Anda di halaman 1dari 10

Kejang pada Otot Betis yang Terjadi

karena Kontraksi Secara Terus-menerus

Thefhilia

102017105

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


e-mail : Thefhilia2017fk105@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Otot merupakan jaringan lunak yang ditemukan di sebagian besar hewan. Sel-sel otot
mengandung filamen protein aktin dan myosin yang meluncur melewati satu sama lain,
menghasilkan kontraksi yang mengubah baik panjang dan bentuk sel. Otot berfungsi
menghasilkan gaya dan gerak. Mereka terutama bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengubah postur , gerak , serta gerakan organ internal, seperti kontraksi jantung dan gerakan
makanan melalui sistem pencernaan melalui gerakan peristaltik. Sistem muskular (otot)
terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Ada tiga jenis
otot , yaitu otot rangka, jantung , dan polos. Aksi otot dapat diklasifikasikan secara di bawah
sadar atau tidak dibawah sadar. Otot terutama didukung oleh oksidasi lemak dan karbohidrat,
tetapi reaksi kimia anaerobik juga digunakan. Reaksi kimia ini menghasilkan adenosin
trifosfat ( ATP ) molekul yang digunakan untuk menyalakan gerakan kepala myosin.

Kata kunci: kontraksi, oksidasi, sistem muskular

Abstract

Muscle is a soft tissue found in most animals. Muscle cells contain protein filaments of actin
and myosin that slide past one another, producing a contraction that changes both the length
and the shape of the cell. Muscles function to produce force and motion. They are primarily
responsible for maintaining and changing posture, locomotion, as well as movement of
internal organs, such as the contraction of the heart and the movement of food through the
digestive system via peristalsis. Muscular system (muscle) consists of a large number of
muscle that responsible for body movements. There are three types of muscle, skeletal or
striated, cardiac, and smooth. Muscle action can be classified as being either voluntary or
involuntary. Muscles are predominantly powered by the oxidation of fats and carbohydrates,
but anaerobic chemical reactions are also used, particularly by fast twitch fibers. These
chemical reactions produce adenosine triphosphate (ATP) molecules that are used to power
the movement of the myosin heads.

Keywords: contraction, oxidation, muscular system

1
Pendahuluan

Kejang adalah kontraksi otot yang tidak terkontrol pada suatu tempat sehingga menyebabkan
otot menjadi tegang dan menimbulkan rasa ngilu. Kejang dapat terjadi pada otot mana saja
dan salah satu yang akan dibahas pada makalah ini adalah kejang pada otot betis.

Tinjauan pustaka ini bertujuan agar kita dapat mengetahui tentang kejang pada betis dan
mengerti serta memahami tentang otot dan tulang pada ekstremitas bawah serta mekanisme
kontraksi yang menyebabkan kejang bisa terjadi.

Pembahasan

Tulang dibagi menjadi 2 bagian yakni tulang aksial dan tulang apendikular. Tulang aksial
terdiri dari ossa cranii (tulang tengkorak), columna vertebralis (tulang belakang) dan ossa
thoracis. Tulang apendikular juga masih dibagi lagi menjadi ossa membri superioris (anggota
gerak atas) dan ossa membri inferioris (anggota gerak bawah).1

Yang akan dibahas pada makalah ini adalah ossa membri inferioris (anggota gerak bawah).
Ossa membri inferioris dibagi menjadi 4 bagian yakni os coxae, femur, cruris dan pedis. Os
coxae terdiri dari 3 tulang yaitu os ilium, os ischium dan os pubis. Os coxae bersama os
sacrum akan membentuk pelvis. Rongga pelvis pada wanita lebih besar dibandingkan rongga
pelvis pada laki-laki, hal ini terjadi agar rongga pada wanita dapat dilewati oleh kepala janin
yang berdiameter sekitar 10cm.2

Gambar 1.1 Os coxae dan beda pelvis pada wanita dan pria

2
Os femur adalah tulang yang paling besar dan yang paling tebal dalam tubuh. Os femur
mempunyai caput yang berbentuk bulat yang tersambung pas kedalam asetabulum. Cruris
terdiri dari 2 bagian yakni os tibia dan os fibula. Os tibia atau yang biasa disebut tulang
kering adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Os tibia lebih besar dari pada
os fibula, hal ini sesuai dengan fungsi os tibia sebagai penyangga beban tubuh. Os fibula atau
yang biasa disebut tulang betis adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Os
fibula berada disebelah lateral tungkai bawah. Os fibula berbentuk ramping dan berfungsi
sebagai tempat perlekatan otot.3

Gambar 1.2 Os femur dan Cruris (os tibia dan os fibula)

Tulang kaki terdiri dari os talus, os calcaneus, os navicular, os cuboideum, 3 ossa cuneiforme
(os cuneiforme medialis, os cuneiforme intermedia dan os cuneiforme lateralis), metatarsalia
dan phalanges. Os talus merupakan tulang berbentuk tidak teratur. Tulang ini berfungsi untuk
menerima berat badan yang disalurkan oleh tibia. Os calcaneus adalah tulang yang kuat tebal
dan tidak teratur, os calcaneus bagian posterior akan membentuk tumit. Os naviculare
merupakan tulang pipih sedangkan os cuboideum merupakan tulang yang berbentuk kuboid
dan terletak pada sisi luar kaki. Tiga ossa cuneiforme terletak berjejer diantara os cuboideum
pada aspek lateral dan sisi kaki dibagian medial. Ada 5 metatarsal, satu metatarsal untuk
setiap jari kaki. Tiap tulang memiliki basis, corpus dan caput.4

3
Gambar 1.3 Ossa pedis (tulang kaki)

Otot dibagi menjadi 2 bagian besar yakni otot pada extremitas superior dan otot pada
extremitas inferior. Ciri-ciri otot yaitu dapat memendek (kontraktilitas), peka terhadap
rangsang (eksitabilitas), meregang bila ditarik (ekstensibilitas) dan dapat kembali ke
bentuk semula setelah kontraksi atau ekstensi (elastisitas). Fungsi otot yaitu sebagai alat
penggerak tulang, menopang dan mempertahankan postur tubuh serta menghasilkan panas
untuk mempertahankan suhu normal tubuh.5

Otot ekstremitas bawah dibagi menjadi otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai
bawah dan otot kaki. Berikut adalah gambar-gambarnya.

Gambar 1.4 Otot pangkal paha

4
Gambar 1.5 Otot tungkai atas

Gambar 1.6 Otot tungkai bawah

Gambar 1.7 Otot kaki

5
Jaringan otot (muskular) dibagi menjadi 3 bagian yakni jaringan otot polos, jaringan otot
lurik dan jaringan otot jantung. Jaringan otot polos terdiri dari sel atau serat otot polos dan
jaringan penyambung antar serat. Otot polos umumnya terdapat pada organ yang berlumen
contohnya seperti usus. Otot polos bersifat involuntery yaitu bekerja diluar kehendak kita.
Jaringan otot lurik terdiri dari sel atau serat otot lurik dan jaringan penyambung antar saraf.
Otot lurik dapat dijumpai pada alat gerak misalnya tangan dan kaki.6

Otot lurik bersifat voluntery yaitu bekerja sesuai kehendak kita. Yang terakhir adalah otot
jantung, otot ini juga terdiri atas sel atau serat otot jantung dan jaringan penyambung antar
serat. Otot jantung bersifat sama seperti otot polos yakni involuntery dan mempunyai bentuk
yang sama seperti otot lurik yakni mempunyai corak.6

Gambar 1.8 Jenis-jenis jaringan otot

Kejang adalah kontraksi otot yang tidak terkontrol pada suatu tempat sehingga menyebabkan
otot menjadi tegang dan menimbulkan rasa ngilu. Kejang pada betis yaitu kejang yang
terjadi pada otot betis (musculi gastrocnemius). Hal ini bisa disebabkan karena
berolahraga tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu dan terlalu lama dalam satu posisi
juga dapat menyebabkan terjadinya kejang.7

Mekanisme terjadinya kontraksi dimulai dengan diterimanya instruksi dari sistem saraf pusat
(SSP) bagian motorik. Instruksi ini akan disalurkan dari satu saraf ke saraf yang lain sampai
pada ujung hubungan saraf dan otot. Potensial aksi yang sampai disini akan melepaskan

6
neurotransmitter yang kemudian akan berikatan dengan reseptor yang ada di motor end plate
sehingga terbentuk depolarisasi yang disebut potensial end-plate.5

Jika depolarisasi ini mencapai firing level maka depolarisasi tidak akan berhenti sampai disini
tetapi berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi ini akan diteruskan ke semua serat otot
sampai ujungnya. Potensial aksi yang sampai yang sampai ke retikulum sitoplasmik akan
merangsang penglepasan Ca2+ (kalsium) keluar, kalsium ini dibutuhkan untuk kontraksi.
Kalsium akan berikatan dengan troponin C dan mempunyai afinitas yang tinggi dengan
miosin ATP. Karena afinitasnya tinggi maka terjadi tarik menarik serta saling bergandengan
dan terjadilah sliding. Proses ini adalah kontraksi molekuler.5

Jika ATP yang dipakai untuk bergandengan energinya hilang maka yang tinggal hanyalah
ADP. Troponin C tidak mau bergandengan dengan miosin ADP karena afinitasnya kecil
sehingga troponin C akan melepaskan miosin ADP. Proses ini adalah relaksasi molekuler.
Troponin C yang melepaskan miosin ADP akan menggandeng miosin ATP yang lain dan
melepaskannya apabila energinya habis dan hanya tersisa ADP. Hal ini akan terjadi terus-
menerus secara berurutan yakni kontraksi-relaksasi-kontraksi-relaksasi.5

Gambar 1.9 mekanisme kontraksi otot

Kontraksi dan relaksasi yang terjadi adalah molekuler sehingga tidak bisa dilihat tetapi
karena didalam serat otot ada ribuan miosin maka akan terjadi ribuan kontraksi sehingga kita
bisa melihat secara kasat mata.5

7
Pada saat terjadinya kejang pada betis maka otot berkontraksi secara terus-menerus tanpa
relaksasi. Dengan melakukan penambahan kontraksi pada daerah yang kejang maka akan
terjadi relaksasi hal ini biasa disebut refleks regang kembali.8

Refleks regang kembali dapat dilakukan dengan cara menekukan telapak kaki ke arah dorsal
dengan tujuan menambah kontraksi sehingga kaki bisa berefleksi kembali. Ini adalah salah
satu cara untuk menghilangkan kejang pada betis.8

Gambar 1.10 Menambah kontraksi pada kaki yang kejang

Penumpukan asam laktat


Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat telah lama
dicurigai. Penumpukan asam laktat pada intramuscular dengan menurunnya puncak
tegangan (ukuran darikelelahan pabila rasio asam laktat pada otot merah dan otot
putih meningkat, puncak tegangan otot menurun. Jadi bisa diartikan bahwa besarnya
kelelahan pada serabut-serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka
untuk membentuk asam laktat. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam
proses kelelahan selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanismesecara fisiologi
yang karenanya asam laktat menghalang-halangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut
tergantung kepada efek asam laktat pada pH intra selular atau konsentrasi ion hydrogen
(H).  Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H meningkat, dan pH menurun. Di
pihak lain, peningkatan konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh
menurunnya sejumlah Ca yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan
kapasitas mengikattroponin. Peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat kegiatan
fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalamanaerobic glikolisis. Demikian
lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.

Pengosongan penyimpanan ATP dan PC


Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk kontraksi otot, dan PC
dipergunakan untuk Resintesa ATP secepatnya, pengosongan Fosfagen intraseluler
mengakibatkan kelelahan. Bahwa kelelahan tidak berasal dari rendahnya fosfagen didalam

8
otot . Penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada otrot sartoriusnya. Sebagai contoh,
telah diingatkan bahwa selama kegiatan kontraksi, konsentrasi ATP didaerah miofibril
mungkin lebih berkurang daripadadalam otot keseluruhan. Oleh karena itu, ATP menjadi
terbatas didalam mekanisme kontraktil, walaupun hanya terjadi penurunan yang moderat dari
jumlah total ATP didalam otot. Kemungkinan yang lain adalah bahwa hasil energi didalam
pemecahan ATP lebih sedikit dari jumlah ATP yang tersedia didalam batas-batas untuk
kontreaksi otot. Alasan dari penurunan ini mungkin dihubungkan dengan peningkatan
konsentrasi ion H dalam jumlah kecil sampai besar didalamintraseluler, dan merupakan
penyebab utama dari penumpukan asam laktat.

Pengosongan Simpanan Glikogen Otot


Seperti halnya dengan asam laktat dan kelelahan , hubungan sebab akibat antara pengosongan
glikogen ototdan kelelahan otot tidak dapat ditentukan dengan tegas . Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kelelahan selama periode latihan yang lama . Rendahnya tingkatan/level
glukosa darah, menyebabkan pengosongan cadangan glikogen hati. Kelelahan otot lokal
disebabkan karena pengosongan cadangan glikogen otot.

Penutup

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kejang betis dapat
terjadi karena beberapa penyebab, salah satunya adalah tidak melakukan pemanasan sebelum
berolahraga. Kejang terjadi karena kontraksi otot secara terus menerus. Kejang dapat terjadi
di otot mana saja termasuk otot betis (m. gastrocnemicus). Muskuli gastrocnemicus
merupakan salah satu contoh otot pada ekstremitas bawah tubuh. Kejang dapat dihilangkan
dengan cara memberikan kontraksi yang lebih besar sehingga akan terjadi relaksasi.

Daftar pustaka

1. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003


2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2003
3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2003
4. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC; 2003
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC; 2003
6. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2003

9
7. Kurnia H. Kiat jitu tangkal penyakit orang kantoran. Yogyakarta: Best publisher;
2009
8. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan. Jakarta: Salemba medika; 2008

10

Anda mungkin juga menyukai