Anda di halaman 1dari 7

GEOMETRI ARSITEKTUR

PENERAPAN GOLDEN SECTION


DALAM ARSITEKTUR DAN
PENGARUHNYA PADA MANUSIA
SITI BARARAH NURHAQIYATI 1006661172
PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

A
rsitektur dan interior sebagai ilmu yang saling berkaitan, merupakan
ranah ilmu yang mencakup banyak aspek pertimbangan dalam proses
merancang. Aspek yang paling penting dan selalu dibahas, menurut
saya, adalah manusia. Hal ini dikarenakan adanya suatu usaha yang dibutuhkan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti yang diungkapkan oleh Frank Lloyd Wright
dalam bukunya In The Realm of Ideas:

Architecture is that great living creative spirit which from generation to


generation, from age to age, proceeds, persists, creates, according to the nature
of man, and his circumstances as they change. That is really architecture.

Namun, tentunya ada masih banyak lagi aspek yang menjadi pertimbangan,
salah satunya adalah keindahan. Hal ini bahkan sudah diungkapkan sejak berabad-abad
yang lalu oleh Vitruvius dalam bukunya Ten Books of Architecture sebagai berikut:

All these must be built with due reference to durability, convenience, and
beauty. Durability ………… ; and beauty, when the appearance of the work is
pleasing and in good taste, and when its members are in due proportion
according to correct principle of symmetry.

Keindahan sendiri sering kali dianggap sebagai sesuatu yang relatif, tergantung
pada selera masing-masing individu. Lalu bagaimana menentukan suatu desain indah
atau tidak? Ada beberapa metode pendekatan yang bisa digunakan untuk menentukan
tercapai atau tidaknya aspek ini. Salah satunya adalah dengan mengukur seberapa
proporsional, hal ini juga diungkit oleh Vitruvius dalam kutipan di atas, komposisi yang
dihasilkan, baik secara visual atau pun non-visual.

Metode ini disebut sebagai Golden Section. Digunakan sebagai pendekatan


dalam menemukan proporsi yang ideal melalui perbandingan rasio dari bentuk-bentuk
geometris dalam arsitektur. Proporsi yang dihasilkan oleh metode ini dianggap
menghasilkan bentuk yang paling indah.

Kembali pada kaitannya dengan arsitektur dan interior, golden section bisa
diterapkan dalam menentukan denah, tampak, potongan, dsb. Ada beberapa contoh
bangunan yang dianggap baik dari segi estetika dalam penerapan golden section di
dalamnya, berikut contohnya (lihat Figure 1, 2 & 3).

Contoh-contoh yang saya temukan ini memperlihat penerapan golden section


pada bagian tampak dan denah bangunan. Pada contoh 1, 2, dan 3 elemen pada fasad
bangunan serta tampilan yang akan terlihat dari luar ternyata sesuai dengan proporsi
yang dihasilkan dari metode Golden Section. Sedangkan contoh 4, Golden Section
diterapkan dalam menentukan grid dan as pada bangunan.

SITI BARARAH N. 1006661172 1


PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

Figure 1 Figure 2 Figure 3

1| Taj Mahal
2| CN Tower
3| Notre Dame
4| Villa Malcontenta & Villa Stein

Dari ke empat contoh di atas


Figure 4 tentunya terdapat perbedaan penerapan
yang saya coba bagi menjadi 2 tipe, yaitu
‘tertangkap mata manusia’ dan ‘tidak tertangkap mata manusia’. Tertangkap manusia
maksudnya adalah bisa dilihat manusia di sekitar, maupun pengguna bangunan tersebut
sehingga bias dinikmati secara langsung. Sedangkan ‘tidak tertangkap mata manusia’
maksudnya adalah penerapan proporsi yang sesuai Golden Section tersebut tidak bisa
dinikmati secara langsung oleh manusia pengguna bangunan tersebut, kecuali oleh
arsitek perancangnya.

Kembali pada pembahasan awal, bahwa Golden Section digunakan sebagai


metode dalam rangka menemukan proporsi yang paling tepat sehingga tercapai suatu
keindahan pada karya. Saya kemudian jadi bertanya-tanya, apakah kemudian dengan
tercapainya keindahan tersebut akan memberikan efek tertentu pada pengguna
bangunan? Karena aspek manusia, terutama manusia yang menjadi objek pengguna
bangunan, dalam arsitektur adalah aspek yang menjadi pertimbangan utama. Seperti
halnya yang diungkapkan Frank Lloyd Wright di awal essay ini.

Saya akan mencoba membahas tipe pertama. Proporsi elemen fasad yang bisa
dilihat langsung oleh manusia, dalam asumsi saya, akan memberikan suatu
SITI BARARAH N. 1006661172 2
PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

kecenderungan psikologis pada manusia pengguna bangunan, terutama dalam


prosesnya mendekat dan masuk ke dalam bangunan. Asumsi ini mengingatkan saya
pada 2 literatur yang pernah saya baca, yaitu Emotional Design oleh Donald Norman dan
The Space Within.

Advances in our understanding of emotion and affect have implications for the
science of design. Affect changes the operating parameters of cognition: positive
affect enhances creative, breadth-first thinking whereas negative affect focuses
cognition, enhancing depth-first processing and minimizing distractions.
Therefore, it is essential that products designed for use under stress follow good
human-centered design, for stress makes people less able to cope with
difficulties and less flexible in their approach to problem solving. Positive affect
makes people more tolerant of minor difficulties and more flexible and creative
in finding solutions. Products designed for more relaxed, pleasant occasions can
enhance their usability through pleasant, aesthetic design. Aesthetics matter:
attractive things work better. (Norman, D. A. (2002). Emotion and design:
Attractive things work better)

Kutipan di atas memperkuat asumsi saya bahwa suatu pemandangan terhadap


bangunan bisa menimbulkan efek psikologis tertentu. Dan ketika pemndangan yng
dihadirkan bernilai atraktif, akan terjadi suatu hubungan antara manusia yang
melihatnya dengan bangunan tersebut. Entah itu hanya dari segi emosional, atau
bahkan sampai mempengaruhi perilaku interaksi manusia dengan bangunan tersebut.

Kutipan yang kedua, dari buku The Space Within juga memperkuat asumsi saya.

In his “Building as Percepts”, Rudolf Arnheim points out that one’s


percepts typically concern the autonomous existence of object as they
form in the mind from many individual impressions, particularly as one
approaches or passes through a building. And he notes that our end
image of an object (or building, as one sort of object) is thus the result of
our spontaneous integration of these multiple visual projections into a
total perceptual image.

Dari kedua literatur ini bisa diambil kesimpulan bahwa tampilan suatu bangunan
bisa mengantarkan manusia penggunanya untuk merasakan perjalanan yang bisa
memperkuat kualitas yang ingin disajikan dalam ruang-ruang bangunan tersebut. Hal ini
bisa tercapai, salah satunya, dengan menggunakan metode Golden Section. Sehingga
timbul suatu keindahan melalui proporsi yang pas.

Namun, jika saya terapkan pemahaman ini pada tipe penerapan kedua, yaitu
‘tidak tertangkap mata manusia’, hasilnya akan berbeda. Ketika keindahan proporsi
tersebut hanya bisa dilihat melalui denah, susunan kolom, dll bagaimana pengaruhnya
bagi manusia pengguna di dalamnya? Dapatkah pembagian ruang, susunan kolom, dan
SITI BARARAH N. 1006661172 3
PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

bentuk denah yang proporsional memberikan efek tertentu tanpa perlu dilihat secara
visual?

Beauty: [mass noun] a combination of qualities, such as shape, colour, or


form, that pleases the aesthetic senses, especially the sight.
(oxforddictionaries.com)

Aesthetic: [adjective] concerned with beauty or the appreciation of


beauty:the pictures give great aesthetic pleasure.
(oxforddictionaries.com)

Jika kita lihat sekilas tentang pengertian harafiah dari estetika dan keindahan,
terlihat bahwa yang dimaksud adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh manusia
sehingga timbul suatu perasaan senang dan apresiasi terhadap keindahan tersebut.
Namun, jika kita lihat pada tipe yang kedua, hal ini akan menjadi sulit dicapai karena
manusia mengalami ruang yang 3 dimensi di dalamnya, dan sangat sulit mengakses
pemandangan keproporsionalan yang dibentuk oleh ruang-ruang tersebut.

Lantas apa kepentingan yang muncul, terutama yang berkaitan dengan manusia
pengguna, ketika menerapkan metode ini pada denah? Saya sendiri belum menemukan
literatur yang bisa menjelaskan pertanyaan ini, namun saya memiliki pandangan dalam
menerapkan Golden Section pada ruang dalam dan efeknya pada manusia.

Berbicara tentang ruang dalam tentu akan ada banyak elemen penyusun yang
dibahas di dalamnya. Dalam hal ini saya akan lebih berfokus pada elemen furnitur
karena sangat berkaitan dengan manusia, terutama dalam hal dimensi.

… furniture as, in effect, an extension of the human ability to complete physical


task. (Mark Kingwell, Intimus: Tables, Chairs, and Other Machines for Thinking)

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana kaitan antara manusia dan furnitur.
Sebagai benda yang menjadi body extension tentunya tidak terlepas dari dimensi
standar manusia. Dan karena tujuannya adalah untuk memudahkan dan meningkatkan
efektifitas kegiatan manusia, tentu ukuran yang menjadi standar tidak hanya sesuai,
namun juga memberikan kenyamanan. Di sinilah peran Golden Section terjadi lagi.

SITI BARARAH N. 1006661172 4


PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

Geometric thinking is a philosophical concept. Applying these approaches to


workplace design will allow us to consider how structures of different categories
are related to one another and determine a common feature of workplace
design and harmony of human dimensions. (Krystyna Gielo-Perczak, 2001)

Golden Section kemudian bisa diterapkan dalam mencapai aspek


ergonomis dari suatu furnitur. Mengapa? Karena dalam prosesnya furniture,
sebagai elemen ruang dalam, menggunakan ukuran standar manusia sebagai
acuannya, dan jika ditilik lagi, ukuran tubuh manusia pun mengandung Golden
Section pada bagian-bagiannya. Sehingga dalam mencapai keharmonisan antara
manusia dengan furnitur, Golden Section kemudian bisa dipakai untuk
menjembatani.

Figure 5 Leonardo da Vinci’s interpretation of Vitruvius.

The golden section can lead to the creation of harmony of human


dimensions with preferable workplace design. (Krystyna Gielo-Perczak,
2001)
SITI BARARAH N. 1006661172 5
PENERAPAN GOLDEN SECTION DALAM ARSITEKTUR DAN PENGARUHNYA PADA MANUSIA

Dari hal-hal yang dijelaskan di atas, akhirnya saya mengambil kesimpulan


bahwa penerapan Golden Section pada arsitektur dan interior tidak sekedar
untuk mencapai keindahan semata, namun lebih jauh lagi bagaimana keindahan
tersebut direspon dan bisa dirasakan kebermanfaatannya dalam penggunaan
desain oleh manusia.

REFERENSI:

― Kingwell, Mark, 2006. Intimus: Tables, Chairs, and Other Machines for
Thinking

―architecture.about.com/od/ideasapproaches/g/architecture.htm
(diakses pada 27 Maret 2013)

―bostonleadershipbuilders.com/vitruvius/book01.htm#3 (diakses pada


27 Maret 2013)

―Chapter 12: The Space Within

―Gielo-Perczak , Krystyna. 2001, The golden section as a harmonizing


feature of human dimensions and workplace design

―goldennumber.net/architecture/ (diakses pada 27 Maret 2013)

―jnd.org/dn.mss/emotion_design_at.html (diakses pada 27 Maret 2013)

―laboratorio1.unict.it/lezioni/04-pippo/pagine/08.htm (diakses pada 27


Maret 2013)

―oxforddictionaries.com/definition/english/beauty?q=beauty (diakses
pada 27 Maret 2013)

―oxforddictionaries.com/definition/english/proportion?q=proportion
(diakses pada 27 Maret 2013)

SITI BARARAH N. 1006661172 6

Anda mungkin juga menyukai