Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh


perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya kapitalisme sebagai system ekonomi
pada abad 18, manajemen keuangan hanya membahas topic rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut
ia memiliki peranan antara lain sebagai berikut :

1. Tahun 1900 awal : Penerbit surat berharga


2. Tahun 1930 – 1940 : kebangkrutan, reorganisasi
3. Tahun 1940 – 1950 : anggaran & internal audit
4. Tahun 1950 – 1970 : eksternal perusahaan
5. Tahun 1970 – 1980 : inflasi
6. Tahun 1980 – 1990 : krisis ekonomi keuangan
7. Tahun 1990 – sekarang : globalisasi

Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain
kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi ekonomi, kondisi social, dan kondisi politik.
Kebijakan moneter berhubungan dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Khususnya inflasi
mempunyai dampak langsung terhadap manajemen keuangan antara lain masalah :

1. Masalah akuntasi
2. Kesulitan perencanan
3. Permintaan terhadap modal
4. Suku bunga
5. Harga obligasi menurun

Kondisi ekonomi juga mempunyai dampak lansung terhadap manajemen keuangan antar alin
masalah :
1. Persaingan internasional
2. Keuangan internasional
3. Kurs pertukaran yang berfluktuasi
4. Marger, pengambilalihan, dan restrukturisasi
5. Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan

A. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi- fungsi keuangan. Fungsi-fungsi


keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan bagaimana
menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan
penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-
sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut.

Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi
pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva
tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya
dari sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam
perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak
membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar
modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari dalam
perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan,

maupun depresiasi.

Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasi perusahaan.
Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan.
Beberapa definisi :

Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh
sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif
mungkin untuk menghasilkan laba.

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.
Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok
manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan
usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2)

Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,


pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi
atau perusahaan.

B. Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan
kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer
keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat (4) aspek
yaitu:

1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer keuangan harus
bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan
umum perusahaan.
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi
dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di perusahaan
agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin
4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer keuangan
menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan
surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan berkaitan
dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer
keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.

C. Keputusan dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan

Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang telah
dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan
dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:

1. Mengambil keputusan investasi (investment decision), Menyangkut masalah pemilihan


investasi yang diinginkan dari sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih
alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan.
2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision), Menyangkut masalah
pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi,
memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.
3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision) atau dividen policy, Menyangkut
masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham
dividen dan pembelian kembali saham-saham.

Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yang seharusnya


dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah
harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual. Apabila perusahaan “go public” maka nilai
perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya
nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka menjadi
lebih senang.

Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan menjadi tugas manajer keuangan.
Tugasnya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Perolehan dana dengan biaya murah.


2. Penggunaan dana efektif dan efisien
3. Analisis laporan keuangan
4. Analisis lingkungan Internal dan eksternal yang berhubungan dengan keputusan rutin dan
khusus.

D. Kedudukan Manajer Keuangan Dalam Struktur Organisasi Perusahaan

Di dalam perusahaan yang besar bidang keuangan dipimpin oleh seorang manajer keuangan
(chief financial manager). Manajer keuangan atau sering disebut direksi keuangan melaporkan
secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur.
Sedangkan di dalam departemen keuangan dalam suatu perusahaan dibagi lagi ke dalam
beberapa bagian/divisi yang dipunyai oleh seorang kepada divisi meliputi:
1. Divisi anggaran, bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan memperbaiki bugdet
operasi (operating bugdet)
2. Divisi penganggaran modal (capital budgeting) yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkan analisis pengeluaran modal
3. Divisi perencanaan keuangan, yang bertanggung jawab untuk mengambil alternatif
pemenuhan kebutuhan dana jangka panjang
4. Divisi perencanaan keuangan jangka pendek, yang bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kebutuhan dana jangka pendek, serta investasi jangka pendek pada surat
berharga (marketable securities)
5. Divisi kredit, bertanggung jawab untuk menentukan kredit yang akan diberikan kepada
langganan, disamping itu divisi ini juga bertanggung jawab dalam negoisasi dengan
kreditor (lembaga keuangan Bank dan bukan Bank)
6. Divisi hubungaan masyarakat (human relation), bertanggung jawab terhadap
pembentukan image/komunikasi antara perusahaan, pemegang saham, para investor dan
masyarakat keuangan secara umum.

E. Tujuan Manajemen Keuangan Pada Perusahaan

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan (The Main Objective of Financial Management)
adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham,
bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung
jawab social, mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai berikut:

1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di masa


datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam pengertian
akuntansi.

Akan tetapi dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan
penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan
akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh
sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks
yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitias perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka
tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan
perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak
berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan
para pemegang obligasi.

Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan tidak mengingkari adanya


social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab sosial adalah satu aspek penting dari
tujuan perusahaan, maksudnya:

1. Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan sumbangan yang


berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan. Artinya jika manajemen keuangan
menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan manajemen yang baik dan
efisien sesuai dengan permintaan konsumen.
2. Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja, keamanan
produk juga harus diperhitungkan. Dimana perusahaan yang berhasil selalu menempatkan
efisiensi dan inovasi sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan
teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan.
3. Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar perusahaan
tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Faktor-faktor luar seperti
pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan keselamatan kerja menjadi lebih
penting untuk dipertimbangkan. Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar keuangan merupakan aspek penting
dari lingkungan luar.
4. Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dalam kendala
legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan lingkungan. Kerjasama
antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peraturan yang
mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya perusahaan mematuhi peraturan tersebut.

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan


pertimbangan teknis sebagai berikut :

1. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas daripada memaksimumkan laba, karena


memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang.
2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus
pendapatan perusahaan.
3. Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang akan datang mungkin
beragam.

Nilai ialah sesuatu yang dijunjung tinggi dan dihormati. Dalam perusahaan hal itu diwujudkan
dalam perhitungan laba oprasional bersih atau net operating profit after tax yang lazim disebut
NOPAT. Perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai maksimum jika NOPAT lebih besar dari
pada biaya modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Misalnya perusahaan
memiliki modal Rp 1000, biaya modal yang diperhitungkan 10% per tahun, Laba oprasi Rp150.
pajak 20%. Nilai Perusahaan sebesar :

Biaya Modal=[Laba Operasi(1–Pajak )–( Biaya ModalxModal)]

=[Rp 150 ( 1 – 0,20) – (0,10 X Rp 1000)]

=Rp 1200

= 0,10

Berdasarakan perlindungan diatas, perusahaan memiliki tambahan nilai modalnya ( atau nilai
invetasinya) Rp 1000, sedangkan nilai perusahaan berdasarkan kapitalisasi laba oprasi bersih Rp
1200. Manajemen harus berusaha agar nilai perusahaan semaksimum mungkin, artinya ia harus
mampu memperoleh laba operasi sebesar-besarnya dengan modal yang digunakan sekecil
mungkin.

F.         Lingkungan Keuangan

Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor keuangan di
bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial markets), lembaga keuangan
(financial institutions) dan instrumen keuangan (financial instruments).

1. Pasar keuangan, menunjukkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan aktiva
finansial (financial asset) atau sering disebut sebagai sekurities. Sekurities adalah secarik
kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas
aktiva riil perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan,
merek dagang, dll.)
2. Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai lembaga intermediari
(financial intermediation) dengan mempertemukan unit surplus dengan unit defisit.
Contoh lembaga keuangan dalam sistem moneter adalah Bank sentral, Bank pencipta
uang giral/bank umum. Lembaga keuangan dan di luar sistem moneter (bank bukan
pencipta uang giral/BPR), lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun,
lembaga di bidang pasar modal, dll.
3. Instrumen Keuangan, contohnya adalah uang, saham, hutang, dan surat berharga di
pasar uang dan pasar modal lainnya.

G.        Aktivitas Manajemen keuangan

1. 1. Konsep Modal

Sebelum membahas lebih jauh tentang aktivitas dalam manajemen keuangan, perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai Konsep Modal.

Dalam ilmu ekonomi, istilah “capital” (modal) merupakan konsep yang pengertiannya berbeda-
beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran pemikiran (school of thought) yang
dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan/perkembangan (lihat Snavely,
dalam Encyclopedia Americana 1980:595):

Dalam abad ke-16 dan 17 istilah “capital” dipergunakan untuk menunjuk kepada, atau (a) stok
uang yang akan dipakai untuk membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh
keuntungan, atau (b) stok komoditi itu sendiri. Pada waktu itu istilah “stock” dan istilah “capital”
sering dipakai secara sinonim. Perusahaan dagang Inggris yang didirikan dalam masa itu atas
dasar saham misalnya, dikenal sebagai “Join Stock Companies” atau “Capital Stock
Companies”.

Adam Smith dalam the Wealth of Nation (1776), juga menggunakan istilah “capital” dan
“circulating capital”. Pembedaan ini didasarkan atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu
terkonsumsi dalam jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur modal itu dalam
jangka waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil) nilainya
menjadi susut, maka unsur itu disebut “fixed capital” (misal mesin, bangunan, dan sebagainya).
Tetapi jika unsur modal terkonsumsi secara total, maka ia disebut “circulating capital” (misal
tenaga kerja, bahan mentah dan sarana produksi). Pembedaan semacam ini (yang juga masih
umum dipergunakan sampai sekarang), mendapat kritik dari Marx (lihat Bottomore 1983:60—
63).

John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy (1848) menggunakan istilah “capital”
dengan arti: (1) barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dan (2) suatu
dana yang tersedia untuk mengupah buruh.

Pada akhir abad ke-19, modal dalam arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang lain, dipandang sebagai salah satu di antara empat faktor utama produksi (tiga lainnya
adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau managemen). Para ahli ekonomi neo-klasik pun
menggunakan pandangan ini (misalnya Alfred Marshall dalam Principles of Economies 1890).

Sekarang, “modal” sebagai suatu konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-
beda. Dalam rumusan yang sederhana, misalnya Mubyarto memberikan definisi: “modal” adalah
barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru” (1973:94). Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi pandangan
ekonomi non-Marxian pada umumnya, “modal” mengacu kepada “asset” yang dimiliki
seseorang sebagai kekayaan (wealth) yang tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan
(“saving” adalah “potential capital”), atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru
(investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Tetapi, tidak setiap
jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang itu menjadi modal kalau ia ditanam atau
diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu “kembalian” (rate of return). Dalam arti ini modal
juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti deposito,
stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula
berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas
suatu keuntungan. Modal yang berupa barang (capital goods), mencakup “durable (fixed)
capital” dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan
distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru;
dan “no-durable” (circulating) capital, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang
berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Terdapat pula adanya penggunaan istilah
“capital” untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya “social capital” dan “human
capital”. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan
umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan sebagainya; sedangkan istilah yang
kedua mengacu kepada faktor manusia produtif yang secara inherent tercakup faktor kecakapan
dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu
investasi dalam “human capital” (Schultz 1961, menurut Mubyarto 1973:98).

Para ahli ekonomi non-Marxian—apapun mazhab yang dianutnya—pada umumnya mengikuti


pengerian-pengertian di atas, sedangkan Marx menggunakan istilah “capital” untuk mengacu
kepada konsep yang sama sekali lain. “Modal” bukanlah barang, melaikan hubungan (produksi)
sosial yang menampakkan diri sebagai barang. Memang, berbicara tentang modal berarti
berbicara tentang “bagaimana membuat uang”, tetapi asset yang “membuat” uang itu mewadahi
hubungan khusus antara si pemilik dengan yang bukan pemilik sedemikian rupa sehingga bukan
saja bahwa uang “dibuat”, tetapi juga bahwa hubungan-hubungan pemilikan pribadi yang
melahirkan proses tersebut secara terus-menerus terlestarikan (Bottmore 1983:60).

Dengan demikian, “capital” adalah suatu konsep abstrak yang manifestasinya dapat berupa
barang atau uang. Karena itu, ia merupakan kategori yang kompleks, yang tidak cukup
diterangkan hanya dengan satu definisi. Konseptualisasi Marx mengenai “capital” barangkali
dapat dijabarkan secara sederhana dalam enam butir pokok berikut ini (Bottomore 1983:60—
63):

Pertama, transformasi uang menjadi modal berjalan melalui proses tertentu, terdiri dari dua
rangkaian transaksi dalam suasana sirkulasi, yaitu: (1) menjual komoditas (K) dan uang yang
diterima (U) dipakai untuk membeli komoditas lain; dan (2) membeli komoditas untuk kemudian
dijual lagi (Secara bagan: K-U-K; dan U-K-U).

Kedua, dalam rangkaian transaksi itu faktor “nilai” menjadi penting, sebab terutama dalam U-K-
U, transaksi itu hanya bermakna jika jumlah uang pada titik akhir menjadi lebih besar daripada
jumlah asal (kalau tidak, ya bagaimana keuntungan dapat diperoleh). Kalau pertukaran itu
merupakan pertukaran nilai yang setara, bagaimana tambahan uang bisa diperoleh? Sebaliknya,
kalau tidak setara, berarti nilai itu sendiri tidak tercipta. Marx menjawab persoalan ini dengan
menerapkan “nilai-guna”. Nilai guna mempunyai sifat “menciptakan” nilai tambahan atau “nilai-
lebih”. Komoditas yang mempunyai nilai-guna seperti itu adalah tenaga kerja.

Ketiga, jalur K-U-K, secara tipikal mengacu kepada transaksi pengupahan tenaga kerja. Buruh
menjual tenaganya untuk memperoleh sejumlah uang (berupa upah) yang pada gilirannya
dipakai untuk membeli barang lain (pangan dan
Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya :
Untuk memahami Akuntansi Biaya kita harus tahu akuntansi baik artian umum maupun
pelaksanaannya.
Akuntansi adalah suatu sistem pencatatan, peringkasan, pengalokasian dan pelaporan dari
transaksi keuangan suatu organisasi bisnis. Dengan artian tersebut bisa diketahui bahwa kegiatan
akuntansi meliputi :

a. pencatatan transaksi keuangan


b. peringkasan trnsaksi keuangan
c. alokasi transaksi keuangan
d. pelaporan dari transaksi keuangan

Akuntansi Biaya mempunyai artian suatu sistem pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa , dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya.
Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian , serta penafsiran informasi biaya
adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya
harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen.
Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

Tujuan Akuntansi Biaya :

1. Penentuan Harga Pokok (kos) Produk atau Jasa


2. Perencaanaan dan Pengendalian Biaya
3. Pengambilan Keputusan Bisnis
Ad. 1. Penentuan Harga Pokok produk atau Jasa
Harga pokok produk atau jasa merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dalam penentuan harga pokok produk atau jasa, akuntansi biaya merupakan bagian dari
akuntansi keuangan. Penentuan harga pokok produk atau jasa digunakan untuk penghitungan
laba atau rugi perusahaan yang dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan.
Informasi mengenai harga pokok produk atau jasa menjadi dasar bagi manajemen dalam
perngambilan keputusan harga jual produk atau jasa yang bersangkutan. Oleh karena itu ,
akuntansi biaya dalam hal ini merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

Ad.2. Perencanaan dan Pengendalian Biaya.


Perencanaan biaya berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen mengenai
penggunaan sumber-sumber ekonomik pada masa yang akan datang. Akuntansi Biaya
menyajikan informasi biaya yang mencakup biaya masa lalu dan biaya ang akan datang.
Informasi yang dihasilkan akuntansi biaya menjadi dasar bagi manajemen untuk menyusun
perencanaan biaya.
Pengendalian biaya pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi
secara terus menerus, serta komparasi antara realisasi dengan anggaran biaya. Akuntansi Biaya
menyajikan informasi mengenai rencana dan realisasi biaya dengan penekanan pada selisih
(penyimpangan) realisasi biaya dari rencana yang telah ditentukan.

Ad.3. Pengambilan Keputusan Bisnis.


Pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan berbagai alternative tindakan. Dalam hal ini,
manajemen memerlukan informasi biaya yang relevan untuk dasar pengembilan keputusan
bisnis.

C.    Fungsi Pokok Manajemen


Manajemen adalah sekelompok orang yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
suatu satuan usaha (perusahaan). Tugas pokok manajemen adalah mengolah input (antara lain
berupa uang, bahan, peralatan,dan manusia) menjadi output (berupa produk atau jasa) yang
dapat mengahasilkan nilai tambah bagi perusahaan.
Fungsi manajemen meliputi:

1. Fungsi Perencanaan (Planning), berkaitan dengan penetapan tujuan dan sasaran


organisasi serta penentuan strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud,
yang diimplementasikan dalam bentuk rencana-rencana kegiatan serta rencana
penggunaan sumber-sumber ekonomik yang dinyatakan dengan satuan moneter
(anggaran) dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2. Fungsi Pengorganisasian(Organizing) , berkaitan dengan pemilihan dan penciptaan
sumber ekonomik yang diolah menjadi sumber ekonomik baru sehingga menghasilkan
nilai tambah.
3. Fungsi Pengarahan (Actuating), berkaitan dengan penciptaan komunikasi untuk
mengkoordinir dan memotivisir setiap satuan kegiatan yang terlibat dalam perusahaan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Fungsi Pengendalian (Contolling), berkaitan dengan proses monitoring dan evaluasi
secara kontinyu terhadap rencana yang telah ditetapkan dengan realisasi penggunaan
sumber-sumber ekonomik.

D.    Pengertian Kos, Biaya , Penggolongan, dan aliran Kos dalam perusahaan Manufaktur
serta Penggunaan Beberapa Istilah
Kerancuan pengertian cost (biaya) dan expense (beban).
Menurut Suwardjono karakteristik yang melekat pada istilah cost sebagai berikut :
1.      Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu sumber ekonomik
yang digunkan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu.
2.      Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam kerangka akuntansi sebagai penyedia
informasi kuantitatif.
3.      Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus atau objek atau dengan tujuan atau
pusat perhatian. Focus atau objek ini dikenal secara teknis sebagai cost object. Cost object dapat
berupa produk , departemen , proyek kegiatan atau sesuatu yang komponen pembentukannya
perlu diukur secara moneter agar pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi
mengenai size dan relationship yang bermakna.
4.      Secara fisik, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber ekonomi yang disebut aktiva.
Secara Akuntansi , sumber ekonomik dan perubahannya direpresentasi dalam unit moneter. Unit
moneter disini adalah hasil pengukuran yang ditentukan pada saat transasksi pemerolehan
sumber ekonomik tersebut dan didasarkan pada harga pertukaran.
5.      Sebagai dasar pengukuran , cost tidak mempunyai konotasi sebagai sesuatu hal yang negative
mengurangi). Cost harus dihubungkan dengan sesuatu yang menjadi pusat perhatian. Suatu
(objek misalnya produk, fasilitas, jasa, kegiatan atau
MANAJEMEN OPERASIONAL

1.      Pengertian Manajemen Operasional

(Franklin & Thomas dalam Handoko) Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-
usaha pengelolaan sumber daya- sumber daya /faktor-faktor produksi dalam proses
transformasi menjadi berbagai produk atau jasa.

(Pontas Pardede) Manajemen produksi dan operasi sebagai pengarahan dan pengendalian
berbagai kegiatan yang mengolah berbagai jenis sumberdaya untuk membuat barang atau
jasa tertentu. Sehingga dapat disimpulkan manajemen operasional adalah suatu kegiatan
untuk mengatur/mengelola secara optimal atau manajemen pengelolaan sumber daya dalam
proses transformasi input menjadi output.

Ruang lingkup Manajemen produksi dan operasi secara ringkas dapat terlihat dalam Gambar
1.1. Ruang Lingkup manajemen produksi dan operasional

Gambar 1.1. Ruang Lingkup manajemen produksi dan operasi :

2.      Tujuan Manajemen Operasional

Para manajemen dalam organisasi dalam pelaksanaan manajemen produksi/operasi


bertujuan untuk mengatur penggunaan resources yang ada baik yang berupa bahan, tenaga
kerja, mesin-mesin dan perlengkapan, sedemikan rupa sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.

Dengan demikian kita perlu mempelajari menajemen operasional karena :


a.       Manajemen operasional merupakan salah satu dari tiga fungsi utama untuk membuat
barang dan jasa dari seluruh organisasi perusahaan, yaitu :

Pemasaran yang membuat adanya permintaan atau mendapat pesanan untuk


pembuatan suatu barang.

Produk/poerasi yang menghasilkan produk

Keuangan atau akuntansi yang memantau apakah perusahaan berjalan dengan


baik, membayar seluruh tagihan, dan mengumpulkan uang

b.      Untuk mengetahui bagaimana cara memproduksi suatu barang dan jasa

c.       Fungsi produksi merupakan bagaian yang paling penting dan mahal, misalnya untuk
perbaikan-perbaikan pelayanan kepada konsumen.

d.      Untuk mengetahui tugas-tugas penting dari seorang manajer operasional

3.      Fungsi-Fungsi Manajemen Operasi dan Produksi

a.       Perencanaan : meliputi seluruh kegiatan mulai dari penentuan barang atau jasa yang
akan dibuat, perencanaan pengadaan dan penanganan sumberdaya-sumberdaya yang akan
diolah, penentuan jumlah dan jenis serta penataan letak (layout) mesin-mesin dan
peralatan yang akan digunakan, penentuan cara dan teknik pengolahan yang akan
digunakan, penentuan ciri-ciri dan sifat yang harus dimiliki oleh barang atau jasa yang
dihasilkan serta penetapan waktu kapan barang dan jasa yang bersangkutan sudah harus
siap untuk dipasarkan.

b.      Pengorganisasian : meliputi seluruh kegiatan penentuan jumlah dan jenis sumberdaya
manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan

c.       Penelaah : seluruh kegiatan untuk mendapatkan keterangan tentang setiap kegiatan
yang dilaksanakan di dalam kegiatan operasi dan produksi.
d.      Pengawasan : meliputi seluruh kegiatan yang dimaksudkan untuk mengarahkan dan
menjamin agar berbagai kegiatan yang sudah dan sedang dilaksanakan itu sudah sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.

4.      Jenis-Jenis Organisasi dan sumberdaya-sumber yang yang digunakan serta hasil
kegiatannya

Dalam melakukan kegiatan operasional, perusahaan akan memiliki karakteristik yang


berbeda-beda seperti terlihat dalam Tabel 1.1. :

Tabel 1.1. Jenis organisasi, sumberdaya yang digunakan dan hasil kegiatan

Jenis Organisasi Jenis Hasil


Sumberdaya yang Digunakan Hasil Kegiatan
atau Perusahaan Kegiatan
Gedung, mesin, tenaga ahli,
Pabrik pembuatan
buruh, komputer, berbagai Mobil Barang
mobil
bahan
Gedung, lokasi, kelengkapan
dan tataletak sarana, Penginapan,
Hotel Jasa
pengelola, pegawai, ruang pertemuan
pertemuan
Gedung, mesin, komputer,
Percetakan bahan-bahan baku, desain Barang cetakan Barang dan jasa
dan pekerja
Gedung, lokasi,pengelola,
Toko penjual
petugas penjualan, tata letak Penjualan Jasa
sepatu
toko
Gedung, dosen, mahasiswa, Peningkatan
Perguruan Tinggi kurikulum, lokasi, komputer, kemampuan, hasil Jasa
laboratoriumdll penelitian
Rumah Sakit Gedung, lokasi, pengelola, Kesembuhan Jasa
dokter, perawat, peralatan,
obat-obatan dan pasien

5.      Sejarah Perkembangan Manajemen Produksi dan Operasi

Sejarah perkembangan manajemen produksi da operasi tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perkembangan manajemen.

Perkembangan Manajemen Produksi dan Operasi terlihat dalam tabel 1.2 :

Tabel 1.2. Perkembangan Manajemen Produksi dan Operasi

Tahun Pelopor Gagasan / Temuan


Pembagian pekerjaan dann
1776 Adam Smith
pengkhususan tenaga kerja
Pengelompokkan tenaga kerja dan
1832 Charles Babbage
penugasan berdasarkan keahlian
1881 F. Taylor Manajemen Ilmiah
1917 H.L. Gantt Cara-cara penjadwalan tenaga
kerja dan mesin, pembebanan
pekerjaan di tempat-tempat
pengolahan
Pengambilan keputusan statisik
1931 Walter A. Steward
dalam manajemen mutu
1947 G.B. Dantzig Linear Programming
1950 Du Pont Metode Lintasan Kritis (CPM)
U.S Navy, Booz Allen Program Evaluation and Review
1958
Hamilton Technique (PERT)

6.      Fungsi Manajemen Operasional dalam kegiatan perusahaan

Kegiatan operasi dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu :

a.       Organisasi manufaktur – merupakan jenis organisasi dari kelompok perusahaan yang
menghasilkan barang.

Menurut Wild,1983 mengidentifikasikan dua kategori dasar bagi perusahaan manufaktur, yaitu :

1.      Industri dengan proses terus menerus / countinous process industries adalah industri
yang memproduksi barang dengan proses kontinyu. Industri jenis ini seringkali
menggunakan proses kimia daripada fisik atau mekanis. Contoh : industri pupuk, gula,
semen, farmasi dll.

2.      Industri dengan proses terputus-putus / intermittent process industries adalah industri
yang memproduksi barang secara proses individu, yaitu unit per unit. Contoh : industri
alat-alat elektronika, kendaraan bermotor, peralatan kantor dan alat-alat rumah tangga

Intermittent process industries dibagi menjadi tiga kelompok :

2.1. Jobbing shop production – sistem volume rendah

2.2. Batch production – sistem volume menengah


2.3. Mass production – sistem volume tinggi

Tabel 1.3. Karakteristik Intermittent Process Industri

  Jobbing shop Batch Mass


production production production
Volume produksi Rendah Sedang Tinggi

Variasi jenis poduksi Tinggi Sedang Rendah

Ketrampilan tenaga kerja Tinggi Sedang Rendah

Standarisasi produk Rendah Sedang Tinggi

Spesialisasi peralatan / mesin Rendah Sedang Tinggi

b.      Organisasi jasa – organisasi dari kelompok perusahaan untuk menghasilkan barang yang
tidak berwujud

Organisasi jasa dapat dibagi berdasarkan :

1.      Hubungan dengan barang (hubungan langsung dengan barang –seperti distributor
barang, restoran, perusahaan angkutan barang , tidak berhubungan langsung dengan
barang – seperti akuntan, konsultan, poliklinik)

2.      Tingkat hubungan dengan pelanggan (standart service dan custom service)

3.      Jenis pelayanan (jasa kesehatan dan sosial, hiburan dan rekreasi, pendidikan dan
kursus, bisnis dan perdagangan, transportasi dan komunikasi)

 ata kuliah ini membahas tentang konsep dan prinsip laporan keuangan suatu usaha bisnis serta
perlakuannya dalam akuntansi, meliputi: ruang lingkup laporan keuangan, profesi akuntan,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca dan catatan atas laporan keuangan, laporan
arus kas, kas, piutang, persediaan, pembiayan dari utang dan investasi jangka pendek dan
panjang dalam bentuk maupun obligasi. Buku yang disarankan  :
http://ebook.ut.ac.id/product_info.php?cPath=21_33&products_id=2261
Tinjauan Mata Kuliah

Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah merupakan salah satu mata kuliah perilaku
berkarya yang bertujuan untuk memberikan kerangka dasar bagi mahasiswa yang ingin berkarier
sebagai praktisi akuntansi keuangan maupun akademisi dalam mengembangkan ilmu akuntansi
keuangan. Melalui mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I, Anda akan mendapat
kesempatan serta mengaplikasikannya dalam suatu usaha bisnis.

Setelah mempelajari mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I, Anda diharapkan mampu
menganalisis laporan keuangan suatu usaha bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi,
khususnya yang berkaitan dengan aktivitas operasional, aktivitas pembiayaan dan aktivitas
investasi.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot SKS, mata kuliah Akuntansi Keuangan
Mengengah I terdiri dari 9 modul yang pengorganisasiannya sebagai berikut:

1. Pelaporan Keuangan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan
konsep-konsep dasar akuntansi pelaporan keuangan.
2. Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas. Tujuan pokok bahasan ini
adalah agar Anda mampu menyusun Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas.
3. Neraca dan Catatan atas laporan keuangan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar
Anda mampu menerapkan konsep-konsep penyajian neraca dan catatan atas laporan
keuangan.
4. Laporan Arus Kas. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menganalisis
informasi yang terkandung dalam suatu laporan arus kas dan menarik suatu simpulan
dalam analisisnya tersebut.
5. Kas dan Piutang. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan
konsep-konsep dasar kas dan piutang serta perlakuannya dalam akuntansi.
6. Persediaan (Prosedur Harga Pokok). Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda
mampu menganalisis penerapan akuntansi persediaan berdasarkan prosedur harga pokok
pada perusahaan dagang dan manufaktur.
7. Persediaan (Prosedur selain berdasarkan harga pokok). Tujuan pokok bahasan ini
adalah agar Anda mampu menganalisis metode-metode penilaian persediaan yang
menyimpang dari prosedur harga pokok.
8. Utang. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menganalisis pembiayaan
dari utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang.
9. Investasi (Saham dan Obligasi). Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu
menerapkan konsep-konsep investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dalam
bentuk saham maupun obligasi serta perlakuannya dalam akuntansi.

Agar lebih memudahkan dalam memahami mata kuliah ini, berikut disampaikan desain
instruksional yang menggambarkan tujuan dari instruksional tiap topik bahasan dan kompetensi-
kompetensi pendukung yang harus Anda kuasai untuk mencapai kompetensi utama mata kuliah
ini.
MODUL 1
PELAPORAN KEUANGAN

Kegiatan Belajar 1 :Ruang Lingkup Akuntansi dan Laporan Keuangan

1. Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan mengacu pada Standar Akuntansi


Keuangan yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan-IAI. Saat ini, secara
garis besar Standar Akuntansi Keuangan berisi 59 PSAK beserta Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang melandasinya dan 4 IPSAK. Standar
Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh IAI merupakan hasil adaptasi dari
International Accounting Standards.
2. Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional ke dalam Standar Akuntansi Keuangan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia sebagai salah upaya
harmonisasi dan dinamisasi praktik akuntansi keuangan internasional dalam usaha
menjawab tantangan di era globalisasi.
3. Akuntansi sering disebut dengan “bahasa bisnis” karena akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi sebuah perusahaan. Akuntansi
dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, pengukuran dan penyampaian informasi
ekonomi agar dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijaksanaan.
Informasi tersebut disajikan dalam bentuk laporan akuntansi atau lebih dikenal dengan
istilah laporan keuangan.
4. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
5. Terdapat empat jenis laporan keuangan utama, yakni neraca (laporan perubahan posisi
keuangan), laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Pelaporan
keuangan (financial reporting) mencakup tidak hanya laporan keuangan, tetapi juga
media-media lain yang dapat digunakan untuk mengomunikasikan informasi baik yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses akuntansi. Misalnya,
laporan tahunan kepada para pemegang saham tidak hanya berisi laporan keuangan
utama, seperti tercantum di atas, tetapi juga informasi lain, seperti rasio-rasio keuangan
yang dianggap penting, ikhtisar jumlah atau saldo rekening-rekening tertentu.
6. Pihak-pihak yang terkait dengan laporan keuangan adalah IAI, Bapepam, BEJ, Kantor
Pajak dan Kantor Akuntan Publik (Auditor) serta para pemakai laporan keuangan
lainnya. Dengan cara yang berbeda masing-masing pihak memiliki tujuan yang sama,
yakni menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas (dapat dipercaya dan diandalkan,
relevan, serta tepat waktu).

Kegiatan Belajar 2 : Kerangka Konseptual Akuntansi dan Profesi Akuntan

1. Di dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan perusahaannya, manajemen


memiliki keleluasaan untuk memilih alternatif prinsip atau metode akuntansi yang
dimaksudkan untuk mencerminkan secara akurat kondisi ekonomi perusahaan dalam
kaitannya dengan bisnis dan transaksi-transaksi operasinya. Untuk itu, diperlukan suatu
acuan dalam praktik akuntansi di dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya.
Kerangka dasar akuntansi dan pelaporan keuangan ditetapkan sebagai maksud untuk
mendefinisikan secara luas tentang tujuan, istilah dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan praktik akuntansi yang pada akhirnya sangat diperlukan untuk menetapkan ruang
lingkup dan batas-batas akuntansi dan laporan keuangan.
2. Kerangka tersebut memuat hal-hal berikut. (1) Tujuan laporan keuangan. (2) Asumsi
dasar. (3) Karakteristik kualitatif laporan keuangan. (4) Unsur laporan keuangan. (5)
Pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan. (6) Konsep modal dan pemeliharaan
modal.
3. Asumsi dasar dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dasar akrual dan
kelangsungan usaha. Terdapat empat karakteristik laporan keuangan, yakni dapat
dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Unsur-unsur laporan keuangan
antara lain adalah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, laba, rugi, setoran
kepada pemilik, distribusi kepada pemilik.
4. Secara umum sekurang-kurangnya terdapat tiga pihak yang berkarier dalam bidang
akuntansi, yang terkait dengan akuntansi dan pelaporan keuangan, yaitu akuntan
manajemen (akuntan perusahaan), akuntan publik dan para pemakai laporan.

MODUL 2 : LAPORAN LABA RUGI DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Kegiatan Belajar 1 : Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas

1.Laporan keuangan suatu perusahaan terdiri atas berikut ini.

 Laporan Laba Rugi.


 Laporan Perubahan Ekuitas.
 Laporan Neraca.
 Laporan Arus Kas.

2.Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran catatan data,


penerapan prinsip-prinsip dan kebiasaan akuntansi, dan penggunaan data pengalaman pribadi
penyusunnya. Oleh sebab itu, tak mengherankan apabila laporan keuangan mengandung
keterbatasan-keterbatasan sebagai beriku

 Bersifat Historis.
 Bersifat Umum.
 Pemakaian taksiran dan pertimbangan pribadi.
 Berisi informasi yang material saja.
 Bersifat konservatif.
 Menekankan pada makna ekonomis, tidak pada bentuk hukumnya.
 Menggunakan istilah teknis akuntansi.
 Mengandung berbagai alternatif metode akuntansi.
 Tidak dapat menyajikan informasi kualitatif yang bersifat nonkeuangan.

3.Penyajian laporan laba rugi dapat dilakukan dalam 2 bentuk sebagai berikut.

 Bentuk multiple step (langkah bertahap).


 Bentuk single step (langkah tunggal).

4.Dalam bentuk Langkah Bertahap laporan laba rugi berisi informasi sebagai berikut.

 Penjualan.
 Harga Pokok Penjualan atau Beban Penyediaan Jasa.
 Laba Kotor.
 Beban Usaha.
 Laba Usaha.
 Pendapatan dan Beban Lain-lain.
 Laba Sebelum Pos Luar Biasa.
 Pos-pos Luar Biasa.
 Pengaruh Kumulatif dari Perubahan Prinsip Akuntansi.
 Laba Sebelum Pajak Penghasilan.
 Pajak Penghasilan.
 Laba Bersih.

5.Dalam laporan laba rugi bentuk langkah tunggal hanya dikenal satu jenis laba saja, yaitu laba
bersih.

6.Untuk menggambarkan perubahan hak milik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan,
perlu disusun Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan ini dapat digabungkan dengan Laporan Laba
Rugi, apabila informasi perubahan jumlahnya tidak banyak. Dalam perseroan laporan ini sering
disebut Laporan Perubahan Laba Ditahan karena umumnya perubahan modal terjadi pada pos
Laba Ditahan saja. Namun, apabila perubahan juga terjadi pada pos-pos modal pemilik yang lain
maka perlu disusun laporan perubahan ekuitas secara lengkap.

Kegiatan Belajar 2 : Pos-pos Luar Biasa

1. Para akuntan (termasuk IAI) sekarang cenderung untuk menggunakan konsep all-
inclusive dalam penyusunan perhitungan laba rugi untuk suatu perusahaan.
2. Satu-satunya pos juga dibebankan atau dikredit langsung ke rekening Laba Ditahan
adalah penyesuaian periode sebelumnya yang diakibatkan karena koreksi kesalahan, dan
perubahan akuntansi tertentu yang memerlukan penyusunan kembali laporan keuangan
periode sebelumnya.
3. Seluruh laba atau rugi luar biasa dan yang jarang terjadi langsung ditutup ke rekening
Ikhtisar Laba rugi dan dilaporkan dalam perhitungan laba rugi.
4. Transaksi yang tidak biasa, material, dan jarang terjadi disajikan secara terpisah sebagai
kelompok pos-pos luar biasa. Pos-pos lain yang jumlahnya material, tetapi tidak dapat
dikelompokkan sebagai pos luar biasa dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah.
5. Penyesuaian kumulatif yang terjadi akibat perubahan prinsip akuntansi diungkapkan
secara terpisah sebelum laba bersih.
6. Penghentian segmen kegiatan dari suatu perusahaan diklasifikasikan secara terpisah
dalam perhitungan laba rugi sesudah laba dari kegiatan yang terus berjalan dan sebelum
pos-pos luar biasa.

MODUL 3 : NERACA DAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Kegiatan Belajar 1 : Neraca

1.Neraca adalah laporan yang menunjukkan posissi keuangan dari suatu perusahaan pada saat
tertentu. Posisi keuangan ini meliputi keadaan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan. Dengan cara menghubungkan pos-pos tertentu dlam neraca, kita dapat menilai
keadaan likuiditas, solvabilitas dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Oleh karena itu, neraca
harus disusun secara sistematis dengan menggunakan klasifikasi yang sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

2. Klasifikasi dan penyajian pos-pos dalam neraca dilakukan sebagai berikut.

 Aktiva Lancar. Disajikan sesuai dengan urutan likuiditasnya, artinya pos yang segera
dapat dicairkan menjadi uang tunai disajikan di urutan paling atas.
 Investasi. Investasi perusahaan pada perusahaan anak atau pada perusahaan afiliasi harus
disajikan secara terpisah.
 Aktiva tetap. Dapat dibedakan menjadi aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud.
Pos-pos aktiva tetap disajikan dalam neraca menurut kekekalannya. Aktiva tetap yang
umurnya paling panjang disajikan paling atas, sedangkan aktiva tetap yang umurnya lebih
pendek disajikan di bawahnya.
 Aktiva lain-lain. Klasifikasi aktiva lain-lain digunakan untuk menampung pos-pos aktiva
tidak lancar yang tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi di atas.
 Kewajiban lancar. Pos-pos kewajiban lancar disajikan sesuai dengan urutan likuditasnya.
Utang lancar yang segera dibayar disajikan dalam urutan teratas.
 Kewajiban jangka panjang. Penyajian kewajiban jangka panjang harus mengungkapkan
ikatan-ikatan yang ada dalam kontrak utang jangka panjang yang bersangkutan, seperti
tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, aktiva yang dijadikan jaminan dan sebagainya.
 Ekuitas pemilik. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan, yaitu hak
residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas disajikan
dalam neraca berdasarkan kekekalannya. Jenis modal yang sifatnya paling kekal
disajikan paling atas, dan yang kurang kekal disajikan di bawahnya.

3.Neraca dapat disusun dengan menggunakan bentuk akun (rekening) atau bentuk laporan.
Dalam bentuk rekening (bentuk skontro) aktiva dilaporkan pada sisi sebelah kiri dan kewajiban
serta modal pemilik pada sebelah kanan. Dalam bentuk laporan, bagian aktiva, kewajiban dan
modal pemilik disusun secara vertikal (dari atas ke bawah). Bentuk laporan ini lebih populer
karena dapat membandingkan 2 buah neraca atau lebih untuk tahun-tahun yang berurutan.

Kegiatan Belajar 2 : Catatan Atas Laporan Keuangan

1.Selain pos-pos yang terdapat dalam buku besar perusahaan, dalam neraca juga perlu disajikan
informasi tambahan yang dapat berupa peristiwa bersyarat, kebijaksanaan penilaian dan
kebijaksanaan akuntansi yang digunakan, kontrak-kontrak jangka panjang dan peristiwa
kemudian.

2.Teknik penyajian informasi tambahan dapat dilakukan dalam bentuk tanda kurung, catatan
kaki, skedul pendukung, referensi silang dan rekening kontra.

MODUL 4 : LAPORAN ARUS KAS

Kegiatan Belajar 1 : Ruang Lingkup Laporan Arus Kas


1. Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode akuntansi.
2. Tujuan laporan arus kas adalah menyediakan informasi sumber dan penggunaan kas dan
setara kas selama periode akuntansi serta rekonsiliasi kas di awal periode dengan kas di
akhir periode ditambah saldo setara kas.
3. Bentuk umum dari laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
terbagi ke dalam tiga kategori, yakni: arus kas yang berasal dari aktivitas operasi; arus
kas yang berasal aktivitas investasi dan arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan.
4. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi
dan aktivitas pendanaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat dilaporkan
dengan menggunakan di antara dua metode baik langsung maupun tidak langsung.
5. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas.
6. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
7. Arus kas dari aktivitas operasi berasal dari aktivitas produksi normal perusahaan dan
penjualan barang dan jasa.
8. Arus kas dari aktivitas investasi berasal dari aktivitas pembelian atau penjualan aktiva
tetap, bangunan, peralatan, piutang wesel dan investasi.
9. Arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari kenaikan atau penurunan pendanaan utang
dan pendanaan ekuitas dan dari pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Kegiatan Belajar 2 : Penggunaan Laporan Arus Kas

1. Laporan arus kas merupakan laporan yang relatif masih baru, efektif berlaku di Indonesia
sejak tahun 1994. Laporan arus kas dapat disusun dengan menggunakan metode langsung
atau metode tidak langsung. PSAK No.2 mengimbau agar laporan arus kas disusun
dengan menggunakan metode langsung.
2. Klasifikasi arus kas bervariasi di antara berbagai negara. Tetapi pada umumnya terdapat
3 kategori arus kas, yaitu (1) arus kas dari aktivitas operasional, (2) arus kas dari aktivitas
investasi, dan (3) arus kas dari aktivitas pendanaan (financing). Standar akuntansi Inggris
membuat klasifikasi arus kas yang paling lengkap. Di Inggris arus kas dikelompokkan
menjadi delapan kategori.
3. Ada delapan pola arus kas. Arus kas operasional yang positif menunjukkan kondisi
keuangan lebih baik dari pada arus kas operasional yang negatif. Arus kas investasi yang
negatif menunjukkan perusahaan sedang melakukan perluasan usaha, sedangkan apabila
arus kas investasi negatif menggambarkan perusahaan berusaha mencari dana untuk
menutup defisit arus kas operasional. Arus kas pendanaan yang positif menunjukkan
perusahaan mencari sumber pendanaan dari luar untuk menutup defisit arus operasional
atau untuk melakukan ekspansi. Sedangkan arus kas pendanaan yang negatif
menunjukkan perusahaan sedang melunasi pinjaman kepada para kreditor atau
mengembalikan modalnya kepada para pemegang saham.

MODUL 5 : KAS DAN PIUTANG


Kegiatan Belajar 1 : Kas

1. Kas yang meliputi uang tunai, simpanan di bank yang setiap saat dapat diambil (giro) dan
kertas berharga lainnya yang dapat diuangkan pada bank atau lembaga keuangan lain
sebesar nilai nominalnya, harus diawasi dengan baik. Salah satu cara pengawasan agar
likuiditas perusahaan terjamin maka harus disusun anggaran kas. Untuk menyusun
anggaran maka diperlukan kemampuan memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas
di masa yang akan datang. Pengeluaran kas sebaiknya digunakan check, sedangkan untuk
pengeluaran yang berjumlah relatif kecil sebaiknya disediakan dana tertentu yang
dinamakan “Dana Kas Kecil” Ada dua cara pencatatan kas kecil yaitu sistem dana tetap
dan sistem dana berfluktuasi. Perbedaan pokok dari kedua sistem tersebut, yaitu pada
sistem dana tetap, pengeluaran dari dana kas kecil tidak perlu di jurnal, seperti pada
sistem dana berfluktuasi.
2. Untuk mengadakan pengawasan kas di bank maka setiap akhir bulan dibuat “rekonsiliasi
bank” untuk menentukan sebab-sebab terjadinya perbedaan saldo kas menurut catatan
perusahaan dengan saldo kas menurut laporan bank. Ada beberapa bentuk rekonsiliasi
bank, yaitu berikut ini.

 Rekonsiliasi saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut laporan bank untuk
mendapatkan saldo yang benar atau rekonsiliasi untuk menentukan saldo yang benar.
Hasil akhir dari rekonsiliasi ini, yaitu saldo menurut perusahaan dengan saldo menurut
bank akan sama. Rekonsiliasi bentuk ini sering disebut rekonsiliasi dua kolom.
 Rekonsiliasi dan identifikasi berbagai penyebab terjadinya perbedaan antara saldo
menurut perusahaan dengan saldo menurut laporan bank. Menurut bentuk ini maka saldo
menurut catatan perusahaan dianggap yang benar sehingga bertitik tolak dari saldo
menurut laporan bank menuju saldo menurut catatan perusahaan.

2. Kadang-kadang rekonsiliasi diperluas penggunaannya, yaitu untuk menguji kebenaran


penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu mencocokkan kesamaan jumlah penerimaan,
pengeluaran maupun saldonya menurut catatan perusahaan dengan menurut laporan bank.
Dalam rekonsiliasi ini terdapat dua bentuk rekonsiliasi, yaitu berikut ini.

 Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari saldo menurut laporan bank menuju saldo
menurut catatan perusahaan. Dengan kata lain, rekonsiliasi ini menganggap bahwa saldo
menurut bentuk ini sering dinamakan rekonsiliasi 4 kolom.
 Bentuk rekonsiliasi yang bertitik tolak dari masing-masing saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir menuju kepada saldo yang benar. Rekonsiliasi bentuk ini
sering dinamakan rekonsiliasi delapan kolom.

Kegiatan Belajar 2 : Klasifikasi Piutang dan Piutang Wesel

1. Piutang menurut sumber terjadinya dapat dibedakan menjadi piutang usaha dan piutang
nonusaha. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka
menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan. Sedangkan piutang di luar piutang usaha
dikelompokkan sebagai piutang lain-lain atau piutang nonusaha.
2. Piutang usaha yang didukung dengan promes (surat kesanggupan membayar)
dikelompokkan sebagai wesel tagih (piutang wesel). Piutang wesel, piutang usaha, dan
piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.
3. Surat wesel biasanya berisi informasi tentang pihak yang akan menerima pembayaran,
pembuat surat wesel, tanggal dan jatuh tempo wesel, jumlah nominal, dan bunga wesel
(kalau ada). Bunga wesel dinyatakan dalam angka persentase yang menunjukkan tingkat
bunga dalam satu tahun.
4. Bila perusahaan memerlukan dana (uang) segera perusahaan dapat mendiskontokan
piutang weselnya ke lembaga-lembaga keuangan. Pendiskontoan ini tidak sama dengan
penjualan, sebab perusahaan masih bertanggung jawab terhadap pelunasan wesel yang
didiskontokan tersebut. Artinya, apabila lembaga keuangan tidak berhasil menagih surat
wesel yang didiskontokan maka perusahaan berkewajiban melunasinya. Selisih antara
nilai wesel saat jatuh tempo dengan hasil pendiskontoan akan dicatat perusahaan sebagai
biaya bunga atau pendapatan bunga. Piutang wesel yang didiskontokan dalam neraca
harus diungkapkan dan diklasifikasikan sebagai utang bersyarat.
5. Piutang wesel yang telah kedaluwarsa harus diklasifikasikan menjadi piutang usaha
sebesar nominalnya ditambah bunganya. Kecuali kalau dipastikan piutang wesel yang
kedaluwarsa tersebut akan segera dilunasi oleh debitur.

Kegiatan Belajar 3 : Piutang Wesel

1. Wesel tagih dicatat sebesar nilai tunainya, yaitu jumlah uang yang diterima oleh si
peminjam uang. Masalah penilaian akan timbul bila si debitur tidak menerima uang,
tetapi menerima aktiva tetap, barang atau jasa dari jasa dari si kreditor.
2. Transaksi wesel antara 2 belah pihak yang bebas selalu akan menyangkut bunga. Dalam
wesel berbunga nilai tunai wesel akan sama dengan nilai nominal wesel, sedangkan pada
wesel tanpa bunga nilai nominal sudah implisit (tersirat) di dalamnya bunga wesel. Oleh
sebab itu, pada wesel tanpa bunga nilai tunainya harus dihitung dulu sebelum dicatat
dalam pembukuan. Tetapi apabila wesel tersebut menyangkut periode satu tahun atau
kurang maka wesel tersebut dapat dicatat sebesar nilai nominalnya.
3. Dalam pertukaran aktiva tetap, barang atau jasa dengan wesel maka harus ditentukan
nilai tunai dari wesel tersebut. Nilai tunai dari wesel tersebut adalah harga kontan dari
aktiva tetap, barang atau jasa yang dipertukarkan. Perbedaan antara nilai tunai dengan
jumlah yang akan diterima pada saat wesel jatuh tempo dibebankan sebagai bunga.

Kegiatan Belajar 4 : Piutang Usaha

1. Piutang dan utang harus diklasifikasikan dalam kelompok lancar dan tidak lancar.
Piutang usaha, piutang wesel, piutang bunga, dan sebagainya yang diperkirakan dapat
diterima pembayarannya dalam tempo satu tahun atau kurang dihitung sejak tanggal
neraca harus disajikan sebagai elemen aktiva lancar. Utang usaha, utang wesel, utang
bunga, utang gaji, dan sebagainya yang harus dibayar dalam waktu satu tahun atau
kurang harus disajikan dalam neraca sebagai elemen utang lancar.
2. Piutang dalam neraca dilaporkan sebesar nilai realisasinya atau sejumlah yang diharapkan
dapat ditagih. Selisihnya disajikan dalam pos cadangan kerugian piutang. Akuntansi
untuk kerugian piutang bisa menerapkan metode langsung dan metode cadangan. Dalam
metode langsung kerugian piutang diakui pada saat piutang betul-betul diketahui tidak
dapat ditagih. Pada saat tersebut perusahaan akan membuat jurnal dengan mendebet
rekening Biaya Kerugian Piutang dan mengredit rekening Piutang Usaha. Dalam metode
cadangan kerugian piutang ditaksir setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian debet
rekening Biaya Kerugian Piutang dan kredit rekening Cadangan Kerugian Piutang. Biaya
kerugian piutang tidak berbeda dengan biaya-biaya lain dan akan disajikan dalam laporan
rugi-laba, sedangkan rekening cadangan kerugian piutang akan disajikan dalam neraca
sebagai lawan rekening piutang usaha.
3. Di dalam menaksir biaya kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) perusahaan dapat
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan rugi-laba dan pendekatan neraca.
Pendekatan rugi-laba digunakan untuk menaksir besarnya kerugian piutang. Dan untuk
penghitungan digunakan persentase tertentu dari penjualan (yang paling tepat adalah
penjualan kredit neto) selama periode tertentu. Sedangkan pendekatan neraca dipakai
untuk menaksir jumlah cadangan kerugian piutang dengan cara menganalisis piutang
yang diragukan pengumpulannya. Cara yang paling umum adalah dengan menggunakan
daftar umur piutang.
4. Utang dan piutang usaha yang terjadi antara perusahaan yang sama harus disajikan secara
tersendiri, tidak boleh disajikan jumlah netonya saja. Untuk piutang yang bersaldo kredit
dalam neraca harus dilaporkan sebagai utang dan untuk utang yang bersaldo debet harus
disajikan sebagai elemen piutang.

Kegiatan Belajar 5
Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas

1.  Selain dengan cara penagihan piutang usaha juga dapat digunakan sebagai sumber kas
(pembelanjaan), dengan cara menjadikan sebagai jaminan (pledging), asinyasi
(assignment), dan menjualnya (factoring). Apabila piutang usaha dijadikan jaminan maka
tidak menimbulkan masalah akuntansi khusus. Piutang usaha yang dijaminkan tidak perlu
disendirikan, hanya saja dalam penyajiannya pada neraca harus diungkapkan.
2. Dalam hal terjadi asinyasi piutang usaha maka piutang usaha yang diasinyasikan harus
disendirikan, dan pinjaman dari lembaga keuangan dicatat sebagai utang wesel. Asinyasi
biasanya pula dilakukan atas dasar non-notification, artinya si debitur perusahaan (yang
utangnya diasinyasikan) tidak diberitahu tentang adanya asinyasi tersebut. Asinyasi dapat
pula dilakukan atas dasar notification, yang berarti pelanggan atau debitur diberi tahu
tentang adanya assinyasi ini dan diperintahkan untuk membayar utangnya langsung
kepada lembaga keuangan. Dalam asinyasi, jumlah yang dipinjam perusahaan lebih kecil
daripada jumlah piutang yang diasinyasikan. Akan tetapi, pengumpulan piutang melebihi
jumlah pinjaman kelebihannya tetap menjadi hak assignor. Sebaliknya bila hasil
penagihan lebih kecil daripada jumlah pinjaman, assignor tetap bertanggung jawab
terhadap pelunasan jumlah pinjamannya kepada assignee.
3. Penjualan piutang usaha (factoring) merupakan hal yang baru di negara kita. Akan tetapi,
factoring ini sudah dikenal di dunia usaha Indonesia, terutama di kota-kota besar. Dalam
factoring risiko kredit dan penagihan dilimpahkan kepada pembeli piutang usaha (factor)
sehingga perusahaan tidak bertanggung jawab lagi terhadap adanya kerugian piutang dan
biaya penagihan. Untuk melindungi factor terhadap kemungkinan adanya retur dan
keringanan penjualan, factor dapat menahan sebagian dari harga beli piutang sampai
dengan selesainya perjanjian factoring.

MODUL 6 : PERSEDIAAN (PROSEDUR HARGA POKOK)

Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Persediaan

1. Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual
kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normalnya.
Persediaan dalam perusahaan pengolahan akan terdiri atas persediaan bahan baku dan
bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
2. Apabila selama perusahaan menyimpan persediaan terjadi inflasi maka perusahaan akan
mendapatkan laba semu akibat kenaikan harga ini. Laba semu ini yang disebut dengan
istilah holding gains merupakan laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen.
Manajemen dan pembaca laporan keuangan harus menyadari tentang adanya holding
gains ini, agar tidak mengambil keputusan yang keliru.
3. Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang penting, sebab sukses tidaknya
perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan
suatu perusahaan. Elemen persediaan akan berpengaruh terhadap penentuan laba
perusahaan, penentuan tingkat likuiditas perusahaan, dan kebenaran penyajian neraca.
4. Akuntansi persediaan dapat dilakukan dengan dua cara, sistem berkala, dan sistem
permanen. Dalam sistem berkala pembelian barang dagangan atau bahan baku akan
dicatat dalam rekening Pembelian. Pada akhir periode akan dihitung jumlah barang atau
bahan baku yang masih ada. Kemudian, melalui jurnal penyesuaian terhadap persediaan,
barulah dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan atau jumlah pemakaian bahan
baku.
5. Dalam sistem permanen setiap pembelian barang atau bahan baku langsung dicatat dalam
rekening Persediaan. Demikian juga pada saat penjualan atau pemakaian barang atau
pemakaian baha baku, jumlah harga pokok barang yang dikeluarkan langsung dikredit
pada rekening Persediaan, sedangkan debetnya dicatat dalam rekening Harga Pokok
Penjualan atau Pemakaian Bahan Baku.

Kegiatan Belajar 2 : Penilaian Persediaan

1. Persediaan tidak hanya menunjukkan jumlah persediaan yang berada di gudang


perusahaan saja, tetapi meliputi juga barang-barang milik perusahaan yang masih ada
dalam perjalanan yang dititipkan pada perusahaan lain (barang konsinyasi), dan barang-
barang secara ekonomis masih di bawah penguasaan perusahaan.
2. Kesalahan penyajian di dalam persediaan akan mengakibatkan kesalahan dalam laporan
keuangan. Kegagalan antuk mencatat pembelian dan utang usaha, memang tidak akan
berpengaruh terhadap laba perusahaan, tetapi akan berpengaruh terhadap rasio lancar
perusahaan.
3. Persediaan sebagaimana dengan aktiva lain akan dicatat sebesar harga perolehannya
(cost) Hinga perolehan persediaan mencakup seluruh beban atau pengeluaran yang
diperlukan untuk menempatkan persediaan atau memproses menjadi barang jadi yang
siap untuk dijual. Dengan demikian, secara teoretis batas pengangkutan, biaya proses
pembelian, biaya penyimpanan harus dialokasikan sebagai bagian dari harga perolehan
persediaan.
4. Beban periode tidak boleh dikapitalisasi dalam persediaan. Namun dalam kasus tertentu
(discrete projects) beban bunga yang berkaitan dengan pembuatan kapal atau
pembangunan real estate harus dikapitalisasi sebagai bagian dari aktiva yang
bersangkutan.
5. Potongan pembelian harus diperlakukan sebagai pengurang dari pembelian, tidak dicatat
sebagai pendapatan lain-lain. Cara pencatatan pembelian dapat dilakukan dengan
mencatat pembelian sebesar jumlah brutonya atau mencatatnya sejumlah netonya.
Apabila menggunakan cara yang kedua, potongan pembelian yang tidak diambil akan
dicatat dalam rekening Kerugian Potongan Pembelian yang akan disajikan dalam
perhitungan laba rugi sebagai elemen biaya lain-lain. Jumlah ini dapat digunakan sebagai
alat pengukur efisiensi manajer keuangan di dalam mengelola keuangannya.
6. Persediaan barang dalam proses dan barang jadi berisi kumpulan biaya-biaya, seperti
biaya pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam
perusahaan industri perhitungan biaya pembuatan persediaan ini, biasanya dengan
menggunakan skedul laporan tersendiri.

Kegiatan Belajar 3 : Metode Penilaian Persediaan

1. Dalam akuntansi persediaan dikenal beberapa metode penilaian, antara lain metode
MPKP, MTKP, nilai rupiah MTKP, metode rata-rata, persediaan besi, dan harga
perolehan standar. Sebetulnya selain metode-metode di atas terdapat juga metode
penilaian yang lain, yang didasarkan pada harga taksiran. Metode harga taksiran ini akan
dibahas dalam Modul 7.
2. Penggunaan metode MTKP akan mengakibatkan laba bersih yang lebih rendah, tetapi
akan menaikkan saldo akhir kas. Dalam contoh ini dianggap harga-harga naik, namun
apabila harga cenderung menurun akibatnya akan menjadi sebaliknya.
3. Dalam keadaan harga cenderung meningkat metode MTKP akan menghasilkan nilai
persediaan yang lebih rendah, sedangkan metode MPKP akan menghasilkan nilai
persediaan yang mendekati harga yang berlaku. Nilai persediaan yang dihasilkan metode
rata-rata akan berada di antara hasil yang dihitung dengan metode MTKP dan MPKP.
4. Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada metode MTKP dikembangkan metode Nilai-
rupiah MTKP. Metode ini digunakan untuk mengatasi pengaruh yang timbul karena
adanya kenaikan jumlah unit persediaan lain yang sejenis yang jumlahnya cukup berarti.
5. Metode penilaian yang lain adalah metode persediaan besi dan harga perolehan standar.
Dalam metode persediaan besi ditetapkan lebih persediaan yang harus ada dalam
perusahaan, baik dalam unitnya maupun harga per unitnya. Selisih antara persediaan besi
dengan persediaan yang ada dinilai sebesar harga perolehannya dan digunakan untuk
menambah atau mengurangi jumlah persediaan besinya dalam metode harga biaya
standar, persediaan dinilai sebesar harga perolehan standar yang telah ditetapkan di
muka. Namun, apabila selisih antara harga standar dengan harga sesungguhnya cukup
berarti maka persediaan harus dinilai atas dasar harga sesungguhnya

MODUL 7 : PERSEDIAAN (PROSEDUR SELAIN BERDASARKAN HARGA POKOK)


Kegiatan Belajar 1 : Penilaian Berdasarkan Harga Terendah Diantara Harga Pokok dan
Harga Pasar

1. Penilaian persediaan berdasarkan harga yang terendah di antara harga pokok dan harga
pasar, pada umumnya digunakan jika terjadi manfaat dari persediaan tidak lagi sepadan
dengan harga pokoknya.
2. Beberapa tahap yang harus dilakukan apabila cara penilaian harga yang paling rendah
antara harga pokok dan harga pasar akan dipakai, yaitu berikut ini.

 Tahap pengumpulan data.


 Tahap penentuan batas atas/tertinggi (ceiling) dan batas terendah (floor).
 Memilih harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar sebagai dasar
penilaian.

3. Metode harga yang paling rendah di antara harga pokok dan harga pasar dapat diterapkan
berdasarkan:

 jenis tiap-tiap persediaan;


 masing-masing kelompok persediaan;
 keseluruhan persediaan.

Anda mungkin juga menyukai