Anda di halaman 1dari 8

HUMANIORA

Ike Revita, Kata Penyukat dalam Bahasa Minangkabau

VOLUME 18 No. 1 Februari 2006 Halaman 55 - 62

KATA PENYUKAT DALAM


BAHASA MINANGKABAU
Ike Revita*

ABSTRACT
This study is an attempt to observe the traditional forms and the use of quantity-indicat-
ing quantifiers in Minangkabau Language. The data are taken from one of Minangkabau dia-
lects—Tanah Datar. Having been referred to the structural theories, the quantifiers in
Minangkabau language are variously categorized based on nouns following as well as the
result of the action.

Key words: quantifier, Minangkabau Language, category

PENGANTAR meminta beras lima kilogram. Setelah sekian


Pepatah mengatakan Lain lubuk lain lama menunggu, permintaan penulis tidak juga
ikannya, lain padang lain belalang. Sebagian dipenuhi, akhirnya penulis bertanya apakah
orang menterjemahkan pepatah ini dengan beras itu memang dijual atau tidak. Si penjual
“setiap daerah mempunyai adat dan kebiasaan menjawab “iya, tetapi bukan per kilo, melainkan
yang berbeda”. Adat dapat saja mencakup per gantang”. Jawaban itu membuat penulis
bahasa dan unsur penyusun bahasa itu sendiri, menyadari bahwa masyarakat di daerah ini
yaitu kata. mempunyaii gantang untuk satuan beras.
Ramlan (1985:7) mendefinisikan kata Beberapa waktu kemudian penulis ber-
sebagai satuan gramatik bebas yang terkecil. maksud membeli padi (gabah) untuk makanan
Kata bebas dipakai dalam arti secara gramatik burung. Kembali dengan percaya diri penulis
atau dengan kata lain dapat diisolasikan, misalnya meminta satu gantang gabah. Namun, jawaban
kata rumput, cantik, dua, kaki, dan meter. si penjual adalah gabah tidak dijual per
Setiap daerah, dengan bahasanya, mem- gantang. Asumsi awal penulis barangkali
punyai kosa kata sendiri-sendiri yang mem- gabah itu dijual dengan sistem karung (dalam
bedakannya dengan daerah lain. Kosa kata jumlah besar) dan tidak eceran. Yang membuat
yang berbeda itu dapat saja terjadi pada kata penulis heran orang yang membeli tidak ada
benda (atau nomina), kata kerja (atau verba), yang memikul karung, artinya semua pembeli
kata sifat (atau adjektiva), kata bilangan (atau membeli dalam jumlah sedikit. Akhirnya, setelah
numeralia), kata penyukat (atau penggolong), dan penulis tanyakan kepada salah satu pembeli,
kata-kata lainnya.1 barulah diketahui bahwa ukuran untuk padi
Terkait dengan kata penyukat (atau peng- adalah sukek bukan gantang.
golong), penulis pernah mengalami suatu Dua kejadian tersebut menyadarkan penulis
kejadian saat berbelanja di sebuah pasar bahwa di Sumatra Barat (Minangkabau) setiap
tradisional di Sumatra Barat. Pada saat itu, benda mempunyai satuan jumlah sendiri dan
penulis ingin membeli beras. Dengan perasaan berbeda dengan satuan jumlah yang dipakai
percaya diri yang tinggi, penulis langsung daerah lain atau yang umum dipakai. Misalnya,

* Staf Pengajar Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang

55
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 55−62

masyarakat di Yogyakarta memakai ukuran kilo satu frase yang disebut frase bilangan yang
(selain butir) untuk membeli telur. Namun, mungkin terletak di muka kata nominal
masyarakat di Minangkabau masyarakat (Ramlan, 1985:55). Contohnya adalah orang,
cenderung menggunakan lapiak (satu lapiak ekor, meter, biji, kotak dalam dua orang petani,
isinya 30 butir telur) sebagai satuan untuk telur tiga ekor gajah, satu meter kain, lima biji
(butir juga lazim dipakai jika yang dimaksud kedondong, dan beberapa kotak sabun.
adalah per satuan). Dalam bahasa Indonesia terdapat se-
Pengalaman tersebut membuat penulis jumlah kata penyukat yang penggunaannya
tertarik untuk membahas salah satu kelompok berbeda-beda. Penggunaan itu tergantung
kata, yaitu kata penyukat dalam bahasa kepada benda yang mengikutinya. Kata
Minangkabau. Namun, penulis hanya akan penyukat orang, misalnya, digunakan untuk
membahas beberapa dari sekian banyak manusia dan malaikat, misalnya tiga orang
satuan untuk kata penyukat yang dipakai dalam tamu dan seorang malaikat. Benda-benda ini
bahasa Minangkabau, yaitu kata penyukat dikelompokkan lagi berdasarkan satuannya
untuk menunjukkan satuan jumlah dan berat menjadi antara lain satuan jumlah, satuan
pada dialek Tanah Datar. berat, satuan panjang, dan satuan isi.
Dalam pembahasan, ada dua permasalah- Fenomena yang sama juga terjadi dalam
an yang ingin dijabarkan, yaitu (1) apa bentuk bahasa Minangkabau yang digunakan oleh
kata penyukat untuk menunjukkan satuan masyarakat Minangkabau yang berdomisili di
Kabupaten Tanah Datar—Dialek Tanah datar,
ukuran jumlah dan berat dalam bahasa Minang-
yang kata penyukatnya juga diikuti oleh benda
kabau? dan (2) kapan kata penyukat itu
dalam satuan-satuannya. Satuan-satuan ini
digunakan?
hampir sama dengan satuan-satuan dalam
Dari tulisan ini diharapkan bentuk dan
bahasa Indonesia seperti yang di-sebutkan di
penggunaan kata penyukat untuk menunjukkan
atas.
satuan jumlah dalam bahasa Minangkabau
Kata penyukat terbagi menjadi dua, yaitu
dapat dijelaskan. Selain itu, para pemakai
kata penyukat yang bersifat tradisional dan
bahasa Minangkabau dan mereka yang tertarik
nontradisional (modern). Kata penyukat yang
untuk mempelajari bahasa Minangkabau tidak
bersifat tradisional artinya penanda satuan atau
akan mengulangi kejadian yang sama dengan ukuran (kata penyukat) yang digunakan oleh
penulis saat menggunakan bahasa ini. masyarakat di daerah Minangkabau yang
Data diperoleh dari berbagai sumber sifatnya masih tradisional dan jarang lagi
seperti majalah, surat kabar, buku bacaan, dan dipakai, kecuali untuk benda-benda khusus
pemakaian lisan kata penyukat yang spontan atau dalam kondisi tertentu seperti jarek dan
dilakukan. Dalam pengumpulan data penulis rago untuk satuan jumlah, mato untuk satuan
menggunakan metode dan teknik triangulasi2 berat. Sementara itu, kata penyukat yang
dengan tujuan agar data yang didapat dari bersifat nontradisional adalah satuan (kata
banyak sumber itu dapat digunakan secara penyukat) yang lazim dipakai oleh masyarakat
bersama, saling mengontrol, saling meleng- banyak atau mungkin lazim digunakan di
kapi, dan saling mendukung. seluruh Indonesia seperti buah, butir, dan ekor
untuk satuan jumlah kilo; gram untuk satuan
KATA PENYUKAT berat; dan meter (m), centimeter (cm) untuk
Istilah kata penyukat 3 pertama kali satuan panjang.
digunakan oleh Madong Lubis dalam bukunya Pengkategorian kata penyukat lebih banyak
Paramasastra Lanjut. Kata penyukat 4 itu didasarkan pada jenis benda yang mengikuti-
sendiri adalah kata yang terletak di belakang nya. Di samping dengan melihat bentuk fisik
bilangan dan bersama kata itu membentuk benda itu, pengkategorian juga dilihat dari

56
Ike Revita, Kata Penyukat dalam Bahasa Minangkabau

bagian yang dimiliki oleh tumbuhan. Namun, dapat diikuti oleh hewan secara umum seperti
ada kata penyukat yang dipakai berdasarkan pada kalimat Lah bara ikua taranak kini tu?
pada sebagai hasil suatu perbuatan. Misalnya, ‘Sudah berapa ekor ternaknya sekarang?’.
kata penyukat karek dalam bahasa Minangkabau Karena masih terkait dengan jumlah dan
yang diikuti oleh kayu dalam duo karek kayu hewan, penyukat ikua dapat diikuti oleh ternak
‘dua potong kayu’ dan uleh yang hanya diikuti (hewan peliharaan yang bermanfaat dan
oleh limau (jeruk) dalam limo uleh limau ‘ lima menghasilkan). Namun, kata ternak dapat juga
ulas jeruk’. digunakan seperti dalam Ondeh … alah baribu
taranak kau, mah ‘Aduh, sudah beribu ternak
BENTUK-BENTUK KATA PENYUKAT kamu’. Taranak mengacu hewan kutu yang
Kata penyukat dalam bahasa Minangkabau hidup di kepala. Selain untuk tujuan humor,
sangat variatif, termasuk kata penyukat untuk penggunaannya dapat juga berfungsi sebagai
mengukur satuan jumlah. Dari data yang penghalus (eufimisme).
dikumpulkan penulis, ada sejumlah kata penyukat Buah adalah kata penyukat yang paling
sering dipakai, di samping ikua dan urang. Kata
yang penggunaannya berbeda tergantung
buah ini digunakan untuk menunjukkan satuan
kepada jenis benda yang mengikutinya.
benda pada umumnya yang dapat dihitung,
Berdasarkan jenis benda yang mengikuti, dapat
misalnya:
ditentukan ada kata penyukat urang ‘orang’,
ikua ‘ekor’, dan buah ‘buah’. limo buah rumah ‘lima buah rumah’
Urang “orang’ merupakan kata penyukat duo buah jalan ‘dua buah jalan’
yang lazim dipakai untuk manusia. Ini dapat ampek buah buku ‘empat buah buku’
dilihat pada data di bawah ini, tigo buah lubua ‘tiga buah kolam ikan’
limo urang tamu ‘Lima orang anam buah kurisi ‘enam buah kursi’
tamu’
duo puluah urang guru ‘Dua puluh orang Selain diikuti oleh benda konkret, kata buah
guru’ juga dapat digunakan untuk ukuran benda yang
abstrak seperti tigo buah pandapek ‘tiga buah
Dalam kalimat pemakaian urang ini dapat pendapat’ dan limo buah gagasan ‘lima buah
gagasan’. Dapat diasumsikan bahwa pemakaian
terlihat dalam contoh berikut.
buah pada gagasan merupakan pengaruh dari
A : Bara urang tamu nan tibo? bahasa Indonesia karena setelah dirujuk pada
‘Berapa orang tamu yang datang?’ tulisan berbahasa Minang dan ditanyakan
B : Limo urang. kepada penutur bahasa Minang asli lainnya,
‘Lima orang.’ asumsi itu dibenarkan. Namun, untuk pandapek
dan buah memang lazim dipakai jika di-
Selain untuk manusia penyukat urang hubungkan dengan kebiasaan masyarakat
dapat juga diikuti oleh malaikat, jin, dan dewa Minangkabau yang sering memutuskan
seperti sapuluh urang malaikat dalam ‘Ado sesuatu melalui rapat.
sapuluah urang malaikat nan harus awak Selain buah untuk menyukati benda yang
ketahui’. dapat dihitung, dalam bahasa Minangkabau
Kata penyukat ikua ‘ekor’ dipakai untuk juga dipakai bentuk penyukat lain yang
menunjukkan jumlah hewan. Misalnya, disesuaikan dengan bentuk fisik benda yang
saratuih ikua jawi ‘Seratus ekor sapi’ mengikutinya. Kata-kata penyukat yang
duo ikua kabau ‘Dua ekor kerbau’ dimaksud adalah alai ‘helai’, batang ‘batang’,
bilah ‘bilah’, dan butir ‘butir’.
Selain mengacu hewan yang definit Alai5 ‘helai’ merupakan satuan benda yang
(seperti sapi, kerbau, kambing) kata ikua juga berbentuk tipis dan lebar seperti kertas, daun,

57
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 55−62

kain, seng, atau papan. Contohnya sebagai hanya muncul pada peluru seperti limo butir
berikut. peluru (lima butir peluru). Kalaupun kelereng
duo alai kain panjang ‘dua helai kain dan telur dari segi bentuk juga bulat bundar dan
panjang’ kecil, ternyata masyarakat lebih lazim meng-
anam alai karateh ‘enam helai kertas’ gunakan buah, misalnya sapuluah buah
tigo alai daun ‘tiga helai daun’ kalereang ‘sepuluh buah kelereng’ dan limo
limo alai papan ‘lima helai papan’ buah talua ‘lima buah telur’, bukan sapuluah
butir kalereang dan limo butir talua, karena akan
Selain kata alai untuk kain, masyarakat di terdengar aneh dan lucu.
Minangkabau sering juga memakai kata buah Di samping penyukatan bentuk fisik benda
seperti duo buah kain panjang atau dua buah yang mengikuti, variasi kata penyukat juga
kain sarung. Menurut penulis, ini terjadi karena dipengaruhi adanya bagian tertentu yang dimiliki
pengaruh penggunaan kata buah yang jauh oleh fisik sebuah benda. Misalnya, pohon tebu
lebih sering dan dapat diikuti berbagai macam disukati dengan batang karena memiliki bentuk
benda. Begitu juga untuk uang karena bentuknya fisik yang bulat panjang, sementara bagian fisik
yang tipis dan lebar serta terbuat dari kertas dari batang pohon tebu, seperti ruas disukati
(untuk uang kertas), kata alai juga dapat menjadi dengan rueh ‘ruas’. Pada umumnya, kata
ukuran satuan jumlah seperti dalam Yah, duo penyukat seperti ini ditemukan pada tumbuh-
alai se nan bawarna merah tu ‘Yah, dua helai tumbuhan. Kata-kata penyukat yang dimaksud
saya yang berwarna merah itu’. Duo alai yang adalah tangkai ‘tangkai’, tandan ‘tandan’, dan
dimaksud adalah dua lembar/helai uang yang rueh ‘ruas’.
berwarna merah (senilai seratus ribu rupiah). Tangkai dipakai untuk menyukati benda/
Batang dipakai untuk menyukati benda tumbuh-tumbuhan yang memiliki tangkai.
yang berbentuk panjang bulat dan persegi. Misalnya, tigo tangkai bungo ‘tiga tangkai
Contohnya sebagai berikut. bunga’. Dalam bahasa Indonesia, tangkai juga
dapat dipakai untuk ukuran satuan sapu, seperti
lapan batang balok ‘delapan batang balok’
satu tangkai sapu, tetapi hal ini tidak terjadi
sabatang pensil ‘sebatang pensil’
dalam bahasa Minangkabau karena yang
duo batang batuang ‘dua batang bambu’
digunakan adalah buah, seperti duo buah sapu
‘dua buah sapu’. Jika yang dimaksud hanya
Selain diikuti benda mati, kata penyukat
bunga saja tanpa tangkai, digunakan kuntum
batang juga diikuti oleh tanaman yang berupa
untuk satuan ukuran, misalnya tigo kuntum
batang (pohon), misalnya sabatang karambia
bungo ‘tiga kuntum bunga’.
‘satu batang kelapa’ dan duo batang kalikih ‘dua
Kata penyukat tandan biasanya diikuti
batang pepaya’.
hanya oleh benda (tanaman) yang memiliki
Bilah merupakan kata yang dipakai untuk
tandan, seperti pisang dan kelapa. Untuk ini
menyukati benda yang bentuknya pipih dan
dapat dilihat pada contoh berikut.
panjang. Pemakaian penyukat bilah hanya
terjadi pada benda pisau dan parang seperti tujuah tandan pisang ‘tujuh tandan
sabilah pisau ‘sebilah pisau’ dan sabilah ladiang pisang’
‘sebilah parang’. anam tandan karambia ‘enam tandan
Butir merupakan penyukat yang sering kelapa’
dipakai untuk benda yang betuknya bundar dan Satu tandan pisang terdiri atas beberapa
kecil. Pemakaian kata penyukat butir kelihatannya sikek ‘sisir’, satu sisir terdiri atas beberapa
merupakan pengaruh dari bahasa Indonesia buah. Sementara itu, satu tandan kelapa terdiri
karena setelah penulis coba mencari benda- atas beberapa buah (kira-kira 10 sampai 15
benda yang diukur dengan satuan butir ini buah).

58
Ike Revita, Kata Penyukat dalam Bahasa Minangkabau

Pada tanaman seperti tebu dan bambu, Irih ‘iris’ merupakan kata penyukat yang
kata penyukat yang dipakai adalah rueh ‘ruas’ diikuti oleh benda karena hasil pengirisan.
jika yang dimaksud bagian (buku) dari tebu dan Misalnya, sairih mangga ‘satu iris mangga’
bambu itu. Misalnya tujuah irih bingku ’tujuh iris bengkoang’.
tigo rueh tabu ‘tiga ruas (buku) tebu’ Uleh ‘ulas’ adalah kata penyukat yang
lapan rueh batuang ‘delapan ruas (buku) hanya dapat diikuti oleh hasil benda yang telah
bambu’ diulas. Benda yang dapat diulas itu contohnya
adalah buah jeruk, seperti sauleh limau ‘satu
Rueh sama dengan buku dalam bahasa ulas jeruk’ dan limo uleh limau ’lima ulas jeruk’.
Dalam bahasa Indonesia, penyukat ulas juga
Indonesia. Kata rueh ini juga dapat diikuti oleh
dapat diikuti oleh senyum dalam seulas
jari karena jari memiliki buku, seperti sarueh
senyum, tetapi tidak ditemukan dalam bahasa
jari ‘satu ruas jari’. Namun, frasa sarueh jari
Minangkabau.
dapat juga menjadi penyukat untuk bumbu
Untuk benda yang tidak dapat dihitung
masak yang memiliki ruas, misalnya sarueh
seperti air, gula, beras, padi digunakan kata-
jari kunyik (satu ruas jari kunyit). Ini biasanya
kata keterangan kuantitas yang menyatakan
dipakai sebagai takaran bumbu untuk memasak.
nama wadah benda7 itu (Ramlan, 1985:57).
Selain itu, da juga kata penyukat buku yang
Kata-kata yang dimaksud adalah gantang
digunakan bukan karena benda yang memiliki-
‘gantang’ dan sumpik ‘karung’, sukek ‘sukek’ dan
nya memiliki buku, tetapi kalau dalam jumlah
bangkiah ‘bangkiah’, rago ‘rago’, rajuik rajuik’,
banyak disusun seperti buku. Kata penyukat ini tabuang ‘tabung’, dan karanjang ‘keranjang’
hanya dapat diikuti oleh saka ‘sejenis gula jawa Gantang dan sumpik adalah satuan ukuran
terbuat dari tebu’, seperti sabuku saka6 ’satu jumlah untuk beras. Satu gantang beras setara
buku saka’. Satuan ukuran ini biasanya yang ber- nilainya dengan dua liter dan satu sumpik setara
sifat tradisional karena sekarang masyarakat dengan 100 liter. Contohnya adalah lapan
Minang lebih banyak menggunakan kilo sebagai gantang bareh ‘delapan gantang beras’ dan tigo
satuan ukuran saka. sumpik bareh ‘tiga karung beras’. Kata gantang
Ada beberapa kata penyukat yang dipakai dan sumpik sekarang sudah jarang dipakai,
karena hasil dari suatu perbuatan. Beberapa kecuali oleh pedagang-pedagang di pasar
kata penyukat itu, misalnya, adalah potoang/ tradisional. Bahkan, generasi muda sekarang
karek ‘potong/kerat’, balah ‘belah’, irih ‘iris’, dan tidak mengetahui kata penyukat ini.
uleh ‘ulas’. Sukek dan bangkiah adalah satuan ukuran
Potoang/karek ‘potong/kerat merupakan yang digunakan untuk padi. Terkadang, dipakai
penyukat yang diikuti oleh benda yang diperoleh juga kata penyukat sumpik, tetapi tidak untuk
setelah dipotong atau dikerat, misalnya padi, sukek atau bangkiah. Contohnya adalah
sapotoang roti ‘sepotong roti’ dan sakarek kayu duo sukek padi ‘dua sukek padi’ atau duo
‘sekerat kayu’. Khusus untuk kata penyukat bangkiah padi ‘dua bangkiah padi’. Satu sukek
karek hanya dapat diikuti oleh sebatang kayu senilai dengan 2 liter dan satu bangkiah senilai
yang telah dipotong, bukan pohon kayu yang dengan 20 sukek. Penyukat bangkiah hanya
telah dibelah-belah seperti yang digunakan digunakan dalam keadaan tertentu, seperti saat
untuk kayu bakar. berbagi hasil padi antara pengolah dengan
Balah ‘belah’ adalah kata penyukat untuk pemilik sawah. Jadi, sukek, bangkiah, dan
benda-benda hasil dari pembelahan. Belah sumpik termasuk alat ukur jumlah yang sifatnya
yang dimaksud adalah paruh dari benda yang masih tradisional.
utuh. Misalnya, sabalah cubadak ‘sebelah/ Rago adalah wadah yang terbuat dari
setengah buah nangka’ duo balah karambia bambu dengan diameter sekitar 1 meter dan
‘dua belah kelapa’. tinggi 1 meter. Rago merupakan kata penyukat

59
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 55−62

untuk makanan sejenis kerupuk yang terbuat dinamakan tumpak. Satu tumpak sama dengan
dari ubi kayu dan berukuran sebesar dua tujuh piriang. Namun, pada saat ini kelihatannya
telapak tangan. Contohnya adalah sarago masyarakat Minangkabau mulai menggunakan
karupuak ‘satu rago kerupuk’. petak untuk sawah, berbeda dengan ukuran yang
Rajuik merupakan kata penyukat yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia, yaitu
dipakai untuk rumput. Rajuik terbuat dari bambu bidang. Hal ini dimungkinkan karena secara fisik
yang berukuran lebih kecil dari rago, ber- sawah itu bentuknya petak (segi empat) karena
diameter sekitar 50-60 cm dan tinggi 50 cm. itu kata penyukatnya mengalami perluasan
Rajuik sering dipakai para penjual rumput pemakaian menjadi petak, seperti tigo petak
sebagai satuan ukuran saat melakukan proses sawah ‘tiga petak sawah’. Sementara itu, untuk
jual beli. Rumput yang dimaksud di sini adalah ladang atau lahan pertanian, ukuran satuan
rumput untuk makanan ternak, seperti duo yang sering dipakai adalah hektare (are), sama
rajuik rumpuik ‘dua rajuik rumput’. halnya dengan yang dipakai dalam masyarakat
Tabuang ‘tabung’ merupakan kata Indonesia secara umum.
penyukat untuk dadiah. Dadiah adalah sejenis Jarek ‘semacam ikatan yang terbuat dari lidi
makanan yang terbuat dari susu kerbau yang kelapa’ digunakan untuk menyukati sejumlah
telah difermentasikan dan biasanya dimakan ikan, misalnya tigo jarek lauak ‘tiga jarek ikan’.
dengan nasi. Tabuang ini terbuat dari potongan Ikan yang disukati dengan jarek ini biasanya
bambu yang telah dibersihkan bagian dalam- ikan sungai yang berukuran relatif kecil atau
nya. Biasanya, ukuran tabuang ini bervariasi sedang. Namun, untuk ikan laut, ukuran yang
tergantung kepada keinginan penjual dadiah. dipakai dapat ikua atau onggok, seperti duo ikua
Contohnya adalah tigo tabuang dadiah ’tiga lauak ‘dua ekor ikan’ dan tigo onggok lauak ‘tiga
tabung dadiah’. onggok ikan’. Satu jarek ini jumlahnya relatif,
Karanjang ‘keranjang’ adalah kata penyukat tergantung kepada maunya pembuat jarek
untuk buah pelo ‘ubi jalar’. Keranjang terbuat (penjual). Satu jarek dapat berisi 7 sampai 10
dari anyaman bambu yang ukurannya sangat ekor ikan. Di samping jarek, di Minangkabau ada
variatif. Contohnya adalah ampek karanjang juga alat pengukur yang dipakai, yaitu daun.
pelo ‘empat keranjang ubi jalar’.
Daun—yang terbuat dari daun pisang berukuran
Dari sejumlah kata penyukat yang dapat
20 x 15 cm dan berbentuk lingkaran—ini menjadi
dikategorikan sebagaimana tersebut di atas,
media untuk meletakkan ikan yang dimaksud.
ada beberapa kata penyukat lain untuk benda
Ikan yang memakai penyukat daun adalah ikan
yang dapat dihitung dan tidak dapat dihitung,
bilih (sejenis ikan kecil-kecil yang hanya ditemu-
tetapi tidak dapat diklasifikasikan secara
kan di danau Singkarak). Jadi, kalau ingin mem-
tesendiri karena memiliki fitur yang unik. Oleh
beli ikan bilih, ukuran yang dipakai adalah daun,
karena itu, kata-kata penyukat ini dimasukkan
misalnya tigo daun bilih ‘tiga daun bilih’.
dalam satu kelompok yang disebut rupa-rupa.
Kata penyukat jarek juga dapat diikuti oleh
Kata penyukat yang dimaksud adalah patah
ketupat dan buah kelapa. Satu jarek ketupat
‘patah’, piriang ‘bidang’, dan jarek ‘jarek’.
bukan berarti terdiri atas beberapa ketupat yang
Patah ‘patah’ adalah kata yang digunakan
diikat atau disatukan dengan sejenis lidi kelapa,
untuk menyukati satuan kata. Contoh pemakai-
tetapi dengan ekor atau sisa kulit ketupat yang
annya sebagai berikut.
masih panjang. Satu jarek berisi 25 buah ketupat.
duo patah kato ‘dua patah kata’
Begitu juga dengan kelapa, penyatunya adalah
limo patah kato ‘lima patah kata’
bagian dari sabut beberapa kelapa. Satu jarek
Piriang merupakan kata penyukat untuk umumnya berisi 4 buah kelapa. Kata penyukat
sawah, misalnya duo piriang sawah ‘dua bidang jarek digunakan untuk ikan, ketupat, dan kelapa
sawah’. Kumpulan beberapa piriang sawah yang hanya ditemukan di pasar-pasar tradisional.

60
Ike Revita, Kata Penyukat dalam Bahasa Minangkabau

Papan adalah kata penyukat untuk buah dengan uang rupiah, yang pasti alat bayarnya
petai, misalnya duo papan patai ‘dua papan petai’. tetap dalam bentuk rupiah atau ringgik. Jadi,
Papan di sini tidak sama dengan bahan papan ameh merupakan kata penyukat untuk emas
yang biasa dipakai untuk membangun rumah. yang berupa perhiasan, sedangkan rupiah dan
Selain papan, ada juga orang yang menggunakan ringgik adalah penyukat untuk benda emas.
buah, tetapi hanya ditemukan di daerah perkota- Mato adalah satuan penyukat untuk benda-
an. Kumpulan beberapa papan petai akan mem- benda yang diukur dengan kilo (dalam penyukat
bentuk kabek ‘ikat’. Satu kabek memiliki jumlah modern), seperti cabe, kacang buncis, dan
yang bervariasi, tergantung kepada besarnya tomat. Mato sama dengan ons. Namun,
ikatan yang diinginkan. Jadi, kalau ingin membeli penyukat mato ini berlaku bila timbangan yang
petai, dapat dengan ukuran papan atau kabek. dipakai adalah timbangan yang digantung, bukan
Selain pada petai, kabek juga dapat diikuti oleh timbangan duduk atau timbangan keluarga.
sayuran yang pembeliannya bersifat diikat, Misalnya, bila ingin membeli cabe seberat tiga
seperti duo kabek dalidi ‘dua ikat kangkung’ dan ons, dikatakan tigo mato lado ‘tiga ons cabe’.
limo kabek taruang ‘lima ikat terung’. Biasanya benda yang ditimbang dengan meng-
Tampang adalah kata yang dipakai untuk gunakan timbangan ini adalah sayur-sayuran
menyukati tanaman yang masih kecil atau seperti cabe, tomat, buncis, dan bawang.
benih. Contohnya adalah tampang ‘ikat’ dalam Untuk benda yang tidak dapat dihitung dan
limo tampang baniah padi ‘lima ikat benih padi’ berwujud butiran kecil (halus), penyukat yang
yang berisi beberapa batang padi yang siap dipakai adalah jari atau telapak tangan.
untuk ditanam di sawah dan duo tampang lado Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
‘dua ikat bibit cabe’. tujuah kauik bareh ‘tujuh kauik beras’
Kata penyukat atua hanya diikuti oleh sate. duo pinjik garam ‘dua pinjik garam’
Dalam bahasa Indonesia, atua sama dengan tigo ganggam tanah ‘tiga genggam
tusuk, misalnya limo atua sate ‘lima tusuk tanah’
sate’. Satu tusuk sate biasanya terdiri atas 3 anam kapa nasi ‘enam kepal nasi’
sampai 4 potong atau keping daging sapi yang
dipotong kecil (sebesar ibu jari). Jumlah ukuran 1- 4 itu sangat relatif. Jumlah
Ameh merupakan ukuran yang dipakai itu tergantung pada besar kecilnya tangan yang
untuk satuan emas (yang digunakan sebagai digunakan karena kauik atau ganggam mengacu
perhiasan), seperti duo ameh cincin ‘dua emas telapak tangan, pinjik mengacu ujung-ujung jari,
cincin’, limo ameh galang ‘lima emas gelang’, dan kapa mengacu kepalan tangan.
dan sapuluah ameh maniak ‘sepuluh emas
kalung’. Masyarakat Minangkabau jarang sekali SIMPULAN
membeli perhiasan emas dengan ukuran gram Kata penyukat untuk satuan jumlah dan
atau bentuk (sebentuk cincin), seperti halnya berat dalam bahasa Minangkabau cukup variatif.
satuan ukuran yang umum digunakan dalam Pemakaiannya tergantung pada benda yang
bahasa Indonesia. mengikuti, baik yang bernyawa maupun yang
Selain ameh, digunakan juga ukuran tak bernyawa.
satuan rupiah dan ringgik8, misalnya duo rupiah Kebanyakan benda yang didahului oleh
ameh ‘dua rupiah emas’ atau tigo ringgik ameh kata penyukat adalah benda yang dapat
‘tiga ringgit emas’. Rupiah dan ringgik sering dihitung, sedangkan untuk benda yang tidak
digunakan dalam wacana menggadaikan dapat dihitung dipakai penyukat berupa wadah
sawah. Jika seseorang ingin menggadaikan atau penyatu benda. Selain itu, bentuk kata
sawahnya pada orang lain, alat ukur yang penyukat juga dipengaruhi oleh hasil dari suatu
dipakai adalah rupiah atau ringgik, bukan emas, perbuatan, misalnya potoang, karek, balah, irih,
apalagi uang rupiah. Kalaupun dipadankan dan uleh.

61
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 55−62

Dari sekian bentuk kata penyukat, ada harus diperhatikan bahwa apa yang dimaksud
beberapa yang tidak dapat diklasifikasikan adalah dalam tataran frase, yaitu frase nomina
kuantitatif dan berbeda dengan yang penulis
karena memiliki fitur yang unik. Kata penyukat maksud dalam tulisan ini, ialah penyukat yang
jenis ini digolongkan dalam kelompok rupa- dihadirkan dalam frase numeral dan berfungsi
rupa. sebagai atribut pada frase ini.
8 Saameh (satu emas) senilai 2,5 gram; satu rupiah
senilai delapan ameh; dan satu ringgik senilai dua
rupiah. Rupiah ini berbentuk koin seratus rupiah
1 Kridalaksana (1986) membagi kelas kata dalam
yang berukuran besar.
bahasa Indonesia menjadi tiga belas jenis.
2 Lihat Sutopo dalam Subroto (1992:35).
3 Chaer (1988) menamainya dengan kata bantu DAFTAR RUJUKAN
bilangan lain dan Moeliono (eds.) (1993) menyebut- Allsop,Jake.1983. Cassell’s Students’English Grammar.UN:
nya penggolong nomina.
Cassell Ltd.
4 Dalam bahasa Inggris disebut quantifiers, yaitu
Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.
kata-kata yang mendahului dan menerangkan kata
Jakarta: PT Bhratara Maga Media
benda dan biasanya memerikan berapa jumlah
benda yang didahuluinya (lihat Hairston and John
Haiston, Maxine dan John.J.Ruszkiewicz. 1996. The Scoott,
(1996). Foresman Handbook for Writers. Fourth edition. New
5 Chaer (1988) memisahkan anatara kata penyukat York: Harper Collins.
helai untuk benda yang tipis dan lebar seperti kertas, Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa
daun, seng dengan lembar untuk benda yang pipih Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
dan lebar seperti papan, seng, karton, kertas. Moeliono, Anton M. (eds.) 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa
6 Satu buku saka ini beratnya kira-kira 1-2 ons, Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
tergantung besar kecilnya ukuran saka itu. Quirk, Randolph dan Sidney Greenbaum. 1973. A University
7 Quirk dan Sidney (1973:67) mengatakan bahwa Grammar of English. England: Longman House, Burnt
frasa kuantitas digunakan untuk mengukur (meng- Mill, Harlow.
hitung) benda yang tidak dapat dihitung menjadi Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata.
dapat dihitung. Mereka membagi frase kuantitas ini Yogyakarta: Andi Offset.
jadi dua yaitu penyukat umum (general partitives) Subroto, Edi D. 1992. Pengantar Metoda Penelitian
seperti a bit salt dan penyukat khusus (typical Linguistik Struktural.Surakarta: Sebelas Maret
partitives) seperti a bowl of soup. Namun, di sini
Univeristy Press.

62

Anda mungkin juga menyukai