Anda di halaman 1dari 9

Journal Of Marine Research.

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 152-160


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Potensi Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit


Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus
luteus

Angelina Ferawaty Siregar, Agus Sabdono, Delianis Pringgenies *)

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email : siregar.angelina@gmail.com

Abstrak
Seiring dengan meningkatnya resistensi bakteri di dunia kesehatan, maka perlu adanya penemuan
obat baru. Sumber antibakteri baru dapat diperoleh dari senyawa bioaktif yang terkandung dalam rumput
laut. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kasar rumput laut terhadap
bakteri penyakit kulit Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis dan Micrococcus luteus;
mengidentifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kasar rumput laut dengan
menggunakan metode fitokimia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Mei 2012. Pengambilan
sampel rumput laut (Caulerpa sp, Eucheuma sp, Gracilaria sp dan Sargassum sp) dilakukan di Perairan
Jepara. Proses ekstraksi dan uji fitokimia dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro, Semarang. Uji aktivitas bakteri dilakukan di Laboratorium Obat, PT Karunia Bahari Ungaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratories. Proses ekstraksi
dilakukan dengan metode ekstraksi padat-cair (solid-liquid). Uji aktivitas antibakteri menggunakan
metode difusi agar menurut Kirby-Bauer. Uji golongan senyawa dalam ekstrak kasar rumput laut
menggunakan uji fitokimia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 12 ekstrak rumput laut yang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji P. aeruginosa, S. epidermidis dan M. luteus. Zona
hambatan tertinggi berada pada konsentrasi 200 μg/disk yaitu pada ekstrak etil asetat Sargassum sp
merupakan ekstrak yang paling aktif terhadap bakteri P. aeruginosa dan M. luteus, sedangkan ekstrak
metanol Sargassum sp merupakan ekstrak yang paling aktif terhadap bakteri S. epidermidis. Golongan
senyawa ke 12 ekstrak rumput laut yang paling dominan adalah steroid.

Kata kunci : Rumput laut, Ektraksi, Aktivitas Antibakteri.

Abstract
Along with the increasing resistance of bacteria in the health world, it is necessary discover a new
drug. Sources of new antibacterial bioactive compounds can be obtained from seaweeds. The purposes
of the research were to determine the antibacterial activity of crude extract seaweed againts the skin
disease bacteria, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis and Micrococcus luteus, and to
identify classes of compounds contained in crude extract of seaweed. This research was done from
January to Mei 2012. Seaweeds sampling (Caulerpa sp, Eucheuma sp, Gracilaria sp dan Sargassum sp)
was conducted in territorial water of Jepara. Extraction process and analysis of bioactive compound of
crude extracts was conducted at Laboratory, Marine Science Department, Diponegoro University,
Semarang. Test antibacterial activity was conducted at Medicine Laboratory, Ungaran. The method used
in this research was experimental laboratories. Extraction process was conducted with solid-liquid
extraction method. Extract were tested for antibacterial activity by agar diffusion method according to
Kirby-baurer. Based on the antibacterial activity’s assay, 12 extracts which have antibacterial activity
against test bacteria P. aeruginosa, S. epidermidis and M. luteus were obtained the 12 seaweed extracts
the highest consentration of inhibition zone was 200 μg/disk in ethyl acetate extract of the Sargassum sp
was the most active extracts against bacteria P. aeruginosa and M. luteus, while the methanol extract of
Sargassum sp was the most active extracts against the bacteria S. epidermidis. Steroids was the most
dominant compounds on all of 12 seaweed extracts.

Keyword : Seaweed, Extraction, Antibacterial Activity.

*) Penulis penanggung jawab


Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 153

PENDAHULUAN terkandung dalam suatu tumbuhan, salah


Indonesia mempunyai potensi yang satunya dari rumput laut. Senyawa bioaktif
baik untuk mengembangkan dan diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
memanfaatkan kekayaan lautnya, termasuk merupakan proses pemisahan dengan
rumput laut (Sulistyowati, 2003). Rumput pelarut yang melibatkan perpindahan zat
laut memiliki kandungan metabolit primer terlarut ke dalam pelarut. Untuk
dan sekunder. Kandungan metabolit primer memperoleh ekstrak yang baik dapat
seperti vitamin, mineral, serat, alginat, dilakukan ekstraksi secara bertingkat
karaginan dan agar banyak dimanfaatkan dimulai dari pelarut non polar (n-heksana,
sebagai bahan kosmetik untuk sikloheksana, toluene, an kloroform), lalu
pemeliharaan kulit. Selain kandungan dengan pelarut semipolar (diklorometan,
primernya yang bernilai ekonomis, dietil eter dan etil asetat) dan polar
kandungan metabolit sekunder dari rumput (metanol, etanol dan air) sehingga
laut berpotensi sebagai produser metabolit diperoleh ekstrak yang mengandung
bioaktif yang beragam dengan aktivitas berturut-turut senyawa nonpolar, semipolar
yang sangat luas sebagai antibakteri, dan polar (Houghton dan Raman, 1998).
antivirus, antijamur dan sitotastik Senyawa metabolit sekunder yang
(Zainuddin dan Malina, 2009). terkandung dalam rumput laut memiliki
Rumput laut hijau, merah ataupun tingkat kepolaran yang berbeda-beda, oleh
coklat merupakan sumber potensial sebab itu penggunaan pelarut bertingkat
senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat (dari polaritas rendah sampai polaritas
bagi pengembangan (1) industri farmasi tinggi) menarik untuk dikaji.
seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, Penelitian ini bertujuan untuk untuk
anti kanker atau sebagai reversal agent dan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
(2) industri agrokimia terutama untuk kasar rumput laut terhadap bakteri uji P.
antifeedant, fungisida dan herbisida aeruginosa, S. epidermidis dan M. luteus,
(Bachtiar, 2007). serta mengidentifikasi golongan senyawa
Menurut Kordi (2010) bahwa rumput yang terkandung dalam ekstrak kasar
laut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat rumput laut dengan menggunakan uji
pesisir sebagai obat luar, salah satunya fitokimia.
sebagai bahan antiseptik alami. Hasil
penelitian Pringgenies et al., (2011) MATERI DAN METODE
menunjukkan potensi rumput laut sebagai Penelitian ini dilakukan pada bulan
antibakteri patogen yang dapat Januari–Mei 2012. Materi yang digunakan
menyebabkan penyakit infeksi. Salah satu dalam penelitian ini adalah rumput laut
penyakit infeksi yang sering terjadi adalah yang dikoleksi dari perairan Jepara. Rumput
infeksi pada kulit. Bakteri Staphylococcus laut yang digunakan adalah Caulerpa
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa serrulata (alga hijau), Euchema cottoni
merupakan kuman patogen yang sering (alga merah), Gracilaria verrucosa (alga
menyebabkan infeksi kulit pada manusia, merah) dan Sargassum crassifolium (alga
sedangkan Micrococcus luteus merupakan coklat). Rumput laut diisolasi, diekstraksi
bakteri yang sering ditemukan menginfeksi dan dilakukan uji antibakteri terhadap
kulit ikan (Refdanita et al, 2004; Aydin et bakteri penyakit kulit P. aeruginosa, S.
al, 2005). epidermidis dan M. luteus yang diperoleh
Pencegahan terhadap serangan dari Laboratorium Balai Kesehatan Jawa
infeksi dapat dilakukan dengan Tengah.
menggunakan antibiotik. Seiring dengan
meningkatnya resistensi bakteri di dunia
kesehatan, maka perlu adanya penemuan
obat baru. Sumber antibakteri baru dapat
diperoleh dari senyawa bioaktif yang
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 154

Metode yang digunakan dalam Ampas hasil penyaringan dibebaskan dari


penelitian adalah eksperimental pelarut dengan cara diangin-anginkan.
laboratories. Data penelitian dianalisis Ampas yang telah bebas dari pelarut n-
secara deskriptif. Pengambilan sampel hexane direndam dalam pelarut etil asetat
rumput laut dilakukan dengan selama 24 jam. Begitu selanjutnya sampai
menggunakan metode sampling purposif. perendaman dengan menggunakan pelarut
metanol. Filtrat yang diperoleh diuapkan
Pengolahan Bahan dengan menggunakan vacum rotary
o
Rumput laut yang diperoleh dari evaporator pada suhu 40 C.
perairan Jepara dikumpulkan dalam plastik
sesuai dengan jenis masing–masing. Uji Aktivitas Antibakteri
Rumput laut dibersihkan dari pengotor yang Uji aktivitas antibakteri meliputi uji
melekat (sortasi basah) kemudian dicuci kontrol positif, negatif dan Uji Aktivitas
dengan air mengalir. Rumput laut Antibakteri Eksrak Rumput Laut. Uji kontrol
dikeringkan dengan cara diangin–anginkan positif dilakukan dengan menggunakan
dan tidak boleh langsung terkena matahari antibiotik Amphicilin. Uji kontrol negatif
karena akan mempengaruhi kandungan dilakukan dengan menggunakan ketiga
senyawa yang ada didalamnya. Rumput pelarut yaitu; n-hexane, etil asetat, dan
laut yang sudah kering di blender sampai metanol terhadap bakteri uji. Uji ini
menjadi serbuk kasar. dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh pelarut dalam
Uji Kualitatif pembentukan diameter zona hambatan.
Uji kualitatif dilakukan untuk Metode yang digunakan pada uji ini adalah
menunjukkan ada atau tidaknya zat aktif metode difusi agar menurut Kirby-Bauer.
antibakteri yang terkandung dalam rumput Pada lempengan (media) agar diinokulasi
laut sebelum diekstrak. Uji kualitatif dengan bakteri uji. Paper disk steril
menggunakan rumput laut segar yang telah berukuran 8 mm diletakkan diatas media
dicuci dengan air tawar, hal ini dilakukan agar kemudian ditetesi dengan ekstrak
untuk meminimalkan kandungan garam. kasar sebanyak 10 μl (dari ekstrak
Kemudian rumput laut ditumbuk kasar senyawa non polar, semi polar dan polar)
dengan menggunakan mortar steril. Proses dengan konsentrasi ekstrak 200 μg/disk.
penumbukan ini dilakukan agar senyawa Cawan petri dibungkus menggunakan
aktif dalam rumput laut keluar. Rumput laut plasticwrap dan disimpan di dalam
yang sudah ditumbuk diletakkan pada inkubator pada suhu 37 0C selama 1-3 hari.
permukaan agar dalam cawan petri yang Penghambatan pertumbuhan
telah diolesi bakteri uji secara merata. mikroorganisme oleh antimikrobial terlihat
Kemudian diinokulasikan selama 24 jam sebagai wilayah jernih sekitar kertas
dalam suhu ruangan. Jika terdapat zona cakram. Luasnya wilayah jernih merupakan
hambatan, berarti terdapat zat antibakteri petunjuk kepekaan mikroorganisme
pada rumput laut tersebut. terhadap bahan atau senyawa
antimikrobial. Besarnya zona hambatan
Ekstraksi adalah diameter zona hambatan dikurangi 8
Ekstraksi metabolit sekunder mm (diameter paper disk). Pengukuran
dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi diameter zona hambat dilakukan dengan
dengan pelarut n-hexane, etil asetat dan menggunakan jangka sorong dan dilakukan
metanol. Prosedur ekstraksi mengacu pada pengulangan sebanyak 3 kali (Lay, 1994 ;
Burgess et al., 2003 dalam Widiarto, 2011. Trianto et al., 2004).
Masing masing serbuk rumput laut
direndam dalam pelarut n-hexane selama
24 jam. Setelah 24 jam filtrat dipisahkan
dari ampasnya dengan cara penyaringan.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 155

Analisa Fitokimia menunjukkan reaksi positif mengandung


Identifikasi yang dilakukan adalah uji senyawa steroid (Nohong, 2009).
alkaloid, uji flavonoid, uji saponin, steroid, Identifikasi Tanin
uji triterpenoid dan uji tanin. Ekstrak didihkan dengan 20 ml air lalu
disaring. Ditambahkan beberapa tetes
Uji Alkaloid feriklorida 1% dan terbentuknya warna
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 10 coklat kehijauan atau biru kehitaman
tetes asam sulfat 2N, kemudian diuji menunjukkan adanya tanin (Edeoga et al.,
dengan pereaksi wagner. Hasil uji 2005).
dinyatakan positif bila pereaksi wagner
terdapat endapan coklat sampai kuning, HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk uji alkaloid dengan pereaksi marquis Biomassa Rumput Laut
dinyatakan positif jika terbentuk warna Berdasarkan penimbangan berat
ungu anggur, merah atau coklat. Pereaksi basah rumput laut (Gambar 1) diperoleh
wagner dibuat dengan cara 10 ml aquades hasil yang tertinggi yaitu dari rumput laut
dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram E. cottoni dengan berat 1016 g dan yang
iodine dan 2 gram kalium iodide lalu terendah dari rumput laut C.serrulata
dilarutkan dan diencerkan dengan aquades dengan berat 880 g. Berat kering yang
menjadi 200 ml. Pereaksi ini berwarna tertinggi yaitu pada rumput laut E. cottonii
coklat. Pereaksi marquis dibuat dengan dengan berat kering 208,28 g, sedangkan
cara 1 ml formalin 40% ditambah dengan 5 berat kering yang terendah terdapat pada
ml asam sulfat pekat (Mc Murry and Fay, rumput laut C. serrulata seberat 113,57 g.
2004).

Uji Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan air
panas, dididihkan selama 5 menit,
kemudian disaring. Filtrat ditambahkan
sedikit serbuk magnesium dan 1 ml HCL
pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji
positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga (Sutisna, 2000). Gambar 1. Biomassa Rumput Laut

Uji Saponin Uji Kualitatif


Sejumlah sampel ditambah dengan air Uji kualitatif antibakteri sampel
panas, kemudian ditambahkan beberapa rumput laut segar (Tabel 1) menunjukkan
tetes larutan HCl pekat. Uji positif hasil negatif pada sampel C. serrulata
ditunjukkan dengan terbentuknya busa terhadap bakteri P. aeruginosa dan M.
permanen ± 15 menit (Darwis, 2000). luteus, E. cottonii terhadap P. aeruginosa,
G. verrucosa terhadap M. luteus,
Uji Steroid/Triterpenoid sedangkan yang lain menunjukkan hasil
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 positif dengan memberikan daya hambat
ml kloroform dalam tabung reaksi yang dengan terbentuknya zona hambatan di
kering, lalu ditambahkan 10 tetes anhidra sekeliling sampel segar tersebut. Zona
asetat dan 2 tetes H2SO4 pekat. hambatan yang terbentuk diduga karena
Terbentuknya larutan berwarna jingga dan sampel rumput laut tersebut memiliki
ungu untuk pertama kali menandakan kandungan senyawa bioaktif antibakteri,
adanya senyawa triterpenoid, kemudian sehingga menghambat pertumbuhan
berubah menjadi biru dan hijau bakteri uji. Sedangkan tidak adanya zona
hambatan terhadap bakteri uji
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 156

diduga karena bakteri uji tersebut sensitif


terhadap senyawa antibakteri yang
terdapat dalam sampel rumput laut,
sehingga tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Pada uji kualitatif ini,
rumput laut Sargassum crassifolium
membentuk zona hambatan terhadap
ketiga bakteri uji, hal ini menunjukkan
rumput laut ini memiliki senyawa bioaktif
Gambar 2. Berat Ekstrak Rumput Laut
antibakteri. Menurut Winoto (1993) dalam
Kusumaningrum et al. (2007), Sargassum
Uji Aktivitas Antibakteri
yang diambil dari pantai Jepara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengandung senyawa bioaktif seperti
besar diameter zona hambatan yang
triterpenoid, steroid dan fenolat dimana
dibentuk oleh antibiotik ampicillin masih
senyawa tersebut merupakan antimikroba
lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
spektrum luas.
rumput laut, hal ini menujukkan bahwa
ekstrak rumput laut belum memiliki potensi
yang besar sebagai sumber antibiotik
terhadap bakteri uji P. aeruginosa, S.
epidermidis dan M. luteus.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar
rumput laut menunjukkan bahwa tidak
semua ekstrak rumput laut memiliki
senyawa bioaktif yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji. Respon bakteri uji
terhadap pemberian ekstrak rumput laut
berbeda-beda, hal ini ditandai dengan
Tabel 1. Uji Kualitatif dari Sampel Rumput
adanya peningkatan dan penurunan besar
Laut Segar
zona hambatan seiiring bertambahnya
masa inkubasi. Berdasarkan cara kerjanya,
Ekstraksi
antibakteri dibedakan menjadi bakterisidal
Hasil ekstraksi sampel rumput laut
dan bakteriostatik. Antibakteri
menunjukkan bahwa berat ekstrak dari
bakteriostatik adalah zat yang bekerja
larutan n-hexane berkisar antara 1,28 g
menghambat pertumbuhan bakteri,
sampai 2,18 g. Berat ekstrak dari larutan
sedangkan antibakteri bakterisida adalah
etil asetat berkisar antara 0.55 g sampai
zat yang bekerja mematikan bakteri.
2.85 g. Berat ekstrak rumput laut dari
Aktivitas senyawa antibakteri ditandai
larutan metanol berkisar antara 2.19 g
dengan terbentuknya zona bening di
sampai 10.64 g. Pada penelitian ini hasil
sekitar paper disc. Faktor-faktor yang
ekstraksi dengan pelarut metanol
mempengaruhi ukuran daerah
merupakan ekstrak yang paling banyak
penghambatan yaitu sensitivitas organisme,
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa
medium kultur, kondisi inkubasi, dan
sampel rumput laut lebih banyak
kecepatan difusi agar. Faktor-faktor yang
mengandung senyawa polar.
mempengaruhi kecepatan difusi agar, yaitu
konsentrasi mikroorganisme, komposisi
media, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi
(Schlegel dan Schmidt 1994).
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 157

a. b.

c.

Gambar 3. Diameter Zona Hambatan Ekstrak Rumput Laut Terhadap :


a. P. aeruginosa, b. S. epidermidis, c. M. luteus dimana,

n.C : ekstrak n-hexane Caulerpa sp ea.S : ekstrak etil asetat Sargassum sp


n.E : ekstrak n-hexane Eucheuma sp m.C : ekstrak metanol Caulerpa sp
n.G : ekstrak n-hexane Gracilaria sp m.E : ekstrak metanol Eucheuma sp
n.S : ekstrak n-hexane Sargassum sp m.G : ekstrak metanol Gracilaria sp
ea.C : ekstrak etil asetat Caulerpa sp m.S : ekstrak metanol Sargassum sp
ea.E : ekstrak etil asetat Eucheuma sp K : Kontrol Positif (Amphicilin)
ea.G : ekstrak etil asetat Gracilaria sp

Pada konsentrasi 200 μg/disk Jika diamati, uji aktivitas antibakteri


(gambar 3) ekstrak yang tidak dari ke 12 ekstrak terhadap bakteri uji
menunjukkan aktivitas antibakteri P. diketahui bahwa ekstrak etil asetat
aeruginosa ditunjukkan oleh ekstrak n- Sargassum sp merupakan ekstrak yang
heksane Caulerpa sp, n-heksane Euchema paling aktif terhadap bakteri P. aeruginosa
sp, etil asetat Euchema sp, metanol dan M. luteus, sedangkan ekstrak metanol
Caulerpa sp dan ekstrak metanol Sargassum sp merupakan ekstrak yang
Sargassum sp. Dari ke 12 ekstrak hanya paling aktif terhadap bakteri S. epidermidis.
ekstrak etil asetat Caulerpa sp yang tidak Hasil penelitian dan pengamatan ini
membentuk aktivitas antibakteri terhadap didukung oleh penelitian Naibaho (2011),
bakteri S. epidermidis. Ekstrak yang tidak dimana hasil uji aktivitas antibakteri dari
menunjukkan aktivitas antibakteri M. fraksi rumput laut jenis Sargassum
luteus ditunjukkan oleh semua ekstrak polycystum menunjukkan bahwa fraksi n-
rumput laut dengan menggunakan pelarut hexane dan etanol tidak dapat
n-heksane dan ekstrak metanol Caulerpa menghambat pertumbuhan bakteri
sp. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 158

sedangkan fraksi etilasetat dapat senyawa asam amino yang menyusun


menghambat pertumbuhan bakteri dinding sel bakteri dan juga DNA bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus yang merupakan penyusun utama inti sel
aureus. yang merupakan pusat pengaturan segala
kegiatan sel. Reaksi ini terjadi karena
Uji Fitokimia secara kimia suatu senyawa yang bersifat
Uji identifikasi fitokimia digunakan basa akan bereksi dengan senyawa asam
untuk mengetahui kandungan kimia dalam dalam hal ini adalah asam amino karena
suatu bahan secara kualitatif. Hasil uji sebagian besar asam amino telah beraksi
fitokimia ke 12 ekstrak rumput laut (Tabel dengan gugus basa dari senyawa alkaloid.
2) menunjukkan bahwa senyawa golongan Perubahan susunan asam amino ini jelas
steroid/triterpenoid mendominasi ke 12 akan merubah keseimbangan genetik pada
ekstrak. Golongan senyawa alkaloid hanya asam DNA sehingga DNA bakteri akan
dimiliki oleh ekstrak rumput laut n-hexane mengalami kerusakan . Kerusakan DNA
Caulerpa sp dan Gracilaria sp, ekstrak pada inti sel bakteri akan mendorong
metanol Caulerpa sp, Eucheuma sp, terjadinya lisis pada inti sel, sehingga akan
Gracilaria sp dan Sargassum sp. Golongan terjadi kerusakan sel. Kerusakan sel
senyawa flavonoid hanya dimiliki oleh mengakibatkan sel-sel bakteri tidak mampu
ekstrak n-hexane Caulerpa sp dan melakukan metabolisme sehingga akan
Gracilaria sp. Golongan senyawa saponin mengalami lisis (hancur).
tidak dimiliki oleh ke 12 ekstrak. Golongan Sabir (2005) dalam penelitiannya
senyawa tanin dimiliki oleh ekstrak metanol menjelaskan bahwa senyawa flavonoid
Caulerpa sp dan Sargassum sp. memiliki kemampuan menghambat
Golongan senyawa alkaloid, pertumbuhan bakteri dengan beberapa
flavonoid, steroid/triterpenoid dan tanin mekanisme yang berbeda, antara lain
yang terdapat pada ekstrak kasar rumput flavonoid menyebabkan terjadinya
laut diduga aktif sebagai senyawa kerusakan permeabilitas dinding bakteri,
antibakteri. mikrosom dan lisosom sebagai hasil
interaksi antara flavonoid dengan DNA
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kasar bakteri, Mekanisme yang berbeda
Rumput Laut dikemukakan oleh Di Carlo et al., (1999)
dan Estrela et al. (1995) dalam Sabir
(2005) yang menyatakan bahwa gugus
hidroksil yang terdapat pada struktur
senyawa flavonoid menyebabkan
perubahan komponen organik dan transpor
nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan
timbulnya efek toksik terhadap bakteri.
Senyawa saponin akan merusak
membran sitoplasma dan membunuh sel
(Assani, 1994). Senyawa
steroid/triterpenoid juga memiliki potensi
sebagai senyawa antibakteri. Senyawa
steroid/triterpenoid menghambat
Menurut Akiyama et al (2001)
pertumbuhan bakteri dengan mekanisme
dalam Farida et al, (2010) keaktifan
penghambatan terhadap sintesis protein
biologis dari senyawa alkaloid disebabkan
karena terakumulasi dan menyebabkan
karena adanya gugus basa yang
perubahan komponen-komponen penyusun
mengandung nitrogen. Adanya gugus basa
sel bakteri itu sendiri. Senyawa terpenoid
ini apabila mengalami kontak dengan
mudah larut dalam lipid sifat inilah yang
bakteri akan bereaksi dengan senyawa-
mengakibatkan senyawa ini lebih mudah
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 159

menembus dinding sel bakteri Gram positif Aydin, S., A Ciltas, H. Yetim and I. Akyurt.
dan sel bakteri Gram negatif (Rosyidah et 2005. Clinical, Pathologi and
al., 2010). Haematological Effect of Micrococcus
Tanin memiliki persenyawaan fenol luteus in Rainbow Trout (Oncorhyncus
yang memilki gugus hidroksil di dalamnya mykiss Walbaum). Journal of Animal
maka mekanisme dalam meniaktifkan and Veterinary Advances,4 (2): 167-
bakteri dengan memanfaatkan perbedaan 174.
polaritas antara lipid dengan gugus
hidroksil. Apabila sel bakteri semakin Bachtiar, A. 2007. Penelusuran Sumber
banyak mengandung lipid maka dibutuhkan Daya Hayati Laut (Alga) Sebagai
konsentrasi yang tinggi untuk membuat Biotarget Industri. [Makalah],
bakteri tersebut lisis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran, Jatinagor.
KESIMPULAN
Hasil ekstraksi rumput laut dengan Darwis, D. 2000. Uji Kandungan Fitokimia
menggunakan pelarut bertingkat Metabolit Sekunder. Metode Lapangan
memberikan aktivitas antibakteri yang dan Laboratorium. Workshop
berbeda-beda terhadap ketiga bakteri uji. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Ekstrak etil asetat Sargassum sp dalam Bidang Kimia Organik Bahan
merupakan ekstrak yang paling aktif Alam Hayati. DITJEN DIKTI
terhadap bakteri P. aeruginosa dan M. DEPDIKNAS, Padang, 9-14.
luteus, sedangkan ekstrak metanol
Edeoga HO, Okwu DE, Mbaebie BO.
Sargassum sp merupakan ekstrak yang
2005. Phytochemical Constituents Of
paling aktif terhadap bakteri S. epidermidis.
some Nigeria Medicinal Plants. Afr. J.
Hasil uji fitokimia ke 12 ekstrak rumput Biotechnol. 4 (7): 685-688.
laut terdiri dari golongan senyawa alkaloid,
flavanoid, steroid/triterpenoid dan tanin. Farida, R., Dewa, M. Titis, N dan Endrawati,
Golongan senyawa steroid paling banyak T. 2010. Manfaat Sirih Merah (Piper
ditemukan di ekstrak rumput laut. crocatum) Sebagai Agen Anti
Bakterial Terhadap Bakteri Gram
Positif dan Gram Negatif. Jurnal
Ucapan Terimakasih Kedokteran dan Kesehatan Indonesia,
I (7) : 10-25.
Penulis menyampaikan terimakasih
kepada Dr. Delianis Pringgenies, M.Sc dan Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory
Prof. Dr. Agus Sabdono, M.Sc sebagai handbook for the fractionation of
dosen pembimbing yang telah memberikan natural extract. London : Chapman &
pengarahan dan petunjuk dalam Hall.
menyelesaikan jurnal ilmiah ini serta semua
pihak dan instansi yang telah memberikan Kordi, K. 2010. A to Z Budi Daya Biota
bantuan dan fasilitas dalam penulisan jurnal Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan
ilmiah ini. Obat-obatan. Penerbit Andi,
Yogyakarta: 226 hlm.

Kusumaningrum I, Rini BH, Sri H. 2007.


DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Perasan Sargassum
Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. crassifolium dengan Konsentrasi yang
Jakarta: Fakultas Kedokteran Berbeda terhadap Pertumbuhan
Universitas Indonesia. Tanaman Kedelai (Glycine max (L)
Merill) 15(2).
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 160

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Batang Tumbuhan Kasturi Mangifera


Laboratorium. PT. Rajagrafindo casturi. Bioscientiae, 7 (2): 25-31.
Persada, Jakarta.168 hlm.
Sabir A. 2005. Aktivitas Antibakteri
McMurry, J. & R.C. Fay. 2004. McMurry Fay Flavonoid Propolis Trigona sp
Chemistry. 4th edition. Belmont, CA, terhadap Bakteri Streptococcus
Pearson Education International. mutans (in vitro). Majalah Kedokteran
Gigi (Dent J) 38:135-141.
Naibaho, R.E.F., 2011. Uji Aktivitas
Antibakteri Fraksi N-Heksan, Etilasetat Schlegel, Schmidt. 1994. Mikrobiologi
dan Etanol Rumput Laut Coklat Umum. Tedja Baskara, penerjemah.
(Sargassum Polycystum C.Agardh) Yogyakarta: Gajahmada University
terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Press.
Staphylococcus Aureus. [Skripsi].
Fakultas Farmasi, Universitas Sulistyowati, H. 2003. Struktur Komunitas
Sumatera Utara, Medan, 13 hlm. Seaweed (rumput laut) di Pantai Pasir
Putih Kabupaten Situbondo. Jurnal
Nohong. 2009. Skrining Fitokimia Ilmu Dasar. 4 (1): 58-61.
Tumbuhan Ophiopogon jaburan Lodd
dari Kabupaten Kolaka Provinsi Sutisna, I. 2000. Isolasi dan Karakterisasi
Sulawesi Tenggara. FMIPA, Senyawa Triterpenoid Lanostana dari
Universitas Haluoleo Kendari. Jurnal Kulit Kayu Danglo (Macaranga
Pembelajaran Sains, 5 (2) : 172-178. javanica Muell. Arg). Skripsi Jurusan
Kimia FMIPA. Institut Pertanian Bogor.
Pringgenies, D., N.L. Ekasari dan Gunawan.
2011. Potensi Beberapa Ekstrak Trianto, A., Edi, W., Suryono, Rahayu S.,
Rumput Laut sebagai Antibakteri 2004. Ekstrak Daun Mangrove
Upaya Sebagai Bahan Antibakteri Aegiceras corniculatum Sebagai
Makanan. Dalam: Prosiding Seminar Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio
Nasional Aplikasi Pemanfaatan parahaemolyticus. Jurnal Ilmu
Rumput Laut dan Bahan Hayati Laut Kelautan, 9(4) : 186-189.
dalam Bidang Pangan dan Energi di
Semarang 29 Januari 2011. Widiarto, E., 2011. Aplikasi Bakteri Simbion
Semarang, 133-142 hlm. Gastropoda sebagai Antibakteri dalam
Bentuk Sediaan Gel Antiseptik
Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., dan Tangan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan
Endang, P. 2004. Faktor yang dan Ilmu Kelautan UNDIP Semarang.
Mempengaruhi Ketidaksesuaian
Penggunaan Antibiotika dengan Uji Zainuddin, E. N dan Malina, A, C. 2009.
Kepekaan di Ruang Intensif Rumah Skrining Rumput Laut Asal Sulawesi
Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001- Selatan sebagai Antibiotik Melawan
2002. Makara, Kesehatan 8 (1): 21- Bakteri Patogen pada Ikan. [Laporan
26. Penelitian] Research Grant, Biaya
IMHERE-DIKTI.
Rosyidah, K., Nurmuhaimina, Komari,
M.D.Astuti. 2010. Aktivitas
Antibakteri Fraksi Saponin dari Kulit

Anda mungkin juga menyukai