Anda di halaman 1dari 5

HADITS PALSU TENTANG HURU-HARA AKHIR ZAMAN

PADA HARI JUMAT DI PERTENGAHAN BULAN ROMADHON


aslibumiayu.net/4877-hadits-palsu-tentang-huru-hara-akhir-zaman-pada-hari-jumat-di-pertengahan-
bulan-romadhon.html

admin

Bismillah. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta


alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad bin
Abdullah shallallahu alaihi wasallam,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang
yang senantiasa berpegang teguh dengan
ajarannya hingga hari kiamat.

Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan dari


beberapa member BB Group Majlis Hadits
Ikhwan dan Akhwat seputar derajat hadits huru-
hara akhir zaman yang terjadi pada pertengahan
bulan Romadhon yang bertepatan dengan hari
Jumat.

Maka kami katakan, bahwa para ulama hadits terdahulu maupun yang hidup di zaman
sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa hadits-hadits yang
berbicara tentang masalah tersebut tidak ada satu pun yang Shohih dari Nabi shallallahu
alaihi wasallam, baik ditinjau dari segi sanad hadits maupun realita yang ada. Bahkan
semuanya adalah hadits-hadits munkar dan palsu yang didustakan atas nama Nabi
shallallahu alaihi wasallam.

Berikut ini akan saya sebutkan teks (lafazh) hadits tersebut dengan sanadnya, serta studi
.kritis para ulama terhadapnya

‫ﻦ‬ْ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻦ‬ ٍ ْ ‫ﺴﻴ‬ َ ‫ﺣ‬ ُ ‫ﻦ‬ ُ ْ‫ب ﺑ‬ ِ ‫ﻮ ﻫﺎ‬َ ْ ‫ﻋﺒ ْﺪُ اﻟ‬َ ‫ﺣﺪﺛ َﻨ ِﻲ‬ َ :‫ل‬ َ ‫ﻗﺎ‬ َ ‫ﺔ‬َ ‫ﻌ‬ َ ‫ﻬﻴ‬ َ
ِ ‫ﻦﻟ‬ ِ ْ ‫ﻦ اﺑ‬ ِ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻤَﺮ‬ َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﺣﺪﺛ َﻨ َﺎ أ َﺑ ُﻮ‬ َ : ‫ﺣﻤﺎٍد‬ َ ‫ﻦ‬ ُ ْ‫ﻢ ﺑ‬ ٌ ْ ‫ﻌﻴ‬َ ُ‫ل ﻧ‬َ ‫ﻗﺎ‬ َ
َ
‫ﻦ‬ ِ ‫ﻋ‬ َ ،‫ﻪ‬ ُ ْ ‫ﻋﻨ‬َ ‫ﻪ‬ ُ ‫ﻲ ا ﻟﻠ‬ َ ‫ﺿ‬ِ ‫ﻌﻮٍد َر‬ ُ ‫ﺴ‬
ْ ‫ﻣ‬َ ‫ﻦ‬ِ ْ ‫ﻦ اﺑ‬ ِ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻤﺪَاﻧ ِﻲ‬ ْ ‫ﻬ‬ َ ْ ‫ث اﻟ‬ ِ ‫ر‬ِ ‫ﺤﺎ‬ َ ْ ‫ﻦ اﻟ‬ِ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻪ‬ ِ ‫ﻦ أﺑ ِﻴ‬ ْ ‫ﻋ‬ َ ‫ﺖ اﻟ ْﺒ ُﻨ َﺎﻧ ِﻲ‬ ٍ ِ ‫ﻦ ﺛ َﺎﺑ‬ ِ ْ‫ﺪ ﺑ‬ ِ ‫ﺤﻤ‬ َ ُ
‫ﺔ ﻓﻲ‬ ٌ ‫ﻌ‬ َ ‫ﻤ‬َ ‫ﻌ‬ ْ ‫ﻣ‬َ ‫ﺔ ﻓ ﻲ ر ﻣ ﻀﺎ ن ﻓﺈﻧ ﻪ ﺗ ﻜ ﻮ ن‬ ٌ ‫ﺤ‬ َ ْ ‫ﺻﻴ‬ َ ‫ﺖ‬ ْ َ ‫ “إذا ﻛﺎﻧ‬: ‫ﻢ ﻗﺎ ل‬ َ َ َ ‫ﺳﻠ‬ َ ‫و‬ َ ‫ﻪ‬ َ
ِ ْ ‫ﻋﻠﻴ‬َ ‫ﻪ‬ ُ ‫ﺻﻠ ﻰ ا ﻟﻠ‬ َ ‫اﻟﻨﺒ ِﻲ‬
:‫ ﻗ ﻠ ﻨ ﺎ‬:‫ ﻗ ﺎ ل‬. . ‫ﺴ ﻔ ﻚ ا ﻟ ﺪ ﻣ ﺎ ء ُ ﻓ ﻲ ذ ي ا ﻟ ﺤ ﺠ ﺔ و ا ﻟ ﻤ ﺤ ﺮ م‬ ُ َ ْ ُ ‫ و ﺗ‬،‫ و ﺗ ﻤﻴ ﺰ ا ﻟ ﻘﺒ ﺎ ﺋ ﻞ ﻓ ﻲ ذ ي ا ﻟ ﻘ ﻌ ﺪ ة‬،‫ﺷ ﻮا ل‬
‫ ﻫ ﺬ ه ﻓ ﻲ ا ﻟ ﻨ ﺼ ﻒ ﻣ ﻦ ر ﻣ ﻀ ﺎ ن ﻟ ﻴ ﻠ ﺔ ا ﻟ ﺠ ﻤ ﻌ ﺔ ﻓ ﺘ ﻜ ﻮ ن ﻫ ﺪ ة ﺗ ﻮ ﻗ ﻆ‬:‫و ﻣ ﺎ ا ﻟ ﺼ ﻴ ﺤ ﺔ ﻳ ﺎ ﺳ ﻮ ل ا ﻟ ﻠ ﻪ ؟ ﻗ ﺎ ل‬
، ‫ا ﻟﻨ ﺎ ﺋ ﻢ و ﺗ ﻘ ﻌ ﺪ ا ﻟ ﻘ ﺎ ﺋ ﻢ و ﺗ ﺨ ﺮ ج ا ﻟ ﻌ ﻮا ﺗ ﻖ ﻣ ﻦ ﺧ ﺪ و ر ﻫ ﻦ ﻓ ﻲ ﻟﻴﻠ ﺔ ﺟ ﻤ ﻌ ﺔ ﻓ ﻲ ﺳﻨ ﺔ ﻛﺜﻴ ﺮ ة ا ﻟ ﺰ ﻻ ز ل‬
،‫ وﺳﺪوا ﻛﻮاﻛـﻢ‬،‫ وأﻏﻠﻘﻮا أﺑﻮاﺑﻜﻢ‬،‫ﺠَﺮ ﻣﻦ ﻳﻮم اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﺎدﺧﻠﻮا ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ‬ ْ ‫ﻔ‬ َ ‫ﻢ اﻟ‬ ْ ُ ‫ﺻﻠﻴ ْﺘ‬ َ ‫ﻓﺈذا‬
َ ُ ْ ‫وا أ َﻧ‬
‫ن‬ َ ‫ﺤﺎ‬ َ ْ ‫ﺳﺒ‬ ُ ‫ﻮا‬ ْ ُ ‫ﻮﻟ‬
ْ ‫ﻗ‬ ُ ‫و‬
َ ،‫ﻪ ﺳﺠﺪًا‬ ِ ‫وا ﻟﻠ‬ْ ‫ﺨﺮ‬ َ ‫ﻓ‬َ ‫ﻢ ﺑ ﺎ ﻟ ﺼﻴ ﺤ ﺔ‬ ْ ُ ‫ﺴﺘ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ ‫ﺣ‬ ْ ‫ﻢ إذا أ‬ ْ ُ ‫وا آذَاﻧ َﻜ‬ ْ ‫ﺳـ ﺪ‬ ُ ‫و‬ َ ،‫ﻢ‬ ْ ُ ‫ﺴﻜ‬ َ ‫ﻔ‬ ْ ‫ودَﺛُﺮ‬
َ‫ﻞ ذَﻟ ِﻚ‬ ْ ‫ﻌ‬ َ ‫ﻔ‬ ْ َ‫ﻢ ﻳ‬ َ
ْ ‫ﻦﻟ‬ ْ ‫ﻣ‬َ ‫و‬
َ ،‫ﺠ ﺎ‬ َ َ ‫ﻞ ذَﻟﻚ ﻧ‬ ُ ‫ﻌ‬َ ‫ﻔ‬ْ َ‫ﻦ ﻳ‬ ْ ‫ﻤ‬ َ ‫ﻓ‬ َ ‫ ر ﺑﻨ ﺎ ا ﻟ ﻘ ﺪ و س‬، ‫س‬ ْ
ُ ‫ﻪ اﻟ‬ ُ ‫ﻪ ا ْﻟ‬
ِ ‫و‬ ْ ‫ﻘﺪ‬ ِ ‫ن ا ﻟﻠ‬ َ ‫ﺤﺎ‬َ ْ ‫ﺳﺒ‬ ُ ،‫س‬ ِ ‫و‬ ْ ‫ﻘﺪ‬ ِ ‫ا ﻟﻠ‬
(‫ﻚ‬ َ ‫ﻫﻠ‬َ َ

1/5
Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu
Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari
Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:

“Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal,
kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan Dzul Qo’dah, dan
terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram…”.

Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan
muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh
terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak
gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke
dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah
diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka
bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah
Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan
selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan I/228,
No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No.39627).

DERAJAT HADITS:

Hadits ini derajatnya PALSU (Maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa
perowi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana diperbincangkan oleh para
ulama hadits. Para perowi tersebut ialah sebagaimana berikut ini

1. Nu’aim bin Hammad

Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah),

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).” (Lihat Adh-Dhu’afa wa
Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/101 no.589)

Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad (sumber asli, pent).”

Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam
membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man
(maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan.” (Lihat Mizan
Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).

Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah
dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya
keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran.” (Lihat As-Siyar A’lam An-
2/5
Nubala X/609).

2. Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah).

Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya
setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).” (Lihat Adh-Dhu’afa wa
Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: “Dia mengalami kekacauan di dalam hafalannya
setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/319 no.3563).

3. Abdul Wahhab bin Husain.

Dia seorang perowi yang majhul (tidak dikenal).

Al-Hakim berkata tentangnya: “Dia seorang perowi yang Majhul (tidak jelas jati dirinya
dan kredibilitasnya).” (Lihat Al-Mustadrak No. 8590)

Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.”
(Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani II/139) .

4. Muhammad bin Tsabit Al-Bunani.

Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah dalam periwayatan hadits) sebagaimana
dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqolani, Ibnu Hibban dan An-Nasa’i.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).”

Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perowi yang tidak ada apa-apanya.” (Lihat Al-
Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136 no.1638).

Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula
meriwayatkan darinya.” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).

Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya.” (Lihat Tahdzib At-Tahdzib,
karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani IX/72 no.104)

5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.

Dia seorang perowi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh imam Asy-Sya’bi, Abu Hatim
dan Ibnu Al-Madini.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perowi yang kuat (hafalannya, pent).”
(Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi II/186 no.370).

3/5
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi telah
mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut paham/madzhab
Rofidhoh (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu kelemahan.” (Lihat Taqrib At-
Tahdzib I/146 no.1029).

Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta.”

Abu Hatim Ar-Rozi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-
Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)

PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG HADITS INI:

Al-Uqoily rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang
diriwayatkan oleh perowi yang tsiqoh (terpercaya), atau dari jalan yang tsabit (kuat dan
benar adanya).” (Lihat Adh-Dhu’afa Al-Kabir III/52).

Ibnul jauzi rahimahullah berkata: “Hadits ini dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini Palsu (Maudhu’). Dikeluarkan oleh
Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau menyebutkan beberapa riwayat
dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma.
(Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak mempunyai dasar
yang benar, bahkan ini adalah hadits yang batil dan dusta.” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin
Baz XXVI/339-341).

KESIMPULAN:

Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits ini adalah hadits
Maudhu’ (Palsu). Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran, dan tidak boleh dinisbatkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karena disamping sanad hadits ini
tidak ada yg dapat diterima sebagai hujjah, juga realita telah mendustakannya. Sebab
telah berlalu tahun-tahun yang banyak dan telah terjadi berulang kali hari Jumat yang
bertepatan dengan tanggal lima belas (pertengahan) bulan Romadhon, namun
kenyataannya tidak pernah terjadi sebagaimana berita yang terkandung di dalam hadits
ini. (Alhamdulillah).

Oleh karena itu, kita dilarang keras menyebarluaskannya kepada orang lain baik melalui
media cetak, maupun elektronik, atau dalam obrolan dan khutbah kecuali dalam rangka
menjelaskan sisi kelemahan, kepalsuan, dan kebatilannya, serta bertujuan untuk
memperingatkan umat darinya.

Jika kita telah melakukan ini, berarti kita telah bebas dan selamat dari ancaman keras
Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu berupa masuk neraka bagi siapa saja yang sengaja
berdusta atas nama beliau, baik dengan tujuan menjelekkan Nabi shallallahu alaihi

4/5
wasallam dan ajarannya, atau dalam rangka membela Nabi dan memotivasi kaum
muslimin untuk bersemangat dalam beribadah kepada Allah.

Demikian jawaban atas pertanyaan dalam masalah ini yang dapat saya sampaikan.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Telah selesai ditulis pada hari Rabu, 04 Januari 2012 di kediamannya, Klaten – Jawa
Tengah.

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc

(Artikel: http://abufawaz.wordpress.com, dan diposting oleh Pembina BB Group


Majlis Hadits di Room Hadits Dho’if dan Palsu. PIN: 285734BB).

5/5

Anda mungkin juga menyukai