Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN


IBU DAN ANAK ( PWS – KIA )
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
Dosen Pengampu: Dr. Melyana NW, SSiT.M.kes

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. Yosita Septia ( P1337424118001 )


2. Syifani Syafa’atul Uzama ( P1337424118004 )
3. Clarisa Widanada ( P1337424118017 )
4. Laelatul Fadilah ( P1337424118029 )
5. Ofi Lutfiani ( P1337424118031 )
6. Dhesta Pratama Azizah S. ( P1337424118039 )
7. Dian Jauharotul Munawwaroh ( P1337424118042 )
8. Kanifatul Fadillah Abidin ( P1337424118043 )
9. Widya Ayuning Tiyas ( P1337424118044 )
10. Puji Rahayu ( P1337424118048 )
11. Nathasa Dewi Murthi ( P1337424118055 )

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANGJURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan
kepada junjugan Nabi Muhammad Shallalahu’alaihi Wa Sallam.

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Penyusunan makalah ini sudah
kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak pihak, untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Akhir kata, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Semarang, 02 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................3
Rumusan Masalah......................................................................................3
Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
Pemantauan dan Monitoring Evaluasi PWS KIA......................................4
Pengertian PWS KIA .......................................................................4
Indikator Pemantauan .....................................................................7
Pemantauan dan Monitoring Evaluasi Kohort Ibu dan Anak.......….. 10
Cara Membuat Grafik PWS KIA ......................................................10
Langkah-Langkah Dalam Pembuatan Grafik PWS KIA.................. 11
Penggambaran Grafik PWS KIA ........................................................12
Analisa dan Tindak Lanjut PWS KIA ................................................13
Pencatatan dan Pelaporan ...................................................................15
Pemantauan dan Pelayanan Kebidanan Dalam Kohort ................. 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................... …19
B. Saran ...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk
melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus-menerus
agar dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
layanan KIA-nya masih rendah.Tujuannya memantau pelayanan KIA dan menilai
kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
Kegiatan pokok PWS KIA pelayanan antenatal, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus, Deteksi dini faktor
risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Pelayanan Kesehatan Bayi,
Pelayanan kesehatan anak balita, dan Pelayanan KB Berkualitas.
Grafik dalam PWS-KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan agar dapat
diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang
perlu dilakukan adalah desa dengan cakupan status baik, status kurang baik, status
cukup baik, dan status jelek.
Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses pengamatan
prospektif, survei prosfektif terhadap suatu subjek ataupun objek. Kohort
mempelajari dinamika kolerasi antara suatu subjek dan objek melalui pendekatan
longitudinal depan atau prosfektif.
Register kohort sebagai sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita. Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan.Oleh karena itu, perlu sekali dilakukan pengisian pemantauan wilayah
setempat dan KIA serta perlu dilakukan pengisian kohort agar terpantau data
kesehatan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengisian dan evaluasi monitoring PWS-KIA?
2. Bagaimanakah pengisian dan evaluasi monitoring kohort ibu dan bayi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengisian dan evaluasi monitoring PWS-KIA.
2. Untuk mengetahui pengisian dan evaluasi monitoring kohort ibu dan bayi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMANTAUAN DAN MONITORING EVALUASI PWS-KIA

1. Pengertian PWS-KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus-menerus agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat.
Menurut tujuan dari PWS-KIA secara umum yakni terpantaunya
cakupan dan mutu layanan KIA seacara terus-menerus di setiap wilayah
kerja. Sedangkan tujuan PWS-KIA secara khusus sebagai berikut:
a. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort.
b. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar
pelayanan KIA.
c. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang
akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya
kesenjangan.
d. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
e. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.
Prinsip pengelolaan PWS-KIA meliputi beberapa hal yang
mencakup indikator ketercapaian program PWS-KIA. Adapun indikator
tersebut adalah:
1) Pelayanan Antenatal
Menurut Litbangkes Depkes RI terdapat 14 standar minimal ANC
yaitu:
1. Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2. Tinggi badan dan berat badan ditimbang
3. Temukan kelainan/ periksa daerah muka, leher, jari tangan,
lingkaran lengan atas, panggul, dan refleks lutut.
4. Tekanan darah diukur.
5. Palpasi payudara
6. Tinggi fundus uteri diukur
7. Tentukan posisi janin (leopold I-IV) dan letak detak jantung janin.
8. Tentukan keadaan liver dan limfa.
9. Tentukan kadar Hemoglobin (Hb), periksa lab, dan VDRL (PMS)
sesuai indikasi.
10. Terapi pencegahan anemia dan penyakit lainnya sesuai indikasi.

4
11. Tetanus toxoid imunisasi
12. Tingkatkan kesegaran jasmani.
13. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil.
14. Temu wicara konseling.

2) Pertolongan Persalinan
Dalam pelayanan KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang
memberikan pertolongan persalinan di masyarakat yaitu: dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat bidan.
Penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sterilisasi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar
pelayanan.
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.
3) Deteksi Dini Ibu Hamil
Pelayanan deteksi dini ibu hamil berisiko/ komplikasi kebidanan
perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin
di rumah dengan pertolongan dukun bayi atau tenaga kesehatan yang tidak
berwenang.
Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan merupakan keadaan
penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kematian
dan kesakitan ibu maupun bayi.Semakin cepat diketahuinya risiko maka
semakin cepat mendapatkan penanganan.
4) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Untuk pemantauan pemeriksaan pada ibu nifas dilakukan minimal
tiga kali yakni:
1) Kunjungan nifas pertama : 6 jam – 3 hari pasca
persalinan
2) Kunjungan nifas kedua : 4 hari – 14 hari
pasca persalinan
3) Kunjungan nifas ketigas : 15 hari – 42 hari
pasca persalinan
Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
(TTV), TFU, lokea dan pengeluaran pervagina lainnya, pemeriksaan
payudara dan mnegajurkan ASI eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU, serta pelayanan KB bersalin.
5) Pelayanan Kesehatan Neonatus

5
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya tiga kali selama empat periode 0-28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
1) Kunjungan neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada
kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan neontal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.
3) Kunjungan neonatal ke-3 dilakukan pada kurun waktu
hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat masalah kesehatanpada neonatus.
6) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami
komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
semuanya dapat diduga dari awal.Oleh karena itu, semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar segera ditangani jika terdapat
masalah.Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan
komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan yang
mampu memberikan pelayanan obstetri yakni dengan adanya PONED dan
PONEK.
7) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya
empat kali selaam periode 29 hari sampai dengan 11 bulan.
Tujuan kunjungan bayi untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkinbila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan.
8) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK).

6
Kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan menerapkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di tingkat pelayanan kesehatan
dasar.
9) Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat menurunkan AKI dan menurunkan kesuburan
pasangan yang telah memiliki cukup anak.Pelayanan KB bertujuan untuk
menunda kehamilan.
2. Indikator Pemantauan
Sasaran yang digunakan dalam PWS-KIA berdasarkan kurun
waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah (misalnya: untuk provinsi
memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai sasaran kabupaten).
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Merupakan cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.Indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serat kemampuan
program dalam menggerakan masyarakat. Cara menghitung
cakupan K1:
Cakupan K1= Jumlah Kunjungan (K1) x100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun dapat diperoleh


melalui Angka Kelahiran Kasar (CBR) X 1,10 X jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar yang digunakan adalah angka
terakhir CBR kabupaten/ kota yang diperoleh dari kantor
perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/ kota. Bila
angka CBR Provinsi tidak ada, maka dapat menggunakan angka
nasional dengan perhitungan 3% x jumlah penduduk setempat.
2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
Cakupan pelayanan ibu hamil adalah cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kalu dengan distribusi waktu 1 kali pada
trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke2, dan 2 kali pada trimester
ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui ckaupab pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan

7
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang dipergunakan menghitung cakupan K4 adalah:
Cakupan K4= Jumlah Kunjungan (K4) x100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

3) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn)


Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan
ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan
yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan
kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Cakupan Pn = Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan x100%


Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan


menggunakan rumus :
1,05 × angka kelahiran kasar (CBR) × jumlah
penduduk

4) Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan (KF)


Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan adalah
cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 6 jam sampai dengan hari ke-3 (KF1), hari ke-4
sampai dengan hari ke-28 (KF2), dan hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 (KF3) setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan serta untuk menjaring KB Pasca
Persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas

8
pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Cakupan KF = Jumlah ibu nifas yang memperoleh pelayanan nifas x100%


Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja

5) Cakupan Pelayanan Neonatal (KN) Oleh Tenaga Kesehatan


Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0–28 hari adalah
cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6–48
jam, 1 kali pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-7, dan 1 kali pada
hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektivitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

Cakupan KN = Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan tiga kali x100%


Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja

6) Cakupan Pelayanan Komplikasi Obstetri (PK)


Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri adalah cakupan
Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program
KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan
komplikasi.
Rumus yang dipergunakan:
Cakupan PK = Jumlah ibu hamil yang berisiko x100%
Jumlah sasaran persalinan dalam sau tahun

9
7) Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 bulan)
Cakupan pelayanan anak balita merupakan cakupan anak
yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun,
Cakupan Anak Balita = Jumlah balita yang mendapat pelayanan x100%
pemberian vitamin A sebanyak 2 kali setahun.
Jumlah seluruh balita dalam setahun
8) Cakupan Peserta KB Aktif
Cakupan Peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB
yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia
subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat
ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:

Cakupan Peserta KB = Jumlah peserta KB aktif x100%


Jumlah seluruh PUS dalam setahun

PUS merupakan pasangan yang istrinya berusia 15–49


tahun atau lebih dari 49 tahun masih menstruasi.

B. PEMANTAUAN DAN MONITORING EVALUASI KOHORT IBU


DAN ANAK

 Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan
pengukuran kemajuan atas objektif program./ Memantau
perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring
melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan melibatkan
pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berian
 Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian social untuk
secara sistematis menginvestigasi efektifitas program. /Menilai
kontribusi program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai
kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program
(rekomendasi). Evaluasi memerlukan desain
studi/penelitian,terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau
kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan
berjalannya waktu,dan melibatkan studi/penelitian khusus.

10
1. Cara Membuat Grafik PWS-KIA
PWS-KIA   disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator
yang  dipakai, juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap
bulan.
Dengan demikian tiap bulanannya dibuat 6 grafik yaitu:
1) Grafik cakupan K1
2) Grafik cakupan K4
3) Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4) Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
5) Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga
kesehatan
6) Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan

2. Langkah-langkah dalam pembuatan grafik PWS KIA:


a) Pengumpulan data
Diperoleh dari catatan ibu hamil per desa, register kegiatan
harian, register kohort ibu dan bayi, kegiatan pemantauan ibu
hamil per desa, catatan posyandu, laporan dari bidan/dokter praktik
swasta, rumah sakit bersalin :
 Pengelolaan data
 Penggambaran grafik PWS-KIA

Di bawah ini contoh perhitungan / pengelolaan data untuk cakupan


K1 dan cakupan K4:
a. Perhitungan untuk cakupan K1 (Akses)
 Pencapaian kumulatif per desa adalah:
Pencapaian cakupan kumulatif bumil baru per desa
(Januari s/d April 2007) . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

 Pencapaian bulan ini per desa


Pencapaian cakupan bumil baru per desa
April 2007 . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
 Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil baru per desa
Selama Bulan Maret 2007 . x100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
b. Perhitungan untuk cakupan K4
 Pencapaian kumulatif per desa adalah :

11
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan bumil (K4)
per desa(Januari s/d April 2007) . x 100
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
 Pencapaian bulan ini per desa
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
April 2007 . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
 Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil (K4) per desa
Selama Bulan Maret 2007 . x 100%
Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

3. Penggambaran Grafik PWS-KIA


Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-
KIA (dengan menggunakan indikator cakupan K1) sebagai berikut :
a) Menentukan target rata-rata per bulan untuk
menggambarkan skala pada grafik vertical ( sumbu Y)
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1)
dalam satu tahun ditentukan 90% (garis a), maka sasaran
rata-rata setiap bulan:90%   =  7,5%12 bl
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif
sampai dengan Bulan April adalah (4 x 7,5% =) 30 % (garis
b)
b) Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1
sampai bulan April dimasukkan dalam jalur % kumulatif
secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di
sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan
pencapaian untuk Puskesmas dimasukkan ke dalam kolom
terakhir.
c) Nama desa bersangkutan dituliskan dalam lajur desa,
sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa yang
dituliskan pada butir b diatas.
d) Hasil perhitungan pencapaian bulan ini ( April ) dan bulan
lalu ( Maret ) untuk tiap desa dimasukkan kedalam lajur
masing-masing.
e) Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur
trend. Bila penacapaian cakupan bulan ini lebih besar dari
cakupan bulan lalu, maka digambar anak panah yang
menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan
anak panah yang menunjuk ke bawah; sedangkan untuk
cakupan yang tetap atau sama digambarkan dengan tanda(-)

12
Contoh grafik akses ibu hamil bulan April 2007 Puskesmas
Sukamejeng                   

Des 90,0%

Nov 82,5%

Okt 75,0 %

Sep 67,5%

Ags 60,0%

Juli 52,5%

Juni 45% Target 30,0%

Mei 37,5%          ↓

Apr 30,0%

Mar 22,5%

Feb 15,0%

Jan 7,5 %

% kumulatif 55 48 40 22,5 15 40

% bulan ini 14 6 7,5 7,5 6 9

% bulan lalu 10 8 7,5 10 4 7

TREND

  _

Desa A B C D E Pusk

4. Analisa dan Tindak Lanjut PWS-KIA


Grafik PWS-KIA perlu di analisis dan ditafsirkan, agar dapat
diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak
lanjut yang perlu dilakukan.
a) Analisis grafik PWS-KIA

13
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada
pemantauan bulan April 2007 dapat digambarkan dalam matriks
seperti di bawah ini.

Desa Cakupan terhadap Terhadap cakupan bulan lalu Status Desa


target

Diatas Dibawah Naik Turun Tetap

A + + Baik

B + + Kurang

C + + Baik

D + + Jelek

E + + Cukup

Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa, yaitu :
I. Status Baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan
untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa-desa ini adalah Desa A dan C.
jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa-desa tersebut akan
mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
II. Status Kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan
untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  B,
yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan ini
hanya 6 %. Jika cakupan terus menurun,, maka desa tersebut
tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
III. Status Cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan
untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  E,
yang perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak

14
lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
IV. Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan
untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  D,
yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan
bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas
cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan
target sampai bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai
target tahunan yang  ditentukan

b) Rencana Tindak Lanjut


  Bagi kepentingan program, analisis PWS-KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi
Puskesmas keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

5. Pencatatan Dan Pelaporan


Pengumpulan dan pengolahan data merupakan kegiatan pokok
dari PWS-KIA. Data yang dicatat perdesa dan kemudian dikumpulkan
ditingakat Puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Jenis data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
PWS-KIA adalah :
a. Data sasaran :
1) jumlah seluruh ibu hamil
2) Jumlah seluruh ibu bersalin
3) Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan ( neonatal )
4)  Jumlah seluruh bayi
b.  Data pelayanan:
1) Jumlah K1.
2)  Jumlah K4.
3) Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh masyarakat
4) Jumlah ibu hamil beresiko yang dilayani oleh tenaga
kesehatan.
5) Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga profesional.
6) Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh
tenaga kesehatan minimal 2 kali.

15
Sumber data yang diperlukan untuk melaksanakan PWS-KIA
umumnya berasal dari :
1) Register Kohort ibu dan bayi.
2) Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun
bayi.
3) Laporan dari dokter/ bidan praktik swasta.
4) Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di
wilayah puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa puskesmas yang pencatatan


& pelaporan KIA baik, bidan koordinatornya melakukan pencatatan
lengkap dan mengumpulkan tepat waktu setiap tanggal 10 ke DKK.
Sedangkan Supervisi Kepala Puskesmas yang pencatatan & pelaporan
KIAnya baik dilakukan sebulan sekali dan yang kurang baik 3 bulan
sekali. Supervisi DKK ke puskesmas yang baik 3 bulan sekali dan
puskesmas yang kurang baik 6 bulan sekali.

Pemantauan pelayanan kebidanan dalam Kohort

 Kohort Ibu
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi dirumah tangga yang teridentifikasi
dari data bidan. 
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil
dan bersalin, serta keadaan dan resiko yang dimiliki ibu yang diorganisir
sedemekianrupa yang pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi
diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi
informasi.
 Kohort bayi
Register kohort adalah suber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita. Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya
dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra
sekolah.

16
Unit pelayanan bayi balita berfungsi memelihara kesehatan bayi
balita dengan melaksanakan upaya promotif preventif agar bayi balita
sehat dan tumbuh kembang dengan optimal.
1. Cara pengisian kohort bayi yang lama
a) Kolom 1
Diisi nomor urut
b) Kolom 2
Diisi nama bayi dan orang tua bayi
c) Kolom 3
Diisi tanggal lahir bayi
d) Kolom 4
Diisi jenis kelamin bayi
e) Kolom 5
Diisi berat badan bayi saat lahir
f) Kolom 6
Diisi alamat
g) Kolom 7 dan 8
Kunjungan neonatal (bayi umur 0-7 hari dan bayi umur 8
hari sampai 1 bulan)
h) Kolom 9-20
Diisi hasil penimbangan bayi
- Berat badan bati
- Status timbang bayi : N, T, TT, O
- Status gizi : baik, kurang, buruk
- Diberi warna
i) Kolom 21-27
Diisi tanggal bayi mnedapatkan pelayanan imunisasi
j) Kolom 28-31
Diisi tanggal, jika menemukan bayi meninggal
k) Kolom 32
Diisi bayi pindah atau ada yang perlu diterangkan
2. Cara pengisian Kohort bayi yang baru
1) Kolom 1-13
- Diisi tanggal dan bulan saat bayi diperiksa

17
- Diisi S jika sehat, diisi klasifikasi/diagnosa penyakit
jika sakit
- Diisi + jika meninggal dan tulis penyebab kematiannya
2) Kolom 14-37
- Diisi tanggal periksa
- Diisi N Jika berat badan sesuai garis pertumbuhan
- Diisi T jika tidak naik berat badannya,tetap, ata
kenaikan berat badannya tidak dapat mengikuti garis
pertumbuhannya
- Diisi 0 Jika tidak ditimbang pada bulan lalu,
- Diisi B jika baru pertama kali ditimbang
- Diisi E 1/2/3/4/5/6 jika bayidiberi asi ekslusif
- Diisi S jika dilakukan KPSP dan hasilnya sesuai
- Diisi DM jika dilakukan KPSP dan hasilnya meragukan
- Diisi DP jika dilakukan KPSP dan hasilnya ada
penyimpangan
3) Kolom 38-44
Diisi tanggal dan bulan pelayanan
4) Kolom 45
Diisi tanggal dan penyebab kematian (pnemoni, Diare,
DBD, Tetanus, Difteri).
5) Kolom 46
Diisi keterangan baru atau pindah domisili

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

18
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus-menerus agar dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap
desa yang cakupan layanan KIA-nya masih rendah.Menurut tujuan dari
PWS-KIA secara umum yakni terpantaunya cakupan dan mutu layanan
KIA seacara terus-menerus di setiap wilayah kerja. Sedangkan tujuan
PWS-KIA secara khusus ,yaitu : Memantau pelayanan KIA secara
individu melalui kohort, Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap
standar pelayanan KIA, Menentukan sasaran individu dan wilayah
prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya
kesenjangan., Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya, Meningkatkan peran
serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA.
Kegiatan pokok PWS KIA pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus,
Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat, Penanganan Komplikasi
Kebidanan, Pelayanan Kesehatan Bayi, Pelayanan kesehatan anak balita,
dan Pelayanan KB Berkualitas.
Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses
pengamatan prospektif, survei prospektif terhadap suatu subjek ataupun
objek. Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan
neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan. Oleh karena itu, perlu sekali dilakukan pengisian pemantauan
wilayah setempat dan KIA serta perlu dilakukan pengisian kohort agar
terpantau data kesehatan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita.

B. SARAN
Bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini ,kiranya dapat
memberikan saran/kritikan serta masukan yang berarti pada perbaikan
selanjutnya supaya makalah ini menjadi makalah yang sempurna.Dan
diharapkan bagi pembaca agar makalah ini lebih meningkatkan mutu
pengetahuan serta kemampuan dalam pembejaran mengenai kegiatan
PWS KIA dan Kohort ibu-anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maita, Liva. 2015. Asuhan kebidanan Bagi Para Bidan di Komunitas. Sleman:
Deepublish.
Kemenkes RI. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan:
Pusdiklatnakes.
Runjati. 2008. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.
Turahhami, Hirfa. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehtan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Alumni Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
2015.Evaluasi Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kia oleh
Bidan di Puskesmas Kabupaten Nabire, Provinsi Papua (Studi Kasus di
Puskesmas Distrik Nabire). Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesua. 03(01): 34

Syafrudin. 2010 .Kebidanan Komunitas . Jakarta: Kedokteran EGC .

Saifuddin,2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.Jakarta:Yayasan.

20
21

Anda mungkin juga menyukai