Anda di halaman 1dari 5

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba

Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang


paling
istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling
istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling
istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya

TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM ISLAM


Kata basyar terambil dari kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu yang
baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. 4 Manusia
dinamakan basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang
lain.5 Kata insan, digunakan al-Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Antara manusia yang satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan
ini bisa dari fisik, mental, dan kecerdasan.6
Dengan demikian, pemakaian kata basyar dan insan untuk menyebut manusia
mempunyai pengertian yang berbeda. Basyar dipakai untuk menunjuk pada dimensi
alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, makan, minum, berhubungan
seks, berkembang biak, dan mati, sedangkan insan dipakai untuk menunjuk pada kualitas
pemikiran dan kesadarannya.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah SWT, karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa disbanding dengan
makhluk yang lainnya. Manusia memiliki kedudukan, peran, dan tugas yang telah melekat
padanya.
Menurut Kamus KBBI, tanggung jawab dalam Kamus Umum Bahasa Besar
Indonesia adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya.
Adapun tanggung jawab manusia menurut islam adalah:
1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah (Hablum minallah)
Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang
diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q.S Al-Mukminun:12-16). Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi
dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan
tidak disekutukan. Al-qur’an sebagai pedoman hidup (way of life) manusia didalam
menjalankan kehidupannya dunia. Memberikan uraian yang menunjuk kepada
manusia dengan istilah insan dan basyar.7
Setelah manusia mengenal dan mengetahui Allah (ma’rifatullah), maka tugas
manusia dalam relasi ini adalah:
a) Menyembah dengan menaati segala titah-Nya (Q.S. 51:56)
b) Menjadikan pedoman, apa yang telah diwahyukan dan difirmankan (Q.S. 17:9,41,82,
2: 2)
c) Berjanji menaati segala titah-Nya (Q.S. 7:172), dengan cara mengamalkan ajaran-Nya
(Q.S. 51:3), melaksanakan tugas sebagi wakil Allah (Q.S. 2:30), yang nantinya semua
itu dimintai pertanggungjawaban (Q.S. 16:93).9

Manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain (Q.S Al-An’am:164) dan pada hari kiamat nanti mereka
datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S Maryam:95). Ini membuktikan
bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebbasan individual atas dirinya
sendiri namun, tetap bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai hamba Allah.

4
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Karya Agung, 1973), hlm. 65.
5
M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 279.
6
Ibid,.
7
(M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. 6, hlm. 278.)
9
Lihat, Syahminan Zaini, Muhaimin Belajar sebagai Sarana Pengembangan Fitrah
Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 23-24.

2. Manusia sebagai Al-Nas (Hablum minannas)


Manusia didalam Al-Qur’an juga disebut dengan Al-Nas. Konsep ini
cenderung mengacu pada status manusia yang berkaitan dengan lingkungan
masyarakat di sekitarnya. Kata an-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240
kali dan tersebar dalam 53 surat. Berdasarkan fitrahnya, manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Disamping itu, manusia
dituntut untuk menggali rahasia alam, baik hukum-hukumnya maupun cara
penguasaannya.1
Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari
pasangan laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa untuk
saling kenal mengenal “berinterksi”. Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus
mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia dalam pengertian An-Nas ini
banyak juga dijelaskan dalam AlQur‟an, diantaranya dalam surah Al-Maidah ayat 2.
Ayat ini menjelaskan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan bangsa
bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta‟aruf ).
Untuk menciptakan suasana yang penuh ukhuwah, dibutuhkan sperangkat
aturan yang disebut dengan norma atau kaidah kehidupan. Norma tersebut harus
dikristalisasikan pada undang-undang suatu negara agar dapat diamalkan manusia
secara keseluruhan.2 Dalam Islam, sumber utama undang-undang kehidupan adalah
Al-Quran dan As-Sunnah, di dalamnya termaktub seperangkat prinsip dan aturan
yang membawa kemashlahatan dunia akhirat.
Nabi Muhammad saw. pernah memformulasikan undang-undang Islam yang
merupakan konstitusi pertama kali tercipta di dunia. Di dalam konsitusi nabi (piagam
Madinah) terdapat tujuh prinsip dasar, yaitu:
a. Adanya persatuan umat dan pembebasan dari belenggu orang atau negara lain
b. Mengakui hak-hak asasi manusia (former condition)
c. Adanya persatuan seagama, misalnya; mengakui hak orang lain, menentang
kebatilan, melindungi yang lemah, setia kawan, teguh terhadap jalan yang benar,
dan segala perselisihan harus dikembalikan pada hukum Allah dan Rasul-Nya
d. Toleransi beragama serta menghargai dan memeberi kebebasan pada umat agama
lain untuk memeluk agama selain Islam, walaupun kelompok minoritas
e. Negara merupakan tanggung jawab bersama, tanpa mengenala ras, suku, dan
agama
f. Pemberian hukuman kepada yang bersalah tanpa membeda-bedakan kelompok
mayoritas maupun minoritas, agama dan sebagainya
g. Menjunjung tinggi asas perdamaian3

1
Muhaimin dan Abdul Mujib, op.ci., hlm. 74
2
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Tri Genda
Karya, 1993), hlm. 72.
3
Zainal Abidin Ahmad H, Piagam Nabi Muhammad saw. Konsitusi Negara Tertulis
Pertama Kali di Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 20-23.

3. Tanggung jawab terhadap alam dan sebagai khalifah


Allah memilih manusia untuk mengelola, memakmurkan, melestarikan serta
memanfaatkan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Abu Hayyan dalam buku tafsirnya
Al-Bahru al-Muhith membahas hal ini dengan menafsirkan Al-Araf ayat 56. "Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya,
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik".

Dalam tafsirnya, ia mengatakan, ayat ini merupakan penegasan larangan


semua bentuk kerusakan. Maka itu, membunuh jiwa, keturunan, harta benda, akal,
dan agama merupakan perbuatan yang dilarang. Upaya pelestarian lingkungan tak
hanya dalam tataran konsep, tetapi juga mewujud dalam kehidupan Muslim.

Sejarah membuktikan hal itu. Para khalifah selalu memberi perhatian tehadap masalah
lingkungan, baik secara langsung maupun melalui para pembantunya. Umar bin
Khattab, misalnya, suatu ketika meminta sahabatnya untuk menanam pohon di
tanahnya. Ia bahkan menemani sahabatnya itu untuk ikut menanam pohon. Umar
memberi teladan pula agar Muslim ramah pada binatang. Ia melontarkan celaannya
pada orang-orang yang memperlakukan binatang secara kasar.

Dalam Islam alam ditempatkan sebagai:


a. Alam bukan sesuatu yang sakral, tetapi sesuatu yang selain Allah sehingga tidak
boleh disakralkan
b. Karena itu alam milik Allah3
c. Manusia hanya diberi hak untuk menguasai untuk sementara saja4
d. Alam diciptakan untuk diambil manfaatnya oleh manusia5

Insan-basyar pada hakikatnya adalah manusia sebagai khalifah yang


mempunyai tanggung jawab untuk memakmurkan bumi. Khalifah tidak dapat
dilepaskan dari sisi penggunaan akal dan perbuatan manusia di tengah kehidupan
masyarakat. Dalam setiap individu terkandung didalamnya kapasitas sebagai insan
dan basyar yang menyatu dalam aktivitas tanggung jawabnya sebagai khalifah.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang
diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya
dengan baik, Allah mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan Allah
melalui pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam
ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa
membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan.

‫اع َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل‬ٍ ‫اع َو ُك ُّل ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه اإْل ِ َما ُم َر‬
ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل ُك ُّل ُك ْم َر‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫َس ِمع‬
‫اع فِي َما ِل َسيِّ ِد ِه‬ ْ
ٍ ‫ت َزوْ ِجهَا َو َم ْسئُولَةٌ ع َْن َر ِعيَّتِهَا َوال َخا ِد ُم َر‬ َ ْ
ِ ‫اع فِي أ ْهلِ ِه َوهُ َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َمرْ أةُ َرا ِعيَةٌ فِي بَ ْي‬ َ ٍ ‫َر‬
‫َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬
Artinya :
"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin,
dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.
Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga
suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut."  (HR al-
Bukhari dan HR Muslim).
Hadis tersebut menegaskan, bahwa setiap individu mempunyai tanggung
jawab, tidak hanya pada seorang pemimpin atau penguasa. Karena, setiap individu
adalah seorang pemimpin, yaitu pemimpin dari dan/atau untuk diri-sendiri. Dan itu
membuktikan bahwa setiap manusia memiliki pertanggung jawaban masing-masing.

3
Depatemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:
Kumudasmoro Grafindo, 1994),. hlm. 184.
4
Ibid. hlm. 901.
5
Ibid. hlm. 13.
https://www.republika.co.id/berita/q44nvq430/tanggung-jawab-menjaga-lingkungan-
hidup-dalam-islam
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/84/jtptiain-gdl-absori3103-4160-1-
3103180_-p.pdf
https://www.researchgate.net/publication/335825647_Hakikat_Manusia_Menurut_Isl
am#:~:text=Dalam%20konsepsi%20Islam%2C%20manusia%20merupakan,jiwa%2C
%20akal%20dan%20sebagainya).&text=Manusia%20adalah%20makhluk%20yang
%20mulia,Hijr%2C%2015%3A%2029).
https://media.neliti.com/media/publications/82677-ID-hakikat-manusia-menurut-
pandangan-islam.pdf
https://brainly.co.id/tugas/14131032#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar
%20Bahasa%20Indonesia%20tanggung%20jawab%20adalah,-2&text=Pengertian
%20tanggung%20jawab%20dalam%20Kamus,memberikan%20jawab%20dan
%20menanggung%20akibatnya.
https://repository.unsri.ac.id/20830/3/4._BAB_IV_HAKIKAT_MANUSIA_MENUR
UT_ISLAM.pdf

Anda mungkin juga menyukai