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai  teknologi.

2.      Aspek Tataran Semiotika

Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi


sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa
bisnis (the language of business). Bahasa merupakan bagian penting dalam
komunikasi. Pesan atau makna yang ada dibenak pengirim disimbolkan dalam
bentuk ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut ditafsirkan sama persis
seperti yang dimaksudkan. Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek
komunikatif (teori komunikasi) dipelajari dalam tiga bidang kajian yaitu
semiotika, linguistika, dan logika. Semiotika merupakan bidang kajian yang
membahas teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam
bidang linguistika. Linguistika itu sendiri merupakan bidang kajian ilmu bahasa
yang membahas fonetik, gramatika, morfologi, dan makna kata atau  ungkapan.
Logika membahas masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan
penyimpulan. Ketiga bidang kajian ini menjadi teori yang melandasi terciptanya
komunikasi yang efektif. Sebagai teori umum dalam penyimbolan informasi,
semiotika membahas tiga pernyataan pokok yang berkaitan dengan simbol
informasi.

Ketiga pertanyaan tersebut adalah:

Apakah simbol tersebut logis (masuk akal)?

Apa makna yang terkandung oleh simbol?

Apakah ungkapan tersebut mempunyai efek (pengaruh) terhadap penerima?


Pokok masalah diatas membentuk tiga tataran (level) semiotika yaitu
sintaktika, semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah
bahasa yaitu hubungan logis diantara tanda-tanda atau simbol-simbol bahasa.
Semantika menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan
(fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika membahas dan menguji apakah
komunikasi efektif dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku
penerima. Moeliono (1989) memberi ciri tiap tataran semiotika dalam teori
komunikasi.

Tataran semiotika dalam teori komunikasi

Sistematika aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)

Tataran Sasaran bahasa Penekeanan Kandungan


komunikasi pesanan
Sintaktika aspek formal Operasional, Informasi
tanda bahasa penandaan sintaktik
(kosa kata, tata
bahasa)
Semantika Aspek isi tanda Penafsiran, Informasi
bahasa(makna) Pelambangan semantik
Pragmatika Keefektifan Fungsional, Informasi
tanda bahasa pemengaruhan pragmatik
(efek
komunikatif)

Akuntansi keuangan yang dikenal luas sekarang ini dikembangkan atau


direkayasa atas dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang dituju
informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang dituju
tersebut bersedia menanamkan dana ke kegiatan ekonomik yang dibutuhkan
masyarakat melalui perusahaan. Karena perilaku investor dan kreditor menjadi
sasaran pemengaruhan, pesan (message) yang ingin disampaikan mengenai
perusahaan adalah misalnya likuiditas, solvensi, dan profitabilitas. Dianggap
pesan tesebut merupakan masukan dalam pengambilan keputusan investor dan
kreditor. Pesan tersebut disampaikan melalui modium statemen keuangan. Atas
dasar analogi tararan semiotika di atas.

a.      Teori Akuntansi Semantik

Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah


penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda
bahasa akuntansi (elemen statemen keuangan) sehingga orang dapat
membayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung
menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menjawab apakah
elemen-elemen statemen keuangan benar-benar mereprensentasi apa yang
memang dimaksudkan dan untuk menyakinkan bahwa makna yang terkandung
dalam simbol pelaporan tidak disalahartikan oleh pemakai. Teori ini berusaha
untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan.
Oleh karena itu, teori ini banyak membahas pendefisinian makna elemen (objek),
pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen sebagai pendefisinian, dan
penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai salah satu atribut.
Pendefisinian merupakan langkah penting dalam teori semantik karena kesalahan
pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam pengoperasian akuntansi.
Misalnya, dalam pendefinisian aset, penguasaan (control) bukannya pemilikan
(ownership) yang dijadikan kriteria karena kalau pemilik menjadi kriteria aset
akan banyak objek yang tidak masuk sebagai aset. Pendefinisian dan pemaknaan
laba bersih (net income) juga menjadi perhatian penting teori ini karena akuntansi
berusaha untuk melekatkan makna laba akuntansi agar mendekati konsep laba
ekonomik. Demikian juga, teori ini menjelaskan bahwa laba (earnings) atas dasar
asas akrual merupakan indikator kemampuan mendatangkan kas di masa datang.
Laba bukan sekedar kenaikan kas dalam suatu periode.

Secara konseptual, informasi akuntansi dalam laporan terefleksi dalam tiga


unsur yaitu elemen (objek) yang menyimbolkan kegiatan, jumlah  rupiah sebagai
pengukur (size) dan hubungan (relationship) antarelemen. Objek, pengukur dan
hubungan itulah yang membentuk makna yang akhirnya menjadi informasi.
b.      Teori Akuntansi Sintaktik

Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas


masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah
disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan
dalam bentuk statemen keuangan. Simbol-simbol tersebut  (misalnya aset, utang,
pendapatan, dan lainnya) harus berkaitan secara logis sehingga informasi
semantik dapat dikandung dalam statemen keuangan.

Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang


membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu
negara yaitu manajemen, identitas pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem
akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan (prinsip akuntansi berterima umum
atau generally accepted accounting principles). Dari segi sintaktik, teori akuntansi
berusaha untuk memberi penjelasan dan penalaran tentang apa yang harus
dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan bagaimana melaporkannya.
Struktur pelaporan keuangan dalam suatu negara akan bergantung pada jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan sintaktik antara lain sebagai berikut

c.       Teori Akuntansi Pragmatik

Teori  akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh


informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain, teori
ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Apakah
informasi sampai ke yang dituju dan diinterpretasi dengan tepat , merupakan
masalah keefektifan komunikasi.

  Suatu pesan atau kejadian (misalnya pengumuman laba ) dikatakan


mengandung informasi kalau pesan tersebut menyebabkan perubahan keyakinan
penerima (pasar modal ) dan memicu tindakan tertentu ( misalnya terrefleksi
dalam perubahan harga atau volume saham di pasar modal ). Apabila tindakan
tersebut dapat diyakini sebagai akibat informasi dalam pesan tersebut, dapat
dikatakan informasi tersebut bermanfaat.
Informasi akuntansi dikatakan  bermanfaat apabila informasi tersebut
benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh
pemakai yang dituju.

Teori  pragmatik akan banyak berisi pengujian-pengujian teori  tentang


hubungan  antara variabel akuntansi  dengan variabel perubahan atau perbedaan
perilaku pemakai. Subjek atau pemakai yang diukur perilakunya dapat berupa
para akuntan, pelaku pasar modal, manajer, dan auditor. Yang dapat menjadi
indikator perubahan perilaku antara lain perubahan harga saham, volume saham,
kinerja manajer, kinerja karyawan, dan kinerja perusahaan

3.      Aspek Pendekatan Penalaran

Telah di sebut sebelumnya bahwa teori akuntansi dapat diartikan sebagai


penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan
akuntansi tertentu. Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (believe ) terhadap suatu
pertanyaan atau penjelasan. Peranan logika sangat penting dalam penalaran.
Pernyataan dapat berupa teori tentang suatu kejadian alam atau sosial. Teori
( penjelasan ) yang disusun dengan penalaran yang baik akan mempunyai validitas
yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau
menolak kebenaran ( validitas ) suatu teori. Proses bersifat dedukatif maupun
induktif.

1.      Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu


pernyataan umum yang disepakati ( disebut premis ) ke pernyataan khusus sebagai
simpulan ( konklusi ). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis
penalaran dapat berasal dari teori , prinsip , konsep, doktrin, atau norma yang di
anggap benar,baik, atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan
situasi khusus yang dibahas. Pernyataan umum tersebut dapat saja memuat nilai-
nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya.

Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasan


dan dukungan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi.
Misalnya, akuntansi menyajikan aset sebesar kos historis karena akuntansi
menganut konsep kontinuitas usaha. Dengan konsep ini, fungsi neraca adalah
untuk menunjukan nilai jual sehingga kos historis merupakan pengukur yang
paling tepat.

2.      Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.


Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan
berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi (perampatan )
dari keadaan khusus tersebut.

Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk


menghasilkan pernyataan umum yang terjadi penjelasan (teori ) terhadap gejala
akuntansi tertentu. Pernyataan – pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari
hipotetis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotetis
merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.

Contoh berikut menunjukan aplikasi penalaran induktif: “pengamatan


menunjukan bahwa volume saham beberapa perusahaan yang dijual-belikan
beberapa hari setelah penerbitan statemen keuangan meningkat dengan tajam.
Dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan tertentu bahwa informasi akuntansi
bermanfaat bagi investor di pasar modal.”

Pada praktiknya, penalaran induktif dalam akuntansi tidak dapat


dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif atau sebaliknya. Kedua
penalaran tersebut saling berkaitan. Premis dalam penalaran deduktif misalnya,
dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif.

3.      Verifikasi Teori  Akuntansi

Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori


valid atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada
sasaran dan tataran teori yang diverifikasi. Teori akuntansi  normatif dievaluasi
validitasnya atas dasar penalaran logis ( logical reasoning ) yang melandasi teori 
yang diajukan. Teori normative dikembangkan atas dasar kesepakatan terhadap
asumsi atau tujuan kemudian diturunkan suatu kaidah atau prinsip akuntansi
tertentu. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang
digunakan masuk akal (reasonable ). Karena teori normative tidak bebas nilai,
penerimaan asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip ( konklusi )
juga menjadi bagian kriteria validitas teori. Kriteria ini sering bersifat subjektif.
Penerimaan suatu asumsi juga harus di dukung dengan penalaran logis sehingga
asumsi tersebut tetap masuk akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap
dapat dievaluasi atau diukur implikasinya. Penalaran logis menjadi kriteria
validitas karena teori normative dalam banyak hal tidak mau belum menghasilkan
fakta dan observasi untuk mendukungnya.

Teori akuntansi positif dinilai validitasnya biasanya atas dasar kesesuaian


teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi. Menentukan fakta melibatkan
observasi secara objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui
penelitian ilmiah dengan metode ilmiah. Validitas teori akuntansi positif banyak
dilakukan dengan penelitian empiris. Penelitian empiris biasanya didasarkan atas
pengamatan terbatas ( sampel )untuk menguji teori secara statis. Karena teori
akuntansi positif bebas nilai,  verifikasi dibatasi pada apa yang nyatanya
dipraktikkan tetapi tidak di arahkan untuk menentukan apakah teori tersebut baik
atau tidak bila dijadikan basis untuk menentukan kebijakan.

Berkaitan dengan masalah nilai ( value ), perlu diingat suatu kaidah berikut: the
fact that many people do thing does not make it right ( kenyataan bahwa banyak
orang melakukan sesuatu tidak menjadikannya benar ). Penelitian empiris dapat
memverifikasi bahwa nyatanya banyak orang melakukan sesuatu tetapi tidak
memverifikasi apakah sesuatu tersebut benar secara nilai ( baik atau buruk ).
Sebagai contoh, kenyataan bahwa banyak orang melakukan korupsi tidak
menjadikan korupsi itu benar. Benar tidaknya (baik buruknya ) korupsi hanya
dapat diverifikasi secara normative atas dasar nilai-nilai etika’ moral, atau akhlak,

Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta


(tidak mempunyai kandungan empiris) sehingga verifikasi validitasnya
mengandalkan penalaran logis semata-mata. Teori akuntansi semantik melibatkan
penyimbolan fakta/realitas sehingga mengandung unsur empiris. Oleh karenanya,
validitas dapat diverifikasi secara empiris dengan pengamatan. Untuk menentukan
apakah simbol “cost” dalam akuntansi dipahami makanya dengan benar oleh
pemakaiannya dapat diuji dengan melakukan penelitian empiris. “perlengkapan”
sebagai padan kata  “supplies” dapat diuji validitasnya dengan menanyai pemakai
tentang persepsinya terhadap istilah tersebut.

Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar


karena teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku
pasar/individual sebagai reaksi terhadap informasi akuntansi. Apabila data empiris
belum tersedia, perilaku dapat di ukur dengan menggunakan instrument penelitian
yang di rancang untuk keperluan tersebut. Verifikasi teori ini dapat dilakukan
dengan penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap
bermanfaat bila pemakai berbuat atau bertindak seakan-akan menggunakan
informasi tersebut. Teori akuntansi pragmatik merupakan fokus teori akuntansi
positif.

Daya prediksi sering digunakan sebagai kriteria validitas teori, asumsi atau
premis akuntansi . Suatu teori dikatakan mempunyai daya prediksi yang tinggi
bila sesuatu yang diharapkan dari kebijakan yang didasarkan atas teori tersebut
besar kemungkinannya akan terjadi. Karena teori  akuntansi semantik, sintatik,
tidak berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan
pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-
dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti
empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai ( value judgments ) yang telah
disepakati.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Teori akuntansi : penalaran logis yang (1)memberikan kerangka acuan umum


untuk menilai praktek akuntansi, (2)memberi arah pengembangan prosedur dan
praktek baru, (3)menjelaskan praktek-praktek yang ada, (4)memberi seperangkat
prinsip logis yang saling berkaitan menuju suatu kesimpulan (inferensial).
Pengujian teori adalah uji kemampuannya untuk menjelaskan, meramalkan, dan
mengukur risiko. Teori akuntansi ada 3 tingkat :

1. yang menerapkan praktek dan prosedur akuntansi = teori sintaksis (struktur)

2. yang konsentrasi pada istilah-istilah = teori interpretasional (semantis)

3. yang menekankan pengaruh akuntansi terhadap perilaku dan keputusan = teori


perilaku (pragmatis).
DAFTAR PUSTAKA

Sribuni, B. (t.thn.). Makalah Teori Akuntansi Bab 1 dan 2. Dipetik Agustus 26,
2020, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/23544112/MAKALAH_TEORI_AKUNTANS
I_BAB_1_DAN_2
Wijaya, S. (2015, Mei 5). Bab 1 Pengertian Teori Akuntansi. Retrieved Agustus
26, 2020, from Scribd: https://id.scribd.com/document/264172217/bab-1-
Pengertian-Teori-Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai