Anda di halaman 1dari 5

MATERI IV.

PENGUKURAN PERTUMBUHAN KECAMBAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan ukuran
baik dalam bentuk, volume, bobot, maupun jumlah sel akibat
penggandaan protoplasma. Tahap awal pertumbuhan tumbuhan
dimulai ketika biji berkecambah. Perkecambahan diawali dengan
penyerapan air dari lingkungan sekitar biji sehingga menyebabkan
kulit biji melunak dan ukuran biji membesar (Salisburry dan Ross,
1995 : 2).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai
ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih,
kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman
tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih
menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan
perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari
kecambah-kecambah yang baru berkecambah (Harjadi, 1979).
Perkecambahan dapat juga bermakna pemulaan kembali
pertumbuhan embrio di dalam biji. Syarat diperlukan adalah suhu
yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan ongkos
yang cukup bagi satu spesies mungkin tidak demikian bagi yang
lain, namun untuk setiap spesies harus dipenuhi tiga kondisi.
Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi
perkecambahan banyak biji terbuka cahaya untuk waktu yang
sesuai juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan untuk
beberapa kasus. Biji yang hanya akan berkecambah setelah lama
terkena cahaya matahari. Sebaliknya perkecambahan biji
tumbuhan gurun pasir tertentu justru terhalang kalau terkena
cahaya terlalu lama (Kimball, 1992).
Salah satu perilaku pertumbuhan dan perkembangan jenis
ini adalah proses perkecambahan biji serta pertumbuhan semai
setelah perkecambahan tersebut. Perkecambahan adalah proses
terben-tuknya kecambah (planula). Kecambah sendiri didefinisikan
sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan hidupnya
masih tergantung pada persediaan makanan yang terdapat dalam
biji. Kecambah tersebut akan berkembang menjadi semai atau
anakan atau seedling, yang pada tahap selanjutnya akan tumbuh
menjadi tumbuhan yang dewasa (Mudiana, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih
antara lain adalah tingkat kematangan benih, ketidaksempurnaan
embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji. Faktor
internal, faktor eksternal seperti suhu, air, dan oksigen maupun
cahaya juga mempengaruhi perkecambahan biji. Perkecambahan
tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari
lingkungan (Ardian, 2008).
Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat
produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai
tingkat produksi yang tinggi. Pada umumnya uji vigor benih hanya
sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk
mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu
digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada
korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya
produksi tanaman (Koes dan Arief, 2011).

2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pengukuran Pertumbuhan
Kecambah ini, yaitu untuk mengukur/menentukan kekuatan tumbuh
benih serta pertumbuhan akar dan batang kecambah.
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum dasar-dasar teknologi benih
mengenai Pengukuran Pertumbuhan Kecambah ini dilaksanakan
pada hari Kamis, 22 Oktober 2020 di rumah mahasiswa/i masing-
masing karena terkendala keadaan yang sedang terjadi yang
mengharuskan mahasiswa/i tidak dapat melakukan aktivitas kuliah
seperti bisanya.

2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu
adalah: kertas stensil, germinator miring, handsprayer, pinset dan
alat tulis. Bahan yang dibutuhkan yaitu benih tanaman (jagung,
padi, kedelai, dll).

3. Metode
Metode yang digunakan, yaitu diawali dengan Root and
Shoot Growth Test(RSGT) dimana benih dikecambahkan menurut
uji daya berkecambah menggunakan kertas stensil sebagai media
perkecambahan. Bedanya disini hanya digunakan 15 benih. Lalu,
benih diletakkan menurut garis lurus dari sisi memanjang yang
terletak kira-kira sepertiga dari sisi kertas. Benih, diletak masing-
masing diberi nomor 1 sampai dengan 15 pada kertas. Untuk benih
padi pengamatan pertama dilakukan 5 hari sesudah
perkecambahan (tergantung jenis benih). Pengamatan dilakukan
setiap dua hari berikutnya hingga 5 kali pengamatan. Panjang akar
dan batang tiap kecambah diukur dalam milimeter (mm) dapat
menggunakan mistar atau kertas millimeter block. Pada akhir
pengamatan, masing-masing panjang akar dan batang kecambah
dirata-ratakan. Pertambahan panjang akar dan batang pada setiap
pengamatan diplotkan dalam bentuk grafik untuk melihat laju
pertambahan panjang akar dan batangkecambah.
Selajutanya Seedling Growth Rate Test (SGRT), diawali
dengan benih dikecambahkan sebagaimana prosedur RSGT. Pada
akhir pengamatan atau hari ke-7 untuk jagung, hari ke- 14 untuk
padi dan hari ke-8 untuk kedelai, seluruh bagian organ penyimpan
cadangan makanan (endosperm dan kotiledon) dibuang
menggunakan pinset. Kecambah kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 800C selama 24 jam. Rata-rata bobot kering
kecambah dinyatakan dalam satuan mg.
C. Hasil dan Pembahasan

D. Daftar Pustaka

Ardian. 2008. Effect of heating treatment and heating time on the germination
of coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia 11: 25 – 33.

Harjadi, Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Penerbit PT. Gramedia,


Jakarta.

Kimball, J. W. 1992. Biology. Fifth Edition. Addison-Wesley Publishing


Company, New York.

Koes, F. dan R. Arief. 2011. Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap


Viabilitas dan Vigor Benih Jagung. Hal 548-555. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional Serealia, Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan
Diversifikasi Pangan. Maros 3-4 Oktober 2011. Balai Penelitian Tanaman
Serealia.

Mudiana, D. 2007. Germination of Syzygium cumini (L) skeells. Biodiversitas


8: 39-47.

Salisburry and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai