Anda di halaman 1dari 13

TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ulumul Qur‟an

Dosen Pengampu:
Nur Huda, S.Hum., M.A.

Oleh:

AufaVarrassyah Nawwaf NIM: 2019.01.01.1236

M. Arif Dzini’am NIM: 2019.01.01.1240

PROGRAM STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2020
TURUNNYA AL QUR‟AN DALAM TUJUH HURUF
Oleh: Aufa Varrassyah Nawwaf dan M. Arif Dzini‟am

A. PENDAHULUAN
Al-Qur‟an merupakan kalamullah yang mengandung mu‟jizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril, yang ditulis pada mushaf,
dikutip secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, diawali dari surat Al-Fatihah
dan diakhiri dengan surat An-Naas.1 Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad
yang merupakan seorang Quraisy, oleh karena itu bahasa al-Qur‟an ketika diturunkan
adalah bahasa Quraisy. Karena orang Arab mempunyai perbedaan dialek dalam
mengungkapkan suatu makna dengan beberapa perbedaan bahasa dan lafal, maka
Rasulullah meminta tambahan supaya al-Qur‟an turun dengan tujuh huruf sehingga
umat Islam bisa memilih diantara dialek-dialek itu. Nash-nash sunnah cukup banyak
yang mengemukakan hadist mengenai turunya al-Qur‟an dengan tujuh huruf,
diantarannya, Dari Ibn Abbas r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril
membacakan al-Qur‟an kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku
mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan ia pun berulang kali
menambahnya kepadaku sampai tujuh huruf.”
Kemudian timbul ikhtilaf di kalangan ulama mengenai penafsiran hadits yang
menerangkan turunnya al-Qur‟an dengan tujuh huruf. Selain itu, juga banyak orang
yang mempertanyakan dimana keberadaan tujuh huruf tersebut. Oleh karena itu,
penulis merasa perlu untuk membuat makalah yang berjudul “Turunnya Al-Qur‟an
Dengan Tujuh Huruf”. Penulis menyadari bahwasanya masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca akan sangat membantu penulis kedepannya untuk bisa menulis makalah
dengan labih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat
mengambil ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembaca dan penulis di
dunia hingga sampai ke akhirat.

1
Muhammad Ali as-Shabuni, At Tibyan fii Ulumil Qur‟an (Jakarta: Dar al-Mawahib al-Islamiyah, 2016), 10.

1
B. Pembahasan Mengenai Turunnya Al-Qur’an dalam Tujuh Huruf
1. Dalil Yang Menjadi Acuan Turunnya Al-Qur’an dalam Tujuh Huruf

َ‫َقَالَََرسَولََاهللََصلىَاهللَعليوَوسلمَأَقََرأَنَََِ َبيلََعَلَى‬:َ‫عَنََابَنََعَبَاسََرضيَاهللَعنهماَأَنَوََقَال‬

)‫حََرفََفََراَِعَتَوََفَلَمََأََزلََأَسَتََزيدَهََويََزيَدَنََحَّتََانَتَهَىَإلََسَبَعَةََأَحََرفََ(أخرِوَالبخارىَوَمسلم‬
(Diriwayatkan dari Ibnu „Abbas RA, beliau berkata: Rasulullah SAW. Bersabda:
Jibril membacakan al-Quran kepadaku dengan satu huruf. Kemudian
berulangkali aku terus minta agar huruf ditambah, dan beliau menambahkan,
sampai dengan tujuh huruf.)

َ‫َفأتاه َِبيل َعليو‬:‫َقال‬،‫عنَأَب َبنَكعبَأن َالنبَ َصلىَاللو َعليوَوسلَم َكان َعند َأضاة َبِن َغفار‬

َ،‫َأسأل َاللو َمعافاتو َومغفرتو‬:‫َفقال‬،‫َإن َاللو َيأمرك َأن َتقرأ َأمتك َالقرآن َعلىَحرف‬:‫َفقال‬،‫السَلم‬

َ،‫ َإن َاللو َيأمرك َأن َتقرأ َأمتك َالقرآن َعلىَحرف ْي‬:‫َفقال‬،‫َُث َأتاه َالثانية‬،‫وإن َأميتَالَتطَيق َذلك‬

َ‫َإنََاللَوَيأَمركَأن‬:‫َفقال‬،‫َُثَِاءهَالثالثة‬،‫َوإنَأميتَالَتطيقَذلك‬،‫َأسألَاللوَمعافاتوَومغفرتو‬:‫فقال‬

َ‫َُث‬،‫َوإنَأميتَالَتطيقََذلك‬،‫َأسألَاللوَمعافاتوَومغفرتو‬:‫َفقال‬،‫تقَرأَأمتكَالقرآنَعلىَثَلثةَأحرف‬

َ‫َفأمُّياَحرف َق رؤواَعليو‬،‫ َإن َاللو َيأمرك َأن َتقرأ َأمتك َالقرآن َعلىَسب عة َأَحرف‬:‫َفقال‬،‫ِاءه َالرابعة‬

)‫فقدَأصابوا (رواهَمسلم‬
(Diriwayatkan dari Ubay bin Ka‟ab,ketika Nabi berada di dekat parit Bani
Ghaffar, Malaikat Jibril mendatangi Nabi dan berkata: Allah memerintahkanmu
agar membacakan al-Qur‟an kepada umatmu dengan satu huruf. Nabi menjawab:
Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirahnya, Sesungguhnya umatku
tidak dapat melakukan perintah itu, kemudian Jibril datang kedua kalinya dan
berkata: Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur‟an kepada umatmu
dengan dua huruf. Nabi menjawab: Aku memohon kepada Allah ampunan dan
maghfirahnya, karena umatku tidak dapat melakukan perintah itu. Malaikat Jibril
datang lagi untuk ketiga kalinya lalu mengatakan: Allah memerintahkanmu agar
membacakan al-Qur‟an kepada umatmu dengan tiga huruf. Nabi menjawab: Aku
memohon kepda Allah ampunan dan maghfirahnya, karena umatku tidak dapat

2
‫‪melakukan perintah itu. Kemudain Jibril datang keempat kalinya sambil berkata:‬‬
‫‪Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur‟an kepada umatmu dengan‬‬
‫)‪tujuh huruf. Dengan huruf mana saja mereka membaca, mereka tetap benar.‬‬

‫عنَعمرَبنَاخلطابَرضيَاللوَعنوَقال‪َ:‬مسعتَىشامَبنَحكيمَيقرأَسورةَالفرقانَيفَحياةَرسولَ‬

‫اهلل َصلىَاهلل َعليو َوسلم‪َ،‬فاستمعت َلقراءتو‪َ،‬فإذاَىو َيقرأَعلىَحروف َكثرية َملَيقرئنيهاَرسول َاهللَ‬

‫صلىَاهللَعليوَوسلم‪َ،‬فكدتَأساورهَيفَالصَلة‪َ،‬فانتظَرت َحّتَسلم‪َُ،‬ث َلببتوَبردائو‪َ،‬فقلتَ‪َ:‬منَ‬

‫أقرأكَىذهَالسورةَ َ؟َقالَ‪َ:‬أقرأنيهاَرسول َاهللَ َصلىَاهلل َعليو َوسلم‪َ،‬قلتَ َلو َ‪َ:‬كذبت‪َ،‬فوَاللوَإنَ‬

‫رسولَاللو صلى َ َاهلل َعليو َوسلمَ ََأقرأن َىذهَالسورةَالّتَمسعتكَتقرأ‪َ،‬فانطلقت َ َأقودهَإلَرسولََ‬

‫اهلل َصلىَاهلل َعليو َوسلم َفقلتَ‪َ :‬يا رسول َاهللَ َإنَمسعت َىذاَيقرأَبسورة َالفرقان َعلىَحروف َملَ‬

‫تقرئنيها‪َ ،‬وأنتَأقرأتِنَسورةَالفرقان‪َ ,‬فقال َرسول َاهللَ صلىَاهلل َعليو َوسلمَ َ‪َ :‬أرسلوَ َياَعمر‪َ،‬اقرأ َياَ‬

‫ىشامَ‪َ,‬فقرأَىذهَالقراءةَاليتَمسعتوَيقرأىا‪َ،‬فقالَرسولَاهللََصلىَاهللَعليوَوسلم‪ََ:‬ىكذاَأنزلتَ‪َُ,‬ثَ‬

‫قالَرسول َاهلل َصلىَاهلل َعليو َوسلمَ َ‪َ :‬اقرأ َيا َعمر‪َ,‬فقرأتَالقراءةَاليتَأقرأن َرسول َاهلل َصلىَاهللَ‬

‫عليوَوسلمَ‪َ,‬فقالَرسولَاهلل َصلىَاهللَعليوَوسلمََ‪َ:‬ىكذَأنزلت‪َُ ،‬ثَقالَرسولَاهللَصلىَاهللَعليوَ‬

‫وسلمََ‪َ:‬إنَىذاَالقرآنَأنزلَعلىَسبعةَأحرف‪َ،‬فاقرؤواَماَتيسرَمنهاَ(رواهَالبخاريَوَمسلمَوَأبوَ‬

‫دودَوَالنساءىَوَالرتمذىَوَأمحدَوَابنَِرير)‬
‫‪(Bahwasanya „Umar bin Khattab berkata, “Pada masa hidup Rasulullah, aku‬‬
‫‪pernah mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan, maka aku pun‬‬
‫‪mendengarkan bacaannya dengan saksama. Tiba-tiba ia membacanya dengan‬‬
‫‪huruf (cara bacaan) yang begitu banyak, yang Rasulullah belum pernah‬‬
‫‪membacakan bacaan seperti itu padaku sehingga hampir saja aku melabraknya di‬‬
‫‪dalam salat. Namun aku menunggunya hingga selesai salam dan kemudian‬‬
‫”?‪menarik surbannya dan bertanya, “Siapa yang membacakan surat ini padamu‬‬
‫‪Ia menjawab, “Rasulullah yang membacakannya padaku.” Maka kukatakan‬‬
‫‪padanya, “Kamu telah berdusta. Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah telah‬‬

‫‪3‬‬
membacakan kepadaku surat yang telah aku dengar darimu ini (tetapi tidak
seperti bacaanmu).” Maka aku pun segera membawanya menghadap Rasulullah.
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendengar orang ini membaca surat al-
Furqan dengan cara baca yang belum pernah Anda ajarkan padakku. Padahal
sungguh, Anda telah membacakan surat Al-Furqan padaku.” Akhirnya beliau
bersabda: “Lepaskan dia wahai Umar, Wahai Hisyam, bacalah surat itu.” Maka
Hisyam pun membacanya bacaan yang telah aku dengar sebelumnya. Lalu
Rasulullah bersabda: “Seperti inilah surat itu diturunkan.” Kemudian beliau
bersabda lagi: “Bacalah wahai „Umar.” Lalu aku pun membacanya sebagaimana
yang telah diajarkan beliau. Kemudian beliau bersabda: “Seperti ini pulalah ia
diturunkan.” Dan Rasulullah bersabda lagi: “Sesungguhnya al-Qur`an
diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu
di antaranya) 2

2. Perbedaan Pendapat Tentang Pengertian Tujuh Huruf


Ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran tujuh huruf tersebut, Ibnu
Hibban berkata: Ulama berbeda pendapat mengenai makna tujuh huruf sampai
dengan tiga puluh lima pendapat. Imam Suyuti juga mengatakan bahwa terdapat
sekitar empat puluh pendapat mengenai penafsiran makna tujuh huruf.3 Lantas apa
saja pendapat mayoritas dari para ulama.
a. Tujuh macam Bahasa dari Bahasa Arab Mengenai Satu Makna
Yang dimaksud dengan tujuh huruf menurut sebagian besar ulama
adalah tujuh macam bahasa dari bahasa Arab mengenai satu makna.
Maksudnya adalah terdapat perbedaan bahasa-bahasa Arab dalam
mengungkapkan satu makna al-Qur‟an, oleh karena itu al-Qur‟an turun dengan
sejumlah lafal yang sesuai dengan ragam bahasa tersebut dalam
mengungkapkan satu makna. Apabila tidak terdapat perbedaan, maka al-
Qur‟an hanya mendatangkan satu lafal saja Tujuh macam bahasa tersebut
adalah bahasa Quraisy, Hudhail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamin, dan
Yaman. Menurut Abu Hatim as-Sijistani, tujuh bahasa tersebut adalah
Quraisy, Hudhail, Tamim, Azad, Rabi‟ah, Hawazin, dan Sa‟d bin Bakr.4

2
Manna‟ Qattan, Mabahits fii „Ulumil Qur‟an (t.tp.: Dar al-„Ilmi wal Iman, t.th.), 148
3
Ibid., 149.
4
Ibid., 150.

4
b. Tujuh Macam Bahasa dari Bahasa Arab yang Al-Qur’an Turun
Dengannya
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwasanya yang dimaksud tujuh
huruf bukanlah satu makna yang diungkapkan dengan tujuh macam lafal
berbeda, tetapi maksud tujuh huruf adalah al-Qur‟an turun dengan mencakup
secara keseluruhan ketujuh bahasa terebut yang bertebaran di berbagai surat.
Abu Ubaid berkata, “Yang dimaksud dengan tujuh huruf bukanlah satu
kalimah dibaca dengan tujuh bahasa berbeda, tetap yang dimaksud adalah
tujuh bahasa yang bertebaran di dalam al-Qur‟an, sebagian adalah bahasa
Quraisy, sebagian lagi bahasa Hudzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain. Dan
berkata lagi, “Sebagian bahasa lebih banyak dari sebagian lainnya.”5

c. Tujuh Wajah
Yang dimaksud tujuh wajah adalah amr (perintah), nahi (larangan), wa‟d
(janji), wa‟id (ancaman), jadal (perdebatan), qasas (cerita), dan matsal
(perumpamaan). Atau ada yang mengatakan amr, nahi, halal, haram,
muhkam, mutasyabih, dan amtsal.

َ,‫َكانَالكتابَاألولَينزلَمنَبابَواحد‬:‫عَنَابنَمسعودَعنَالنبَصلىَاهللَعليوَوسلمَقال‬

َ‫َوحَللَوحر ٌام‬
ٌ ‫َزٌِرَوأمٌر‬:‫َعلىَسبعةَأحرف‬,‫َونزلَالقرأنَمنَسبعةَأبواب‬,‫َوعلىَحرفَوحد‬

)‫َ(أخرِوَاحلاكمَوالبيهقي‬.‫وحمكمَومتشابوَوأمثال‬
(Dari Ibn Mas‟ud, Nabi berkata: „Kitab umat terdahulu diturunkan dari satu
pintu dan dan dengan satu huruf. Al-Qur‟an diturunkan dari tujuh pintu dan
dengan tujuh huruf, yaitu: zajr (larangan), amr, halal, haram, muhkam,
mutasyabih, dan amsal.)6

d. Tujuh Perkara yang Terjadi Ikhtilaf di dalamnya


1) Perbedaan isim-isim dalam bentuk mufradnya, tatsniyah, jama‟,
mudzakkar, dan muannatsnya

5
Ibid., 150.
6
Ibid., 150.

5
ُ ‫ ) َوالَّ ِذييَ هُ ْن ِِلَ َهاًَاتِ ِه ْن َو َع ْه ِذ ِه ْن َرا‬dibaca jama‟ (‫ ) ِِلَ َهاًَاتِ ِه ْن‬atau dibaca
Ayat ) َ‫عىى‬

mufrad (‫) ِِلَ َهاًَتِ ِه ْن‬. Adapun penulisannya di dalam mushaf (‫)ِلهٌتهن‬

2) Perbedaan dalam segi i‟rab


َ َ‫) َها َٰهَ َذا ب‬, jumhur ulama membacanya dengan nashab,
Seperti ayat )‫شزًا‬

karena (‫ ) َها‬beramal seperti amalnya (‫)ليس‬, Ini merupakan bahasa Ahli


Hijaz dimana al-Qur‟an diturunkan. Adapun Ibnu Mas‟ud membacanya
َ َ‫ ( َها َٰهَ َذا ب‬karena ma tidak beramal seperti amalnya laisa
dengan rafa‟ )‫شز‬

3) Perbedaan dalam tashrif

ِ َ‫ )فَقَالُىا َربٌََّا بَا ِع ْذ بَ ْييَ أَ ْسف‬dibaca dengan nashab (‫)ربٌََّا‬


Seperti ayat (‫ارًَا‬ َ karena
merupakan munada mudhaf dan (‫عذ‬
ِ ‫ )بَا‬dengan sighat fi‟il amr. Selain itu
juga dibaca (‫ ) َربٌَُّا‬dengan rafa‟ dan (‫عذ‬
َ ‫ )بَا‬dengan „ain yang difathah karena
merupakan fi‟il madhi.

4) Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta‟khir (mengakhirkan)


Perbedaan dalam taqdim dan ta‟khir adakalanya terjadi dalam huruf, seperti

ِ َ‫ )أَفَلَ ْن يَايْـ‬dibaca (‫س‬


ayat (‫س‬ ِ ‫)يَأي‬. Adakalanya juga terdapat dalam kalimah,
seperti ayat ( َ‫َويُ ْقتَلُىى‬
َ‫)فَيَ ْقتُلُىى‬, ayat tersebut juga dibaca dengan
mendahulukan yuqtalun (‫)فَيُ ْقتَلُىىَ َويَ ْقتُلُىى‬

5) Perbedaan dalam segi ibdal

ِ َ‫َوٱًظُزْ إِلَى ٱ ْل ِعظ‬


 Ibdal huruf dengan huruf, seperti dalam ayat ( َ‫ام َك ْيف‬

‫ٌش ُزهَا‬
ِ ًُ). Dalam ayat tersebut (‫ٌش ُزهَا‬
ِ ًُ) juga dibaca dengan (‫)ًٌَش ُزهَا‬
ِ ُ‫) َكٱ ْل ِع ْه ِي ٱ ْل َوٌف‬, Ibn Mas‟ud
 Ibdal lafal dengan lafal, seperti dalam ayat (‫ىش‬

membacanya dengan (‫)كالصىف ٱ ْل َوٌفىش‬


 Ibdal huruf dengan huruf yang berdekatan makhraj-nya, seperti dalam
ayat (‫) َوطَ ْلح َّهٌضُىد‬, dibaca (‫ ) َوطَ ْلع‬karena makhraj-nya ha‟ dan „ain sama

6
6) Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan
 Penambahan, seperti dalam ayat (‫زي تَحْ تَهَا ْاِلَ ًْهَا ُر‬
ِ ْ‫) َوأَ َع َّذ لَهُ ْن َجٌَّات تَج‬,
dibaca dengan tambahan min (‫) ِهي تَحْ تهَا ْاِلَ ًْهَا ُر‬
َّ ‫) َوقَالُىا اتَّخَ َذ‬, dibaca tanpa wawu
 Pengurangan, seperti dalam ayat (‫ّللاُ َولَذًا‬
َّ ‫)قَالُىا اتَّخَ َذ‬
(‫ّللاُ َولَذًا‬

7) Perbedaan lahjah
Perbedaan lahjah yang dimaksud adalah seperti bacaan tafkhim dan tarqiq,
fathah dan imalah, idzhar dan idgham, hamzah dan tashil, isymam, dan
lain-lain, seperti dalam ayat (‫س َٰى‬ ُ ‫) َوهَلْ أَتَ َٰىكَ َح ِذ‬, dibaca dengan imalah
َ ‫يث ُهى‬
pada (‫ )أتى‬dan (‫)هىسى‬7

e. Sebagian ulama berpendapat bahwasanya bilangan tujuh itu tidak dipahami


secara tekstual, tetapi bilangan tersebut merupakan simbol yang bermakna
suatu kesempurnaan menurut orang Arab. Oleh karena itu, bilangan tujuh
merupakan isyarat bahwasanya bahasa dan susunan yang terkandung dalam al-
Qur‟an adalah batas untuk perkataan orang Arab yang telah mencapai puncak
kesempurnaan.8

f. Ada juga yang berpendapat bahwasanya yang dimaksud dengan tujuh huruf
adalah qiraah sab‟ah.9

3. Diskusi Dan Tarjih Pengertian Tujuh Huruf


Menurut Manna‟ Qathan Pendapat yang paling rajih yaitu pendapat yang
pertama. Pendapat tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Tujuh
Huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna
yang memiliki kesamaan. Misalnya aqbil, ta‟ala, halumma,„ajiil, dan asri‟ yang
dari semua itu mempunyai makna perintah untuk menghadap. Ulama lain yang
mengatakan bahwa pendapat pertama paling rajih diantaranya Sufyan bin

7
Ibid., 151.
8
Ibid., 153.
9
Ibid., 153

7
„Uyainah, Ibn Jarir, Ibn Wahhab, dan lain-lain. Para ulama‟ menyandarkan
pendapatnya pada hadis

َ‫َعلىَحرف ْيَحّتَب لغ‬:‫َفقال‬،َ‫َف قالَميكائيلَاستزده‬،َ‫َياَحممدَاق رأَالقرآنَعلىَحرف‬:‫أنَِبيلَقال‬

َ‫َكلمهاَشاف َكاف َماَمل َتَتم َآية َعذاب َبَآية َرمحة َأو َآية َرمحة َبَآية‬:‫ستةَأوَسب عةَأحرف َف قال‬

َ‫عذابََنوَق ولكَت عالَوأقبلَوىلمَواذىبَوأسرعَوع ِّجلََ(أخرِوَأمحدَوَالطبىنَبإسندَِيدَوىذا‬

َ)‫الفظَألمحد‬
(Sesungguhnya Jibril berkata,”Wahai Muhammad, bacalah al-Qur‟an dalam satu
huruf.” Maka Mikail 'berkata, ”Mintalah tambahan huruf.” Maka Jibril berkata,
”Dalam dua huruf, dan terus menambahkannya hingga enam atau tujuh huruf.
Lalu ia mengatakan, ”Semuanya adalah obat penawar yang memadai, selama
ayat adzab tidak ditutup dengan ayat rahmat dan ayat rahmat tidak ditutup
dengan ayat adzab. Seperti ucapanmu: taala, aqbil, halumma, idzhab, asri‟,
„ajiil)10

Adapun pendapat yang lain, Manna‟ Qattan menyanggahnya. Beliau memberikan


argumen-argumen penolakan kepada beberapa pendapat diatas.
a. Pendapat kedua yang menyatakan bahwa maksud dari tujuh huruf adalah tujuh
bahasa dari bahasa Arab yang mana al-Qur‟an turun dengan mencakup seluruh
bahasa tersebut bukan merupakan pendapat yang rajih, karena menurut beliau
bahasa Arab jumlahnya lebih banyak daripada tujuh. Selain itu, „Umar bin
Khattab dan Hisyam bin Hakim yang mana sama-sama dari Quraisy dengan
bahasa sama, dari qabilah sama, tetapi bacaan kedua orang itu berbeda.
b. Pendapat ketiga yang menyatakan bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah
tujuh wajah merupakan pendapat yang tidak rajih. Hal tersebut karena
menurut beliau, hadits-hadits tentang tujuh huruf tersebut menunjukkan
bahwasanya ada keleluasan untuk membaca satu kata dengan dua, tiga, hingga
tujuh bahasa yang berbeda. Bukannya keleluasan dalam mengharamkan
perkara halal, menghalalkan perkara haram, atau merubah makna, karena
suatu hal tidak mungkin dinyatakan halal dan haram sekaligus dalam satu ayat.

10
Ibid., 153.

8
c. Pendapat keempat yang menyatakan tujuh huruf adalah tujuh perkara yang
terjadi khilaf di dalamnya bukan merupakan pendapat yang rajih. Hal tersebut
menurut beliau tidak sesuai dengan konteks hadits yang menjelaskan
bahwasanya tujuh huruf adalah tujuh lafal berbeda yang memiliki satu makna.
Selain itu, sebagian perubahan dan perbedaan yang telah disebutkan
sebelumnya merupakan qiraah ahad, padahal al-Qur‟an wajib mutawatir.
Adapun para ulama yang mendukung pendapat ini seperti Imam Az-Zarqani,
mereka menyatakan bahwasanya Mushaf Utsmani mencakup ketujuh huruf
tersebut (tujuh perkara yang terjadi khilaf di dalamnya). Tetapi menurut ulama
yang tidak mendukung pendapat ini seperti Imam Jarir at-Thabari, mereka
menyatakan bahwa Mushaf Utsmani tidak mencakupnya karena di dalam
Mushaf Utsmani ditetapkan satu qiraah saja. Apabila Mushaf Utsmani
mencakupnya, maka akan terjadi perbedaan qiraah.
d. Pendapat kelima yang menyatakan bahwa yang dimaksud tujuh huruf tidak
dipahami secara tekstual merupakan pendapat yang tidak rajih. Hal tersebut
karena hadits-hadits yang telah disebutkan sebelumnya menjelaskan secara
jelas bilangan tujuh itu. Sehingga bisa dikatakan pendapat ini bertentangan
dengan hadits-hadits tersebut.
e. Pendapat keenam yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Tujuh
Huruf adalah qira‟ah sab‟ah merupakan pendapat yang tidak rajih. Beliau
berpendapat bahwasanya al-Qur‟an adalah wahyu yang ditunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai penjelas dan mu‟jizat. Adapun qira‟ah adalah perbedaan
cara pengucapan lafal wahyu tersebut. Walaupun pada qira‟ah terdapat kesan
kesamaan bilangan tujuh, tetapi qira‟ah bukanlah yang dimaksudkan dengan
tujuh huruf pada hadits-hadits tersebut. Qira‟ah hanyalah madzhab bacaan al-
Qur‟an para imam, yang secara ijma‟ masih tetap eksis dan digunakan hingga
kini.11

4. Keberadaan Tujuh Huruf Dalam Al-Qur’an


Menurut sebagian ulama Fiqh, ulama Qiraah, dan ulama Kalam, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Imam Az-Zarqani, tujuh huruf tersebut masih ada pada
Mushaf Utsman. Para sahabat pun sepakat bahwa Mushaf Utsman menyalin
Mushaf yang ditulis pada zaman Abu Bakar yang meliputi tujuh huruf. Jika

11
Ibid., 155.

9
Mushaf yang ditulis pada zaman Abu Bakar mencakup Tujuh Huruf, tentu Mushaf
yang ditulis pada zaman Utsman juga mencakup tujuh huruf tersebut. Umat tidak
boleh mengabaikan sedikitpun dari tujuh huruf itu dalam menyalin Mushaf.
Menurut Ibn Jarir at-Thabari, Mushaf Utsman hanya mencakup satu huruf saja
dari tujuh huruf tersebut. Tujuh huruf itu hanya ada pada masa Rasulullah SAW,
Abu Bakar, Umar dan awal kekhalifahhan Utsman. Kemudian di bawah
kepemimpinan „Utsman, umat Islam berpendapat perlunya menyatukan umat
Islam untuk menuliskan Mushaf dalam satu huruf saja dari tujuh huruf tersebut.
Oleh karena itu, jika kita ingin membicarakan mengenai keberadaan tujuh
huruf dalam al-Qur‟an, terlebih dahulu kita kembali kepada apa yang dimaksud
dengan tujuh huruf yang sudah di bahas sebelumnya. Bagi yang memilih pendapat
keempat bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang di
dalamnya terjadi perbedaan, maka tujuh huruf tersebut dinilai masih ada pada
Mushaf Utsman seperti contoh-contoh yang sudah disebut di atas. Misalnya
ِ ًُ َ‫َوٱًظُزْ إِلَى ْٱل ِعظَ ِام َك ْيف‬
perbedaan dalam segi ibdal. Contoh ayat ( ‫ٌش ُزهَا ث ُ َّن ًَ ْكسُىهَا‬

‫)لَحْ ًوا‬. Ayat tersebut selain dibaca (‫ٌش ُزهَا‬


ِ ًُ) juga dibaca dengan (‫)ًٌَش ُزهَا‬
Sedangkan yang berpendapat bahwa tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna yang sama. Misalnya aqbil, ta‟ala,
dan asri‟, semuanya berarti perintah untuk menghadap, maka tujuh huruf tidak
ada lagi dalam Mushaf „Utsman. Mushaf Utsman memilih salah satu dari Tujuh
Huruf tersebut untuk dituliskan demi menjaga persatuan umat Islam dan
menghindari perpecahan.12

5. Hikmah Nuzul Al-Qur’an Dalam Tujuh Huruf


a. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummiy yang setiap
kabilahnya mempunyai dialek masing-masing. Hikmah ini diperkuat dengan
hadits riwayat Ubayy bin Ka‟ab, beliau berkata, Rasulullah SAW bertemu
dengan Malaikat Jibril di Ahjar al-Mira‟, lalu berkata: Aku ini diutus kepada
umat yang ummiy. Di antara mereka ada anak-anak, pembantu, kakek-kakek
tua dan nenek jompo. Maka Jibril berkata: “Hendaklah mereka membacanya
dengan tujuh huruf.” Hikmah ini juga terlihat dalam dalam hadits yang
diriwayatkan dari Ubayy bin Ka‟ab ketika Rasulullah SAW berada di dekat

12
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2017), 151.

10
parit Bani Ghaffar, beliau didatangi Malaikat Jibril seraya mengatakan: “Allah
memerintahkanmu agar membacakan al-Qur‟an kepada umatmu denga satu
huruf. Nabi menjawab: “Aku memohon ampunan dan maghfirah-Nya, karena
umatku tidak dapat melakukan perintah itu.”13

b. Bukti kemukjizatan al-Qur‟an dari aspek bahasa. Al-Qur‟an mempunyai


banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang
dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang Arab, sehingga
setiap orang Arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai
dengan irama yang telah menjawab watak dasar mereka. Dan mereka tidak
mampu menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu
bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka sendiri.

c. Bukti kemu‟jizatan al-Qur‟an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.


Sebab perubahan bentuk lafal pada sebagian huruf dan kata memberikan
peluang untuk diambil istinbat hukum. Hal ini yang menyebabkna al-Qur‟an
relevan di setiap zaman. Oleh karena itu, fuqaha‟ dalam ber-istinbat berhujjah
dengan qira‟at bagi ketujuh huruf ini.14

C. Kesimpulan
Banyak hadits yang menerangkan Al-Qur‟an diturunkan ke Rasulullah dengan
tujuh Huruf. Kemudian banyak ulama yang memberikan pendapatnya mengenai
hadits-hadits tersebut seperti Imam Ibnu Jarir at-Thabari, Manna‟ Qattan. Imam Az-
Zarqoni, dan masih banyak lagi. Tetapi pendapat yang paling rajih adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab yang mencakup satu makna. Mengenai
keberadaan tujuh bahasa tersebut, sekarang kita tidak bisa lagi menemukannya,
karena yang kita gunakan sekarang adalah Mushaf Utsmani yang mengambil salah
satu huruf saja. Hal tersebut bertujuan untuk menghilanngkan perbedaan qira‟at,
mencegah fitnah, dan mempersatukan umat. Adapun hikmah yang bisa kita ambil dari
turunnya al-Qur‟an dalam tujuh huruf adalah Allah ingin memudahkan kita semua
untuk membacanya, selain itu turunnya al-Qur‟an dalam tujuh huruf semakin
membuktikan bahwa al-Qur‟an adalah kitab yang merupakan mu‟jizat terbesar.
13
Ibid., 153.
14
Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur‟an (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), 125.

11
Daftar Pustaka

Shabuni (as), Muhammad Ali. At Tibyan fii Ulumil Qur‟an. Jakarta: Dar al-Mawahib
al-Islamiyah.2016.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Ulumul Qur‟an. Yogyakarta: Itqan Publishing. 2017.

Mufron, Ali. Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur‟an. Yogyakarta: Aura Pustaka. 2014.

Qattan, Manna‟. Mabahits fii „Ulumil Qur‟an. t.tp.: Dar al-„Ilmi wal Iman. t.th.

12

Anda mungkin juga menyukai