Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Toleransi dan Etika Pergaulan Dalam Materi Al-Qur’an Hadist Di


Madrasah/Sekolah

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist Di


Madrasah/Sekolah
Dosen Pengampu : Anis Fauzi, M.Pd.I

Di Susun Oleh:

Huliyatul Khosiyah (2019390101033)


Rudi Alfian (2019390101090)
Ahmad Dhani Zakiyudin (2019390100981)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas makalah Toleransi dan Etika Pergaulan Dalam Materi Al-
Qur’an Hadist Di Madrasah/Sekolah. Dengan tulisan ini kami harapkan mahasiswa
mampu untuk memahami makna dari Toleransi dan Etika Pergaulan Dalam Materi
Al-Qur’an Hadist, saya sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami berharap
semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama
mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang mampu menerapkan dan mengajarkan
Pendidikan islam ke generasi selanjutnya.

Genteng, 07 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................................i

DAFTARISI...........................................................................................................ii

BAB.1PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 LatarBelakang....................................................................................................1

1.2 RumusanMasalah...............................................................................................2

1.3 TujuanMasalah…………………………………………………………….…..3

BAB.IIPEMBAHASAN.......................................................................................5

2.1 Pengertian Konsep pengukuran…………………………................................6

2.2 Pengukuran panjang (Keliling)……...…………...…………...………............7

2.3 Pengukuran Luas……..……………………………………………...…….....8

2.4 Pengukuran Volume…………..……….………...…..………………...….....12

BAB.IIIPENUTUP............................................................................................. 13

3.1Kesimpulan.......................................................................................................13

DAFTARPUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupaka makhluk sosial. Manusia memerlukan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Kebutuhan jasmani,
misalnya makan dan minum. Manusia memerlukan bahan makanan atau
minuman yang diperoleh dari petani dan pedagang. Untuk kebutuhan rohani,
manusia memerlukan orang lain sebagai teman berbagi kebahagiaan dan
kesedihan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, mutlak memerlukan hubungan baik


dengan sesama anggota masyarakat. Hubungan baik dengan anggota
masyarakat menjadi isyarat bagi terwujudnya gotong royong agar dapat
memenuhi kebutuhan masing-masing pihak.

Salah satu cara untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama
anggota masyarakat ialah bertoleransi dalam bergaul. Sesame anggota
masyarakat harus saling menghargai satu sama lain, agar terhindarnya
kesenjangan anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan.

Seperti halnya dalam mengemukan pendapat, dalam bermasyarakat


harus saling menghargai agar tidak ada perselisihan dua belah pihak. Pada
hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak dini, namun
dibimbing dan diarahkan.

Bukan hanya bertoleransi dapat menjali hubungan yang baik, namun


menjaga pergaulan-pergaulan atau sama halnya akhlak kita kepada orang
lain. Sudah banyak sekali masyarakat diluar sana sangat lengah dalam
menjaga etika pergaulannya. Sehingga terjerumuslah pada jurang
kesengsaraan yang berakhir pada penyesalan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Toleransi ?


2. Bagaimana etika pergaulan dalam islam ?

C. TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan memberikan
pemahaman dan pengertian tentang :
1. Dapat mengetahui apa itu toleransi.
2. Untuk mengetahui bagaimana etika pergaulan dalam islam yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TOLERANSI
1. Pengertian Toleransi
Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pendapat orang lain yang
berbeda dengan pendapat kita sendiri. Didalam islam toleransi disebut dengan
tasamuh. Dalam bahasa arab arti tasamuh adalah “sama-sama berlaku baik,
lemah lembut dan saling pemaaf”. Dalam pengertian istilah umum, tasamuh
adalah sikap akhlaq terpuji dalam pergaulan, dimana terdapat rasa saling
menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang diajarkan oleh
agama islam.
Setiap manusia diberi akal, pikiran dan perasaan. Dalam kehidupan
bermasyarakat, perasaan harus mendapat perhatian oleh masing-masing
anggota masyarakat. Selain satu bentuk perhatian terhadap perasaan sesama
manusia ialah memiliki sikap tasamuh.
Islam mendidik umatnya untuk bersikap toleransi/tasamuh. Ayat-ayat
yang mewajibkan kita bersikap toleransi/tasamuh antara lain sebagai berikut ;

ِ ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد‬


‫ين‬
Artinya : Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (QS. Al-Kafirun / 109:6)
Maksud ayat diatas adalah masing-masing pihak bebas melaksanakan
ajaran agama yang diyakini. Masing-masing harus dapat saling berhargai dan
menghormati hak-haknya.

Sebagai makhluk sosial kita semua saling membutuhkan satu sama


lain, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sesuai dengan
potensi yang dimiliki dengan demikian perlu ditumbuhkan sikap toleransi
agar senantiasa tergerak untuk saling menutup kekurangan satu sama lain.
Ajaran islam sangat memperbolehkan toleransi. Sebagai gambaran
toleransi islam dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat pada kebijakan
yang diterapkan Rasulullah untuk membangun masyarakat Madinah yang
terdiri dari 3 golongan, yaitu golongan Islam, Yahudi dan Nasrani.

Untuk menciptakan masyarakat yang rukun dan damai, Rasulullah


mengadakan perjanjian dengan golongan Yahudi dan Nasrani. Isi perjanjian
tersebut sebagai berikut :

1. Seluruh penduduk Madinah merupakan satu kesatuan warga yang bebas


berfikir dan melakukan ibadah sesuai agama masing-masing serta tidak
boleh saling mengganggu.
2. Apabila kota Madinah diserang musuh mereka harus mempertahankan
bersama-sama.
3. Apabila salah satu golongan diserang musuh, golongan lain harus
membantunya.
4. Jika timbul perselisihan, penyelesaiannya dibawah keadilan yang dipimpin
oleh Rasulullah saw.
Dari isi perjanjian tersebut sangat jelas, bahwa toleransi islam terhadap
golongan bukan islam sangat tinggi. Tetapi perlu diingat, bahwa toleransi ini
hanya sebatas pada masalah-masalah ibadah dan aqidah harus sesuai dengan
agamanya masing-masing.

2. Bentuk dan contoh perilaku toleransi/tasamuh dalam kehidupan


sehari-hari
Bentuk-bentuk toleransi/tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat
banyak macamnya, antara lain sebagai berikut :
a. Tidak mengganggu ketenangan tetangga. Rasulullah saw bersabda :
:‫س ْو َل هللا؟ قَا َل‬
ُ ‫َو هللا الَ يُ ْؤ ِمنُ َو هللا الَ يُ ْؤ ِمنُ َو هللا الَ يُ ْؤ ِمنُ قِ ْي َل َمنْ يَا َر‬
ْ ‫الَّ ِذ‬
‫ي الَ يَأ َمنُ َجا ُرهُ بَ َوائِقَه‬
Artinya : Demi Allah SWT tidak beriman, demi Allah SWT tidak beriman,
demi Allah SWT tidak beriman, saat itu beliau ditanya, “Ya
Rasulullah, siapakah (yang tidak beriman) itu? Rasulullah saw
bersabda, “(yakni) orang yang tetangganya tidak merasa
aman karena gangguannya”(HR. al-Bukhori nomor 5557
dari Abu Syuraih).
b. Tidak melarang tetangganya apabila ingin menanam pohon di batas
kebunnya, Rasulullah saw bersabda :

َ ‫ارهُ أَنْ يَ ْغ ِر َز َخ‬


‫شبَةً فِي ِجدَا ِر ِه‬ َ ‫اَل يَ ْمنَ ْع أَ َح ُد ُك ْم َج‬
Artinya : Janganlah seorang tetangga melarang tetangganya apabila
ingin menanam pohon dibatas kebunnya. (HR. Al-Bukhori
nomor 2283 dari Abu Hurrairah).
Perhatikan nasehat Rasulullah yang artinya:
“Sesungguhnya engkau mempunyai dua tabiat dan kelakuan yang disukai
oleh Allah yaitu sabar dan ketenangan”(HR. Muslim)

Ada riwayat lagi tentang kedatangan orang Badui dengan tidak sopan
menghadap Rasulullah untuk meminta sesuatu. Beliaupun member apa yang
diminta orang Badui itu sambil berkata, “Aku berbuat baik kepadamu”. Orang
Badui itu menjawab, “Tidak bagus kamu!”
Mendengar jawaban Badui yang kasar itu para sahabat marah dan
menghampiri hendak memukulnya. Rasulullah pun member isyarat, agar
berlapang dada. Kemudian beliau memberinya lagi sesuatu kepada Badui itu
sebagai tambahan.
Sifat toleransi/tasamuh dan pembinaan Rasulullah terhadap orang
Badui itu, ternyata membawa hasil. Setelah beberapa sejak kejadian itu, orang
Badui tersebut dapat diperintahkan untuk melakukan tugas penting dan berat
sekalipun. Dia juga turut berjihad ke medan perang dalam menegakkan syiar
Islam.
Dengan demikian, hadist diatas mendidik manusia agar tidak
mempunyai rasa iri terhadap kesenangan orang lain.

B. Etika pergaulan
Etika atau akhlak adalah moral yang dianjurkan didalam ajaran islam
yang tercantum didalam Al-quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari
teladan Nabi Muhammad saw, yang didalam akidah dinyatakan sebagai
manusia yang paling sempurna. Seperti dalam firman Allah dalam surah Al-
qolam ayat : 4

ٍ ُ‫َواِنَّ َك لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق ع َِظ ْي ٍم‬

Artinya : Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang


agung.

Etika atau akhlak merupakan cerminan hati dan akal. Orang yang
memiliki hati yang bersih dan akal cerdas akan memiliki etika atau akhlak
yang baik. Sabda Rasulullah saw yang artinya :

Rasulullah saw. bersabda, “sesungguhnya aku diutus hanya untuk


menyempurnakan akhlak.”(HR. Al-Baihaqi)

Etika pergaulan yang baik ialah yang melaksanakan pergaulan


menurut norma-norma kemsyarakatan yang tidak bertentangan dengan hokum
syara’, serta memenuhi segala hak yang berhak mendapatkannya masing-
masing menurut kadarnya.

Agama Islam menyeru dan mengajak kaum muslimin melakukan


pergaulan diantara kaum muslimin. Karena dengan pergaulan, kita saling
berhubungan mengadakan pendekatan satu sama lain. Kita bisa saling mengisi
dalam kebutuhan serta dapat mencapai sesuatu yang berguna untuk
kemaslahatan masyarakat.

Kemaslahatan umum harus dilandasi oleh akhlaqul karimah untuk


membangun pergaulan yang bagus dan sehat. Apabila tidak dilandasi dengan
akhlaqul karimah, maka tidak akan terwujud pergaulan yang menurut nurma
syara’.

Berikut bentuk-bentuk etika pergaulan yang sesuai dengan Al-Quran


dan sunnah.

1. Menutup Aurat
Menutup aurat merupakan perintah dalam ajaran islam yang wajib
dikerjakan. Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk
menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati.
Makna aurat secara bahasa berarti malu, aib dan buruk. Adapun
menurut istilah, aurat adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap
manusia, baik laki-laki maupun perempuan dan tidak boleh dibuka untuk
diperlihatkan kepada orang lain yang bukan mahram.
Dalam hal menutup aurat, antara laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan. Batas aurat laki-laki, yaitu anggota tubuh antara pusat dan
lutut. Batas aurat perempuan, yaitu seluruh tubuh, kecuali wajah dan
telapak tangan.
Pakaian yang dikenakan tidak boleh ketat yang sampai
memperlihatkan lekuk tubuh dan tidak boleh menggunakan pakaian yang
transparan atau kain baju yang tipis, yang mana dapat memperlihatkan
warna kulitnya.
2. Tidak Menghina Sesama Muslim
Ayat yang menjelaskan mengenai menghina sesame muslim adalah
surah Al-Hujurat ayat 11,
‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن‬ ۟ ُ‫م َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُكون‬eٍ ْ‫وا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّمن قَو‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
‫س ٱٱِل ْس ُم‬ ِ َ‫وا بِٱأْل َ ْل ٰق‬
َ ‫ب ۖ بِ ْئ‬ e۟ ‫ا أَنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُز‬e۟‫نِّ َسٓا ٍء َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِم ُز ٓو‬
ٰ ٓ
َ‫ق بَ ْع َد ٱإْل ِ ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأ ُ ۟و ٰلَئِكَ هُ ُم ٱلظَّلِ ُمون‬ُ ‫ْٱلفُسُو‬
yang artinya : Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum lain, boleh jadi mereka lebih baik dari mereka, dan
jangan pula wanita-wanita terhadap wanita-wanita lain, boleh jadi
mereka lebih baik dari mereka dan janganlah kamu mengejek diri kamu
sendiri dan jangan kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.
Seburuk-buruknya panggilan ialah kefasikan sesudah iman, dan barang
siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang dzolim.
Allah melarang setiap orang yang beriman agar tidak saling
menghina. Orang yang beriman akan selalu merasa dirinya lebih rendah
dari orang lain, sehingga akan timbul rasa rendah hati bukan sifat
sombong terhadap orang lain.
Tidak hanya memerintahkan untuk menjauhi perpecahan, Allah juga
menyuruh agar umat muslim mendamaikan pihak yang sedang bertengkar
atau berselisih. Jadi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang
muslim harus bersikap kepada sesamanya seperti ia bersikap kepada
saudaranya.
Salah satu kewajiban terhadap saudaranya adalah mendamaikan ketika
ada dua atau lebih saudaranya yang sedang bertengkar.

3. Saling Mengenal
Semua manusia memiliki kedudukan yang sama disisi Allah SWT.
Penciptaan manusia ke dalam bermacam suku dan bangsa bermaksud agar
mereka saling mengenal dalam hal keturunan. Mereka dapat mengenal
tentang asal usul mereka, keturunan dan nasab. Dalam pepatah
mengatakan “ Tak kenal maka tak sayang”, dari kata pepatah ini kita bisa
ambil pelajaran , saling mengenal agar saling berkasih sayang satu kaum
ke kaum yang lain.
Setelah terjadinya perkenalan tersebut mereka dapat saling mengambil
pelajaran, manfaat dan bekerja sama untuk meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT. Sudah jelas dalam firman Allah SWT surah Al-
Hujurat ayat 13, yaitu

ۚ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائِ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۟ا‬
‫إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya aku menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agak kamu saling mengenal.

4. Berkasih sayang terhadap sesama muslim


Terdapat dua ayat yang membahas tentang hubungan kasih sayang di
antara sesama muslim yakni surah Al-Fatih ayat 48 berhubungan dengan
berkasih sayang terhadap sesama muslim.
Kasih sayang dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti berbuat
baik, menolong dan membantu ketika muslim yang lain meminta bantuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pendapat orang lain yang
berbeda dengan pendapat kita sendiri. Sebagai makhluk sosial kita semua
saling membutuhkan satu sama lain, karena masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan
demikian perlu ditumbuhkan sikap toleransi agar senantiasa tergerak
untuk saling menutup kekurangan satu sama lain.

b. Etika atau akhlak merupakan cerminan hati dan akal. Orang yang
memiliki hati yang bersih dan akal cerdas akan memiliki etika atau akhlak
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, H.M. Masykuri dan Mokh. Syaiful Bakhri. 2006. Kupas Tuntas Shalat
Tata Cara dan Hikmahnya. Jakarta
Alfarisi, M. Zaka. 2005. Kisah Seru 25 Nabi dan Rasul. Bandung: PT Mizan Bunala
Kreativa
Alhamid, Zaid Husein. 1995. Kisah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Pustaka Amani.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: Karya
Putra. Masykur, Abu Usamah dan Ummu Usamah 'Aliyyah. 2009. Ayo
Bersukur. Yogyakarta: Cinta Sunnah
Mundziri, Al-Hafizh Zaki al-Din Abd-a-`Azhim. 2002. Ringkasan Shahih Muslim.
Bandung: Maan Media Utama.
Rasjid, Sulaiman. 2003. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar baru
Algensindo
Ulwan, Abdullah Nashih. 1981. Tarblyatu'l-Aulad fil-Islam. Kairo: Daru's-Salam
Li.th-Thiba'an , , wa 'n-Nasyr wa't-Tauzi'. ,

Anda mungkin juga menyukai