Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Endokrin Pada Manusia” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Pendidikan Anatomi
Fisiologi selain itu untuk mengetahui dan memahami Sistem Endokrin Pada
Manusia. Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.        

kediri,1 November 2019  

              Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
A. Pengertian Sistem Endokrin ...................................................................................2
B. Macam macam kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan dan
fungsinya..................................................................................................................2
C. Proses mekanisme hormon yang dapat mempengaruhi proses tertentu..................6
D. Mekanisme pengaruh hormon terhadap fungsinya..................................................7
E. Penyakit gangguan sistem endokrin dan akibatnya.................................................10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................22
A. Kesimpulan .............................................................................................................22
B. Saran .......................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans
untuk digunanakn di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi
yang tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin
tertentu. terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon
setempat adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf
parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum
dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas
dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu
sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi
enzim.
B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :


1. Apa pengertian dari sistem endokrin ?
2. Apa macam macam kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan
dan fungsinya?
3. Bagaimana proses mekanisme hormon yang dapat mempengaruhi proses
tertentu?
4. Apa saja mekanisme pengaruh hormon terhadap fungsinya?
5. Apa saja penyakit gangguan sistem endokrin dan akibatnya?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem endokrin.
2. Untuk mengetahui macam macam kelenjar endokrin beserta hormon yang
dihasilkan dan fungsinya.
3. Untuk mengetahui proses mekanisme hormon yang dapat mempengaruhi
proses tertentu.
4. Untuk mengetahui mekanisme pengaruh hormon terhadap fungsinya.
5. Untuk mengetahui penyakit gangguan sistem endokrin dan akibatnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin

Dalam tubuh manusia terdapat kelenjar, enzim dan beberapa bagian penting
yang mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar yang memiliki
pengaruh dalam tubuh adalah kelenjar endokrin. Kelenjar ini merupakan kelenjar
yang tersusun atas susunan sel mikro yang sangat sederhana yan terdiri atas
jaringan ikat halus yang mengandung pembuluh kapiler.
Kelenjar endokrin adalah sebuah organ yang memproduksi zat aktif
(hormone), yang dilepaskan melaluai darah. Zat aktif ini akan mengatur kerja
sebuah organ atau bahkan beberapa organ sekaligus. Sifat kerja hormone adalah
bekerja sebagai control umpan balik, bekerja pada spesifik target, dan memiliki
mekanisme kerja  tertentu.
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas
untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur
seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai dengan yang
dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung masuk ke
dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus).
Sistem endokrin terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang jika
dalam satu kesatuan disebut denngan sistem endokrin. Jadi, sistem endokrin
merupakan gabungan dari beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin itu
sendiri ada yang mengahasilkan satu macam hormon tunggal, dan juga
menghasilkan beberapa hormone ganda.

B. Macam macam kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan


dan fungsinya.
 Kelenjar Hipofisis
Ini dikenal sebagai “kelenjar induk” karena kelenjar ini mengendalikan semua
kelenjar lain dari sistem endokrin. Meskipun penting, kelenjar hipofisis tidak lebih
besar dari kacang kecil. Kelenjar hipofisis terdiri dari dua kelenjar yang terpisah:
lobus anterior yang merupakan hasil pertumbuhan faring, dan lobus posterior
yang merupakan hasil perkembangan otak yang terdiri dari jaringan saraf (saraf).
Lobus anterior hipofisis memainkan peran utama yang mengeluarkan enam
hormon utama yang mempengaruhi sebagian besar tubuh, termasuk kelenjar
endokrin lainnya:
 ACTH (hormon Adrenocorticotrophic) mendorong kelenjar adrenal untuk
mengeluarkan hormon-hormonnya.
 hGH (Hormon pertumbuhan manusia) juga dikenal sebagai hormon
somatotrofik bertanggung jawab atas pertumbuhan tulang panjang, otot,
dan visera.

2
 TSH (Thyroid stimulating hormone) mempengaruhi struktur tiroid dan
menyebabkannya mengeluarkan hormon tiroid.
 FSH (Follicle stimulating hormone) mendorong produksi telur wanita atau
produksi sperma pria.
 PRL (Prolactin) pada wanita menyebabkan korpus luteum area di sekitar
folikel dewasa menghasilkan dua hormon penting: Estrogen dan
Progesteron. Selama kehamilan PRL juga bertanggung jawab untuk
perkembangan jaringan kelenjar buah dada yang menghasilkan ASI.
 LH (Luteinzing hormone) bekerja bersama dengan FSH pada wanita untuk
menyebabkan ovulasi dan mempersiapkan rahim untuk kehamilan, pada
pria testis mengeluarkan testosteron.
Lobe Posterior dari Kelenjar Hipofisis (atau neurofpofisis) menyimpan dan
melepaskan hormon yang dikeluarkan oleh bagian hipotalamus otak termasuk:
 ADH (Antidiuretic hormone) menstimulasi otot polos, pembuluh darah
dan usus. ADH meningkatkan permeabilitas ginjal terhadap air yang
memungkinkan tubuh menyerap kembali air yang seharusnya keluar dalam
urin.
 OT (oksitosin) menstimulasi otot polos rahim selama kehamilan,
menyebabkannya berkontraksi selama persalinan. Ini juga mendorong
lakteal (saluran susu) di buah dada wanita.
 Kelenjar tiroid
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di pangkal
tenggorokan. Ia memiliki dua lobus yang dipisahkan di tengah oleh potongan
jaringan (isthmus). Tiroid itu sendiri mengeluarkan tiga hormon utama:
 Tiroksin mengandung yodium yang penting untuk pertumbuhan normal
tubuh, dan metabolisme. Tiroksin membantu mengontrol ukuran tubuh,
mengatur tidak hanya pertumbuhan jaringan tetapi juga diferensiasi atau
spesialisasi jaringan.
 Triiodothyronine memiliki fungsi yang mirip dengan tiroksin.
 Kalsitonin menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium dalam darah.
Kalsitonin bekerja dengan sekresi dari kelenjar paratiroid untuk menjaga
keseimbangan kalsium yang diperlukan agar tubuh berfungsi.
Orang yang menjalani operasi untuk mengangkat kelenjar tiroid (tiroidektomi)
untuk kanker atau masalah tiroid lainnya biasanya perlu mengonsumsi suplemen
tiroksin untuk mempertahankan berat badan dan fungsi tubuh yang normal.
 Paratiroid
Ada empat kelenjar paratiroid yang kecil dan bulat, tersusun dalam dua
pasangan yang biasanya terletak di atas dan di bawah tiroid. Setiap Paratiroid
dengan ukuran kecil, berwarna kuning dan halus, kadang-kadang mereka saling
menempel pada tiroid itu sendiri.
Hormon paratiroid meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor dalam darah,
bekerja untuk menyeimbangkan Kalsitonin yang dikeluarkan oleh tiroid untuk
menjaga keseimbangan kalsium tubuh.

3
 Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berlubang panjang, sempit, terletak di belakang
perut. Pankreas memiliki dua jenis sel: sel eksokrin dan endokrin. Sel-sel eksokrin
mengeluarkan getah pankreas yang digunakan dalam duodenum sebagai bagian
penting dalam sistem pencernaan. Sel-sel endokrin diatur dalam kelompok di
seluruh pankreas, yang dikenal sebagai Pulau Langerhans. Ada tiga jenis sel
endokrin; sel alfa yang mengeluarkan glukagon, sel beta yang mengeluarkan
insulin, dan sel delta yang menghambat sekresi glukagon dan insulin:
 Glukagon meningkatkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi hati
yang menyebabkan konversi Glikogen menjadi Glukosa (gula).
 Insulin meningkatkan permeabilitas sel terhadap glukosa, yang digunakan
sel untuk energi. Dengan mempromosikan pemanfaatan glukosa oleh sel-
sel jaringan, insulin menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa dalam
darah. Insulin juga mempromosikan penyimpanan glikogen di hati.

 Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal menyerupai topi kecil yang bertengger di atas setiap ginjal.
Adrenal sebenarnya merupakan kombinasi dari dua kelenjar korteks adrenal dan
medula adrenal.
kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan:

Korteks adrenal sangat penting bagi kehidupan, berbeda dengan medula


adrenal yang penting tetapi tidak diperlukan. Hipofisis anterior mengontrol
korteks adrenal dengan mengeluarkan hormon ACTH. Semua sekresi korteks
adrenal dikenal sebagai steroid, banyak yang sekarang dapat diproduksi secara

4
sintetis. Korteks adrenal terdiri dari tiga lapisan yang terkait dengan tiga kelas
hormon:
 Mineralokortikoid diproduksi oleh lapisan luar korteks adrenal, yang
paling penting adalah aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi
natrium (Na +) dan ekskresi kalium (K +). Ini membantu menjaga
elektrolit dan kadar air tubuh.
 Glukokortikoid diproduksi oleh korteks tengah. Ini mempengaruhi hampir
setiap sel dalam tubuh yang mengatur metabolisme lemak, protein, dan
karbohidrat. Kortison adalah salah satu glukokortikoid tersebut.
 Hormon gonad diproduksi oleh korteks bagian dalam, ada sekitar dua jenis
hormon yang dikeluarkan: Androgen (pria) dan Estrogen (wanita).
Kelenjar adrenalin bukan satu-satunya kelenjar yang mengeluarkan
hormon kelamin.
Medula adrenal adalah bagian dalam kelenjar adrenal. Hormon yang
disekresikan mempengaruhi struktur dalam tubuh yang berada di bawah kendali
sistem saraf simpatik, membantu tubuh untuk menghadapi situasi stres seperti
ketakutan, serangan, atau pengejaran. Keduanya terkait dengan peningkatan detak
jantung, tekanan darah tinggi, dan kadar glukosa darah yang lebih tinggi, sehingga
mempersiapkan tubuh untuk tindakan cepat.
 Adrenalin (atau epinefrin) memengaruhi reseptor alfa dan beta di sistem
saraf.
 Noradrenalin (Norepinefrin) hanya memengaruhi reseptor alfa sistem
saraf.

 Gonad
Gonad terdiri dari ovarium pada wanita dan testis pada pria. Kelenjar ini
menghasilkan hormon yang penting dalam perkembangan dan fungsi organ
reproduksi. mereka berada di bawah kendali kelenjar hipofisis, dan menghasilkan
sifat kelamin sekunder.
Testis pria adalah kelenjar berbentuk telur yang terletak di kantung seperti
skrotum, dan melayani dua fungsi utama: (i) Produksi sel sperma, dan (ii) sekresi
testosteron. Testosteron adalah hormon maskulin yang menginduksi karakteristik
kelamin sekunder pria setelah pubertas.
Indung telur wanita adalah dua kelenjar berbentuk almond di setiap sisi rahim.
Mereka memiliki tiga fungsi utama; (i) Mengandung ovum yang belum matang
(telur), (ii) Sekresi estrogen, dan (ii) sekresi progesteron. Ostrogen disekresi oleh
korteks adrenal serta ovarium, dan hadir dalam darah semua wanita mulai dari
masa pubertas hingga menopause. estrogen bekerja pada struktur organ
reproduksi,terutamaselama siklus menstruasi.
Ini menginduksidan mempertahankan karakteristik seksual sekunder wanita.
Progesteron bekerja pada rahim untuk mempersiapkannya untuk implantasi sel
telur yang dibuahi. Ini menyebabkan perkembangan payudara, dan sangat penting
untuk perkembangan lengkap proporsi ibu dari plasenta.

5
 Raksasaisme terlalu banyak HGH disekresi sebelum pubertas.
 Dwarfisme disebabkan oleh kurangnya HGH sebelum pubertas.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dengan sekresi insulin yang rendah,
menyebabkan sel-sel kehilangan permeabilitasnya terhadap glukosa sehingga
mencegah mereka mendapatkan gula yang dibutuhkan untuk energi. Gula tetap
berada dalam darah dan seringkali tubuh akan mencoba dan menghilangkannya
yang menyebabkan kadar gula yang tinggi dalam urin, menyebabkan poliuria
(lewat volume urin yang besar) dan polidipsia (haus yang berlebihan).
C. Proses mekanisme hormon yang dapat mempengaruhi proses tertentu
Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormone bila ada stimulus atau
rangsangan. Hormone yang akan dikeluarkan kemudian diangkut oleh darah
menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga bagian tubuh yang sesuai tersebut
akan merespon misalnya insulin yang disekresikan pancreas apabila kadar gula
dalam darah tinggi.
Berikut mekanisme kerja hormone secara spesifik :
1) Stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel. Aktivasi enzim melibatkan
system reseptor terikat membrane (pembawa pesan kedua).
a) Molekul-molekul dari berbagai hormone protein dan polipeptida
(pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada
permukaan sel yang spesifik terhadap hormone tersebut.
b) Kompleks hormone reseptor menstimulasi pemebentukan
adenosine 3,5 – monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan
kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai
hormone.
 Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat
membrane, yang termasuk keluarga protein regulator
pengikat nukelotida guanine.
 G-protein mengalami perubahan bentuk, sehingga guanosin
difosfat(GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzim
pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).
 Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat
siklase, untuk memproduksi cAMP.
c) Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai moleki cAMP-
dependen protein kinase yang sesuai.
 Enzim protein kinase mengkatalisis rreaksi fosforilasi
khusu (transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam
sitoplasma.
 Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai
molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian,
suatu konsentrasi rendah dari hormone yang bersirkulasi
dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim
intraseluler utama
d) Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis
dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.

6
e) cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase.
Ini akan membatasi durasi efek cAMP.
2) Aktivasi gen melibatkan system reseptor intraselular
a) Hormone steroid, hormone tiroid, dan beberapa jenis hormone
polipeptida, menembus membrane untuk masuk ke dalam sel.
Hormone tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak
dalam sitoplasma atau nucleus sel.
b) Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat
gen yang transkripsinya distimulasi oleh hormone. Disisi ini,
kompleks akan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk
hormone.
c) Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk
transkripsi mRNA yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d) mRNA kemudian ditransisi menjadi protein dan enzim yang
memicu respons selular terhadap hormone.
D. Mekanisme pengaruh hormon terhadap fungsinya
 Reseptor Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan
dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian
pada reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur
spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular.
Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari
"mesenger kedua". Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada
ekspresi gen. Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang
besar sekali.
Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid,
terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormon
mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan
(penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon.
Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting;
hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan memberikan respon terhadap
hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal yang terakhir ini
memungkinkan hormon yang sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan
yang berbeda.
 Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta
disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan
permukaan sel kemudian berikatan dengan reseptor. Hormon steroid tampaknya
mempenetrasi membrana plasma sel secara bebas dan berikatan dengan reseptor
sitoplasmik. Pada beberapa kasus (contohnya, estrogen), hormon juga perlu untuk
mempenetrasi inti sel (kemungkinan melalui pori-pori dalam membrana inti)
untuk berikatan dengan reseptor inti-setempat. Kasus pada hormon trioid tidak
jelas. Bukt-bukti mendukung pendapat bahwa hormon-hormon ini memasuki sel
melalui mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi
membrana inti.

7
Gambaran 4 .
Lintasan yang mungkin untuk transmis sinyal hormon. Masing-masing
hormon dapat bekerja melalui satu atau lebih reseptor, masing-masing kompleks
hormon-reseptor dapat bekerja melalui satu atau lebih mediator protein (baik
protein G atau mekanisme pensinyalan lainnya), dan masing-masing protein
perantara atau enzin yang diaktivasi oleh kompleks-kompleks hormon reseptor
dapat mempengaruhi satu atau lebih fungsi efektor.

Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan


reseptornya. Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh
hidrofobik pada hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan
air. Kedua, gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor
mempermudah interaksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon ke
dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals, yang sangat tergantung pada
jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.
Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini
sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks
reseptor dengan subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon
dengan subunit pertama mengubah afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini
dapat meningkat (kerjasama positif) atau menurun (kerjasama negatif) afinitas
dari hormon untuk reseptor itu. Kerjasama positif menghasilkan suatu plot
Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif menghasilkan suatu plot yang
konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas independen dari tempat juga
dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang merupakan kejutan, ikatan
kerjasama jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor; interaksi reseptor-
insulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.
 Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor
dapat memiliki aktivitas agonis, antagonis, atau agonis parsial (juga disebut
antagonis parsial). Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu
peristiwa pascareseptor. Suatu antagonis mampu untuk berikatan dengan reseptor
dan memblokir pengikatan dari agonis, tetapi tidak memicu respon pascareseptor.
Dengan cara ini, tidak menimbulkan suatu respons tetapi memblokir respons

8
terhadap agonis, asalkan ditemukan dalam konsentrasi yang cukup untuk
memblokir pengikatan agonis.
Pada umumnya, antagonis berikatan dengan tempat yang sama pada
reseptor seperti agonis, namun pada beberapa keadaan, antagonis dapat berikatan
dengan reseptor pada tempat yang berbeda dan memblokir pengikatan agonis
melalui perubahan alosterik dalam reseptor. Suatu agonis parsial (antagonis
parsial) merupakan suatu perantara, berikatan dengan reseptor tetapi hanya
menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga walaupun reseptor diduduki
secara penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan tidak sepenuhnya.
 Pengikatan Hormon Non-Reseptor
Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormone-
banyak protein lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk protein pengikat
plasma dan molekul seperti alat transpor lainnya yang lazim ditemukan dalam
jaringan perifer, enzim yang terlibat dalam metabolisme atau sintesis dari steroid,
dan protein lain yang belum diidentifikasi hingga sekarang. Protein ini dapat
mengikat hormone seketat atau tebih ketat ketimbang reseptor; namun, mereka
berbeda dari reseptor dimana mereka tidak mentransmisikan informasi dari
pengikatan ke dalam peristiwa pascareseptor.
Satu kelas molekul khusus mengikat hormon atau kompleks hormon pada
permukaan sel dan berpartisipasi dalam internalisasinya. Yang paling diteliti
secara luas adalah "reseptor" lipoprotein berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat
partikel LDL pembawa-kolesterol dan menginternalisasinya . Reseptor ini penting
untuk ambilan kolesterol, contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis
steroid dan dalam hati untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik
reseptor ini menimbulkan hiperkolesterolemia. Partikel LDL yang diinternalisasi
dapat memberikan kolesterol untuk sintesis steroid atau penyisipan ke dalam
membran sel. Di samping itu, kolesterol yang dilepaskan dari partikel
menghambat umpan balik sistesis kolesterol. Dengan demikian, reseptor IDL,
secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein. Molekul
reseptor dan non-reseptor pengikat hormon biasanya dibedakan melalui sifat-sifat
pengikatannya serta kemampuan untuk memperantarai respon pascareseptor.
Reseptor akan mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan
eksperimen transfer gen.
 Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon
Pengertian akan hubungan antara pengikatan hormon-reseptor dan respons
selanjutnya yang ditimbulkan oleh hormon kadang-kadang membantu dalam
mempertimbangkan terapi hormon dan keadaan klinik. Pertimbangan seperti ini
akan memungkinkan klinisi untuk menghargai secara lebih baik makna dari
pengukuran hormon dan pemberian farmakologis dari hormon. Reseptor inti
ditemukan dalam jumlah yang kecil, beberapa ribu per sel, dan biasanya
membatasi besarnya respons hormon. Hal ini berarti bahwa jika terdapat lebih
banyak reseptor, respons hormon pada konsentrasi hormon yang menjenuhkan
reseptor akan lebih besar. Penjenuhan relatif dari reseptor sejajar dengan respon
hormon. Sebaliknya, reseptor permukaan sel seringkali bukan tidak terbatas,

9
sehingga penjenuhan dari hanya suatu fraksi reseptor menghasilkan suatu respons
hormone yang maksimal.
Pada reseptor sel permukaan, dihasilkannya messenger kedua dan
kemampuan dari setiap reseptor untuk berinteraksi dengan lebih dari satu molekul
efektor memberikan suatu amplifikasi dari respons. Contohnya, setiap kompleks
hormon reseptor dapat mengaktivasi beberapa molekul protein G yang mengatur
adenilil siklase, dan setiap molekul enzim dapat menghasilkan beberapa molekul
cAMP yang dihasilkan secara berlebihan, sedemikian rupa sehingga langkah
berikutnya dari respon hormon, cAMP-dependent protein kinase A, dapat menjadi
terbatas.

E. Penyakit gangguan sistem endokrin dan akibatnya


Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat
hormon penyakit. Sistem umpan balik endokrin yang membantu
mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Sebuah
ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik
memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari
aliran darah dengan benar.
Jenis-Jenis Gangguan Endokrin
Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan
endokrin yang paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan
endokrin lainnya meliputi:

1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada
masa anak-anak yang menyebabkan cebol. Seorang manusia
dewasa dikatakan mengalami dwarfisme bila tinggi badannya
hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih pendek. Kondisi ini
lebih sering disebut dengan perawakan tubuh yang pendek

10
dibandingkan penyebutan dwarfisme atau dwarf karena dianggap
mendiskriminasi kondisi penderita.
a. Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum
terjadi akibat kondisi ini, misalnya pada kehamilan. Perempuan
hamil yang memiliki kondisi dwarfisme disproporsional
cenderung mengalami gangguan pernapasan selama masa
kehamilan. Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya
diharuskan bagi perempuan dengan kondisi seperti ini, karena
bentuk dan ukuran tulang panggul yang membuat melahirkan
secara normal menjadi berisiko tinggi.

b. Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam
dokter spesialis, sesuai dengan kondisi penderita kondisi ini.
Kebanyakan perawatan dwarfisme tidak bisa memperbaiki
postur tubuh. Perawatan dilakukan untuk mengurangi
gangguan yang muncul akibat komplikasi dari kondisi ini.
Beberapa pilihan perawatan yang ada, yaitu terapi hormon.
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan
untuk membantu hormon pertumbuhan yang kurang pada
penderita dwarfisme. Suntik hormon ini dilakukan hingga
beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi
badan maksimum dari tinggi rata-rata di keluarga pasien
tercapai. Selain tinggi badan, suntikan juga dilakukan untuk
memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai dengan kapasitas
pertumbuhan yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi
dengan terapi hormon lain, misalnya hormon estrogen bagi
penderita sindrom Turner.

2. Gigantisme (acromegaly)

11
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang
terjadi karena kelebihan growth hormone sebelum pubertas.
Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas).
Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu
banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal
cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah, seorang
anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.
a. Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan
dengan prosedur operasi dapat menyebabkan menurunnya
hormon kelenjar hipofisis lainnya sehingga penderita berisiko
terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti berkurangnya
sekresi hormon atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau
testis (hipogonadisme), retardasi pertumbuhan dan
perkembangan mental pada anak dan dewasa sebagai akibat
rendahnya aktivitas kelenjar tiroid (hipotiroidisme), insufisiensi
adrenal, dan kasus langka diabetes insipidus.
b. Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme
dapat ditangani dengan cara mengendalikan produksinya.
Bagaimanapun juga, belum ada terapi pengobatan yang sukses
mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil. Untuk
tumor kelenjar pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa
dilakukan sebagai upaya pengobatan pertama.
Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah
metode pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati
tumor di otak. Terapi ini akan memaparkan ratusan sinar
radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta dapat
mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal,
terapi ini dapat berisiko munculnya gangguan emosional pada
anak-anak, obesitas, dan ketidakmampuan belajar. Terapi ini

12
umumnya diambil sebagai alternatif akhir jika metode operasi
standar mengalami kegagalan.
Pengobatan gigantisme juga menggunakan obat seperti
octreotide untuk mencegah laju produksi hormon pertumbuhan.
Obat dapat berbentuk cairan dan disuntikkan satu kali dalam
sebulan. Obat-obatan agonis reseptor dopamin dapat diberikan
dalam bentuk pil untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum
dilakukan prosedur operasi. Kedua jenis obat ini dapat
digunakan bersamaan untuk mengurangi level hormon
pertumbuhan pada penderita. Obat-obatan dapat digunakan
untuk mengurangi gejala gigantisme pada anak jika prosedur
operasi tidak berhasil atau menghadapi kasus tumor yang
tumbuh kembali.

3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)


Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti
obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus
dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum
hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya
kortisol) dan hormon androgen serta aldosteron. Kondisi serupa
disebut sindrom cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-
anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit
Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi
oleh kelejar hipofisis (80% kasus).
a. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara
menangani faktor yang mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah
hormon kortisol secara tidak wajar di dalam tubuh disebabkan
oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka dokter
dapat menurunkan dosis atau bahkan menghentikan
penggunaan dan menggantinya dengan obat lain.

13
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa
sindrom Cushing disebabkan oleh tumor yang bersarang di
dalam kelenjar adrenal atau hipofisis, maka salah satu
penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi
untuk mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya
untuk menyusutkannya, misalnya radiasi atau pemberian obat-
obatan.
4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun
hiperfungsi tiroid. Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi
pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ
berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar
ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk memroduksi hormon tiroid
yang berperan dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi
dalam tubuh.
Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak
kita sadari sama seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika
terjadi pembengkakan, kelenjar tiroid akan membentuk benjolan
pada leher. Benjolan ini akan bergerak naik dan turun saat anda
menelan.
a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul.
Pengelompokan ini berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan
pada gondok difus terasa mulus saat disentuh. Sementara pada
gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan bergumpal.
Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya
satu atau lebih benjolan berukuran kecil atau apabila terdapat
cairan dalam benjolan.

b. Gejala

14
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun
apabila terjadi gejala , maka munculnya benjolan abnormal atau
pembengkakan pada leher adalah tanda utama yang akan
dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita.
Benjolan yang berukuran kecil biasanya tidak akan
menimbulkan keluhan apapun. Meski demikian, benjolan
tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan
penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan
meliputi tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan
suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta kesulitan
bernapas dan menelan.

c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan
baik, gondok mungkin dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila
gondok berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan
sekitarnya, terutama trakea. Selain suara menjadi serak, pasien
juga dapat mengalami kesulitan bernapas.
Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat
terjadi tiroid abses, yakni kondisi di mana terdapat kumpulan
nanah pada kelenjar tiroid.
Nyeri, Perdarahan, dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat
terjadi pada gondok jenis nodul.
Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari
satu) dan gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun
berisiko untuk mengalami transformasi keganasan pada
kelenjar tiroid, yakni limfoma.

15
d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid
dengan menghambat proses produksinya. Obat ini
digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek
sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan,
serta penurunan jumlah sel darah putih secara mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme
dengan menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus
dijalani seumur hidup. Contoh obatnya adalah
levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk
hipertiroidisme. Yodium radioaktif yang dikonsumsi akan
menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan ini
terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa
memicu hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu
pernapasan dan menyebabkan penderita sulit menelan
umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan
dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu prosedur
pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga
memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid
(PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang
terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.

a. Pengobatan

16
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan
untuk menunggu dan melihat kondisi pasien selama beberapa
waktu. Hal ini terutama dilakukan jika kadar kalsium hanya
meningkat sedikit, tidak ada kerusakan pada ginjal, dan tidak
ada gejala lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya.
Pada kasus hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar
kasusnya disebabkan oleh tumor jinak adenoma, pengobatan
yang paling efektif adalah melalui operasi pengangkatan tumor
tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-
kadang akan memberikan obat penurun kadar kalsium yang
disebut bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan
berarti Anda harus menghindari makanan yang mengandung
kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda hindari adalah
makanan-makanan berkadar kalsium tinggi. Tidak
mengonsumsi kalsium justru bisa menyebabkan tulang
mengalami defisiensi kalsium dan akhirnya memicu
osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air
putih dalam jumlah yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.
Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder,
pengobatan akan difokuskan kepada kondisi yang mendasari.
Sebagai contoh, jika hiperparatiroidisme terjadi akibat penyakit
ginjal yang sebelumnya telah diderita pasien, maka dokter akan
fokus untuk mengobati penyakit ginjal tersebut.
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid
tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan
kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif
dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak.
Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan
akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme.

17
a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi
untuk hormon tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet
tertentu.Hormon - T4 (L -tiroksin, eutiroks) - hormon tiroid
sintetis asal digunakan dalam produk praktek terbuat dari
kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan sebelumnya.Tapi
dia tidak dianggap ideal, karena tidak mungkin untuk benar-
benar diukur.Dalam setiap tablet mungkin nomor yang berbeda
dari T3 hormon.
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon
tiroid, sebagai dosis tinggi hormon dapat menyebabkan efek
samping ireversibel. Meningkat dosis dokter secara bertahap,
memastikan bahwa thyroid-stimulating hormone dalam darah
kembali normal. Obat pasien tersebut menerima hidup.Jika
koma, hormon ini diberikan secara intravena.

7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang
pada metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak,
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat,
berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang
terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita
hipertiroidisme bergantung pada faktor usia, gejala yang
dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
dalam darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang
biasanya digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, yaitu:

1) Thionamide

18
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang
digunakan untuk menekan produksi hormon tiroksin
dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide
adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu
dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat
perubahan pada kondisi hipertiroidisme.

Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan


setelah produksi hormon oleh kelenjar tiroid bisa
dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat
obat ini adalah sakit persendian dan ruam kulit yang
gatal. Risiko mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid
yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil
dibandingkan radioterapi.

2) Radioterapi Radioiodine adalah sejenis prosedur


radioterapi untuk mengobati hipertiroidisme. Hormon
yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika
iodine radioaktif (dalam tingkat rendah dan tidak
berbahaya) menyusutkan kelenjar tiroid. Pengobatan
radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair atau
kapsul.
3) Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon
kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh thionamide. Efek
samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual,
kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa
lelah.
4) Operasi tiroid Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau
tiroidektomi disebut parsial jika hanya sebagian yang
diangkat dan total jika seluruhnya jaringan kelenjar
diangkat. Berikut ini adalah beberapa alasan perlu
dilakukannya prosedur operasi pengangkatan kelenjar
tiroid, yaitu:
5) Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah
sebelumnya menjalani penanganan dengan thionamide.
6) Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar
tiroid.
7) Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena
sedang hamil atau menyusui, serta tidak bisa dan/atau
tidak mau melewati prosedur pengobatan dengan
thionamide.
8) Pasien menderita gejala mata yang parah akibat
penyakit Graves.

19
9) Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau
muncul kembali, disarankan untuk mengangkat seluruh
kelenjar tiroid yang ada. Mereka yang menjalani operasi
tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-obatan
seumur hidup untuk mengatasi hilangnya fungsi
kelenjar tiroid di dalam tubuh.
10) Komplikasi Akibat Hipertiroidisme
11) Jika Anda menderita hipertiroidisme dan tidak
ditangani, Anda berisiko mengalami komplikasi.
Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
12) Oftalmopati Graves. Gangguan mata ini disebabkan
oleh penyakit Graves. Gejala yang bisa muncul adalah
mata kering atau mengeluarkan air mata berlebihan,
penglihatan kabur dan sensitivitas berlebihan terhadap
cahaya.
13) Keguguran dan eklampsia. Wanita hamil dengan
riwayat penyakit Graves atau yang menderita
hipertiroidisme lebih berisiko mengalami komplikasi
seperti keguguran, eklampsia (kejang-kejang pada masa
kehamilan), kelahiran prematur, dan bayi dengan berat
badan rendah.
14) Hipotiroidisme. Dampak dari pengobatan terhadap
hipertiroidisme adalah kelenjar tiroid menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroksin dan triiodotironin.
Sebagai akibatnya, terjadilah hipotiroidisme. Beberapa
gejala hipotiroidisme adalah kelelahan berlebihan,
konstipasi dan peningkatan berat badan.
15) Badai tiroid. Ini adalah kondisi munculnya gejala yang
parah dan tiba-tiba akibat sistem metabolisme yang
berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi ketika
hipertiroidisme tidak ditangani atau tidak terdiagnosis.
Selain itu, badai tiroid bisa terjadi karena beberapa hal,
misalnya infeksi, kehamilan, tidak mengonsumsi obat
sesuai anjuran dokter, dan kerusakan kelenjar tiroid
akibat cedera pada leher. Ini adalah kondisi darurat,
maka jika Anda mencurigai ada orang di sekitar Anda
yang mengalaminya, segera bawa ke rumah sakit
terdekat. Beberapa gejalanya adalah nyeri dada, diare,
demam, menggigil, berhalusinasi dan sakit kuning.
16) Gangguan jantung. Komplikasi yang serius dari
hipertiroidisme berkaitan dengan gangguan jantung,

20
seperti detak jantung cepat, kelainan ritme jantung, dan
gagal jantung kongestif.
17) Osteoporosis atau tulang rapuh. Kekuatan tulang
bergantung kepada jumlah kalsium dan mineral lain di
dalamnya. Tubuh akan kesulitan memasukkan kalsium
ke dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

BAB III

21
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol


dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
2. Macam macam kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan
dan fungsinya.
o Kelenjar Hipofisis
Ini dikenal sebagai “kelenjar induk” karena kelenjar ini
mengendalikan semua kelenjar lain dari sistem endokrin. Meskipun
penting
o Kelenjar tiroid
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di
pangkal tenggorokan. Ia memiliki dua lobus yang dipisahkan di
tengah oleh potongan jaringan (isthmus).
o Paratiroid
Ada empat kelenjar paratiroid yang kecil dan bulat, tersusun dalam
dua pasangan yang biasanya terletak di atas dan di bawah tiroid.
Setiap Paratiroid dengan ukuran kecil, berwarna kuning dan halus,
kadang-kadang mereka saling menempel pada tiroid itu
sendiri.Hormon paratiroid meningkatkan konsentrasi kalsium dan
fosfor dalam darah, bekerja untuk menyeimbangkan Kalsitonin
yang dikeluarkan oleh tiroid untuk menjaga keseimbangan kalsium
tubuh.
o Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berlubang panjang, sempit, terletak di
belakang perut. Pankreas memiliki dua jenis sel: sel eksokrin dan
endokrin.
o Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal menyerupai topi kecil yang bertengger di atas
setiap ginjal. Adrenal sebenarnya merupakan kombinasi dari dua
kelenjar korteks adrenal dan medula adrenal.
o Gonad
Gonad terdiri dari ovarium pada wanita dan testis pada pria.
Kelenjar ini menghasilkan hormon yang penting dalam
perkembangan dan fungsi organ reproduksi. mereka berada di
bawah kendali kelenjar hipofisis, dan menghasilkan sifat kelamin
sekunder.
3. Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormone bila ada stimulus
atau rangsangan. Hormone yang akan dikeluarkan kemudian
diangkut oleh darah menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga
bagian tubuh yang sesuai tersebut akan merespon misalnya insulin
yang disekresikan pancreas apabila kadar gula dalam darah tinggi.
4. Mekanisme pengaruh hormon terhadap fungsinya

22
o Reseptor Hormon
o Interaksi Hormon-Reseptor
o Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
o Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon
o Pengikatan Hormon Non-Reseptor

5. Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua


kategori:
 Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
 Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat
hormon penyakit. Sistem umpan balik endokrin yang membantu
mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Sebuah
ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik memiliki
kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam aliran darah, atau
jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari aliran darah dengan
benar.
B. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan
kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau
kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar
selalu dapat beraktivitas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

23
 Judha, Mohammad.2016.Rangkuman Sederhana Anatomi dan
Fisiologi. Yogyakarta:Gosyen Publishing.
 Setiadi.2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta:Graha Ilmu.
 Aulia.2017.Sistem Endokrin Pada
Manusia.https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-endokrin-pada-
manusia . Diakses pada 25 November 2017 
 Budisma.2015.Pengertian dan Fungsi Sistem Endokrin Pada
Manusia. http://budisma.net/2015/04/pengertian-dan-fungsi-sistem-
endokrin.html . Diakses pada 25 November 2017 
 Andasa, Khaddijah.2012..Sistem
Endokrin. http://dentistrylearn.blogspot.co.id/2012/05 /sistem-
endokrin.html . Diakses pada 25 November 2017  .
 2016.Pengertian dan fungsi sistem Endokrin Pada
Manusia http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-dan-Fungsi-
Sistem-Endokrin-Pada-Manusia-adalah.html . Diakses pada 25 November
2017. 

24

Anda mungkin juga menyukai