Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Makalah Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu

AL MUFTIYAH, M.Pd.I

Di Susun oleh:

KELOMPOK 9

RUDHI ALFIAN
UMMI RIZKA HASANAH
SAKINATUL ABADIYAH

KELAS 3 E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG BANYUWANGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdhulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam.
Atas karunia dan anugerahnya, segala nikmat yang Allah SWT berikan. Sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan benar. Serta dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik baiknya. Guna memenuhi tugas mata kuliah filsafat Pendidikan Islam dengan judul
‘PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA”

Makalah ini telah kami susun dan kerjakan dengan semaksimal mungkin, terlepas dari
semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari segi tata kebahasaan maupun
susunannya. Kami sangat berterima kasih apabila pembaca mengkritik dan memberi saran
yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan kami, makalah ini bisa bermanfaat dan dapat menginspirasi bagi
pembaca, untuk mengetahui kehidupan yang sangat bermakna untuk saling memberi,
toleransi, dan saling mencintai satu sama lain tanpa membeda bedakan derajat, martabat,
kedudukan, ras dll.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan mendapat pelajaran setelah membaca makalah ini.

Rabu 17 November 2020

KELOMPOK 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Akar Pendidikan Islam di Indonesia..................................................................................5
B. Lembaga-lembaga pendidikan Islam setelah Pesantren....................................................7
C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia..........................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................10


KESIMPULAN....................................................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Dan, manusia
hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal itulah, maka pendidikan
merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Tak
terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika.
Eksistensi pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan berbagai
dinamika dan perubahan yang ada.
Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu sepatutnya
membuat kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan meningkatkan lagi kualitas diri, demi
peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di Indonesia. Telah lazim diketahui,
keberadaan pendidikan Islam di Indonesia banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan
perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Sejak dari awal
pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren tradisional hingga modern, sejak madrasah
hingga sekolah Islam bonafide, mulai Sekolah Tinggi Islam sampai Universitas Islam, semua
tak luput dari dinamika dan perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang
maksimal. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita mencermati dan memahami
bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, untuk kemudian
dapat bersama-sama meningkatkan kualitasnya, demi tercipta pendidikan Islam yang
humanis, dinamis, berkarakter sekaligus juga tetap dalam koridor Alqur’an dan Assunah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akar dan awal mula pendidikan Islam di Indonesia?
2. Apa saja jenis lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Indonesia

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui awal mula pendidikan islam di indonesia

2. Mengetahui jenis-jenis pendidikan islam di indonesia

3. Memahami tentang perkembangan pendidikan islam di indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Akar Pendidikan Islam di Indonesia


Terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini masih menjadi
kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas dari
mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan di Indonesia sekitar abad ke-7 M oleh
para musafir dan pedagang muslim, melalui jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan
Tiongkok. Kemudian pada abad ke-11M sudah dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk di
kepulauan Nusantara melalui kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan
Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-
Islaman. Dari pusat-pusat inilah kemudian akhirnya Islam dapat berkembang dan tersebar ke
seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan dan perluasan Islam itu tidak lain melalui para
pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian masjid, pesantren atau
dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya
Islam ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi
maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas
muslim daerah terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka membangun tempat peribadatan
dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul, di
samping rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk
memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran Islam.
Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah ataupun surau.
Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat
menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam
setelah keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang hingga
sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam
di tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang
surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika pesantren telah menjadi akar
pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah terjadi proses
pembelajaran sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya memberikan seperangkat
pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value). Dalam pesantren, terjadi sebuah proses
pembentukan tata nilai yang lengkap, yang merupakan proses pemberian ilmu secara
aplikatif.
Menurut Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang Pendidikan
Islam, disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren antara lain:
a. Kyai, sebagai figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai sumber ilmu
pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.
b. Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai dan
diikuti para santri.
c. Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping menjadi
pusat peribadatan.
d. Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
e. Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama mereka
menuntut ilmu dari Kyai.
Sedangkan dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan, di pesantren
menggunakan dua sistem yang umum, yakni:
a. Sistem “sorogan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri mendatangi
seorang guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya berbahasa
Arab.
b. Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam sistem
ini, sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang
membacakan, menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri
memperhatikan kitab masing-masing dan membuat catatan yang dirasa perlu.
Kelompok bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka disebut
dengan halaqoh yang arti asalnya adalah lingkaran. Di pesantren-pesantren besar, ada lagi
sistem lain yang disebut musyawarah, yang diikuti santri-santri senior yang telah mampu
membaca kitab kuning dengan baik.
Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami berbagai dinamika, sejak dari pesantren
tradisional hingga pesantren modern.
B. Lembaga-lembaga pendidikan Islam setelah Pesantren
Eksistensi pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan
Islam lainnya, antara lain:

a) Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding
pesantren, baik ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati
demikian, kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian
lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam di
beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir. Lulusan-lulusan Islam
Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-
madrasah di Indonesia.
Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi
menggunakan sorogan ataupun bandongan, melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah
mengaplikasikan sistem kelas dalam proses pembelajarannya. Elemen yang ada dalam
madrasah juga bukan lagi Kyai dan santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan
metode yang digunakan juga beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada
ustad/ustadzah atau guru.
b) Sekolah-sekolah Islam
Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang
adalah sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari
madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah adalah
bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara madrasah
dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama (Kemenag),
sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Selain itu,dari segi bobot muatan materi keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama
dibanding sekolah Islam.

c) Pendidikan Tinggi Islam


Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam
(STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8
Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948 resmi
berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Selanjutnya, UII merupakan bibit
utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta yang kemudian berkembang menjadi beberapa
Universitas Islam yang populer di Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di
Bogor, Universitas Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di
Semarang, Universitas Islam Malang (UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri
(UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di
Indonesia banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan,
kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas dan
kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.

C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia


Tak dapat dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga pendidikan
Islam juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren, bahkan madrasah dan
perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.
Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan
dan perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan muatan materi serta
kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi beberapa teori-
teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin
banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi
konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan yang
dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan pendidikan
umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya
mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa
perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya, meningkatkan
kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi manajemen
pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan pemerintah, mengikuti ujian negara
menurut jenjangnya.
Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga muncul
persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan, kemunculannya itu
antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang berminat mendapatkan
pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki keterampilan tertentu, seperti teknik,
perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.
Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan
perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba dari
perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi Universitas.
Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi Islam yang kini
mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga
berbagai disiplin ilmu umum.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pada paparan dan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan Islam di Indonesia sejatinya berlangsung sejak masuknya Islam di
Indonesia dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar. Setelah
penggunaan masjid cukup optimal, maka muncullah pesantren yang kemudian
menjadi akar pendidikan Islam di Indonesia.
2. Keberadaan pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam lain setelah pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-
sekolah Islam dan Perguruan Tinggi Islam.
3. Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tak luput dari
berbagai dinamika yang ada, seiring dengan perkembangan zaman. Pesantren,
dari jenis pesantren tradisional ke pesantren modern. Madrasah yang semakin
memperbaiki kualitasnya dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan
kualitas guru. Dan, perguruan tinggi Islam yang dulunya masih berstatus
Sekolah Tinggi, berkembang menjadi Institut hingga akhirnya menjadi
Universitas.
Daftar Pustaka

Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:


LP3ES.

Hasan, M. T. (2006). Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Lantabora


Press.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren . Jakarta: INIS.

Anda mungkin juga menyukai