Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Di Indonesa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Edi
Widayat, M.Si pada bidang kuliah Kewarganegaraan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pelanggaran
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................................11
B. Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak dapat
menggangu hak asasi masing-masing individu. Oleh karena itu, hak asasi harus dipahami
oleh setiap orang. Karena begitu pentingnya, hak asasi manusia (HAM) dijadikan sebagai
salah satu materi dalam perkuliahan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Itu
sebabnya untuk menjadi warga negara yang baik harus memahami dan menyadari mengenai
hak asasi manusia.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak hanya untuk kepentingan penguasa, hal ini bertentangan dengan
prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan beberapa
orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan keadilan bagi semua orang. Dengan
demikian negara hukum yang dikembangkan bukan absolute rechtsstaat, melainkan
democratische rechtsstaat
Negara hukum adalah negara yang dalam menjalankan sitemnya berdasarkan atas hukum
yang berlaku berdasarkan kepentingan umum serta bebas dari kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam penyelenggaraannya negara haruslah bertumpu pada demokrasi. Karena
jika negara hukum tanpa demokrasi sama dengan hilangnya maksud atau makna dari negara
hukum tersebut.
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung
konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu
undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.
Indonesia sebagai negara hukum sudah memiliki dasar hukumya begitu juga dengan
pengaturan tentang hak asasi. Mengenai dasar negara hukum sudah diatur dalam ketentuan
Pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia serta mengenai Hak Asasi Manusia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, kemudian dalam UUD
RI 1945 diatur pada pasal 27 ayat 3, 28 A sampai J, serta Pasal 30 ayat 1.
Bahwa setiap upaya penegakan HAM pasti tidak selalu berjalan dengan lancar. Di
dalamnya pasti terdapat sebuah pelanggaran HAM. Menurut UU No 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM pelanggaran HAM adalah “setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku”.
Tahapan penyelidikan dalam pelanggaran hak asasi manusia adalah kewenangan Komnas
HAM berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang hasilnya selalu
merekomendasikan adanya pelanggaran HAM. Komnas HAM dalam menjalankan perannya
melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang dibuktikan dengan
rekomendasirekomendasi Komnas HAM dalam kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia
Tahapan penyelidikan dalam pelanggaran hak asasi manusia adalah kewenangan Komnas
HAM berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang hasilnya selalu
merekomendasikan adanya pelanggaran HAM. Komnas HAM dalam menjalankan perannya
melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang dibuktikan dengan
rekomendasirekomendasi Komnas HAM dalam kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia.
A. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pelanggaran HAM?
2. Sebutkan Macam-Macam pelanggaran HAM
3. Siapakah Yang Dapat Menjadi Pelanggar HAM?
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kata lain, tidak ada seorangpun boleh mengurangi, membatasi, merampas
atau mencabut hak asasi manusia yang melekat pada hakekat keberadaan manusia.
Berdasarkan pada pengertian tentang hak asas manusia, maka secara harfiah, seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara yang melakukan perbuatan mengurangi, membatasi,
merampas atau mencabut hak asasi manusia dapat disebut melanggara hak asasi manusia.
Pada dasarnya, tidak ada definisi yang bisa diterima secara umum. Pelanggaran HAM
adalah pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari adanya instrumen-instrumen
HAM, baik instrumen nasional maupun internasional. Pelanggaran tersebut dapat berupa
kelalaian negara atas norma yang belum masuk dalam pidana nasional namun menjadi bagian
dari hak yang diakui secara internasional. Oleh karenanya, titik tekan palanggaran HAM
adalah tanggung jawab negara (state responsibility) sedangkan pelanggaran pidana berkaitan
dengan pelaku non negara.
Pertanggungjawaban atas sebuah pelanggaran HAM berat terdiri dari:
1. Pertanggungjawaban perorangan Pertanggungjawaban pidana perorangan adalah seseorang
bertanggung jawab secara pidana dan dapat dikenai hukuman atas suatu pelanggaran HAM
berat yang dilakukan sendiri. Termasuk di dalam hal
ini adalah setiap orang yang melakukan perbuatan Percobaan, permufakatan jahat dan
perbantuan untuk melakukan pelanggaran HAM berat dipidana dengan pidana yang sama
ketentuan bagi pelaku perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal
40 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
2. Pertanggung jawaban komandan militer dan atasan sipil Komandan Militer Komandan
militer dan atasan sipil dapat dipertanggungjawabkan atas pelanggaran HAM berat yang
dilakukan oleh pasukan atau anak buah yang berada di bawah komandonya. Ketentuan ini
terdapat dalam Pasal 42 yaitu: Komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak
sebagai komandan militer dapat dipertanggungjawabkan terhadap pelanggaran HAM berat
yang dilakukan pasukan yang berada di bawah komando dan pengendaliannya yang efektif,
atau di bawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif dan pelanggaran HAM berat
tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan secara patut, yaitu
komandan militer atau seseorang tersebut mengetahui atau atas dasar keadaan saat itu
seharusnya mengetahui bahwa pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja melakukan
pelanggaran HAM berat, dan ii. Komandan militer atau seseorang tersebut tidak melakukan
tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau
menghentikan perbuatan tersebut atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan.
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditunjukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan
kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang
melanggaran (asas-asas) ketentuan pokok hokum internasional, penyiksaan, perkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secarapaksa atau bentuk- bentuk kekerasan seksual lain yang
setara , penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentuatau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan,etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran HAM oleh pihak Negara dapat dilihat dalam hal kegagalan nya untuk memenuhi
tiga jenis kewajiban yang berbeda,yakni:
1. Kegagalan dalam kewajiban untuk menghormati,seperti pembunuhan diluar hukum.
2. Kegagalan dalam kewajiban untuk melindungi, seperti kegagalan untuk mencegah
terjadinya penyerangan etnis tertentu.
3. Kegagalan dalam kewajiban untuk memenuhi, seperti kegagalan dalam memberikan
layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Sedangkan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh satuan bukan
pemerintahandiantaranya pembunuhan oleh tentara, pemberontakan dan serangan bersenjata
oleh salah satu pihak melawan pihak lain.
Menurut UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM juga disebutkan bahwa pelanggaran
terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur Negara.
Oleh karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap
aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara.
Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan
persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan
berkeadilan.
Berdasarkan hukum HAM Nasional, secara tegas telah dinyatakan bahwa pelanggaran
HAM dapat dilakukan oleh perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara
baik disengaja, maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum,mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang. Dengan demikian, pelaku pelanggaran dapat
dilakukan individu, kelompok orang, dan negara.
1. Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum,mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang. Konstruksi ini mengategorikan tentang pelaku pelanggaran
HAM atau perbuatan yang dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM.
2. Tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Kategori ini mengatur adanya
mekanisme penyelesaian atas terjadinya pelanggaran HAM.
Pelanggaran HAM pada dasarnya adalah salah satu bentuk pelanggaran hukum. Dalam
terminologi hukum, maka ada yang disebut dengan pelanggaran hukum pidana, hukum
perdata, hukum tata usaha negara (TUN), hukum administrasi negara, termasuk juga
termasuk pelanggaran hukum hak asasi manusia.
2) Lingkungan
Permasalahan HAM oleh aktor non-negara yang berdampak pada hak lingkungan,
antara lain:
- Privatisasi sumber daya alam di sekitar wilayah operasi perusahaan yang berdampak
negatif pada kesejahteraan masyarakat berupa sulitnya mendapatkan air bersih
- Pembukaan lahan-lahan pertanian dan hutan untuk pengembangan perusahaan yang
berdampak pada hilangnya lahan-lahan masyarakat adat dan kerusakan lingkungan.
3) Kelompok Rentan
- Anak, ketika perusahaan memperkerjkan anak dengan tujuan menekan biaya
produksi karena pekerja anak bisa dibayar dengan sangat murah. Banyak terjadi
kasus anak dibawah umur bekerja di perusahaan pertambangan.
- Masyarakat adat, ketika perusahaan membukalahan usaha dengan memanfaatkan
lahan-lahan komunal milik masyarakat adat, sebagaimana kasus Mesuji dan kasus
lahan sawit di Kalimantan.
- Perempuan, ketika perempuan yang bekerja sebagai buruh tidak mendapatkan hak-
hak cuti haid, menyusui serta jam kerjanya yang melampaui batas.
4) Kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Ada beberapa kasus perusahaan yang beroperasi di suatu wilayah tidak dibarengi
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan membangun
insfrastruktur seperti sarana jalan dan jembatan yang layakbagi masyarakat di
sekitarnya, sebagai contoh : PT. Freeport telah beroperasi di bumi periwi ini selama
lebih dari empat puluh tahun, namun yang sangat mengenaskan adalah kehidupan
masyarakat sekitar perusahaan tersebut beroperasi ternyata jauh dari kemapanan,
kecuali untuk beberapa gelintir orang yang dilibatkan dalam aktifitas perusahaan
tersebut.
Pelanggaran di Sekolah
Seorang siswa dengan sengaja mengejek, mencemooh, dan menyiksa siswa lainnya.
Seorang siswa secara paksa menganiaya dan memalak teman-temannya.
Seorang siswa secara sengaja terlibat tawuran dengan pelajar lainnya, baik dengan
siswa sekolah lain ataupun teman-teman satu sekolahnya.
Seorang guru memberikan sebuah hukuman ataupun sanksi terhadap anak muridnya
secara fisik seperti ditendang, dijewer, dan lain sebagainya.
Seorang guru yang telah membeda-bedakan muridnya yang ada di sekolah, baik itu
dari segi kekayaan, kepintaran ataupun perilaku murid tersebut.
Pelanggaran di Keluarga
Di negeri yang dikenal ramah-ramah orangnya ini pernah terjadi tragedi pembunuhan
massal atau genosida paling mengerikan. Bahkan peristiwa ini sempat menggegerkan dunia
internasional dan dianggap sebagai tragedi mengerikan di abad ke-20. Sebanyak 500.000
orang dibantai habis-habisan karena mereka dianggap menyimpang. Anggota PKI,
simpatisan, dan siapa saja yang terlibat dengan organisasi ini dibantai dengan sadis.
Kasus pembantaian PKI ini adalah borok Indonesia yang akan susah disembuhkan.
Keadilan akan semakin susah ditegakkan karena fakta sering dibolak-balik. Apa pun itu, dan
siapa pun yang bertanggung jawab. Kasus yang terjadi 50 tahun lalu ini akan tetap menjadi
PR siapa saja yang menganggap keadilan adalah hak semua orang.
Belanda belum menerima kedaulatan Indonesia yang telah merdeka sejak 17 Agustus
1945. Ia akhirnya menekan rakyat sipil untuk terus tunduk dan patuh kepada
pemerintahannya. Seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan pada Desember 1946 – Februari
1947. Belanda mengumpulkan banyak orang yang dicurigai sebagai penjahat dan pejuang
lalu mengeksekusinya di tempat. Orang yang melakukan operasi ini bernama Raymond Pierre
Paul Westerling. (Pembantainnya mengambil nama belakang sang Jendral Belanda.)
Menurut cerita beberapa saksi mata yang masih hidup. Pria dewasa dikumpulkan di
tengah lapangan dan disuruh membuat galian. Setelah itu tentara Belanda akan menembaki
satu-satu orang ini. Tubuh tak bernyawa itu akhirnya ambruk ke lubang hingga tentara akan
muda untuk menguburnya. Diperkirakan ada sekitar 40.000 orang yang meninggal di kasus
yang sampai di bawa ke pengadilan internasional ini.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 -
1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1988). Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dan dada.
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial
Asia sepanjang 1997 - 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke
gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi damai
dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka
dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba
bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak
majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di
universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun
berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian
RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon
Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi
dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang
dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan
peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara
diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku. Pelanggaran HAM dapat dikelompokan
menjadi 2 macam yaitu pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran
HAM dapat dilakukan oleh pihak Negara dan bukan Negara.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/76375400/Makalah-Akhir-Semester-PKNdocx/
Smith, Rohna K.M. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Pusat Studi Hak Asasi
Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII) Yogyakarta
Nena yohana wati. Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila. UNJ
https://kumparan.com/berita-hari-ini/contoh-pelanggaran-ham-ringan-yang-kerap-terjadi-di-
lingkungan-sekitar-1uk0XP6OJWi/full
Zon, Fadli. 2009. Politik Huru Hara Mei 1998. Jakarta : Instute for Policy Studies