Anda di halaman 1dari 12

Nama: Mochamad Arif Dziniam Makul: Ulumul Hadist II

Kelas: IQT 3A

NIM: 2019.01.01.1240

Makna

ILMU HADITS

Ilmu hadits dimaksudkan untuk dua arti :


Pertama: dimaksudkan untuk arti memindahkan dan meriwayatkan semua hal yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW. Ilmu hadits dalam arti ini disebut ilmu hadits riwayah.
Kedua: dimaksud untuk arti sistematika atau metodologi yang dibuat rujukan dalam
menentukan kualitas (mutu) suatu hadits dari segi hal ihwal para perowinya, baik penguasaan
haditsnya maupun keadilannya, dan dari segi hal ihwal sanad yang mencakup tersambung dan
terputusnya sanad. Ilmu hadits dalam arti ini dikenal dengan ilmu hadits diroyah.

ILMU HADITS RIWAYAH

Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mencakup pemindahan dan periwayatan segala sesuatu
yang disandarkan kepada Rasulallah SAW yang berupa sabda-sabda yang beliau ucapkan dan
perilaku yang tindakan atau ketetapan beliau (yakni sesuatu yang dikerjakan dihadapkan nabi
dan beliau mendiamkannya menetapkannya dengan sikap) atau sifat-sifat beliau (yaitu
kepribadian nabi Muhammad SAW dan kisah perjalanan hidup beliau sebelum diutus dan
sesudahnya) atau yang mencakup sesuatu yang disandarkan kepada sahabat atau tabiin.

Pokok pembahasan

pembahasan ilmu hadits riwayah adalah pribadi Rosulallah SAW dari segi ucapan, tindakan dan
ketetapan-ketetapan.

Faidah

Faidah atau manfaat ilmu hadits riwayah adalah untuk menjaga sunnah an-nabawiyyah, yang
didalamnya terkandung pula faidah melestarikannya agar tidak musnah, mengetahui dan
menyebarkannya diantara kaum muslimin dengan sungguh-sungguh serta tidak terkikisnya
sunnah an-nabawiyyah.

Penulisnya

Muhammad bin Muslim bin Ubaydullah bin Abdullah bin Shihab al-Zuhri, yang wafat pada
tahun 125 H, dalam pergantian sayidina Umar bin Abdul Aziz, yang berarti bahwa dialah orang
pertama yang menulis dan mengumpulkannya atas perintah Khalifah Rashid, Sayidina Umar
bin Abdul Aziz, karena dia menulis kepada orang-orang di cakrawala: untuk melihat apa itu
dari hadits Rasulullah atau Sunnahnya, jadi tulislah, karena saya takut hikmah ilmunya dan para
ulama hilang.

ILMU HADITS DIROYAH

Ilmu hadits diroyah disebut juga ilmu ushul al-hadits atau ushul riwayatul hadits atau ilmu
mushtholah al-hadits atau ilmu mushtholah ahli atsar. Nama ini, yakni ilmu mushtholah hadits
atau ilmu mushtholah ahli atsar adalah yang termasyhur dan lebih gamblang. Nama ini lebih
menunjukkan objek yang dimaksud didalamnya tidak terdapat sesuatu yang samar dan
menjadikan salah faham.

Al-hafidz ibnu hajar al-atsqolani juga menggunakan istilah ini. Beliau menamakan risalahnya
yang terkenal itu dengan “nuhbatul fikar fi mushtholahil ahli al-atsar”. Sedang arti mushtholah
(dalam judul risalah tersebut) adalah sesuatu berupa kaidah-kaidah dan dasar-dasar yang
disepakati para ahli hadits.

Definisi yang masyhur

Pengertian yang terkenal untuk ilmu mushtholah hadits adalah ilmu tentang aturan-aturan
(kaidah, qonun, undang-undang) untuk mengetahui hal ihwal sanad dan matan.

Penjelasan definisi

Qonun / aturan-aturan: sesuatu yang merangkum parsial-parsial (juz, bagian, segmen) baik
sesuatu itu berupa ta’rif atau kaidah.

Sanad: jalan (rute, lintasan) perhubungan sampai pada matan. Yakni para perowi yang
menghubungkan rangkaian sampai matan hadits dengan proses periwayatan dari guru hingga
mencapai lafadz hadits (dalam arti lain sanad adalah lintasan berupa rowi untuk sampainya pada
matan hadits, penulis). Jalan itu disebut sanad (sandaran) karena bersandarnya para Hafidz ahli
hadits kepadanya dalam menilai suatu hadits.

Matan: kalam setelah akhir sanad.

Isnad: menyebut dan mengisahkan jalan menuju matan, terkadang yang di kehendaki dengan
sanad adalah isnad, terkadang juga sebaliknya, yang di kehendaki isnad adalah sanad, maka
keduanya adalah sinonim.

Seperti contonya adalah perkataan Imam Bukhori dalam kitabnya ” fadloilul madinah”

‫ حدثني خبيب بن عبد الرحمن عن حفص بن عاصم عن‬: ‫حدثنا مسدد عن يحي عن عبداهلل بن عمر قال‬

‫ (ما بين بيتي ومنبرى روضة من رياض الجنة‬: ‫أبي هريرة رضي اهلل عنه عن النبي صلى اهلل عليه وسلم قال‬

‫ومنبرى على الحوض) رواه البخارى فى كتاب فضا ئل المدينة‬

Maka Musaddad dan rowi sesudahnya sampai Abi Hurairah inilah yang disebut SANAD. Dan
sabda Rasulullah SAW ‫ ما بين‬sampai sempurna hadits ini disebut matan.

Hal ihwal sanad dan matan: sesuatu yang mempengaruhi matan berupa :

1. Marfu’

2. Mauquf

3. Syadz

4. Shohih

Dan sesuatu yang mempengaruhi sanad berupa: sambung, terputus, derajat tinggi dan
rendahnya suatu sanad {yang akan di bahas penjelasannya nanti}.

Bila engkau telah mengetahui definisi ilmu hadits diroyah, maka tinggal engkau ketahui tentang
obyek bahasan ilmu hadits diroyah.

Adapun obyek bahasan ilmu hadits diroyah adalah perowi dan yang di riwayatkannya, dari segi
di terimanya atau di tolaknya.
Sedang fa’idah {buah}. Ilmu hadits diroyah adalah mengetahui hadits yang di terima atau di
tolak.

Dan penyusun ilmu ini adalah Qodli Abu Muhammad al-Hasan bin Abdir Rohman bin Khollad
yang masyhur dengan nama Arroma Hurmuzi. Dia adalah orang yang pertama yang menyusun
disiplin ilmu ini. Dengan membaca fathah mim-Nya dan dlomah ha’-Nya dan sukun ra’yang
kedua-Nya dan dlomah mim yang kedua-Nya.

Ini adalah yang pertama diklasifikasi dalam istilah fan ini.

KEUTAMAAN ILMU HADITS DAN KEMULIYAAN PARA AHLINYA

Telah banyak hadits dari Rasulullah SAW tentang keutamaan ilmu hadits. Kami akan sebutkan
beberapa hadits yang sudah terkenal:

‫ قال صلى اهلل عليه وسلم (اولى الناس بي يوم القيامة اكثرهم على‬:‫ عن ابن مسعود رضي اهلل عنه قال‬-‫ا‬

‫صالة) رواه الترمذى وحسنه‬

Diriwayatkan dari Abi Mas’ud r.a. beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Manusia
yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca
sholawat kepadaku.”(H.R. Turmudzi dan ia menilai sebagai hadits hasan).

Ini adalah martabat yang mulia yang di khususkan bagi para perowi hadits dan penuqilnya,
karena sesungguhnya tidak di ketahui kelompok ulama’ yang paling banyak membaca sholawat
selain dari kelompok perowi hadits ini, mereka senantiasa menyebut sholawat dalam lampiran-
lampiran mereka dan menghaturkan salam dalam kebanyakan waktu mereka di majlis
mudzakaroh dan ilmiah mereka.

‫ (نضر اهلل امراء سمع‬: ‫ سمععت رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يقول‬:‫عن ابن مسعود رضي اهلل عنه قال‬

)‫سامع‬ ‫منا شيئا فأبلغه كما سمعه فرب مبلغ اوعى له من‬

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. beliau berkata: “saya mendengar Rosulullah SAW
bersabda: ‘semoga membinar-binarkan (memberi cahaya) seseorang yang mendengar sesuatu
dariku kemudian ia menyampaikan sebagaimana ia mendengarnya, Maka banyak sekali orang
yang banyak di beri penyampaian hadits itu lebih paham dari pada orang yang mendengar.
(H.R. Turmudzi, dan kata beliau ini hadits hasan atau shohih).

Demikianlah beliau Rosulullah SAW. mengkhususkan para perowi dengan do’a yang orang lain
dari umat, tidak beliau sertakan.

‫ ينفو عنه تحريف الغالين وانتحال‬, ‫ (يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله‬: ‫قال صلى اهلل عليه وسلم‬

‫المبطلين وتأويل الجاهلين) رواه البيهقي فى المدخل وذكر القسطال نى انه يصير بطرقه حسنا‬.

Rosulullah SAW. bersabda: “hanya orang-orang yang adil dari setiap generasi
peneruslah yang akan menanggung ilmu hadits ini, mereka akan menghilangkan perubahan
perubahan yang akan di lakukan para “ekstrimis” dan uraian-uraian orang-orang pengakuan,
juga penafsiran-penafsiran orang-orang bodoh” (H.R. al-Baihaqi dalam kitab al-Madkhol dan
Qosthulani menyebutkan bahwa hadits tersebut dengan sekian sanadnya menjadi hadits hasan).

Dalam hadits ini juga terkadang penjelasn tentang ahli hadits.

DEVINISI-DEVINISI AWAL

Hadits menurut bahasa berarti lawan dari Qodim (dahulu).

Dan secara istilah berarti sesuatu yang di sandarkan kepada Rosulullah SAW berupa ucapan,
perbuatan, tindakan ataupun ketetapan atau sampai sahabat atau tabiin.

Sunnah menurut bahasa berarti jalan.

Sedangkan menurut istilah berarti sesuatu yang di sandarkan kepada Nabiyullah Muhammad
SAW baik berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan atau sampai sahabat atau tabiin, karena
dalam hal ini sinonim dengan hadist dalam pengertian yang lebih tinggi, dan telah di ucapkan:
hadist yang khusus dengan ucapan dan perbuatan nabi Muhammad SAW dan sunnah yang
sifatnya umum.

Khobar secara lughot adalah lawankata insya’ (ucapan yang tidak mengandung kebenaraan dan
kesalahan).

Dan khobar menurut istilah adalah:


1. Menurut suatu pendapat, sinonim (searti), dengan hadits
2. Menurut suatu pendapat, khobar adalah sesuatu yang datang selain dari nabi
Muhammad SAW beranjak dari perbeda’an ini maka di katakanlah bagi orang yang
berkecimpung dalam hadits: muhaddits, dan bagi mereka yang berkecimpung dalam
tarikh dan sejenisnya, Akhbari.
3. Menurut suatu pendapat, hadits lebih khusus dari pada khobar, semua hadits berarti
khobar tetapi tidak bisa sebaliknya.

Atsar secara bahasa adalah bekas- bekas rumah.

Sedangkan menurut istilah adalah:

1. Menurut suatu pendapat, sinonim dengan hadits. Sebagaimana pendapat imam nawawi
bahwa para ahli hadits menamakan hadits marfu’ dan mauquf dengan nama atsar.
2. Menurut suatu pendapat, atsar adalah suatu yang datang dari sahabat, dalam arti bahwa
atsar adalah hadits mauquf, dan barang kali alasannya bahwa atsar adalah bekas-bekas
sesuatu. Sedangkan khobar adalah sesuatu yang di ceritakan, ketika ucapan para
shohabat adalah “bekas” (pengaruh) dari ucapan Rosulullah SAW dan pokok semua
khobar adalah dari rosul, maka pantas bila ucapan shohabat di sebut atsar dan ucapan
al-Musthofa disebut khobar.

Dari keterangan ini maka menjadi jelaslah bahwa sunnah, hadits, khobar dan atsar adalah
lafadz-lafadz yang sinonim untuk makna yang satu, yaitu sesuatu yang di sandarkan kepada
nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, tindakan ketetapan berupa sifat-sifat beliau; atau
sesuatu tadi di sandarkan kepada sahabat atau tabi’in.

Situasi periwayatan dari Rosulullah SAW, sahabat atau tabi’inlah yang menjelas-bedakan serta
mengarahkan pengertian istilah-istilah tersebut.

HADITS QUDSI

Di nisbatkan dengan kata Quds. Quds artinya bersih dan suci. Yang di kehendaki adalah hadits
ilahi (di sesuaikan dengan kata ilah) dan hadits robani (di sesuaikan dengan kata Robbi Jalla
Wa’ala).
Hadits qudsi secara istilah adalah sesuatu yang di sandarkan oleh Rosulullah SAW kepada
tuhan beliau Allah azza wa jalla selain dari al-qur’an.

Contoh: ‫فال‬ ‫ عليكم‬S‫ ياعبادى إنى حرمت الظلم على نفسى وجعلته محرما‬: ‫قال اهلل تبارك وتعالى‬

‫ الحديث‬... ‫تظالموا‬

Allah berfirman tabaroka wa ta’ala: “wahai hamba-hambaku sesungguhnya aku mengharamkan


aniaya atas diriku sendiri dan aku menjadikannya haram atasmu semua, maka janganlah engkau
semua saling menganiaya..(sampai sempurna hadits)”.

Atau seperti ucapan sahabat, misalnya: “Rosulullah SAW bersabda, dalam hadits yang beliau
riwayatkan dari Allah Azza Wa Jalla.., demikian”.

Hadits qudsi di sebut hadits karena ia berasal dari sabda Rosulullah SAW dan dari hikayat
beliau akan isi hadits tersebut dari tuhannya, dan di sebut hadits qudsi karena hadits tersebut di
sandarkan kepada Allah Azza Jalla wa ’Ala, dari segi bahwa la-lah pembicaranya dan yang
memunculkan isi materi hadits. Dia Allah maha suci dari segala yang tidak layak buat dia.

Dengan mengerti hakikat hadits qudsi, maka menjadi jelaslah perbedaan antara hadits qudsi, al-
qur’an, dan hadits nabawi.

PERBEDA’AN ANTARA HADITS QUDSI DAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an menjadi spesifik dengan beberaapa keistimewaan dan kekhususan yang tidak di
miliki hadits, keistimewaan dan kekhusu’an itu menggambarkan kepada perbeda’an antara al-
qur’an dan hadits.

1. Keistimewa’an dan kekhususan itu al-qur’an adalah mu’jizat yang abadi sepanjang
masa, terjaga dari perubahan dan penggantian, mutawatir lafadznya dalam semua kata,
huruf dan gaya bahasanya.
2. Haram meriwayatkan dengan makna
3. Haram memegangnya bagi orang yang punya hadats dan haram membacanya bagi orang
yang junub dan serupanya
4. Wajib di baca dalam sholat
5. Di namakannya al-Qur’an
6. Di buat ibadah dengan membaca setiap huruf dari al-qur’an menyamai 10 kebaikan
7. Dinamakannya sekelompok dari al-qur’an dengan sebutan ayat dan di sebutnya ukuran
tertentu dari ayat dengan istilah surat
8. Lafadz dan maknanya dari Allah, dengan wahyu yang jelas dengan kesepakatan
ulama’,berbeda dengan hadist khususnya diatas tidak dimiliki oleh hadits.

MACAM-MACAM ILMU HADITS

Kebanyakan ulama’ membagi hadits nabawi menjadi 2 bagian yaitu: diterima (maqbul) dan
ditolak (mardud)

Arti dari Hadits maqbul adalah bahwa penuqilnya, yakni mereka yang memindah hadits dan
mengembannya terkumpul pada diri mereka sifat-sifat yang menyebabkan hadits mereka
diterima. karena itulah hadits yang mereka nuqil ditema menurut para ulama’.

Sedangkan arti hadits mardud adalah para diri penuqil dan pengembannya tidak terdapat sifat-
sifat diterima, karena itulah hadits yang mereka nuqil ditolak.

Hadits maqbul tersebut, oleh para ulama’ mustholah dinamakan sebagai hadits shohih, dan
hadits yang ditolak mereka namakan hadits dhoif.

Berhubung sifat-sifat yang di terima terkadang terpenuhi secara sempurna dalam diri perowi
dan kadang berkurang sedikit, maka hal tersebut terimplikasi bahwa hadits maqbul terpilih
menjadi 2 derajat; derajat tinggi dan derajat sedikit di bawahnya, hadist yang mengandung sifat-
sifat tertinggi di sebut hadits shohih dan yang mengandung derajat sedikit di bawahnya di sebut
hadits hasan.

Dari keterangan ini dapat di simpulkan bahwa hadits itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu shohih,
hasan dan dho’if.

SHOHIH

Shohih secara lughot berarti lawan dari sakit.

Secara istilah adalah hadits yang mengandung sifat yang diterima paling tinggi, yaitu ada 5:
Pertama sanad yang muttasil (sambung), arti dari muttasil adalah setiap rowi dari semua rowi
mendengar dari orang diatasnya dengan pasti, dan orang yang diatasnya tadi mendengar dari
orang diatasnya lagi, demikian seterusnya sampai akhir sanad.

Contoh : Perkataan Imam Bukhori misalnya : Abdullah bin Yusuf menceritakan hadits
kepadaku, ia berkata: “Malik memberiku kabar dari Abu Zinad, dia dari al-A’roj, dari Abi
Hurairah, sesungguhnya Abi Hurairah berkata : bahwa Rasulullah SAW bersabda :

‫طعام اإلثنين كافي الثالثة‬

Artinya: “makanan dua orang itu bisa mencukupi tiga orang”. (HR. Bukhori dalam kitab Al-
Ath’imah)

Ini adalah sanad yang muttasil, artinya Imam Bukhori benar-benar telah mendengar hadits dari
Abdullah, kemudian Abdullah mendengar hadits tersebut dari malik, dan malik mendengarnya
dari Abu Zinad,dan Abu Zinad mendengar dari Al-A’roj dan Al-A’roj mendengarnya dari Abu
Huroiroh dan Abu Hurairah mendengarnya dari Rosulullah SAW.

Kemuttasilan ini berimplikasi wujudnya rowi A pada zaman rowi sebelumnya (rowi B) dan
wujudnya rowi B tersebut pada zaman rowi diatasnya (rowi C) sehingga dengan demikian
kepastian mendengarnya perowi dari orang sebelumnya dan muttasilnya ia dengan orang
diatasnya.

Kedua keadilan sang perowi, yakni setiap rowi dari perowi – perowi hadits dalam sanad
tersebut harus adil.

Adil adalah sifat orang muslim yang selamat dari sifat fasiq, dan pernik-pernik tabiat rendah,
maka orang kafir, orang fasiq, orang gila, dan orang yang tidak diketahui tingkah lakunya,
mereka semua bukanlah orang adil, lain dengan wanita, mereka masih di terima riwayatnya bila
muslimat, selamat dari fasiq dan sifat-sifat yang rendah, demikian pula budak, mereka juga di
terima riwayatnya, bila muslim berakal, selamat dari fasiq dan sifat yang rendah.

Bisa pula kita katankan bahwa keadilan rowi adalah bersihnya perilaku dan harumnya biografi
mereka, karakteristik ini berkait dengan satu aspek akhlak perowi, masih ada sarat aspek
keilmuan karena tidak otomatis keberadaan si perowiitu adil, sholih, takwa dalam dirinya,
lantas perowi itu hafidz, baik dan mengkokohkan periwayatanya.

Paduan dari syarat-syarat inilah para ulama menyebutnya dlobit, hafal yang paling paripurna
adalah syarat yang ketiga dari syarat-syarat hadits shohih.

Ketiga paripurna hafalan (tamamuddlobti), sempurna hafalan. Yang di maksud tamamuddlobti


adalah seorang perowi hadits berada pada puncak derajat dengan kemampuannya mengingat
apa yang dia dengar di hatinya dengan arti ia bisa mengedepankan kapan ia mau. Makaorang
yang banyak lupa itu orang yang banyak membuat kesalahan bukanlah termasuk
tamamuddlobti, demikian pula orang yang rendah daya hafalanya.

Keempat terbebas dari syadz-syadz artinya seorang rowi tsiqoh riwayatnya tidak berbeda dari
riwayat rowi-rowi lain yang lebih tsiqoh dari pada dia.

Kelima, terbebas dari “ilat”, aartinya hadits tersebut tidak terdapat ilatnya, ilat adalah ciri (sifat)
yang samar yang merusak diterimanya hadits, padahal hadits tersebut kelihatan selamat darinya.

Hukum hadits shohih yaitu: dia dibuat hujjah / dalil dalam aqidah dan hukum, demikian wajib
membatalkannya.

HASAN

Hasan menurut bahasa berarti sesuatu yang disukai nafsu.

Sedang secara istilah hadits hasan adalah hadits yang sambung sanadnya dengan penuqilan rowi
adil, yang taraf kedlobitannya dibawah rowi hadits shohih, juga terlepas dari syadz dan ilat.

Dengan demikian, maka syarat hadits hasan ada lima:

1. Muttasil sanadnya
2. Adil rowinya
3. Dlobit rowinya (yang dikehendaki kedlobitannya dibawah rowi hadits shohih)
4. Terlepas dari syadz syadz
5. Terlepas dari ilat.

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa syarat-syarat hadits hasan sama dengan syarat hadits
shohih selain syarat yang ketiga, yaitu dlobit dalam hadits shohih disyaratkan berada pada
derajat tertinggi, sedang dalam hadits hasan yang demikian tadi tidak disyaratkan, tetapi dengan
dlobit yang sederhana.

Contoh: haditsnya Muhammad bin Amr bin al-Qomah dari Abu Salamah dari Abu Huroiroh r.a.
Muhammad bin Amr ini di kenal dengan kejujurannya tetapi tidak paripurna (top) hafalannya.

Hukum hadits hasan

Ia seperti hadits hasan dalam hal kelayakan di buat hujjah, dalil dan di amalkan walaupun
kekuatannya dibawah hadits shohih. Oleh karnanya hadits shohihlebih di dahulukan ketika
terjadi pertentangan hokum.karna taraf hadits shohih lebih tinggi dari pada hadits hasan,karna
rowi- rowi hadits hasan derajatnya di bawah hadits shohih dalam hal kematonan dan
hafalan.sedang rowi-rowi hadits shohih berada pada puncak kedlobitan hafalan.

DLO’IF

Secara lughot berasl dari materi dlo’if (‫ )الضعف‬dengan dlommah dan fathah dlod berarti lawan

kata kuat.

Dan secara istilah dlo’if adalah hadits yang tidak terkumpul di dalam sifat-sifat hadits shohih
dan tidak pula sifat-sifat hadits hasan.

Hadits dlo’if di sebut juga dengan hadits mardud (tertolak) contohnya hadits

‫ان النبي صلى اهلل عليه وسلم توضأ ومسح على الجوربين‬

Sesungguhnya nabi Muhammad SAW berwudlu dengan mengusap pada dua jaurob (semacam
kaos kaki). Hadits ini dlo’if karna diriwayatkan dari qois al-audi.dia adalah rowi dlo’if.

Pembagian hadits dlo’if

Ulama’ berbeda pendapat dalam pembagian hadits dhoif. Sebagian menghitung sampai 81
bagian . ulama’ lain membagi sampai 49 bagian. Sebagian ulama’ lagi membagi sampai 42
bagian.

Tetapi semua bagian ini tidak meberi banyak faidah. Ibnu hajar berkata: “pembagian tersebut
melelah kan dan tidak ada keperluan di balik itu semua”. Di samping mereka (yang berbeda
pendapat dalam pembagian) tidak memberi untuk kita, nama khusus bagi setia ihwal dari ihwal-
ihwal ke dlo’ifan.

hukum hadits dlo’if

hadits dlo’if tidak bisa di amalkan dalam urusan aqidah dan hukum, tetapi bisa di amalkan
dalam urusan amal-amal fadilah, anjuran berbuat baik dan menakut nakuti dari berbuat jelek,
serta mendasari kisah kebesaran dengan beberapa sarat yg terperinci pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai