Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar penyakit

1. Definisi

Anemia adalah suatu kondisi yang dimana konsentrasi hemoglobin

lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini yang mengakibatkan kurangnya

jumlah normal eritrosit di dalam sirkulasi. Sehingga, jumlah oksigen yang

dikirim ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukanlah penyakit yang

spesifik. Tetapi, tanda kelainan yang mendasar (Jitowiyono, 2018).

Anemia adalah kondisi tubuh yang dimana kekurangan

hemoglobin. Kisaran Hb normal adalah 12-16% dari sel darah merah.

Jumlah sel darah merah sendiri normalnya 5 juta/mm3 (Soebroto, 2015).

dikatakan anemia gravis apabila kadar Hb <6 g/dl anemia ini termasuk

kedalam anemia berat (Black & Hawks, 2014).

Disimpulkan dari definisi diatas bahwa anemia gravis pada kasus

ini termasuk kedalam anemia berat yang dimana Hb <6 g/dl dari kisaran

normal (12-16 g/dl) yang mencerminkan kurangnya kadar eritrosit didalam

tubuhnya.

2. Anatomi dan fisiologi

Sisten hematologi adalah sistem paling utama dimana nutrisi,

oksigen, dan unsur lainnya dibawa ke berbagai jaringan di dalam organ

tubuh. Pada saat sistem pernafasan mengatur oksigen dan membawa

1
2

karbon dikosida ke eritrosit, maka eritrosit ini membawa darah ke seluruh

jaringan, dan membawa oksigen/nutrisi, serta limbahnya. Jika aliran darah

ini terganggu, secara otomatis tubuh akan mengalami gangguan ringan

hingga berat. Kekurangan aliran darah sendiri dapat menyebabkan infark

miokard, strok, hingga kematian jaringan (Jitowiyono, 2018).

a. Anatomi

Darah adalah cairan tubuh yang terdiri dari plasma dan sel atau

struktur seperti sel dalam tubuh dewasa, volumenya sekitar 5 - 6 liter

atau 7% dari berat badan (Sapirin, 2013).

Komponen darah terdiri dari plasma dan sel darah dengan

penjelasan sebagai berikut :

1) Plasma

Plasma meliputi 53 – 57 % dari keseluruhan volume darah,

terdiri dari 90 % air, 7- 9 % protein, 0,1 % glukosa, 1 % bahan

organik. Bahan protein dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu albumin

( yang mengatur tekanan osmotic dalam darah serta mengatur

volume air dalam darah ), globulin ( berhubungan dengan fungsi

antibody/ kekebalan tubuh ) dan fibrinogen ( protein yang penting

dalam pembekuan darah ) (Sapirin, 2013).

Gambar 2.1 plasma darah

Sumber : (Estrada, 2014)


3

2) Sel darah

Meliputi 43 – 47% dari seluruh volume darah, dikenal ada

3 jenis sel darah yaitu :

a) Erotrosit ( sel darah merah )

Sel darah merah merupakan sel terbanyak, yaitu sekitar

5 juta/ mm3 darah. Bentuknya dalam sirkulasi darah berbentuk

biconcave ( cekung pada kedua sisinya ), tidak mempunyai inti

sel. Inti sel darah merah ini menghilang saat lahir sebagi suatu

proses pematangan sel yang terjadi pada sumsum tulang merah.

Bentuk yang biconcave ini memungkinkan ratio volume

permukaan sel yang paling besar, yang penting untuk mengikat

oksigen ( O2 ) atau CO2 lebih banyak. O2 dan CO2 dalam sel

darah merah ini terikat pada haemoglobin ( Hb ) yang terdapat

dalam sel darah merah (Sapirin, 2013).

Gambar 2.2 eritrosit

Sumber : (Sapirin, 2013)


4

b) Leukosit ( sel darah putih )

Jumlah normal sel darah putih ini sekitar 5000 –

9000/mm3. Ada beberapa tipe sel darah putih, masing – masing

mempunyai karatersitik sendiri–sendiri mengenai ukuran,

bentuk dan warnanya. Diantaranya :

(1) Granulosit

Mengandung satu nuekleus multilobus dan granula

pada sitoplasma. (Estrada, 2014) yang terdiri sebagai

berikut :

(a) Neutrophil, yaitu tipe leukosit yang paling banyak,

yaitu 60 – 70 % dari total jumlah leukosit. Inti sel ini

(b) ( nucleus) mempunyai dua atau tiga lobus/segmen, dn

tiap – tiap lobus saling berhubungan. Pada infeksi

kuman jumlah sel ini akan meningkat.

(c) Eosonofil, jumlah sekitar 2 – 4% dari jumlah leukosit,

biasa inti sel mempunyai 2 lobus, pada gambar sedian

apusan granule pada sitoplasma berwarna merah-

oranye. Jumlahnya biasa meningkat pada infeksi cacing,

flu atau alergi.

(d) Basophil, jumlahnya paling sedikit, sekitar 0 – 1 %.

Intinya membentuk seperti huruf S, namun susah dilihat

karena banyak mengandung granule pada sitoplasma.


5

(2) Agranula

Tidak ada granula sitoplasma khusus dan

mempunyai nucleus tanpa lobus. (Estrada, 2014) Yang

terdiri dari :

(a) Lymphocyte, jumlah sekitar 20 – 25%, merupakan

leikosit yang paling kecil, ini sel ( nucleus ) berbentuk

bulat dan mengisi hamper seluruh ruang sitoplasma.

Jumlah biasa meningkat pada infeksi virus.

(b) Monocyte, jumlahnya sekitar 3 – 8%, merupakan sel

darah putih terbesar, bentuk nucleus seperti sepatu

kuda.

Gambar 2.3 leukosit

Sumber : (Estrada, 2014)

c) Trombosit

Trombosit merupakan jenis sel darah yang paling kecil,

jumlah sel ini sekitar 250.000/mm3. Sel darah ini berisi

beberapa faktor pembeku, bilah jumlahnya hanya sedikit dapat

menyebabkan pendarahan, misalnya pada penderita demam

berdarah dengue, menyebabkan penyakit ini mudah terjadi


6

mimisan, pendarahan pada gusi atau usus. Masa hidup

trombosit sekitar 10 hari. trombositopenia disebut juga dengan

penurunan jumlah sel trombosit dari kisaran normal, misalnya

pada demam berdarah dengue (Sapirin, 2013).

Gambar 2.4 trombosit

Sumber: (Estrada, 2014)

b. Fisiologi

Komponen darah Terdiri dari berbagai elemen bentukan (sel

darah) yang tercampur dalam cairan ( plasma ) mengandung elemen

bentukan berikut ini :

1) Plasma Darah

Berfungsi sebagai penyangga tubuh atau sistem buffer yang

sangat penting untuk mempertahankan keadaan asam-basa, melalui

kandungan elektrolit yang terkandung didalamnya diantaranya

yaitu ion hidrogen dan bikarbonat.

2) Sel darah merah ( SDM ), atau eritrosit

Fungsi utama sel darah yaitu mengangkut oksigen ke

jaringan/organ tubuh membawa kembali CO2 dari jaringan ke


7

paru- paru untuk dikeluarkan lewat pernafasan jumlah normal Hb

dalam darajat sekitar 13 – 16 gr 100 ml darah ( gr%).

Eritrosit diprodukasi oleh sumsum tulang merah. Dalam satu hari

dapat diproduksi sekitar 3,5 juta sel/kg berat badan. Sel darah merah ini

tetap bertahan dan berfungsi sekitar 90 – 120 hari, dan kemudian di

fagositosis ( dimakan/dihancurkan) oleh sel macrofag yang disebut

phagocyt pada limpa dan hati dalam sistem retikoloedotelial ( SRE ).

Pembentukan dan pengahancuran ini harus seimbang agar jumlah sel

darah merah dalam tubuh tetap (Sapirin, 2013).

3. Etiologi

Desmawati (2017) menjelaskan penyebab yang lebih sering terjadi

pada pasien dengan anemia adalah perdarahan menahun (terus menerus

atau bekali-kali), yang dapat terjadi pada bagian tubuh, diantaranya :

a. Perdarahan dibagian hidung atau wasir : jelas terlihat

b. Perdarahan dibagian tukak lambung dan usus kecil atau polip dan

kanker usus besar : yang mungkin tidak terlihat dengan jelas karena

jumlah darahnya sedikit dan tidak tampak ada darah yang merah di

dalam tinja ; jenis perdarahan tersebut adalah perdarahan tersembunyi.

c. Perdarahan yang disebabkan tumor ginjal atau kandung kemih : dapat

menyebabkan ditemukannya darah dalam air kemih

d. Perdarahan pada periode menstruasi yang sangat banyak

Sedangkan menurut Wjiayaningsih (2013) menjelaskan bahwa

penyebab anemia tergantung dari jenis anemianya sendiri, diantaranya :


8

a. Anemia micrositik hipokrom

1) Anemia defisiensi besi

Disebabkan oleh asupan besi dalam makanan kurang,

perdarahan kronik, ganggaun absorbs sedangkan kebutuhan

meningkat, pada anak-anak karena besi dalam susu dan makanan

berkurang.

2) Anemia penyakit kronik

Disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi seperti infeksi

ginjal, infeksi paru, dan lain-lain.

b. Anemia macrositik (anemia megaloblastik)

1) Anemia defisiensi viamin B12

Disebabkan oleh faktor intrinsik karena gangguan absorbs

vitamin yang merupakan penyakit herediter aoutoimun, ekstrinsik

karena kekurangan masukan vitamin B12.

2) Anemia defisiensi asam folat

Disebabkan oleh asupan asam folat dalam makanan kurang,

masa absorbsi asam folat, kebutuhan asam folat meningkat, eksresi

asam folat lebih dari urine, obat-obatan anti konvulsan dan

sitostatik tertentu.

c. Anemia karena perdarahan

Disebabkan oleh perdarahan akibat persalinan, perdarahan

menahun seperti pada penyakit cacingan dan sebagainya.


9

d. Anemia hemolitik

Disebabkan 2 faktor :

1) Faktor intrinsik, diantaranya kelainan membrane seperti

sterositosis heriditer, kelainan glikolisis seperti defisiensi piruvat

kinase, kelainan enzim seperti defisiensi GG PD, hemoglobinapati

seperti anemia sel sabit.

2) Faktor ekstrinsik, diantaranya gangguan sistem imun,

mikroargiopati seperti NID, infeksi seperti akibat plasmodium,

hiperspenisme, luka bakar.

e. Anemia aplastic

Disebabkan oleh 2 faktor, diantaranya :

1) Faktor kongenital, karena kelainan bawaan seperti sndrom Fanconi

disertai microsefali strabismus, anomali jari.

2) Faktor yang didapat, diantaranya bahan kimia, benzene,

insektisida, senyawa Pb, obat-obatan (kloramfenikal, mesantoin,

piri benzamin), radiasi, faktor individu (alergi terhadap obat),

infeksi, keganasan, ganggaun endokrin.

4. Klasifikasi

Menurut jitowiyono (2018) menjelaskan jenis anemia dibagi

menjadi 3, diantaranya :

a. Hipoproliferatif

Anemia hipoproliferatif adalah anemia dengan produksi sel

darah merah rusak, dimana terdapat kekurangan zat besi, kekurangan


10

vitamin B12, kekurangan folat, penurunan produksi eritropoetin

(misalnya, dari disfungsi ginjal), dan kanker/radang.

b. Pendarahan

Anemia perdarahan adalah anemia yang disebabkan oleh

kehilangan sel darah merah berlebih. Perdarahan pada saluran

gastrointestinal, epistaksis (mimisan), trauma, peningkatan kadar

retikulosit, Hbg dan Htc normal jika diukur segera setelahnya

perdarahan dari saluran genitourinari (misalnya, menorrhagia).

c. Hemolitik

Kondisi dimana hancurnya sel darah merah (eritrosit) lebih

cepat dibandingkan pembentukannya.

Sedangkan menurut Kumara (2013) anemia dapat klasifikasikan

berdasarkan morfologinya, pengetahuan tentang indikator sel darah merah,

jumlah retikulosit dan pemeriksaan sediaan apus darah, diantaranya :

1) Anemia Mikrositik Hipokromik

a) Defisiesi besi

Defisiesi besi adalah hasil akhir dari suatu masa

keseimbangan besi negatif di dalam periode yang panjang, pada

laki-laki, kebutuhan setiap harinya akan zat besi sangatlah kecil

kecuali mereka yang mengalami malnutrisi , laki-laki sendiri tidak

mudah mengalami anemia defisiesi besi. Dengan demikian, pada

laki-laki yang mengalami anemia mikrositik hipokromik wajib


11

mencari penyebabnya, diantaranya kehilangan darah lewat traktus

gastrointesnial, dan infeksi cacing tambang atau malabsorpsi

Pada perempuan dengan rentang usia reproduktif lebih

cenderung untuk mengalami hipokromia yang disebabkan oleh

kadar zat besi pada saat menstruasi dan di dalam setiap siklus

kehamilan serta laktasi, penyebab dari anemia defisiesi besi yang

sering di jumpai pada perempuan ialah kehilangan darah

menstruasi yang berlebihan dan kehamilan yang berkali-kali.

b) Talasemia

penyakit talesemia ialah salah satu kondisi dimana sintesis

hemoglobin tidak adekuat yang disebabkan oleh defek kongenital

rantai globin dan bukan akibat dari anemia defisiensi besi. Karena

metabolisme besinya normal, serta kadar zat besi serum , TIBC,

kadar fritin serum dan saturasi transferin semuanya terlihat normal.

c) Anemia pada kelainan kronis

Anemia ini sangat sering di jumpai terutama dalam populasi

manula yang di rawat di rumah sakit, diantaranya penyakit infeksi,

inflamasi dan neoplasma yang berlangsung selama dua bulan atau

lebih. Tipe anemia ini di tandai dengan kadar besi serum dan

konsentrasi TIBC yang lebih rendah. Akan tetapi, kadar feritin

serum dan protoporfirin dalam sel darah merah mengalami

kenaikan. Penyakit yang kronis ini akan menimbulkan gangguan

yang diperantarai oleh sitokin yang kompleks serta meliputi


12

gangguan proliferasi sumsum tulang, gangguan produksi

eritropoietin. Dan yang paling penting ialah peralihan metabolisme

besi dari kondisi tersedianya transferin yang terikat, akan menjadi

keadaan tersimpannya feritin uyang disatukan. Akibat dai

ketersediaan besi yang buruk ini menggambarkan anemia

defisiensi di dalam darah.

2) Anemia Makrositik Normokromik

Defisiesi asam folat vitamin B12 akan menghasilkan anemia

tipe makrositik (MCV2: ↑, MCHC: N). Interaksi kedua vitamin ini

membantu sintesis DNA, Defisiesi salah satu dari keduanya, akan

menurunkan sintesis DNA. Sementara, sintesis RNA tidak

terpengaruh. sebagai dampaknya, komponen sitoplasma sel akan

desistensis dalam jumlah yang berlebihan selama terdapat kelambatan

antar-pembelahan sel. Jaringan dengan proliferasi sel yang cepat,

misalnya : sumsum tulang dan sel-sel epitel. Ini merupakan jaringan

yang paling terkena kejadian ini.

Di dalam sumsum tulang, sel-sel darah merah yang

berkembang berukuran lebih besar dari pada ukuran yang normal. Di

setiap tahap dan memiliki pola kromatin non-kondensasi yang khas.

Sel –sel semacam ini dinamakan megaloblas, eritrosit megaloblastik

dengan proporsi yang lebih besar akan di hancurkan sebelum

pelepasan ke dalam sirkulasi darah, akibat eritropoiesisyang tidak

efektif, tipe anemia ini cenderung lebih berat di bandingkan yang lain.
13

Kelainan di dalam proses perkembangan leukosit (metamielosit

raksasa) serta trombosit dapat pula terlihat. Destrksi masif sel darah

merah yang iamtur dalam sumsum tulang akan membebaskan enzim

LDH.

Di dalam darah perifer, makrosit tersebut cenderung berbentuk

oval dan memiliki variasi ukuran serta bentuk yang lebih luas

dibandingkan sel darah normal. Di samping itu, menunjukan

peningkatan diameter mean korpuskularnya. Pembelahan sel yang

abnormal dalam jaringan epitel menghasilkan atrofi mukosa pipi,

lambung dan usus. Sebagai dampaknya sering terlihat glositis

kehilangan selera makan dan diare.

3) Anemia Normositik Normokromik Dengan Jumlah Retikulosit yang

Tinggi

Terdapat dua penyebab penting dari jumlah Retikulosit yang

meningkat dapat mengindikasikan regenerasi sel darah merah yang

cepat, diantaranya :

a) Anemia hemolitik

Kemungkinan anemia tipe hemolitik dapat di curigai

apabila keadaan anemia tersebut di sertai dengan

hiperbilirubinemia yang tidak terkonyugasi (ikterus akolurik). Sel

darah merah hidup dengan rentang normal sekitar 120 hari. Akan

tetapi, akibat berbagai defek intrakorpuskular (herediter atau

kongenital) atau ekstrakorpuskular (akuisita), makan rentang hidup


14

sel darah merah lebih pendek. Sumsum tulang sendiri mencoba

mengimbangi peningkatan destruksi sel darah merah dengan

mempercepat peningkatan dekstrusi sel darah merah dengan

mempercepat eritrpoiesis (sebagaimana diperlihatkan dari

meningkatnya jumlah retikulosit). Ketika laju generasi sel darah

merah tidak dapat mengimbangi laju destruksi sel darah merah,

maka akan terjadi anemia.

Hidup sel darah merah berkurang dapat dilihat lewat teknik

pemeriksaan kromium radioaktif. Akan tetapi, untuk memastikan

diagnosis anemia hemolitik jarang diperlukan pemeriksaan ini.

Yang lebih penting ialah menemukan penyebab yang berlebihan.

Pemeriksaan morfologi sel darah merah di dalam sediaan darah

tepi kerapkali dapat memberikan petunujuk tentang penyebab

hemolisis.

b) Anemia post-hemoragik akut

Pada saat pasien kehilangan darah yang terjadi dengan

jumlah dengan sedikit tetapi dalam rentang waktu yang lama ,

maka anemia hanya terjadi ketika simpanan besi tubuh sudah

habis. Tipe kehilangan darah ini menimbulkan anemia defisiesi

besi .di lain pihak , kehilangan darah yang akut dalam jumlah besar

yang terjadi karena sebab ekstrenal maupun internal akan

mengakibatkan anemia kendati simpanan besi masih mencukupi.


15

Kondisi ini menunjukkan tipe anemia normositik normokromik

dengan jumlah retikulosit yang tinggi.

Anemia gravis ini termasuk ke dalam anemia post

hemoragik akut atau disebut anemia perdarahan yang dimana dari

hasil pengkajian terdapat perdarahan pada saluran pencernaan yang

menyebabkan BAB pasien hitam dan teraba nyeri di abdomen

kuadran kiri atas yang menjalar k kuadran lainnya.

5. Patofisoilogi

Anemia bisa disebabkan karena adanya kehilangan sel darah merah

yang berlebihan. Hal itu bisa disebabkan akibat invasi tumor, pajanan

toksik, kekurangan nutrisi atau kebanyakan penyebab yang tidak

diketahui. Perdarahan dapat menyebabkan sel darah merah dapat hilang.

Lisis sel darah merah terjadi pada sel fagositik terutama dalam

limpa dan hati. Bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki

aliran darah pada tubuh. Peningkatan bilirubin plasma direfleksikan setiap

kenaikan destruksi sel darah merah.

Hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia) apabila

pada saat sirkulasi sel darah merah mengalami penghancuran. Jika

konsentrasinya lebih dari kapasitas, maka hemoglobin akan terdifusi di

dalam glomerulis ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria) (Aspiani,

2014).
16

6. Pathway

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B 12, As. Overaktif RES,
uterus, hidung, luka Folat, Depresi sumsum tulang produksi SDM
abnormal
eritropoetik ↓

Kehilangan SDM (Sel Darah


Merah) Produksi SDM ↓ Penghancuran SDM ↑

Penurunan jumlah eritrosit Pertahanan sekunder


tidak adekuat Resiko infeksi

Iflamasi nyeri
efigastrium
Penurunan kadar Hb Efek GI

Nyeri akut

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Peningkatan frekuensi Glositit berat (lidah


Beban kerja dan curah jantung nafas meradang), diare,
meningkat kehilangan nafsu makan
Dyspnea (kesulitan
bernafas) Intake nutrisi turun
Takikardi, angina (nyeri dada),
iskemia miokardium, beban (anoreksia)
kerja jantung ↑ Penurunan transport O2

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakefektifan perfusi Hipoksia
kurang dari kebuthuan
jaringan perifer tubuh

Peningkatan kontraktilitas
ganggaun Ketidakefekti
metabolisme
palptasi koordinasi, fan pola nafas
aerob turun,
parestesia, mati anaerob naik
Penebalan dindingg vertikel rasa, ataksia,
bingung
kelemahan/keletihan
kardiomegali
intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2015 ; Soebroto, 2015 )
17

7. Manifestasi klinis

Memang gejala pada pasien dengan anemia kadang membuat kita

menjadi bingung. Gejala yang disebabkan karena pasokan oksigen ini

tidak mencukupi kebutuhan yang bervariasi. Anemia juga bisa

menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa

pusing. Jika anemia tersebut bertambah berat, dapat menyebabkan stroke

hingga serangan jantung (Soebroto, 2015).

Sedangkan menurut Desmawanti (2017) menjelaskan gejala yang

sering muncul pada pasien dengan anemia menurut. Diantaranya :

a. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah

b. Sakit kepala, dan mudah marah

c. Tidak mampu berkonsetrasi, dan rentan terhadap infeksi

d. Pingsan, pusing, haus, berkeringat, pernapasan yang cepat, denyut nadi

yang lemah dan cepat.

8. Pemeriksaan diagnotik

Dari beberapa pemeriksaan penunjang menurut (Nurarif &

Kusuma, 2015) Menjelaskan terdapat 2 pemeriksaan, diantaranya :

a. Tes penyaringan

Dilakukan pada tahap awal setiap kasus anemia , pemeriksaan

ini dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi, pemeriksaan

meliputi : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCH, MCHC),

apusan darah tepi.


18

b. Pemeriksaan ultrasonografi

Penyebab perdarahan mungkin belum bisa dipastikan,

dilakukannya ultrasonografi ini bertujuan mengetahui lokasi yang

pasti munculnya perdarahan teserbut.

c. Pemeriksaan darah seri anemia

Hitung lekosit, trombosit, laju endap darah (LED), serta hitung

retikulosit. Sedangkan menurut (Soebroto, 2015) pemeriksaan

penunjang terdapat 4 pemeriksaan, diantaranya :

a. Tes kadar zat besi : termasuk kadar zat besi tubuh dan feritin, dapat

membantu menentukan apakah anemia karena defisiensi besi atau

bukan.

b. Hemoglobin elektroferesis : digunakan untuk mendeteksi hemoglobin

yang abnormal dalam darah dan untuk menentukan diagnosa anemia

sel sabit, talasemia, dan anemia bawaan lainnya.

c. Biopsi dan aspirasi sumsum tulang : membantu menetukan apakah

sumsum tulang memproduksi sel darah merah.

d. Hitung retikulosit : menghitung sel darah merah muda, membantu

menentukan apakah produksi sel darah merah ada pada kadar normal.

9. Penatalaksanaan medis

a. Ivasif

Desmawati (2017) menjelaskan pengobatan yang dilakukan

tergantung pada kecepatan hilangnya darah dan beratnya anemia yang

dialami oleh penderita . Satu-satunya tindakan pengobatan yang


19

dilakuukan pada pasien dengan kehilangan darah dalam waktu yang

singkat atau anemia yang berat adalah transfusi sel darah merah. Selain

itu juga sumber dari perdarahan itu sendiri harus ditemukan dan

perdarahan harus dihentikan.

Sedangkan menurut Jitowijoyono (2018) menjelaskan

penatalaksanaan anemia bertujuan mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang, transplantasi sel darah merah, mengindari situasi

kekurangan oksigen atau beraktivitas yang membutuhkan oksigen, dan

diet kaya besi yang mengangdung daging dan sayuran hijau.

b. Non invasif

Desmawati (2017) menjelaskan Jika darah ini hilang dalam

waktu yang lebih lama atau disebut anemia tidak terlalu berat, tubuh

juga dapat menghasilkan sejumlah sel darah merah yang cukup untuk

memperbaiki anemia tanpa harus menjalani transfusi. Zat besi yang

diperlukan untuk pembentukan sel darah merah juga hilang selama

perdarahan itu terjadi. Karena itu, sebagian besar pasien dengan

anemia juga mendapatkan tambahan zat besi, biasanya dalam bentuk

tablet.

Pemberian preparat besi (ferosulfat / ferofumarat / ferolukonat)

dosis 4-6 mg besi elemental / kg BB / hari dibagi dalam tiga dosis,

diberikan diantara waktu makan. Preparat besi ini dapat diberikan

dalam rentang waktu 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.


20

Asam askorbat 100 mg / 15 mg besi elemental (untuk meningkatkan

absorbsi besi).

c. Macam-macam transfusi yang bisa diberikan pada pasien anemia

Menurut Soebroto (2015) menjelaskan macam-macam transfusi

darah dibagi menjadi 2, diantaranya :

1) WB (Whole blood)

Whole blood disebut dengan darah lengkap volume 450-

500 ml/unit, pemberian 2-4 jam, dan dihangatkan. Pada orang

dewasa transfusi 1 unit (500 ml) dengan kenaikan hemoglobin

kira-kira 1 gr% atau hematokrit 3-4%, mengandung hematokrit

35%. Dengan kandungan plasma, komponen-komponen darah

(Eritrosit, trombosit, leukosit) dan faktor pembentukan darah.

Indikasi pada pasien ini diantaranya perdarahan (Syok

hipovolemik), kehilangan cairan tubuh >30%, anemia, dan operasi

bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml.

2) RPC (Packed Red Cell)

RPC yang disebut juga sel darah merah, dengan volume

200-250 ml/unit pemberian 2-4 jam dan dihangatkan. Untuk

kenaikan hemoglobin 1 gr/dl, dan hematokrit 3-5%, yang

mengandung hematokrit 70-80%. Dengan indikasi pasien dengan

kadar hemoglobin <7 gr/dl dapat ditunda jika asomptomatik, kadar

hemoglobin 7-10 gr/dl bila disertai hipoksemia berat, bila

hemoglobin >10 gr/dl tidak diberi transfusi kecuali bila ada


21

indikasi tertentu, pada neonatus dengan kadar hemoglobin <11

gr/dl, dan pasien anemia.

3) PT (Platelet concentrate) / TC (Trombosit concetrate)

Mengandung trombosit, dengan indikasi pasien

trombositopenia <50.000 uL bila ada perdarahan mikrovaskular

difusi <100.000 uL, profilaksis pre operasi bila <50.000 uL,

PTT/APTT memanjang, ITP, dan pasien Demam Berdarah Dengue

(DBD). 1 unit menaikkan jumlah platelet 9.000-11.000/mm3, dosis

umumnya 1 unit per 10 kg BB (5-7 unit untuk orang dewasa),

trombositopenia berat butuh 8-10 unit, TC harus ditransfusi dalam

waktu 2 jam diberikan sampai perdarahan berhenti atau bleeding

time normal (PTT/APTT). Dengan volume 25-40 ml/unit

pemberian cepat (20 menit) dan segera diberikan.

4) FEP (Fresh Frozen Plasma)

Dengan kandungan plasma, faktor koagulasi (pembekuan

darah), dan komplemen. Diberikan pada pasien dengan perdarahan

yang tidak dihentikan dengan bedah, peningkatan PTT atau APTT

minimal 1,5 kali dari nilai normal bukan karena trombositopenia

hitung tombosit >70.000/mm3, dan pasien sirosis hepatis dengan

terapi warfarin. Untuk mencapai konsentrasi plasma 30% dengan

pemberian 10-15 ml/kg BB/hari, dan setelah pemberian warfarin

dosis 5-8 ml/kg BB biasanya cukup. Volume 125ml/unit,

pemberian cepat, dan dihangatkan.


22

5) PPF (Plasma Protein Fraction)

Yang mengandung albumin (5-20%), volume 50 ml/unit

dan 100 ml/unit kecepatan maksimal adalah 1 ml/menit 20%

(albumin yang diharapkan-albumin pasien) x BB x 0,8. Dengan

indikasi untuk ekspander darah dan pengganti protein, albumin <3

g/dl, sirosis hepatis, malnutrisi, luka bakar, dan asites.

10. Komplikasi

Dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang, Akibatnya,

pasien anemia akan lebih mudah terkena infeksi seperti saluran nafas, flu,

batuk pilek, serta jantung juga menjadi mudah lelah, karena harus

memompa darah lebih kuat. Penurunan kerja fisik dan pendapatan,

penurunan daya tahan terhadap keletihan (Desmawati, 2017).

B. Konsep dasar asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Desmawati (2017) menjelaskan pengkajian merupakan tahap awal

dan langkah pertama dalam proses keperawatan, perlu kevalidan dan

ketelitian tentang hal-hal yang dikeluhkan klien sehingga dapat

memberikan arah terhadap tindakan keperawatan apa yang tepat diberikan

kepada klien. Keberhasilan di dalam proses keperawatan sangat

bergantung pada tahap ini. Tahap pengkajian terdiri dari :


23

a. Anamnesa

1) Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, bahasa yang dipakai, status perkawinan, golongan

darah, golongan darah, Diagnosa medis, tanggal masuk rumah

sakit, no.registrasi, asuransi, dan alamat.

2) Keluhan Utama

Biasanya pada pasien anemia mengeluh lemas, lesu, nyeri

dan pusing.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan pada pasien sejak kapan merasakan keluhan

seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang

akan dilakukan pada pasien untuk menanggulanginya.

2) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien dahulu pernah mengalami perdarahan yang

hebat dan pernah mengalami kekurangan makanan yang

mengandung asam folfat, dan Fe.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Salah satu faktor predisposisi yang terjadi pada kasus

anemia ialah sering terjadi pada keturunan diantarnya Penyakit

keluarga ini yang berhubungan dengan penyakit anemia.


24

c. Pola kebutuhan sehari-hari

Menurut Wartonah (2015) pola kebutuhan yang sehari-hari

yang muncul, diantaranya :

1) Pola nutrisi

Menggambarkan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,seperti

jenis makanan, makanan kesukaan, frekuensi, nafsu makan, mual

dan muntah.

2) Pola eliminasi

Pengkajian ini menjelaskan tentang bagaimana pola BAB,

BAK, ekskresi feses, urine, dan kulit, serta kaji juga apakah ada

gangguan atau kesulitan dalam berekresi.

3) Pola istirahat dan tidur

Pada pengkajian ini menggambarkan pola tidur, jumlah jam

tidur pada siang dan malam, masalah tidur, insomina, istirahat, dan

persepsi terhadap energi.

4) Pola latihan dan aktifitas

Menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang di

dalam melakukan tindakan aktifita latihan dan seperti adanya

kontraktor, kekuatan otot, bahkan kelumpuhan, dan lain-lain.

5) Personal hygiene

Menjelaskan bagaimana pola personal hygiene pasien

seperti frekuensi keramas berapa kali dalam seminggu, frekuensi


25

menggunting kuku berpa kali dalam seminggu, dan frekuensi

mandi dalam sehari berapa kali.

d. Pemeriksaan fisik

Black & Hawks (2014) menyatakan bahwa di dalam

pemeriksaan fisik pada pasien anemia gravis, diantaranya :

1) Keadaan umum : Tampak kelelahan, kelemahan, berkunang-

kunang, sakit kepala, vertigo, dispnea, malaise, demam,

penurunan berat badan , dan sensitif terhadap dingin.

2) Kulit (integumen) : pucat, kuku berbentuk cekung seperti

sendok dengan tepian memanjang (IDA), serta mudah kuku

rapuh, kulit tampak ucat dan kering, , serta ikterus (HA).

3) Pernafasan : Ortopnea (anemia, krisis Hbs) dan dispnea.

4) Kardiovaskuler : Konjungtiva anemis, sklera ikterus dan

perdarahan retina (HA), dan pandangan kabur (anemia, PV),

jantung berdebar-debar, gagal jantung, kardiomegali, angina

murmuralis, takikardi, hipertensi, dan kaludikasio interminten.

5) Gastrointestinal : Lidah merah terang , licin, halus, dan nyeri

(PAIDA), hematemesis (muntah darah), anoreksia, nyeri

abdomen, feses hitam ter/aspal (HA), splenomegali,

hematomegali, dan disfagia (IDA).

6) Urogenital : Menoragia (IDA), penurunan kesuburan (anemia),

amenore, dan hematuria (HA).


26

7) Muskuloskeletal : Sakit sendi dan tulang hebat (Hbs), nyeri

punggung, dan nyeri tekan pada sternum,

8) Sistem saraf : Pusing (anemia), Sakit kepala, kehilangan

keseimbangan (PA), neuropati perifer, paratesia, kecemasan,

kesulitan koping (terutama pada kondisi mengancam jiwa), dan

depresi mental.

2. Analisa data

Tabel 2.1 Analisa data

Data Etiologi Masalah


Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, Resiko infeksi
a. Penurunan uterus, hidung, luka
hemoglobin ↓
b. Gangguan integritas Kehilangan SDM (Sel
kulit Darah Merah)
c. Penurunan pH sekresi ↓
d. Manutrisi Penurunan jumlah
eritrosit
(Herdman, 2018) ↓
Penurunan kadar Hb

Pertahanan sekunder
tidak adekuat

Resiko infeksi
(Nurarif & Kusuma,
2015)
Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, Ketidakefektifan perfusi
a. Waktu pengisian uterus, hidung, luka jaringan perifer
kapiler >3 detik ↓
b. Penurunan nadi perifer Kehilangan SDM (Sel
c. Kelambatan Darah Merah)
penyembuhan luka ↓
perifer Penurunan jumlah
d. Perubahan tekanan di eritrosit
ektremitas ↓
e. Perubahan Penurunan kadar Hb
karakteristik kulit ↓
f. Warna tidak kembali Kompensasi jantung
ke tungkai 1 menit ↓
setelah tungkai Beban kerja dan curah
diturunkan jantung meningkat

(Herdman, 2018) Takikardi, angina (nyeri
dada), iskemia
27

miokardium, beban kerja


jantung ↑

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

(Nurarif & Kusuma,


2015)
Batasan karakteristik : Obat-obatan (NISAD, nyeri akut
a. Keluhan tentang aspirin, sulfanomida,
karakteristik nyeri steroid, digitalis)
dengan menggunakan ↓
standar instrumen Inflamasi
nyeri ↓
b. Keluhan tentang Perdarahan saluran cerna,
intensitas uterus, hidung, luka
menggunakan standar ↓
skala nyeri Nyeri pada epgastrium
c. Perubahan selera ↓
makan ↓
d. Ekspresi wajah nyeri Nyeri
e. Sikap tubuh
melindungi nyeri (Soebroto, 2015)

(Herdman, 2018)
Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, Ketidakseimbangan
a. Asupan makanan uterus, hidung, luka nutrisi kurang dari
kurang dari ↓ kebuthuan tubuh
recommended daily Kehilangan SDM (Sel
allowance (RDA) Darah Merah)
b. Berat badan 20% atau ↓
lebih di bawah rentang Penurunan jumlah
berat badan ideal eritrosit
c. Enggan makan ↓
d. Gangguan sensasi rasa Penurunan kadar Hb

(Herdman, 2018) Efek GI

Gangguan penyerapan
nutrisi & defisiensi folat

Glositit berat (lidah
meradang), diare,
kehilangan nafsu makan

Intake nutrisi turun
(anoreksia)

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebuthuan tubuh

(Nurarif & Kusuma,


2015)
28

Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, Ketidakefektifan pola


a. Pernapasan bibir uterus, hidung, luka nafas
b. Dispnea ↓
c. Pernapasan cuping Kehilangan SDM (Sel
hidung Darah Merah)
d. Bradipnea ↓
e. Fase ekspirasi Penurunan jumlah
memanjang eritrosit
f. Penggunaan otot bantu ↓
nafas Penurunan kadar Hb
g. Takipnea ↓
Kompensasi paru
(Herdman, 2018) ↓
Perdarahan saluran cerna,
uterus

Dyspnea (kesulitan
bernafas)
Penurunan transport O2

Ketidakefektifan pola
nafas

(Nurarif & Kusuma,


2015)
Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, intoleransi aktivitas
a. Respon frekuensi uterus, hidung, luka
jantung abnormal ↓
terhadap aktivitas Kehilangan SDM (Sel
b. Respon tekanan darah Darah Merah)
abnormal terhadap ↓
aktivitas Penurunan jumlah
c. Keletihan eritrosit
d. Ketidaknyamanan ↓
setelah beraktivitas Penurunan kadar Hb
e. Kelemahan umum ↓
Kompensasi paru
(Herdman, 2018) ↓
Perdarahan saluran cerna,
uterus

Dyspnea (kesulitan
bernafas)
Penurunan transport O2

Ketidakefektifan pola
nafas

parestesia, mati rasa,
ataksia, gangguan
koordinasi, bingung

intoleransi aktivitas
(Nurarif & Kusuma,
2015)
29

Batasan karakteristik : Perdarahan saluran cerna, Defisit perawatan diri


a. Ketidakmampuan uterus, hidung, luka
menjangkau sumber ↓
air Kehilangan SDM (Sel
b. Ketidakmampuan Darah Merah)
mengakses kamar ↓
mandi Penurunan jumlah
c. Ketidakmampuan eritrosit
mengatur air mandi ↓
d. Ketidakmampuan Penurunan kadar Hb
membasuh tubuh ↓
e. Ketidakmampuan Kompensasi paru
mengambil ↓
perlengkapan mandi Perdarahan saluran cerna,
uterus
(Herdman, 2018) ↓
Dyspnea (kesulitan
bernafas)
Penurunan transport O2

Metabolisme aerob turun,
anaerob naik

Kelemahan/keletihan

Defisit perawatan diri

(Soebroto, 2015)

3. Penentuan diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ialah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atas masalah aktual atau resiko di dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan rencana keperawatan untuk mengurangi,

menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan pasien yang ada pada

tanggung jawabnya. (Wartonah, 2015).

Diagnosa yang muncul pada pasien anemia, yang dibahas menurut

teori (Herdman, 2018), antara lain :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya

hidup kurang gerak


30

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan diet kurang

e. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

g. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kemahan


4. Penentuan intervensi keperawatan

Tabel 2.2 intervensi keperawatan

Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis


Rentang mengalami invasi multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
Domain : 11 Keamanan / perlindungan
Kelas : 1 Infeksi
(Herdman, 2018)
Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama Perlindungan infeksi:
x24 jam diaharapkan resiko infeksi dapat 1. Monitor kerentanan terhadap infeksi 1. Mencegah terjadinya penyebaran
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Tingkat asupan nutrisi yang cukup infeksi
Kontrol resiko proses infeksi 2. Nutrisi dapat membantu dalam
Indikor Awal Target kemampuan sel dan jaringan melakukan
1. Mencari informasi regenerasi atau kembali ke struktur
terkait kontrol infeksi 3. Anjurkan asupan cairan dengan tepat normal melalui pertumbuhan sel
2. Memonitor 3. Menjaga status hidrasi, meminimalisasi
perubahan status 4. Anjurkan peningkatan / ajarkan pasien infeksi bakteri di lokal infeksi
kesehatan dan anggota keluarga untuk 4. Informasi kepada pasien dan keluarga
Keterangan : menghindari infeksi membantu menghindari resiko infeksi
1. : Sangat terganggu 4 : Cukup terganggu
2. : Banyak terganggu 5 : Tidak terganggu Kontrol infeksi :
3. : Sedikit terganggu 5. Berikan terapi antibiotik yang sesuai 5. Antibiotik bekerja membunuh dan
Perawatan diri : Kebersihan menghentikan bakteri berkembang biak
Indikator Awal Target di dalam tubuh
1. Mengeramas
rambut
2. Menyisir
rambut
Keterangan :
4. : Sangat terganggu 4 : Cukup terganggu
5. : Banyak terganggu 5 : Tidak terganggu
6. : Sedikit terganggu
(Moorhead, et al. 2013)
(Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

40
Ketidakefektifan perkusi jaringan Perifer berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Domain : 4 aktivitas / istirahat
Kelas : 4 respon kardiovaskuler / pulmonal
(Herdman, 2018)
Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
Setalah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan sirkulasi insufiensi Vena
selama x 24 jam diharapkan ketidakefektifan 1. Lakukan penilaian sirkulasi perifer 1. Indikator keadaan volume sirkulasi
perfusi jaringan perifer dapat teratasi dengan secara komprehensif (Misalnya
kriteria hasil : mengecek nadi perifer, odem, waktu
Koagulasidarah pengisian kapiler, warna dan suhu kulit)
Indikator Awal Target terapi intravena
2. Monitor tanda-tanda vital 2. Pengendapan dan sabit pembuluh darah
1. Hemoglobin perifer dapat menimbulkan obliterasi
(Hgb) lengkap atau persial pembuluh darah
Keterangan : dengan penurunan perfusi pada jaringan
1. : Deviasi berat dari kisaran normal Perawatan sairkulasi : Alat bantu sekitar. Sequeastrasi splenik masih tiba-
2. : Deviasi yang cukup besar dari kisaran : mekanik tiba pada sel dapat menimbulkan syok
normal
3. : Deviasi sedang dari kisaran normal 3. Berikan transfusi darah yang sesuai 3. Meningkatkan kualitas darah
4. : Deviasi ringan dari kisaran normal
5. : Tidak ada deviasi dari kisaran normal Surveilens :
Perfusi jaringan 4. Fasilitasi pasien untuk dapat menjalani 4. Mengetahui keadaan umum pasien
Indikator Awal Target tes diagnostik
1. Aliran 5. Interpretasi hasil tes diagnostik dengan 5. Penurunan perfusi jaringan dapat
darah tepat menimbulkan infark tertahap organ
melalu jaringan seperti otak, hati, limpa, ginjal,
i otot rangka, dan sebagainya dengan
pembu konsekuensi pelepasan enzim
luh intraseluler
darah
perifer

41
Keterangan :
1. : Deviasi berat dari kisaran normal
2. : Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal
3. : Deviasi sedang dari kisaran normal
4. : Deviasi ringan dari kisaran normal
5. : Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Tanda-tanda vital
Indikator Awal Target
1. Suhu
tubuh
2. Irama
pernapa
san
3. Tekanan
darah
sistolik
4. Tekanan
darah
diastolio
k
Keterangan :
1. : Deviasi berat dari kisaran normal
2. : Deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal
3. : Deviasi sedang dari kisaran normal
4. : Deviasi ringan dari kisaran normal
5. : Tidak ada deviasi dari kisaran normal

(Moorhead, et al. 2013) (Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

42
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (Internastional association for study of pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan Domain : 2 kenyamanan
Kelas : 1 kenyamanan fisik
(Herdman, 2018)
Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
Setalah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
selama x 24 jam diaharapkan nyeri dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Membantu membedakan penyebab nyeri
teratasi dengan kriteria hasil : komprehensif meliputi lokasi dan memberikan informasi tentang
Tingkat nyeri karakteristik durasi frekuensi kualitas kemajuan/perbaikan penyakit, terjadi
Indikator Awal Target dan integritas dan faktor pencetus komplikasi dan keefektifan intervensi
1. Nyeri 2. Ajarkan penggunaan teknik non 2. Membantu manajemen nyeri dengan
yang farmakologi distraksi dan relaksasi perhatian langsung
dilaporka 3. Berikan kesempatan istirahat untuk 3. Meningkatkann istirahat, memusatkan
n membantu menurunkan nyeri kembali, dapat meningkatkan koping
2. Panjang 4. Berikan individu penurunan nyeri yang 4. Analgesik memblok lintasan nyeri
episode optimal sehingga nyeri berkurang
nyeri
3. Ekspresi
wajah
nyeri
Keterangan :
1. : Berat 4 : Ringan
2. : Cukup berat 5 : Tidak ada
3. : Sedang
Kontrol nyeri
Indikator Awal Target
1. Penggunaan
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgetik
2. Melaporkan
nyeri yang
terkontrol

43
Keterangan :
1. : Tidak pernah menunjukkan
2. : Jarang menunjukkan
3. : Kadang-kadang menunjukkan
4. : Sering menunjukkan
5. : Secara konsisten menunjukkan

(Moorhead, et al. 2013)


(Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh beruhubungan dengan asupan diet kurang
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Domain : 2 Nutrisi
Kelas : 1 Makan
(Herdman, 2018)

Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional


Setalah dilakukan tindakan keperawatan Monitor nutrisi :
selama x24 jam diaharapkan 1. Monitor kalori dan asupan makanan 1. Mengetahui adanya kekurangan nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari atau tidak
kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria 2. Monitor adanya mual muntah 2. Pasien cenderung mengalami luka dn
hasil : perdarahan gusi/rasa tidak enak pada
mulut dimaan menambah anoreksia/mual
Nafsu makan munta
Indiktor Awal Target 3. Lakukan pengukuran antropometri pada 3. Mungkin sulit untuk menggunakan BB
komposisi tubuh (indeks masa tubuh) sebagai indikator langsung status nutrisi
1. Kehilangan karena ada gambaran oedema/acites
untuk Manajemen berat badan:
makan 4. Motivasi klien untuk mengubah pola 4. Buruknya toleransi terhadap makan
2. Intake makan banyak mungkin berhubungan dengan
makan peningkatan tekanan intra abdomen
3. Merasakan Manajemen nutrisi: acites
makan 5. Kolaborasi pemberian antiemetik 5. Digunakan dengan hati-hati untuk
Keterangan : menurunkan mual muntah dan
1. : Berat meningkatkan asupan oral
2. : Cukup berat

44
3. : Sedang
4. : Ringan
5. : Tidak ada

(Moorhead, et al. 2013) (Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan


Inspirsi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Domain : 4 aktivitas / istirahat
Kelas : 4 Respon kardiovaskuler / pulmonal
(Herdman, 2018)

Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional


Setalah dilakukan tindakan keperawatan Monitor pernafasan:
selama x24 jam diaharapkan ketidakefektifan 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, 1. Terjadinya ketidakefektifan pola nafas
pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil : dan kesulitan bernafas
2. Monitor pola nafas (mis : takipnea, 2. Pengontrolan pola nafas
Status pernafasan : Ventilasi hiperventilasi)
Indiktor Awal Target 3. Auskultasi suara nafas, catat area dimana 3. Untuk mengetahui kepatenan jalan nafas
terjadi penurunan atau tidak adanya
1. Frekuensi ventilasi dan kesadaran untuk
pernafasan memaksimalkan suara nafas tambahan
2. Irama 4. Posisi tubuh untuk memaksimalkan 4. Posisi duduk yang tepat dapat membuka
pernafasan ventilasi jalan nafas lebih besar
3. Penggunaan
otot bantu Terapi oksigen:
nafas 5. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan 5. Meningkatkan pernafasan dengan
Keterangan : lain mengenai pemberian oksigen meningkatkan asupan oksigen
1. : Deviasi berat dari kisaran normal 6. Beri obat sesuai advist 6. Obat bekerja lebih cepat ke pusat otak
2. : Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. : Deviasi sedang dari kisaran normal
4. : Deviasi ringan dari kisaran normal
5. : Tidak ada deviasi
(Moorhead, et al. 2013) (Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

45
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
Ketidakasupan energi psikologis atau biologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
dilakukan
Domain : 4 aktivitas / istirahat
Kelas : 4 Respon kardiovaskuler / pulmonal
(Herdman, 2018)

Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional


Setalah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi:
selama x24 jam diaharapkan intoleransi 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaaan umum pasien
aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Kaji status fisiologis pasien yang 2. Mencegah kelelahan memberikan
menyebabkan kelelahan sesuai dengan kesempatan untuk berperan upaya
Toleransi terhadap aktivitas konteks usia perkembangan melakukan yang sesuai
Indikator Awal Target 3. Anjurkan pasien mengungkapakn 3. Menurunkan stres dn rangsangan
perasaan verbal mengenai keterbatasan berlebih mengingkat istirahat
1. Frekuensi yang dialami
nadi ketiak 4. Monitor lokasi dan sumber 4. Menempatkan istirahat/kebutuhan pasien
beraktifitas ketidaknyamanan atau nyeri yang dan memudahkan pilihan intervensi
2. Frekuensi dialami selama aktivitas
pernafasan 5. Pantau pasien dalam aktifitas sehari-hari 5. Mengetahui aktivitas pasien
ketika yang teratur sesuai kebutuhan
beraktivitas
3. Frekuensi
tekanan
darah
ketika
beraktivitas
4. Kemudahan
dalam
melakukan
aktivitas
hidup
harian
(ADL)

46
Keterangan :
1. : Berat
2. : Cukup berat
3. : Sedang
4. : Ringan
5. : Tidak ada

(Moorhead, et al. 2013) (Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, & C.Geissler, 2012)

Defisit perawatan diri : Mandi berhubungan dengan kelemahan


Ketidakmampuan melakukan pembersihan diri seksama secara mandiri
Domain : 4 aktivitas / istirahat
Kelas : 5 Perawatan diri
(Herdman, 2018)

Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional


Setalah dilakukan tindakan keperawatan Memandikan :
selama 1 x24 jam diaharapkan defisit 1. Bantu (memandikan pasien) dengan 1. Sesuai dengan perkembangan penyakit,
perawatan diri dapat teratasi dengan kriteria menggunakan kuris untuk mandi, bak kebutuhan akan kebersihan dasar
hasil : tempat mandi, mandi dengan berdiri, mingkin dilupakan. Panas (mis., infeksi,
dengan menggunakan cara yang tepat penyakit gusi, penampilan yang kusut)
Perawatan diri : Mandi atau sesuai dengan keinginan (pasien) mungkin terjadi ketika pasien/pemberi
Indikator Awal Target asuhan menjadi terintimidasi dengan
memelihara masalah-masalah yang ada
1. Mengambil 2. Mandi dengan air yang mempunyai 2. Memfasilitasi kebutuhan yang sesuai
alat/bahan suhu yang nyaman
mandi 3. Bantu dalam hal kebersihan (misalnya., 3. Memberikan rasa nyaman
2. Mendapat deodoran, parfum)
air mandi 4. Cuci rambut sesuai dengan kebutuhan 4. Membuat pasien lebih merasa percaya
3. Mencuci atau keinginan diri
badan
bagian atas
4. Mencuci
badan
bagian
bawah

47
Keterangan :
1. : Sangat terganggu
2. : Banyak terganggu
3. : Sedikit terganggu
4. : Cukup terganggu
5. : Tidak terganggu

Perawatan diri : Kebersihan


Indikator Awal Target
3. Mengeramas
rambut
4. Menyisir
rambut
Keterangan :
6. : Sangat terganggu
7. : Banyak terganggu
8. : Sedikit terganggu
9. : Cukup terganggu
10. : Tidak terganggu

(Moorhead, et al. 2013) (Bulechek, et al. 2013) (Doenges, Moorhouse, and Geissler, 2012)

48
49

5. Implementasi

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan.

implementasi yang dilakukan berdasarkan dari rencana tindakan pada

diagnosa yang mungkin muncul yaitu pada diagnosa nyeri diantaranya

manajemen nyeri, pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

diantaranya : perawatan sirkulasi insufiensi vena, dan pada diagnosa

perawatan luka tekan dan surveilens.

Berdasarkan rencana yang dilakukan diantaranya meliputi tindakan

mandiri dan kolaborasi dengan perawat, melakukan tindakan keperawatan

yang sudah direncanakan, berkerja sama dengan pasien dalam melakukan

dan memenuhi kebutuhan keperawatan pasien, memberikan pendidikan

Kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, mengkaji ulang terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien (Setiadi 2012).

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan proses akhir pada tindakan

keperawatan, yaitu dengan mengevaluasi dan melihat perkembangan hasil

yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien. Proses atau tahap-tahap

yang harus dilakukan adalah diantaranya merencanakan evaluasi hasil dari

intervensi yang telah dilakukan, kemudian apa yang harus

dimonitor/dipantau pada pasien dengan penderita anemia gravis

diantaranya pantau kadar hemoglobin pasien, dan nilai sirkulasi perifer

secara komprehensif (Debora, 2012).

Anda mungkin juga menyukai