Disusun Oleh:
Kelompok 5
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan
kepada junjugan Nabi Muhammad Shallalahu’alaihi Wa Sallam.
Akhir kata, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................3
Rumusan Masalah......................................................................................3
Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
Pemantauan dan Monitoring Evaluasi PWS KIA......................................4
Pengertian PWS KIA .......................................................................4
Indikator Pemantauan .....................................................................7
Pemantauan dan Monitoring Evaluasi Kohort Ibu dan Anak.......….. 10
Cara Membuat Grafik PWS KIA ......................................................10
Langkah-Langkah Dalam Pembuatan Grafik PWS KIA.................. 11
Penggambaran Grafik PWS KIA ........................................................12
Analisa dan Tindak Lanjut PWS KIA ................................................13
Pencatatan dan Pelaporan ...................................................................15
Pemantauan dan Pelayanan Kebidanan Dalam Kohort ................. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk
melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus-menerus
agar dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
layanan KIA-nya masih rendah.Tujuannya memantau pelayanan KIA dan menilai
kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
Kegiatan pokok PWS KIA pelayanan antenatal, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus, Deteksi dini faktor
risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Pelayanan Kesehatan Bayi,
Pelayanan kesehatan anak balita, dan Pelayanan KB Berkualitas.
Grafik dalam PWS-KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan agar dapat
diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang
perlu dilakukan adalah desa dengan cakupan status baik, status kurang baik, status
cukup baik, dan status jelek.
Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses pengamatan
prospektif, survei prosfektif terhadap suatu subjek ataupun objek. Kohort
mempelajari dinamika kolerasi antara suatu subjek dan objek melalui pendekatan
longitudinal depan atau prosfektif.
Register kohort sebagai sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita. Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan.Oleh karena itu, perlu sekali dilakukan pengisian pemantauan wilayah
setempat dan KIA serta perlu dilakukan pengisian kohort agar terpantau data
kesehatan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengisian dan evaluasi monitoring PWS-KIA?
2. Bagaimanakah pengisian dan evaluasi monitoring kohort ibu dan bayi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengisian dan evaluasi monitoring PWS-KIA.
2. Untuk mengetahui pengisian dan evaluasi monitoring kohort ibu dan bayi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMANTAUAN DAN MONITORING EVALUASI PWS-KIA
1. Pengertian PWS-KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus-menerus agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat.
Menurut tujuan dari PWS-KIA secara umum yakni terpantaunya
cakupan dan mutu layanan KIA seacara terus-menerus di setiap wilayah
kerja. Sedangkan tujuan PWS-KIA secara khusus sebagai berikut:
a. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort.
b. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar
pelayanan KIA.
c. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang
akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya
kesenjangan.
d. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
e. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.
Prinsip pengelolaan PWS-KIA meliputi beberapa hal yang
mencakup indikator ketercapaian program PWS-KIA. Adapun indikator
tersebut adalah:
1) Pelayanan Antenatal
Menurut Litbangkes Depkes RI terdapat 14 standar minimal ANC
yaitu:
1. Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2. Tinggi badan dan berat badan ditimbang
3. Temukan kelainan/ periksa daerah muka, leher, jari tangan,
lingkaran lengan atas, panggul, dan refleks lutut.
4. Tekanan darah diukur.
5. Palpasi payudara
6. Tinggi fundus uteri diukur
7. Tentukan posisi janin (leopold I-IV) dan letak detak jantung janin.
8. Tentukan keadaan liver dan limfa.
9. Tentukan kadar Hemoglobin (Hb), periksa lab, dan VDRL (PMS)
sesuai indikasi.
10. Terapi pencegahan anemia dan penyakit lainnya sesuai indikasi.
4
11. Tetanus toxoid imunisasi
12. Tingkatkan kesegaran jasmani.
13. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil.
14. Temu wicara konseling.
2) Pertolongan Persalinan
Dalam pelayanan KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang
memberikan pertolongan persalinan di masyarakat yaitu: dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat bidan.
Penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sterilisasi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar
pelayanan.
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.
3) Deteksi Dini Ibu Hamil
Pelayanan deteksi dini ibu hamil berisiko/ komplikasi kebidanan
perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin
di rumah dengan pertolongan dukun bayi atau tenaga kesehatan yang tidak
berwenang.
Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan merupakan keadaan
penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kematian
dan kesakitan ibu maupun bayi.Semakin cepat diketahuinya risiko maka
semakin cepat mendapatkan penanganan.
4) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Untuk pemantauan pemeriksaan pada ibu nifas dilakukan minimal
tiga kali yakni:
1) Kunjungan nifas pertama : 6 jam – 3 hari pasca
persalinan
2) Kunjungan nifas kedua : 4 hari – 14 hari
pasca persalinan
3) Kunjungan nifas ketigas : 15 hari – 42 hari
pasca persalinan
Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
(TTV), TFU, lokea dan pengeluaran pervagina lainnya, pemeriksaan
payudara dan mnegajurkan ASI eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU, serta pelayanan KB bersalin.
5) Pelayanan Kesehatan Neonatus
5
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya tiga kali selama empat periode 0-28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
1) Kunjungan neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada
kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan neontal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.
3) Kunjungan neonatal ke-3 dilakukan pada kurun waktu
hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat masalah kesehatanpada neonatus.
6) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami
komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
semuanya dapat diduga dari awal.Oleh karena itu, semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar segera ditangani jika terdapat
masalah.Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan
komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan yang
mampu memberikan pelayanan obstetri yakni dengan adanya PONED dan
PONEK.
7) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya
empat kali selaam periode 29 hari sampai dengan 11 bulan.
Tujuan kunjungan bayi untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkinbila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan.
8) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK).
6
Kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan menerapkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di tingkat pelayanan kesehatan
dasar.
9) Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat menurunkan AKI dan menurunkan kesuburan
pasangan yang telah memiliki cukup anak.Pelayanan KB bertujuan untuk
menunda kehamilan.
2. Indikator Pemantauan
Sasaran yang digunakan dalam PWS-KIA berdasarkan kurun
waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah (misalnya: untuk provinsi
memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai sasaran kabupaten).
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Merupakan cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.Indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serat kemampuan
program dalam menggerakan masyarakat. Cara menghitung
cakupan K1:
Cakupan K1= Jumlah Kunjungan (K1) x100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
7
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang dipergunakan menghitung cakupan K4 adalah:
Cakupan K4= Jumlah Kunjungan (K4) x100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
8
pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
9
7) Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 bulan)
Cakupan pelayanan anak balita merupakan cakupan anak
yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun,
Cakupan Anak Balita = Jumlah balita yang mendapat pelayanan x100%
pemberian vitamin A sebanyak 2 kali setahun.
Jumlah seluruh balita dalam setahun
8) Cakupan Peserta KB Aktif
Cakupan Peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB
yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia
subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat
ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan
pengukuran kemajuan atas objektif program./ Memantau
perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring
melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan melibatkan
pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berian
Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian social untuk
secara sistematis menginvestigasi efektifitas program. /Menilai
kontribusi program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai
kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program
(rekomendasi). Evaluasi memerlukan desain
studi/penelitian,terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau
kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan
berjalannya waktu,dan melibatkan studi/penelitian khusus.
10
1. Cara Membuat Grafik PWS-KIA
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator
yang dipakai, juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap
bulan.
Dengan demikian tiap bulanannya dibuat 6 grafik yaitu:
1) Grafik cakupan K1
2) Grafik cakupan K4
3) Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4) Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
5) Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga
kesehatan
6) Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan
11
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan bumil (K4)
per desa(Januari s/d April 2007) . x 100
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
Pencapaian bulan ini per desa
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
April 2007 . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
Selama Bulan Maret 2007 . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
12
Contoh grafik akses ibu hamil bulan April 2007 Puskesmas
Sukamejeng
Des 90,0%
Nov 82,5%
Okt 75,0 %
Sep 67,5%
Ags 60,0%
Juli 52,5%
Apr 30,0%
Mar 22,5%
Feb 15,0%
Jan 7,5 %
% kumulatif 55 48 40 22,5 15 40
TREND
_
Desa A B C D E Pusk
13
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada
pemantauan bulan April 2007 dapat digambarkan dalam matriks
seperti di bawah ini.
A + + Baik
B + + Kurang
C + + Baik
D + + Jelek
E + + Cukup
14
lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
IV. Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan
untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa D,
yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan
bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas
cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan
target sampai bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai
target tahunan yang ditentukan
15
Sumber data yang diperlukan untuk melaksanakan PWS-KIA
umumnya berasal dari :
1) Register Kohort ibu dan bayi.
2) Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun
bayi.
3) Laporan dari dokter/ bidan praktik swasta.
4) Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di
wilayah puskesmas.
Kohort Ibu
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi dirumah tangga yang teridentifikasi
dari data bidan.
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil
dan bersalin, serta keadaan dan resiko yang dimiliki ibu yang diorganisir
sedemekianrupa yang pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi
diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi
informasi.
Kohort bayi
Register kohort adalah suber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita. Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya
dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra
sekolah.
16
Unit pelayanan bayi balita berfungsi memelihara kesehatan bayi
balita dengan melaksanakan upaya promotif preventif agar bayi balita
sehat dan tumbuh kembang dengan optimal.
1. Cara pengisian kohort bayi yang lama
a) Kolom 1
Diisi nomor urut
b) Kolom 2
Diisi nama bayi dan orang tua bayi
c) Kolom 3
Diisi tanggal lahir bayi
d) Kolom 4
Diisi jenis kelamin bayi
e) Kolom 5
Diisi berat badan bayi saat lahir
f) Kolom 6
Diisi alamat
g) Kolom 7 dan 8
Kunjungan neonatal (bayi umur 0-7 hari dan bayi umur 8
hari sampai 1 bulan)
h) Kolom 9-20
Diisi hasil penimbangan bayi
- Berat badan bati
- Status timbang bayi : N, T, TT, O
- Status gizi : baik, kurang, buruk
- Diberi warna
i) Kolom 21-27
Diisi tanggal bayi mnedapatkan pelayanan imunisasi
j) Kolom 28-31
Diisi tanggal, jika menemukan bayi meninggal
k) Kolom 32
Diisi bayi pindah atau ada yang perlu diterangkan
2. Cara pengisian Kohort bayi yang baru
1) Kolom 1-13
- Diisi tanggal dan bulan saat bayi diperiksa
17
- Diisi S jika sehat, diisi klasifikasi/diagnosa penyakit
jika sakit
- Diisi + jika meninggal dan tulis penyebab kematiannya
2) Kolom 14-37
- Diisi tanggal periksa
- Diisi N Jika berat badan sesuai garis pertumbuhan
- Diisi T jika tidak naik berat badannya,tetap, ata
kenaikan berat badannya tidak dapat mengikuti garis
pertumbuhannya
- Diisi 0 Jika tidak ditimbang pada bulan lalu,
- Diisi B jika baru pertama kali ditimbang
- Diisi E 1/2/3/4/5/6 jika bayidiberi asi ekslusif
- Diisi S jika dilakukan KPSP dan hasilnya sesuai
- Diisi DM jika dilakukan KPSP dan hasilnya meragukan
- Diisi DP jika dilakukan KPSP dan hasilnya ada
penyimpangan
3) Kolom 38-44
Diisi tanggal dan bulan pelayanan
4) Kolom 45
Diisi tanggal dan penyebab kematian (pnemoni, Diare,
DBD, Tetanus, Difteri).
5) Kolom 46
Diisi keterangan baru atau pindah domisili
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus-menerus agar dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap
desa yang cakupan layanan KIA-nya masih rendah.Menurut tujuan dari
PWS-KIA secara umum yakni terpantaunya cakupan dan mutu layanan
KIA seacara terus-menerus di setiap wilayah kerja. Sedangkan tujuan
PWS-KIA secara khusus ,yaitu : Memantau pelayanan KIA secara
individu melalui kohort, Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap
standar pelayanan KIA, Menentukan sasaran individu dan wilayah
prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya
kesenjangan., Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya, Meningkatkan peran
serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA.
Kegiatan pokok PWS KIA pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus,
Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat, Penanganan Komplikasi
Kebidanan, Pelayanan Kesehatan Bayi, Pelayanan kesehatan anak balita,
dan Pelayanan KB Berkualitas.
Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses
pengamatan prospektif, survei prospektif terhadap suatu subjek ataupun
objek. Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan
neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan. Oleh karena itu, perlu sekali dilakukan pengisian pemantauan
wilayah setempat dan KIA serta perlu dilakukan pengisian kohort agar
terpantau data kesehatan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita.
B. SARAN
Bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini ,kiranya dapat
memberikan saran/kritikan serta masukan yang berarti pada perbaikan
selanjutnya supaya makalah ini menjadi makalah yang sempurna.Dan
diharapkan bagi pembaca agar makalah ini lebih meningkatkan mutu
pengetahuan serta kemampuan dalam pembejaran mengenai kegiatan
PWS KIA dan Kohort ibu-anak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maita, Liva. 2015. Asuhan kebidanan Bagi Para Bidan di Komunitas. Sleman:
Deepublish.
Kemenkes RI. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan:
Pusdiklatnakes.
Runjati. 2008. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.
Turahhami, Hirfa. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehtan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Alumni Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
2015.Evaluasi Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kia oleh
Bidan di Puskesmas Kabupaten Nabire, Provinsi Papua (Studi Kasus di
Puskesmas Distrik Nabire). Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesua. 03(01): 34
20
21