Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dalam proses pembelajaran. Dalam

proses belajar mengajar di sekolah,setiap guru senantiasa mengharapkan agar anak

didiknya mampu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya agar

lebih kreatif dalam berkarya seiring dengan perkembangan IPTEK yang semakin

pesat, tetapi seringkali terjadi hal yang sebaliknya. Perkembangan IPTEK yang

menghadirkan perangkat-perangkat modern seharusnya dapat menjadi pendorong

meningkatnya kualitas pembelajaran, terkadang tidak terlalu membawa manfaat yang

besar bagi pendidik maupun peserta didik. Hal ini tentu berkaitan langsung dengan

lingkungan sekitar dan kemampuan mengikuti maupun mengelolah pendidikan

dengan perangkat modern tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan

yang lebih bermakna dalam mencapai tujuan yang telah di rumuskan.

Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. Mata pelajaran Kimia adalah salah satu mata pelajaran

dalam rumpun Sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif

dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

sekitar. Selain itu, kimia juga mendasari pengembangan teknologi. Namun terlepas
dari itu, kimia bagi sebagian besar peserta didik hanyalah mata pelajaran dengan

sekumpulan rumus yang rumit dan harus di hafal. Padahal jika dikaji lebih jauh, maka

didalamnya terkandung konsep dan teori yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari. Menyadari akan pentingnya peranan kimia, maka peningkatan berbagai aspek

pengetahuan dan kemampuan dalam belajar kimia di setiap jenjang pendidikan perlu

mendapatkan perhatian. Karena itu, guru di tuntut mampu mengembangkan suatu

strategi yang sesuai dalam pembelajaran kimia agar mudah dipahami serta dapat

merangsang perkembangan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir

kritis peseta didik.

Pembelajaran merupakan suatu proses ilmiah. Untuk memberi pembelajaran

yang optimal dan menarik perhatian peserta didik, diperlukan suatu proses

pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah ilmiah guna tercapainya tujuan

belajar itu sendiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang di harapkan dapat

mewujudkan hal tersebut dan dapat menjadi tantangan baru bagi guru seiring

keberadaan Kurikulum 2013 ialah pembelajaran menggunakan pendekatan scientific.

Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomof 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, dimana diatur

mengenai pedoman umum pembelajaran mencakup konsep dan strategi pembelajaran

yang didalamnya mengisyaratkan penerapan pendekatan scientific. Dipaparkan

bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi

kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk masyarakat, berbangsa,

serta berkonstribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Pada Kurikulum 2013 di

kembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan

proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses

pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengertahuan, kemampuan

berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber

belajar yang dirancang dengan silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan

pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan

kegiatan belajar mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan

informasi (experimenting), mengasosiasi atau menganalisis (associating), dan

mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis

(networking). Sedangkan pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan

pengembangan nilai dan sikap.

Berdasarkan landasan yuridis di atas, maka pendekatan scientific yang terwujud

dalam proses pembelajaran langsung sudah menjadi keharusan karena sesungguhnya

pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses ilmiah. Pendekatan ini dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik lebih aktif dalam mengonstruksi pengetahuan dan

keterampilannya serta mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan

terhadap suatu fenomena guna kebenaran ilmiah. Peserta didik di latih untuk berpikir

logis, runut, dan sistematis dengan menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi.

Selain itu, di maksudkan pula untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, tidak tergantung pada informasi searah
dari guru. Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat beberapa kompetensi yang terkait dengan

penguasaan keterampilan berpikir kritis khususnya untuk jenjang pendidikan SMA,

yaitu dalam domain kognitif memiliki pengetahuan procedural dan metakognitif

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,

domain afektif memiliki perilaku, yang mencerminkan sikap beriman, berakhlak

mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia; serta domain psikomotorik memiliki kemampuan

pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ramah abstrak dan konkret terkit

dengan penembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri.

Berpikir kritis merupakan salah satu jenis kegiatan berpikir, oleh Huitt (1998)

dalam Irani (2007) dinyatakan sebagai salah satu atribut penting untuk sukses di abad

21. Sejalan dengan pendapat tersebut, pada sosialisasi Pengembangan Kurikulum

2013 oleh Kemendikbud (2012), ditampilkan suatu kerangka kompetensi abad 21

yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak cukup hanya meningkatkan

pengetahuan (melalui core subject) saja,tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan

kreatif-kritis, berkarakter kuat ( bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif,adaptif)

di samping itu di dukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan

berkomunikasi. Klinker (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis bukan hanya


menerapkan logika ketika memandang dari suatu perspektif, tapi juga merupakan

suatu peluang untuk evaluasi diri dan berpikir reflektif.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peserta didik memerlukan pengalaman


dan latihan untuk membenarkan pernyataan mereka, mengenali dan menunjukkan
beberapa pendapat, dan belajar tentang dasar-dasar yang menunjang pembenaran
(Chowing, 2012). Idealnya, kegiatan berpikir sudah seharusnya dilakukan di setiap
jenjang pendidikan sehingga dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 peserta didik
memiliki peluang besar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.
Dengan demikian pendekatan scientific berdasarkan kurikulum 2013 ini cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
Kemudian saat mereka berdiskusi dalam kelompok ahli di mana terdiri dari
anggota dengan permasalahan yang sama, mereka dapat mendiskusikan permasalahan
yang mereka miliki, untuk kemudian dapat mereka tularkan dalam kelompok asal.
Meningkatnya motivasi peserta didik dapat berpengaruh pada kemampuan berpikir
kritis. Peserta didik juga dapat memiliki suatu tanggungjawab atas apa yang
diterimanya dengan bisa menjelaskan kembali pada teman-teman lainnya pada
kelompok asal. Kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran kimia
harus di tingkatkan karena motivaasi peserta didik dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 4 Bantaeng
diketahui bahwa sampai saat ini pembelajaran kimia yang diterapkan cenderung
masih berpusat kepada guru dalam menyampaikan materi yang mengakibatkan
kurang terlibatnya peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung,hanya
beberapa siswa yang tampak aktif dan sebagian pasif peserta didiknya.Salah satu
metode pembelajaran yang dapat mendukung peserta didik untuk menggali
kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan kurikulum 2013 yakni dengan metode
pendekatan scientific.
Selain menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai,terdapat faktor
lain yang menghambat peserta didik mengembangkan dirinya dalam memahami
persoalan yaitu faktor motivasi peserta didik untuk belajar. Penerapan metode
pendekatan scientific menekankan peserta didik pada kecerdasan intelektual dan
mental yang menumbuhkan semangat dan membangkitkan motivasi peserta didik.
Khususnya kimia yang memerlukan pembuktian atau penyelidikan. Karakter yang
dimunculkan ini mengarah kepada kemampuan dasar peserta didik yang penting
untuk dikembangkan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka judul penelitian ini
adalah “Pengaruh Pendekatan Scientific terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
ditinjau dari Motivasi Peserta Didik SMA Negeri 4 Bantaeng”

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh metode pendekatan Scientific terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik Kelas XI MIA SMA Negeri 4 Bantaeng?

2. Bagaimana pengaruh metode pendekatan Scientific ditinjau dari motivasi

belajar peserta didik Kelas XI MIA SMA Negeri 4 Bantaeng?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan

1. Untuk menjelaskan pengaruh metode pendekatan Scientific terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik Kelas XI MIA SMA Negeri 4

Bantaeng?
2. Untuk menjelaskan pengaruh metode pendekatan Scientific ditinjau dari

motivasi belajar peserta didik Kelas XI MIA SMA Negeri 4 Bantaeng?

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil-hasil yang dicapai pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran kimia secara umum.

Secara khusus, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait,

diantaranya :

1. Sebagai bahan informasi mengenai kemampuan berpikir kritis ditinjau dari

motivasi peserta didik dengan menerapkan pendekatan scientific

2. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 4 Bantaeng

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi salah

satu alternatif dalam memilih pendekatan pembelajaran.

3. Bagi sekolah hasil-hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak sekolah

sebagai salah satu dasar dalam menerapkan kebijakan penerapan pendekatan

scientific sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan

dalam beberapa materi pelajaran pada kurikulum 2013

4. Bagi peneliti digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri

sebagai calon guru kimia yang memperoleh pengalaman penelitian secara

ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam mengajar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi

Experiment) yaitu penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebasnya yaitu penggunaan

Pendekatan Scientific dan pembelajaran Konvensional, sedangkan variabel

terikat yaitu berpikir kritis ditinjau dari motivasi belajar peserta didik kelas

XI SMAN 4 Bantaeng pada materi pokok Hidrokarbon

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control

Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelas yang dipilih secara

random yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diajar

dengan Pendekatan Scientific sedangkan kelas kontrol diajar dengan


pembelajaran Konvensional. Setelah perlakuan, kedua kelas diberikan

posttes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan motivasi peserta

didik. Adapun desain dari Posttest-Only Control Group Design dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pola Desain Penelitian


Kelas Perlakuan Posttest
R1 T1 O1
R2 T2 O2
(Sugiyono, 2013).
Keteranga:
R : Random
T : Tritment
O : Observation
R1 : Kelas Eksperimen
R2 : Kelas Kontrol
T1 : Pembelajaran Pendekatan Scientific
T2 : Pembelajaran Konvensional
O1 : Hasil belajar kelas eksperimen
O2 : Hasil belajar kelas kontrol

C. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:

1 Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran untuk kelas eksperimen yang mengadopsi langkah-langkah

sains dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah yaitu

mengamati menanya, mencoba, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan/membentuk jaringan.
2 Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran pada kelas

kontrol dan kelas yang dilakukan guru di sekolah tempat penelitian

dilaksanakan yaitu ceramah bervariasi, mengerjakan contoh soal di kelas,

dan pemberian tugas-tugas.

3 Kemampuan berpikir kritis berupa skor kemampuan berpikir kritis yang

diperoleh dari hasil tes pilihan ganda pada peserta didik yang menjadi

sampel penelitian di SMA Negeri 4 Bantaaeg tahun ajaran 2021/2022

semester ganjil dan merupakan tingkat kemampuan peserta didik dalam

memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan

menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, serta

membuat dan menentukan nilai pertimbangan.

4 Motivasi belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik setelah mengisi

angket motivasi belajar yang menggunakan indikator motivasi belajar

yaitu, adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan,

adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan menarik dalam

belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan

baik.
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMAN 4

Bantaeng yang terdaftar pada tahun pelajaran 2021/2022. Kelas XI terdiri

atas VII kelas dan setiap kelas terdapat 26 sampai 30 peserta didik. Dalam

populasi tidak terdapat kelas unggulan, dimana dalam satu kelas terdapat

peserta didik yang mempunyai kemampuan yang berbeda. Dimana semua

kelas memiliki tingkat kemampua yang sama.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sederhana

(simple random sampling), yaitu pengambilan sampel dari populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2021/2022 di SMA Negeri 4 Bantaeng.

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Bantaeng dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian

yaitu:

a. Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan salah satu guru

kimia SMAN 4 Bantaeng mengenai kendala yang dialami peserta didik

dalam pembelajaran kimia.

b. Mencari solusi yang tepat melalui studi literatur untuk mengatasi

kesulitan belajar peserta didik di SMAN 4 Bantaeng.

c. Menyusun proposal penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

Scientific terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ditinjau dari Motivasi

Peserta Didik SMAN 4 Bantaeng (studi pada Materi Hidrokarbon)

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen


penelitian.

e. Mengajukan surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2021/2022 di SMAN 4


Bantaeng kelas XI MIA semester ganjil dengan materi pokok Hidrokarbon.
Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dimana 4 kali pertemuan
digunakan untuk proses pembelajaran sedangkan 1 kali pertemuan untuk tes
hasil belajar peserta didik serta pembagian angket motivasi belajar peserta
didik, dimana setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).

Selama proses pembelajaran diterapkan model Pendekatan

Scientific pada kelas eksperimen dan model Konvensional pada kelas

kontrol. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol dilakukan tes hasil belajar kimia peserta

didik pada akhir pembelajaran Hidrokarbon

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan

dapat dilihat pada Tabel 3.2.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dari penelitian yaitu, pengolahan data, menganalisis data,

dan memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis

data.

Tabel 3.2.Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran


Pelaksanaan pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


1. Guru memberikan salam pembuka 1. Guru memberikan salam
dan menanyakan keadaan peserta pembuka dan menanyakan
didik. keadaan peserta didik.
2. Guru menciptakan suasana yang 2. Guru menciptakan suasana yang
religius dengan menunjuk ketua religius dengan menunjuk ketua
kelas untuk memimpin doa. kelas untuk memimpin doa.
3. Guru mengecek kehadiran, 3. Guru mengecek kehadiran,
ketertiban dan kesiapan peserta didik ketertiban dan kesiapan peserta
untuk melaksanakan pembelajaran. didik untuk melaksanakan
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
pembelajaran yang akan dicapai. 4. Guru menyampaikan tujuan
5. Guru menyampaikan kegiatan yang pembelajaran yang akan dicapai.
akan dilakukan dalam proses
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi 5. Guru menyampaikan kegiatan
kepada peserta didik. yang akan dilakukan dalam proses
7. Guru memberikan motivasi kepada pembelajaran.
peserta didik. 6. Guru memberikan apersepsi
8. Guru mengajak peserta didik untuk kepada peserta didik.
membentuk 4-5 kelompok dimana 7. Guru memberikan motivasi
masing-masing kelompok terdiri kepada peserta didik.
atas 5-6 orang. 8. Guru mengajak peserta didik
untuk membentuk 4-5 kelompok
9. dimana masing-masing
kelompok terdiri atas 5-6 orang.
Tahap 1 : Merumuskan masalah Tahap 1. Stimulation
Guru menjeaskan tujuan pembelajaran (stimulasi/pemberian rangsangan)
dan aktivitas yang akan dilakukan. a. Guru membagikan LKPD setiap
Pada tahap ini peserta didik mencari kelompok.
informasi dengan cara membaca/ melihat/ b. Guru mengajak peserta didik
mengamati reaksi pada senyawa untuk mengamati fenomena dan
hidrokarbon untuk melatih kesungguhan, gambar yang terdapat dalam
ketelitian, mencari informasi. LKPD.
(Critical Thinking, HOTS dan
Literasi /Memprediksi dan
Mengidentifikasi) Tahap 2. Problem statement
Dengan memperhatikan peristiwa (pernyataan/ identifikasi masalah)
Peserta didik dibimbing untuk
tersebut peserta didik diharapkan dapat
menanya mengenai stimulus
memprediksi apa yang terjadi, menyusun
pembelajaran yang telah diamati.
masalah dan memecahkannya, serta
mengembangkannya.
Tahap 3. Data collection
Permasalahan diarahkan pada
(pengumpulan data)
Kekhasan atom karbon, pengelompokan
hidrokarbon, tata nama senyawa a. Peserta didik diarahkan dan
hidrokarbon serta isomer. dibimbing untuk mencari data
Tahap 2: Mengorganisasi dan membaca sumber belajar
peserta didik untuk belajar terkait dengan materi yang akan
Guru membantu peserta didik membaca dipelajari.
masalah yang ditemukan pada tahap b. Peserta didik diajak untuk
sebelumnya. mengungkapkan hal-hal yang
belum dimengerti.
Pada tahap ini Guru Mengajukan
berbagai pertanyaan terkait hasil
observasi (Mengapa unsur karbon
seringkali ditemukan dalam kehidupan
sehari – hari ?)
Tahap 3 : Membimbing individual dan
kelompok dalam penyelidikan

a. Peserta didik melakukan diskusi kelas Tahap 4. Data


melalui bimbingan processing
b. Peserta didik memahami dan (Pengolahan Data)
mengkaji peristiwa-peristiwa yang a. peserta didik dibimbing untuk
disajikan kemudian merumuskan mengolah data yang telah
masalahnya melalui bimbingan, diperoleh.
menyelesaikan masalah dan peserta b. Peserta didik dibimbing untuk
didik termotivasi untuk berdiskusi saling bekerja sama dalam
dalam menggali informasi dari mengerjakan LKPD.
berbagai sumber maupun hand-out c. Peserta didik dibimbing untuk
yang telah dibagikan. mendiskusikan informasi yang
c. Peserta didik termotivasi untuk telah diperoleh dari sumber
diskusi dan melakukan penyelidikan belajar bersama teman
sederhana terkait Kekhasan atom kelompoknya
karbon, pengelompokan hidrokarbon,
tata nama senyawa hidrokarbon serta Tahap 5. Verification (Pengolahan
isomer. Data)
(Creativity,Communication dan a. Peserta didik diberi kesempatan
Literasi ) (perwakilan kelompok) untuk
mempresentasikan hasil diskusi
Tahap 4 : Membantu peserta didik setiap masing-masing kelompok.
dalam mengembangkan dan b. Peserta didik diberi kesempatan
menyajikan hasil pemecahan untuk memberikan tanggapan
masalah/hasil karya mengenai hasil pekerjaan
kelompok yang tampil.
a. Guru memantau jalannya diskusi dan
membimbing peserta didik untuk Tahap 6. Generalization (Menarik
mempresentasikan hasil diskusinya. Kesimpulan/ Generalisasi)
b. Masing-masing kelompok untuk a. Guru menyampaikan hasil yang
mempresentasikan . benar terkait jawaban yang
c. Perwakilan kelompok memperhatikan dikemukakan oleh setiap
sajian/paparan serta menilai hasil kelompok (jika masih terdapat
karya dari kelompok lain yang telah hasil yang disampaikan peserta
ditempelkan pada dinding sekitar didik yang kurang jelas)
ruang belajar,mencermatinya dan b. Peserta didik menyampaikan
membandingkan dengan hasil dari kesimpulan yang diperoleh dalam
kelompoknya sendiri kemudian pembelajaran yang telah
mendiskusikan dilakukan.
(Critical Thinking and
Communication)
d. Perwakilan kelompok memberikan
tanggapan dengan mengajukan
pertanyaan,meminta konfirmasi
ataupun memberikan masukkan
terhadap kelompok lainnya.
e. Guru mencatat hal-hal yang
menyimpang atau tumpang tindih
atau “unik” antara kelompok yang
satu dengan yang lain.
f. Guru menilai keaktifan peserta didik
(individu dan kelompok) dalam kelas
saat berdiskusi,
merancang/melakukan penyelidikan
sederhana maupun presentasi
berlangsung.
( Communication dan Literasi
/Membuat ringkasan, konfirmasi,
revisi )
Tahap 5 : Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
a. Peserta didik mengkaji ulang
proses/hasil pemecahan masalah
melalui bimbingan.
b. Guru memberikan penjelasan
mengenai hal yang tumpang tindih
atau “unik” dan mengulas hal yang
baru dan berbeda pada tiap kelompok.
c. Melakukan diskusi kelas / tanya
jawab.
d. Bertanya tentang hal yang kurang
dipahami oleh peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kegiatan Penutup Kegiatan Penutup
Peserta didik :
1. Guru memberikan evaluasi
1. Membuat resume dengan bimbingan kepada peserta didik.
guru tentang point-point penting yang 2. Guru menyampaikan topik materi
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang akan dibahas pada
yang baru dilakukan. pertemuan selanjutnya.
2. Mengagendakan pekerjaan rumah. 3. Guru memberikan nasehat kepada
3. Mengagendakan materi yang harus peserta didik agar mengulangi
mempelajarai pada pertemuan pelajarannya di rumah.
berikutnya di luar jam sekolah atau 4. Guru memberikan apresiasi
dirumah. terhadap kelompok yang
Guru : berdiskusi dengan baik.
Guru menutup pelajaran dan
1. Memeri mengucapkan salam
ksa pekerjaan siswa yang selesai
langsung diperiksa. Peserta didik yang
selesai mengerjakan soal dengan
benar diberi paraf
2. Member
ikan penghargaan kepada kelompok
yang memiliki kinerja dan kerjasama
yang baik

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar angket


dan tes hasil belajar kimia yaitu nilai aspek kognitif. Adapun instrumen
penelitian ini adalah:
1. Angket Motivasi Belajar

Angket motivasi digunakan untuk mengetahui pencapaian indikator

motivasi belajar peserta didik. Angket motivasi dibuat dengan skala

pengukuran pada angket meggunakan skala likert bentuk checklist yaitu

bentuk angket yang berisi pernyataan singkat dan responden yang

dievaluasi tinggal memberikan tanda check list ( ) pada tempat yang

sudah disediakan. Untuk mengisi angket motivasi belajar disediakan

rubrik penilaian. Rubrik penilaian ini berisi kriteria penilaian motivasi

belajar yang diberi rentang skor 1-4. Bentuk alat ukur motivasi belajar

menggunakan 4 kriteria yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju

(TS), sangat tidak setuju (STS) sesuai dengan indikator motivasi yang

telah ditentukan (Sugiyono, 2013). Pemberian angket dilakukan setelah

pelaksanaan pembelajaran selesai untuk mengetahui ada atau tidak

perbedaan motivasi belajar peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada materi Hidrokarbon.

Angket motivasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang

motivasi belajar peserta didik terdiri dari 20 item pernyataan. Adapun

indikator motivasi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar


3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan baik.

2. Tes Kemapuan Berpikir Kritis

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data hasil tes

kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran kimia baik

pada kelas kontrol maupun eksperimen diperoleh dengan menggunakan tes

kemampuan berpikir kritis yang berbentuk pilihan ganda titik penyusunan

instrumen tersebut dimulai dari penyusunan kisi-kisi dan penulisan butir

soal. butir soal sebanyak 36 nomor yang telah disusun selanjutnya

dikonsultasikan kepada pemimpin dan direvisi pada butir yang diperlukan

sehingga dinyatakan layak untuk digunakan. Butir soal kemudian diajukan

kepada guru kimia SMA Negeri 4 Bantaeng untuk ditelaah. Dari hasil telaah

tersebut, dipilih sebanyak 25 nomor soal yang akan diberikan kepada sampel

penelitian. Cara penilaian hasil tes adalah jawaban benar diberi skor satu dan

jawaban yang salah diberi skor nol.

H. Teknik Pengumpulan Data.

Tahap pengumpulan data dari penelitian yaitu, dengan menggunakan

angket motivasi dan tes hasil belajar.


1. Angket Motivasi Belajar

Angket adalah teknik pengumpulan data atau informasi dengan

memberikan daftar pernyataan kepada responden. Angket diberikan pada

akhir pertemuan sebelum tes hasil belajar. Angket digunakan untuk

memperoleh data tentang motivasi peserta didik dengan menggunakan

skala penilaian model likert.

Pembobotan Skala Likert dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pembobotan Skala Likert


Arah Sangat tidak
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
pernyataan setuju
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
(Sudjana, N, 2004)

2. Tes Kemampua Berpikir Kritis

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemberian posttest

setelah proses pembelajaran selama 5 kali pertemuan peserta didik diberikan

tes (post test) dalam bentuk pilihan ganda yang berhubungan dengan materi

asam dan basa. Setiap soal memiliki skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0

untuk jawaban salah dan kosong.


I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan

analisis statistik inferensial. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta

didik, maka skor diubah ke nilai dengan rumus:

(3.1)

Kemudian nilai yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis


statistik.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran

umum mengenai kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah proses pembelajaran. Dalam hal ini

teknik analisis deskriptif yang digunakan yaitu penyajian tabel, nilai rata-

rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi.

Pencapaian belajar (posttest) bagi kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar berapa

nilai rata-rata, standar deviasi, nilai tertinggi, nilai terendah, serta

ketuntasan tiap indikator dan ketuntasan hasil belajar peserta didik.

a. Menghitung skor motivasi belajar peserta didik

Skor Motivasi Peserta didik = x 100

Adapun kategori motivasi belajar terdapat pada tabel 3.4


Tabel 3.4 Kategori Motivasi Belajar
Skala motivasi Kategori
85-100 Sangat tinggi
70-84 Tinggi
55-69 Sedang
40-54 Rendah
0-39 Sangat rendah

2. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis dengan statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan

karakteristik distribusi skor hasil tes kemampuan berpikir kritis dalam

pembelajaran kimia peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 4 Bantaeng.

Analisis deskriptif ini ditampilkan dalam bentuk skor tertinggi, skor

terendah, rata-rata, standar deviasi,variansi dan taksiran rata-rata.

Untuk mencari rata-rata digunakan persamaan:

x́ ¿
∑ . f . xi (3,1)
∑ .f
(Tiro, 2008, 172)

Variansi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

S2 = n . ∑ f . xi2−¿ ¿ (3,2)

Sedangkan standar deviasi ditentukan dengan persamaan

S = n . ∑ . f . x 21−¿ ¿ ¿
√ (3,3)

(Tiro, 2008, 172)

Keterangan :
S2 : varians

S : standar deviasi

f : frekuensi tiap interval kelas

xi : nilai tengah tiap interval kelas

n : jumlah sampel

Skor rata-rata populasi penelitian dapat diketahui menggunakan interval

taksiran rata-rata yang persamaannya tampak sebagai berikut.

s N −n s N −n
x́-t p

√ n N−1
≤ μ ≤ x́ +t p
√n √ N −1
(3,4)

Dengan tp diperoleh dari tabelsebaran student atau selebaran t untuk dk =

1
(n-1) dan p = (1+γ )
2

(Tiro, 2008, 300)

Keterangan :

x́ : skor rata-rata

S : standar deviasi

N : jumlah populasi

tp : nilai persentil berdasarkan sebaran student

n : jumlah sampel

μ : rentang rata-rata
Kategori penilaian hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik

didasarkan pada teknik kategorisasi skala lima berupa pembagian tingkat

penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu

Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor (Riduwan,2009: 41)

Interval

Presentase Keterangan

(%)
81-100 Sangat kuat
61-80 Kuat
41-60 Cukup
21-40 Lemah
0-20 Sangat lemah

2. Statistik Inferensial

Analisis inferensial digunakan untuk menguji perbedaan hasil tes

kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran kimia pada

kedua kelas penelitian dan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Pengujian Hipotesis dapat dilakukan setelah data yang diperoleh diuji

dengan persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas.
a. Uji Normalitas

distribusi normalitas data skor hasil tes kemampuan berpikir kritis dalam

pembelajaran kimia pada peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen

dapat diketahui melalui uji Chi-kuadrat dengan persamaan sebagai berikut :


k
2
x = ∑ ¿¿ ¿ (3,5)
i=1

(Arifin,2012:288)

Dimana :

x2 = Nilai Chi-kuadrat

k = Banyaknya kelas interval

fo = Frekuensi Observasi

fe = Frekuensi yang diharapkan

Dengan kriteria pengujuan: Apabila x2 hitung < x2tabel dengan derajat kebebasan

(dk) = k- 1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka diasumsiakan data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya apabila x 2 hitung ¿x2tabel

dengan derajat kebebasan (dk) = k- 1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka

diasumsiakan data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji varians

terbesar dibanding varians terkecil menggunakan Tabel F, yaitu :

varians terbesar
Fhitung = (3,6)
varians terkecil

(Ridwan, 2009, 186)

Dengan kriteria pengujian, jika Fhitung ¿ F tabel maka varians kedua data

homogeny dan untuk hal lainnya heterogen dengan dk = (n-1)

c. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

HO : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan

antara

kelompok yang diajar dengan pendekatan saintifik dan yang diajar

dengan pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas X SMA Negeri

4 Bantaeng pada tahun pelajaran 2021/2022.

H1 : terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara

kelompok yang diajar dengan pendekatan saintifik dan yang diajar dengan

pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas X SMA Negeri 4

Bantaeng tahun pelajaran 2021/2022.

Atau,

HO : μ 1 = μ 2
H1 : μ 1 ≠ μ 2

Dengan,

μ1 : hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar

dengan

pembelajaran konvensional

μ2 : hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar

dengan

pendekatan scientific

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik t, yaitu :

x1 −x
´ 2
1

dimana,
t=
s

n 1+1
n2
(3,7)

( n1−1 ) s21 + ( n 2−1 ) s 22


s2 = (3,8)
n 1+ n2−2

–t ≤t ≤, t
dengan kriteria pengujian, jika (1− 12 α ) (1− 12 α ), HO di terima dan HO di

−t t
tolak jika t¿ (1− 12 α )atau t¿ (1− 12 α )(Tiro, 2008, 252)
Keterangan :

t : nilai t hitung

x́ 1 : rata-rata skor kelas kontrol

x́ 1 : rata-rata skor kelas eksperimen

S : standar deviasi

n1 : jumlah sampel kelas control

n2 : jumlah sampel kelas eksperimen

s2 : variens gabungan

s21 : variens kelas kontrol

s22 : variens kelas eksperimen

Anda mungkin juga menyukai