Kelas : IQT 3A
NIM : 2019.01.01.1240
Hari/Tgl : Senin/11 Januari 2021
Lafadz shalat sendiri disebutkan kurang lebihya sebanyak 60 kali didalam Al-Qur’an, hal
ini menunjukkan bahwa alangkah pentingnya dalam mengerjakan shalat itu bagi diri kita sendiri,
baik secara jasmani maupun rohani. Makna dari lafadz shalat menurut arti bahasa yaitu “rahmat
atau doa”.1 Dan lafadz shalat telah difirmankan Allah SWT kepada umatnya disurat Al-Baqarah
Ayat 238, yang berbunyi:
ِِ ِ ِ ُات والصَّاَل ِة الْوسطَى وق
ِ َّ حافِظُوا علَى
َ وموا للَّه قَانت
ني ُ َ ٰ ُْ َ الصلَ َو َ َ
Artinnya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'”.
Tafsir ayat: (Peliharalah semua salatmu), yakni yang lima waktu dengan
mengerjakannya pada waktunya (dan salat wustha atau pertengahan).
Ditemui beberapa pendapat, ada yang mengatakan shalat asar, subuh,
1
Sazali, “Signifikansi Ibadah Sholat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani Dan Rohani”, Ilmu dan Budaya,
Volume : 40, No.52, Juli /2016.
zuhur atau selainnya dan disebutkan secara khusus karena
keistimewaannya. (Berdirilah untuk Allah) dalam salatmu itu (dalam
keadaan taat) atau patuh, berdasarkan sabda Nabi saw., "Setiap qunut
dalam Al-Qur’an itu maksudnya ialah taat" (H.R. Ahmad dan lain-
lainnya). Ada pula yang mengatakan khusyuk atau diam, berdasarkan
hadis Zaid bin Arqam, katanya, "Mulanya kami berkata-kata dalam shalat,
hingga turunlah ayat tersebut, maka kami pun disuruh diam dan dilarang
bercakap-cakap." (H.R. Bukhari dan Muslim).2
Maksud dari kata As-shalah di sini adalah do’a. Kata shalat merupakan bentuk isim yang
1. Sebagian ulama’ tafsir termasuk Al-Alusi sebagaimana lafadz الذكرyang sama maknanya
dengan األمن فصلوا صالة telah disabdakan oleh Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 239,
yang berbunyi:
فَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم فَ ِر َجااًل أ َْو ُرْكبَانًا ۖ فَِإذَا أ َِمْنتُ ْم فَاذْ ُكُروا اللَّهَ َك َما َعلَّ َم ُك ْم َما مَلْ تَ ُكونُوا َت ْعلَ ُمو َن
Artinnya: “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah
sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman,
maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Tafsir ayat: “(Jika kamu dalam keadaan takut) baik terhadap musuh,
maupun banjir atau binatang buas (maka sambil berjalan kaki) jamak dari
2
Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi, “tafsir al-Jalalain”, cet. Dar Al-Hadist Al-Qahar hal. 52
3
Sazali, “Signifikansi Ibadah Sholat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani Dan Rohani”, Ilmu dan Budaya,
Volume : 40, No.52, Juli /2016.
raajil, artinya salatlah sambil jalan kaki (atau berkendaraan), 'rukbaanan'
jamak dari 'raakib', maksudnya bagaimana sedapatnya, baik menghadap
kiblat atau tidak mau memberi isyarat saat rukuk dan sujud. (Kemudian
apabila kamu telah aman), yakni dari ketakutan, (maka sebutlah Allah),
artinya salatlah (sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa-apa
yang tidak kamu ketahui), yakni sebelum diajarkan-Nya itu berupa fardu
dan syarat-syaratnya. 'Kaf' berarti 'umpama' dan 'maa' mashdariyah atau
maushuulah.”4
2. Lafadz استغفارOleh Mujahid dan sebagian ulama yang lain menafsirkan kata tersebut
dengan “ يصلونmereka salat” karena di dalam shalat terdapat pemohonan ampunan dan di
saat itulah istighfar paling baik dipanjatkan, seperti yang tertuang didalam QS. Al
Dzariyat; 18, yang berbunyi:
3. Lafadz القرآن yang mempunyai arti َة الصَّاَلdalam QS. Al Isra’ ; 78, yang berbunyi:
س إِىَل ٰ َغ َس ِق اللَّْي ِل َوُق ْرآ َن الْ َف ْج ِر ۖ إِ َّن ُقْرآ َن الْ َف ْج ِر َكا َن ِ ِ ِ
ودا
ً َم ْش ُه ْ أَق ِم الصَّاَل َة ل ُدلُوك الش
ِ َّم
4
Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi, “tafsir al-Jalalain”, cet. Dar Al-Hadist Al-Qahar hal,
52.
5
Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi, “tafsir al-Jalalain”, cet. Dar Al-Hadist Al-Qahar hal.
623.
Tafsir ayat: “(Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir) artinya
sejak dari matahari tergelincir (sampai gelap malam) hingga kegelapan
malam tiba; yang dimaksud adalah salat zuhur, asar, magrib dan isyak (dan
bacaan di waktu fajar) yakni salat subuh (sesungguhnya bacaan di waktu
fajar/salat subuh itu disaksikan) oleh malaikat-malaikat yang berjaga pada
malam hari dan malaikat-malaikat yang berjaga pada siang hari.”6
Ada beberapa makna mengenai lafadz shalat itu sendiri selain shalat lima waktu dalam Al-
Qur’an yang dimana diantaranya:
1. Yang bermakna untuk mendoakan, Ini bisa dikatakan begitu karena telah disebutkan
dalam firman Allah SWT, Q.S. At-Taubah (9): 103.
َسبِياًل
Artinnya: “Katakanlah, Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan
nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna
6
Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi, “tafsir al-Jalalain”, cet. Dar Al-Hadist Al-Qahar hal.
368.
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu”.
Lafadz shalat yang berikutnya mengandung makna membaca Al-Qur’an sebagaimana
yang tertulis diatas, dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam shalat dengan lantang
tanpa ragu sama sekali.
3. Dimaknai sebagai pemberi berkah dan rahmat, seperti yang di sabdakan Allah SWT
disurat Al-Ahzab Ayat 56, yang berbunyi:
ِ ِ ِ َّ ِ
ً صلُّوا َعلَْيه َو َسلِّ ُموا تَ ْسل
يما َ ُإِ َّن اللَّهَ َوَماَل ئ َكتَهُ ي
َ صلُّو َن َعلَى النَّيِب ِّ ۚ يَا أَيُّ َها الذ
َ ين َآمنُوا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Dengan kita bershalawat kepada beliau Nabi Muhammad SAW, itu dapat
dimaknai dengan shalat menurut Al-Qur’an sesuai dengan konteks kalimat diatas.
Didalam Al-Qur’an pun disebutkan perincian shalat-shalat dimulai dari shalat wajib,
sunnah, bahkan maktubah. Yang mana semua termaktub dalam Al-Qur’an secara jelas
yang diantaranya:
1. Melaksanakan shalat maktubah adalah wajib kita lakukan seperti yang telah Allah
firmankan dalam Al-Qur’an surat Q.S. Al-Isra' Ayat 78, yang berbunyi:
ِ ِ ِ
ً س إِىَل ٰ َغ َس ِق اللَّْي ِل َوُق ْرآ َن الْ َف ْج ِر ۖ إِ َّن ُقْرآ َن الْ َف ْج ِر َكا َن َم ْش ُه
ودا ْ أَق ِم الصَّاَل َة ل ُدلُوك الش
ِ َّم
اس َع ْوا إِىَل ٰ ِذ ْك ِر اللَّ ِه َوذَ ُروا الَْبْي َع ۚ ٰذَلِ ُك ْم َخْيٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم ِ ِ ِ ِ ِ ود ِ ِ ِ َّ
ْ َي للصَّاَل ة م ْن َي ْوم اجْلُ ُم َعة ف
َ ُين َآمنُوا إذَا ن
َ يَا أَيُّ َها الذ
َت ْعلَ ُمو َن
Artinnya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Tafsi ayat: (Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan salat pada) huruf min di sini bermakna fi, yakni pada (hari
Jumat maka bersegeralah kalian) yakni cepat-cepatlah kalian berangkat
(untuk mengingat Allah) yakni shalat (dan tinggalkanlah jual beli)
tinggalkanlah transaksi jual beli itu. (Yang demikian itu lebih baik bagi
kalian jika kalian mengetahui) bahwasanya hal ini lebih baik, maka
kerjakanlah ia.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa shalat Jumat memiliki keutamaan
lebih dari apapun. Jauh lebih penting menunaikan shalat Jumat dibandingkan meneruskan
pekerjaan yang tengah dilakukan.
3. Ayat yang mengenai shalat jenazah, didalam Al-Qur’an surat At-Taubah Ayat 84, yang
berbunyi:
ِ َواَل تُص ِّل علَى أَح ٍد ِمْنهم مات أَب ًدا واَل َت ُقم علَى َق ِِه ۖ إِنَّهم َك َفروا بِاللَّ ِه ورسولِِه وماتُوا وهم ف
اس ُقو َن ْ ُ َ َ َ ُ ََ ُ ْ ُ َ َ َ ٰ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ٰ رْب
Artinnya: “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah
dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.”
Tafsir ayat: Ketika Nabi SAW melakukan salat jenazah atas kematian Ibnu
Ubay (pemimpin orang-orang munafik), maka turunlah firman-Nya: (Dan
janganlah kamu sekali-kali menyalatkan jenazah seorang yang mati di
antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya) untuk keperluan
menguburkannya atau menziarahinya. (Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik) yaitu
dalam keadaan kafir.7
Makna yang terkandung di dalam surat tersebut berkaitan dengan sholat jenazah.
Allah SWT memperingati untuk tidak menyolatkan dan mendoakan jenazah yang
termasuk ke dalam golongan orang munafik. Ini didasari karena orang yang meninggal
dalam keadaan seperti itu tidak berhak untuk disholatkan dan didoakan.
7
Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi, “tafsir al-Jalalain”, cet. Dar Al-Hadist Al-Qahar hal.
255