Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Umum ....................................................................................................... 3


2.2 Sejarah Stainless Steel ............................................................................................. 5
2.3 Kandungan atom / Unsur dan Ikatannya ................................................................. 6
2.4 Klasifikasi dan Spesifikasi Stainlees Steel .............................................................. 6
2.5 Proses Pembuatan Stainless Steel ........................................................................... 8
2.6 Sifat Fisik dan kimia Stainless Steel ....................................................................... 15
2.7 Kelebihan dan Kelemahan Stainless steel ............................................................... 16
2.8 Penggunaan / Aplikasi............................................................................................. 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20


3.2 Saran ........................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kebutuhan saat ini pemakaian material logam semakin marak,
contohnya saja pada berbagai peralatan kebutuhan sehari-hari, bidang kontruksi bangunan,
transportasi, dan industri lainnya. Akan tetapi, salah satu persoalan yang dihadapi material
logam ialah masalah korosi yang berdamapang terhadap lama waktu pemakaian material yang
menjadi lebih singkat, bahkan bisa berdamapak pada menurunnya kualitas produk yang
berbahan baku logam.

Korosi telah umum terjadi pada hampir semua material logam, yang berdampak
terhadap menurunya kualitas logam seperti umur pemakaiannya menjadi lebih singkat dari
standarnya. Peristiwa tersebut disebabkan oleh adanya suatu reaksi elektrokimia antara
lingkungan terhadap logam tersebut.

Dalam dunia industri, pemakaian material logam yang sering digunakan ialah baja. Hal
tersebut dikarenakan baja memiliki kombinasi unsur seperti Krom (Cr), nikel (Ni), dan
Mangan (Mn) yang menjadikannya kebal terhadap korosi. Dan salah satu yang merupakan jenis
baja ialah Stainlees Steel.

Stainless steel merupakan salah satu material logam berjenis baja yang marak
pemakaiannya diindustri, bersifat mekanis yang baik serta kebal karat. Di indonesia bahan-
bahan industri cor seperti untuk pembuatan stainless steel ini kebutuhannya masih harus impor.
Adapun untuk bahan-bahannya antara lain : nikel murni, ferrokrom, ferromolybden ,
ferromangan, , ferromangan, ferrosilicon, serta scrap low carbon steel.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Stainless steel ?


2. Apa saja Kandungan atom / Unsur dan Ikatan Stainless steel ?
3. Apa saja jenis-jenis dari Stainlees steel ?
4. Bagaimana proses pembuatan Stainless steel ?
5. Apa saja sifat fisik dan kimia Stainless Steel ?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan Stainless steel ?
7. Apa saja penerapan Stainless steel di umum dan industri ?

1
1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Stainless steel


2. Untuk mengetahui Kandungan atom / Unsur dan Ikatan pada Stainless steel
3. Untuk mengetahui macam-macam jenis Stainless steel
4. Untuk mengetahui proses pembuatan Stainless steel

5. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia pada Stainless Steel

6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Stainless steel

7. Untuk mengetahui penerapan Stainless steel di umum dan industri

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Umum


Stainless steel merupakan salah satu material logam berjenis baja yang marak
pemakaiannya diindustri, bersifat mekanis yang baik serta kebal karat. Di indonesia
bahan-bahan industri cor seperti untuk pembuatan stainless steel ini kebutuhannya masih
harus impor. Adapun untuk bahan-bahannya antara lain : nikel murni, ferrokrom,
ferromolybden , ferromangan, , ferromangan, ferrosilicon, serta scrap low carbon steel.
Pada Stainless steel terkandung sedikitnya 10,5 % Crom, dan bahkan biasanya terjadi
peningkatan hingga 13% agara Stainlees steel memiliki kekebalan terhadap tingginya suhu
pada oksidasi. Lapisan pasif Cr2O3 atau Kromium (III) oksida dibangun oleh reaksi krom
dengan oksigen. Secara kasat mata lapisan tersebut kalah dengan kilaunya logam karena
teramat tipis.
Krom merupakan salah satu unsur kombinasi yang sangat penting dalam menciptakan
besi kebal karat. Kombinasi serta bauran zat-zat lainnya juga memiliki tujuan serta fungsi
lain dalam menciptakan besi kebal karat. Contohnya saja nikel (Ni) memiliki peran
menumbuhkan kekebalan terhadap korosi pada wahana yang netral serta lemah, Mo atau
molybdenum memiliki peranan menumbuhkan kekebaan korosi pitting, Al atau
alumunium berperan dalam membangun lapisan oksida di suhu tinggi, kemudian ketika
proses sensitas terjadi korosi pada material dapat ditekan dengan adanya unsur Titanium
dan niobium yang merupakan unsur penstabil karbida.
Ada lima kategori Stainless steel yang dilihat dari struktur kristalnya yaitu ferritic
stainless steel, martensitic stainless steel, duplex stainless steel, austenitic stainless steel
dan yang terakhir ada precipitation-hardening steel. Sebagai baja komposit, Stainless steel
yang berdasarkan berat krom yang terkandung sekurangnya 11,5% ini. Bersifat kebal
terhadap korosi seperti halnya logam baja pada umumnya.
Kurang lebih ada 2 metode yang digunakan dalam mengkalkulasikan laju korosi yaitu
metode weight lost dan metode elektrokimia. Pada tingkat laboratorium serta industri
metode weight lost merupakan metode yang banyak dipakai karena relatif lebih simpel
dengan hasil yang lumayan akurat.
Seabagai baja paduan atau steel alloy. Stainless steel tersusun atas paduan krom yeng
menjadikannya bersifat kebal karat, dan tidak hanya itu penyusun Stainless steel juga

3
terdiri atas unsur lainnya yang memberikan suatu sifat tertentu pada Stainless steel yang
dibuat. American Iron & Steel Institute atau AISI berdasarkan komposisinya Stainless
steel digolongkan atas ferritic stainless steel, martensitic stainless steel, austenitic
stainless steel melalui varian seri yang berbeda. Seperti yang memiliki komposisi karbon
rendah ada Stainless steel 316 L dari molybdenum alloy austenitic stainless steel. Yang
biasanya digunakan pada industri-industri sperti petrokimia, pengolahan kertas, tekstil,
kimia, medis dll. Karbon yang rendah serta adanya kandungan molybdenum membuat
kekebalan terhadap korosi menjadi tinggi. Dan adapun rincian lengkapnya terkait
komposisi material ialah sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel komposisi kimia baja tahan karat 316 L/44D4

Komponen Persentase (%)


C 0,02
Cr 17,2
Ni 10,1
Mo 2,1
Fe < 70
Sumber : Ikmal et al., 2016

kandungan kromium yang sangat tinggi membuat Stainless steel tahan gores. Formula
yang biasa digunakan untuk keperluan ortodonsi mengandung 18% kromium dan 8% nikel
sehingga dikenal dengan istilah 18-8 stainless steel. Stainlees steel yang mengandung
Kromium dapat mencegah korosi dikarenakan adanya lapisan oksida yang terbentuk.
Unsur logam pada kawat ortodontik mengakibatkan resiko terjadinya korosi. Korosi
merupakan reaksi kimia antara sebuah logam dengan lingkungannya membentuk suatu
oksida logam. Korosi logam di dalam rongga mulut termasuk korosi basah atau korosi
elektrokimia dengan media perantara kelembaban atau media pelarut. Setiap proses korosi
akan selalu diikuti dengan pelepasan ion dari unsur logam.

2.2 Sejarah Stainless Steel


Stainless steel di temukan oleh Harry Brearley yang hidup 1871 – 1948. Orang
mengenal dia sseorang penemu baja stainless steel. Sejak kecil Brearley sudah kenal
dengan dunia yang berhubungan dengan industri baja. Kebetulan, ayahnya merupakan
seorang pekerja di suatu pabrik baja. Brearley sudah bekerja di pabrik baja tempat ayahnya
bekerja diusia dia yang baru 12 tahun. Setelah itu, berkat kepintarannya ia menjadi asisten

4
di laboratorium kimia, yang membuatnya menjadi semakin mengerti tentang ilmu logam
dan senyawa. Di sebuah pabrik di luar negeri dipernah sempat menimba ilmu disana dalam
mendalami ilmu tentang logam. Sampai, pada tahun 1908 di Sheffield-Ingrris ada dua
pabrik besar baja yang menyetujui riset Brearley untuk membiayainya. Bahkan menjadi
pemimpin dalam proyek penelitian tersebut. Kemudian, di tahun 1912, laboratorium
Brown Firth Research Laboratories meneliti daya tahan karat laras senapan, yang
problemnya adalah baja yang yang ada pada laras senapan tersebut kurang kuat dengan
suhu tinggi dan mulai mudah karat. Belajar dari insiden tersebut, Brearley akhirnya mulai
menguji peningkatan kandungan kromium pada baja untuk mengurangi proses pengaratan.
Penelitian ini menjadikan perhitungan tingkat karbon, krom, serta besi yang ditambahkan
sebagai fokusnya. Sehingga, diperoleh sedikitnya 12 % paduan kromium supaya besi kebal
terhadap karat.
Dari eksperimen yang dilakukan Brearley akhirnya terlihat bahwa adanya kesamaan
ukuran atom unsur Cr (Kromium) dan oksidanya, sehingga permukaan besi dapat tertutup
rapat satu sama lainnya ( tabir kasat mata hasil kromium jika terpapar oksigen ) bakal
langsung tercipta lagi agar permukaan besi dari oksidasi karat terlindungi. Dan pada
akhirnya, untuk pertama kali stainless steel dapat diproduksi tepat di 13 Agustus 1913 oleh
hasil eksperimen Brearley di laboratorium Brown-Firth.

2.3 Kandungan atom / Unsur dan Ikatannya


Pada Stainless steel terkandung sedikitnya 10,5 % Crom, dan bahkan biasanya terjadi
peningkatan hingga 13% agara Stainlees steel memiliki kekebalan terhadap tingginya suhu
pada oksidasi. Lapisan pasif Cr2O3 atau Kromium (III) oksida dibangun oleh reaksi krom
dengan oksigen. Secara kasat mata lapisan tersebut kalah dengan kilaunya logam karena
teramat tipis. Logam tersebut tahan terhadap air dan udara serta logam yang berada
dibagian bawah lapisannya dapat terlindungi. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah
passivation dan dapat disaksikan juga pada logam lainnya, sperti Alumunium dan
Titanium.
Dalam memnciptakan besi kebal terhadap karat pada dasarnya, Krom merupakan salah
satu unsur kombinasi yang sangat penting dalam menciptakan besi kebal karat. Kombinasi
serta bauran zat-zat lainnya juga memiliki tujuan serta fungsi lain dalam menciptakan besi
kebal karat. Contohnya saja nikel (Ni) memiliki peran menumbuhkan kekebalan terhadap
korosi pada wahana yang netral serta lemah, Mo atau molybdenum memiliki peranan
menumbuhkan kekebaan korosi pitting, Al atau alumunium berperan dalam membangun

5
lapisan oksida di suhu tinggi, kemudian ketika proses sensitas terjadi korosi pada material
dapat ditekan dengan adanya unsur Titanium dan niobium yang merupakan unsur penstabil
karbida.

2.4 Klasifikasi dan Spesifikasi Stainlees Steel


Penggolongan Stainlees steel diorientasikan pada struktur metalurginya, Tidak sama
sperti baja jenis lain yang diorientasikan terhadap kandungan karbonnya. dilihat dari
struktur kristalnya yaitu ferritic stainless steel, martensitic stainless steel, duplex stainless
steel, austenitic stainless steel dan yang terakhir ada precipitation-hardening steel.
2.4.1 Ferritic Stainless Steel
Jenis Stainless Steel ini memiliki standar pencampuran Kromium (11,2 – 19 %).
Dengan tanpa ataupun penambahan nikel yang sangat sedikit. Yang dikarenakan
nikel merupakan paduan yang paling mahal dan menunjukan volatilitas harga yang
tinggi. Kandungan nikel yang rendah dari kualitas feritik membuat harga lebih
stabil dibandingkan dengan kualitas dengan kandungan nikel yang tinggi.
Penambahan Molydenium pada paduan ini ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan korosi, Sementara paduan dengan Niobiom dan atau Titanium untuk
meningkatkan kemampuan las.
Ferritic SS bersifat magnetis karena struktur mikronya dimana pemberian panas
tidak bisa menjadikannya keras, kecuali dengan cold work ataupun dihot work.
Kekuatan serta ketahanan korosi menjadi tinggi disaat kondisi annealed. Dimana
kekuatannya bisa 50% lebih tinggi dibanding Carbon steel.
2.4.2 Martensitic Stainless Steel
Pada Stainless Steel jenis ini Chrom yang merupakan unsur utama kandungannya
lebih sedikit dari pada jenis Ferritic Stainless Steel serta kandungan Carbon yang
cukup tinggi. Contohnya saja grade 416 dan grade 410. Bersifat magnetis, bisa
dikeraskan dengan pemberian panas, bisa dicold work maupun di hot work,
machinabilitynya yang bagus, ketangguhan baik, kekebalan korosinya lumayan
baik terhadap cuaca akan tetapi kurang sebaik austenitic ataupun stainless steel
ferritic.
2.4.3 Duplex Stainless Steel
Memiliki mikrostruktur austenitik feritik dengan keseimbangan fasa sekitar 50%
ferit dan 50 % austenit. Grade duplex menggabungkan banyak sifat
menguntungkan dari baja Stainless Steel feritik dan austernitik. Struktur mikro

6
dupleks juga berkontribusi pada kekuatan tinggi dan ketahanan tinggi terhadap
retak korosi tegangan.
Karakteristik Stainless Steel Dupex adalah kandungan Chromium yang tinggi
(20,1-25,4%), tetapi kandungan nikelnya agak rendah (1,4-7%) dibandingkan
dengan austenitik. Kandungan nikel yang rendah membuat harganya lebih stabil.
Molibdenium (0,3-3%) dan nitrogen ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan
korosi dan menyeimbangkan struktur mikro. Nitrogen juga meningkatkan
lkekuatan, Mangan ditambahakna ke beberapa grade, sebagai pengganti sebagian
nikel, tetapi juga untuk meningkatkan kelarutan nitrogen dan material.
2.4.4 Austenitic Stainless steel
Pada Stainless steel minimal kandungan Crom dan nikel nya ialah 16 % dan 6%
yang merupakan grade standar 304 hingga grade 904L (ada penambahan
Molybdenum hingga 6 % serta Crom dan Nikelnya lebih tinggi) yang merupakan
grade super dari jenis Stainless steel ini. Seperti yang diketahui, Molybdenum
Titanium, Copper memiliki peran untuk memiliki peningkatan ketahanan terhadap
suhu dan korosi. Pengaplikasian jenis SS ini cocok untuk suhu rendah. Dimana
Stainless steel (SS) menjadi tidak rapuh pada suhu rendah karena adanyua unur
nikel.
Bersifat tidak magnetis, tidak bisa dikeraskan dengan pemberian panas pada
kondisi annelead, bisa di hot work serta di cold work, mempunyai tingginya shock
resistant, susah dimachining akan tetapi beda halnya jika adannya pemberian S atau
Se, memliki sifat tahan korosi yang baik dianntara jenis lainnnya, kuat pada suhu
yang tinggi, serta ketahan scaling yang baik.
2.4.5 Precipitation Hardening Steel
Jenis ini keras serta kuat karena suatu endapan dapat terbentuk pada struktur mikro
logam. Sehingga material Stainless Steel menjadi kuat karena proses deformasinya
menjadi terhambat. Penambahan Tembaga, Titanium, Alumunium dan Niobium
merupakan bagian dari proses pembentukan Stainless Steel jenis ini. Dan
pengerjaan dingin atau cold work merupakan proses yang umumnya penguatan itu
terjadi, jenis ini mengalami pengerasan presipiitasi, mudah dalam proses
Manucfacturing, memiliki kekebalan korosi yang baik, dan kekuatan yang tinngi.
2.5 Proses Pembuatan Stainless Steeel
Pembuatan Stainless steel hampir sama dengan baja paduan yang dibuat lainnya, karena
pada dasarnya Stainlesssteel merupakan salah satu jenis dari baja paduan atau komposit,

7
yang berbeda ialah adanya penambahan atau bauran unsur-unsur paduan, seperti Cr /
Kromium, Ni / Nikel, Mn / Mangan, dan Al /Aluminium. Bauran kabon berkadar kurang
dari 2,0 %, selain itu juga ada unsur paduan dan pengotor yang terkandung. Kadar karbon
dan unsur yang tidak terpakai dalam proses pembuatan baja dikurangi bahkan dihilangkan
dari besi kasar. Dan Ada beberapa macam cara pembuatan baja, antara lain :
− Konverrtor
− Tanur Baja Terbuka (Open Hearth Furnance)
− Dapur Listrik

Gambar 1 Diagram Proses Pembuatan Baja

Sumber : https://www.academia.edu/28608674/Makalah_Industri_Baja

Pembuatan stainless steel memiliki bahan baku yang diantaranya adalah:


• Pig iron atau besi kasar cair atau berupa besi atau spons sponge iron (berupa besi
spons ) (65-85%).
• Skrap baja (15-35%),

Unsur-unsur paduan yang dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan stainless steel
diantaranya sebagai berikut :

8
• Karbon (C)
Berperan agar menjadikan baja tetap kuat ketika temperature yang tinggi.
• Chromium (Cr)
Berperan dalam menjadikan baja lebih keras, tahan korosi, tahan terhadap gesekan
dan tahantingginya suhu. Sehingga dari sifat-sifat tersebut membuat baja paduan baik
untuk bahan roda gigi dan poros. Penambahan unsur ini biasanya dibarengi dengan
nikel yang ditambahkan juga.
• Silikon (Si)
Silikon di konsentrasi rendah dapat menjadikan baja memperbaiki sifat megnetik dan
sifat listriknya. Sedangkan, di konsentrasi tinggi menjadikan baja kebal terhadap
keadaan asam.
• Nikel (Ni)
Daam bebebrapa kelompok stainless steel unsur ini merupakan bahan dasarnya,
dimana, nikel menjadikan jenis stainless steel kebal terhadap korosi serta dapat
berubah tanpa pecah karena memiliki derajat kelenturan yang tinggi dari paduan
nikel. Pembuatan stainless steel hampir 65 % menggunakan nikel.
• Molibdenum (Mo)
Unsur ini berperan dalam meberikan baja yang tahan pada suhu tinggi, baja yang
keras, kuat dan liat. Umumnya baja campuran jenis ini biasanya dipakai untuk
peralatan potong seperti pahat.
• Wolfram (W)
Pengguanaanya biasanya dipadukan bersama nikel dan Chromium. Wolfram (W)
berperan sama seperti Molibdenum. Dimana, baja yang memiliki paduan unsur ini
tahan pada temperatur tinggi. Yang menyebabkannya banyak dipakai sebagai
pembuatan pahat ptong. Atau lebih dikenal dengan High speed steel (baja potong
cepat)
• Vanadium (V)
Baja jenis paduan unsur ini banyak digunakan dalam pembuatan batang penggerak,
roda gigi dll. Penambahan unsur ini berguna untuk menjadikan baja kuat serta tahan
terhadap panas, serta dapat memberikan baja yang memiliki struktur kristak yang
bagus dan halus.
• Kobalt (Co)

9
Baja jenis paduan unsur ini banyak digunakan pada kontruksi pesawat terbang serta
berbagai kontruksi yang harus tahan aus dan panas. Peran unsur ini berguna untuk
meningkatkan kualitas baja, serta memperbaki sifat keras baja.

2.5.1 Proses Menggunakan Konvertor


Pada Konventer terdapat lubang yang fungsinya sebagai inlet dan outlet
dari bahan baku dan cairan logam yang dikeluarkan alat ini terbangun dari baja
dan pada alat ini terdapat lapisan batu yang tahan terhadap api. Untuk
memasukkan serta mengeluarkan material, pada suatu tap konventer dikaitkan
agar dapat berputar dan digerakkan dalam keadaan horizontal maupun vertikal.
Dimana pada saat horizontal dapat memasukkan serta mengeluarkan material.
Pada konventer juga terdapat pipa -pipa berdiameter kecil di bawah konventer
yang cukup banyak.
Ketika prosesnya berlangsung, agar karbon serta unsur ysng tidak murni
teroksidasi pada pipa saluran dalam konventer udara dihembuskan dengan
tekanan 1,4 kg/cm3. Kemudian besi kasar deangan mangan yang melimpah di
tambahkan agar carbon teroksidasi. Konventer yang berkapasitas 25-60 ton
tersebut memakai 25 menit untuk waktu setiap prosesnya. Baja cair dari proses
ini nantinya kan dipadatkan dalam cetakan batangan. sehingga sebelumnya
perlu dituangkan kedalam panci-panci. Berikut merupakan macam-macam
proses pembuatan baja menggunakan konventer :
1) Proses Bessemer
Pada proses ini lapisan batu yang digunakan pada konventer ialah batu tahan
api yang berasal dari SiO2 sebagai oksida asam. Pengolahan di konventer ini
menggunakan besi kasar kelabu dengan silikon yang melimpah serta fosfor
rendah yaitu tidak lebih dari 0,1 %. Fosfor rendah perlu diambil yang
terkandung dlam besi kasar karena unsur fosfor tidak dpat direduksi pada batu
kasaar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Lapisan pada konventer juga
dapat habis karena kuarsa asam yang merupakan lapisan dapur dapat bereaksi
dengan fosfor dan reaksi ini sangat membahayakan. Beda hal nya apabila
silikon yang terkandung dalam besi kasar sekitar 1,5%-2% hal tersebut dapat
menguntungkan.
Pada proses ini kondisi konventer horizontal guna ,emasukkan dan
mengeluarkan bahan material / bahan baku. Sedangkan udara dihembuskan

10
ketika kondisinya dalam posisi vertikal. Proses oksidasi unsur silikon menjadi
oksida silikon mrupakan tahap pertma dari proses ini. Selanjutnya oksida
fosfor dan oksida mangan di hasilkan dengan adanya proses oksidasi unsur
fosfor dan unsur mangan., hal tersebut dapat dilihat dengan munculnya warna
kehijauan dari bunga api.

Kemudian, untuk unsur-unsur yang tidak murni akan dioksidasi untuk


dikelurkan dibersihkan dari kotoran-kotoran atau unsur-unsur yang tidak
diperlukan dalam proses pembuatan baja ini. dimana udara akan dihembuskan
pada dapur konventer terhadap besi basa cair sehingga baja dapat dihasilkan.

Proses bessemer ini digunakan untuk bahan baku besi kasar yang memiliki
kualitas yang bagus, artinya kandungan fosfornya rendah. Sehingga akan
tidak maksimal dan menghasilkan baja yang berkualitas rendah apabila bahan
baku besi kasar yang digunakan memiliki kadar fosfor yang tinggi. Karena
pada saat pengolahan fosfor tidak dapat dikeluarkan sepenuhnya. Maka untuk
mengatasi bahan baku besi kasar yang tinggi fosfor ini. Digunakan proses
yang lain yaitu proses Thomas, karena pada proses tersebut lapisan dasarnya
menggunakan batu kapur yang dapat mengikat fosfor.

Tahap yang terakhir ialah proses oksidasi karbon. Pada proses ini terjadi suara
gemuruh serta munculnya nyala api berwarna putih yang memiliki panjang
kurang lebih dua meter , lalu nyala api tersebut mengecil. Terjadi penambahan
yang banyak besi kasar mengadung mangan sebelum api tersebut padam.
Setelah itu, menuangkan baja cair pada panci-panci untuk nantinya di cetak
menjadi batangan baja.

Gambar 2. Diagram Proses Pembuatan Baja

Sumber : https://www.academia.edu/28608674/Makalah_Industri_Baja

11
2) Proses Thomas
Proses Thomas merupakan suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di
dalam konvertor yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api
berbahan karbonat kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 + MgCO3) yang
disebut "dolomit". Proses ini disebut juga proses basa karena lapisan
konvertor terbuat dari dolomit dan hanya mengolah besi kasar putih yang kaya
dengan fosfor (sekitar 1,7 - 2%) dan rnengandung unsur silikon rendah
(sekitar 0,6 - 0,8%). Proses ini semakin baik hasilnya jika besi kasar yang
diolah mengandung unsur silikon yang sangat rendah.

Pada proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan
terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah
silikon (Si), kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor
terjadi cepat sekali, sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir
adalah unsur karbon disertai suara gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila
nyala api sudah mengecil dan kemudian padam berarti proses oksidasi telah
selesai.

Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar


menghasilkan oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan
batu kapur ke dalam konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam
konvertor, diikuti dengan penuangan baja cair ke dalam panci-panci tuangan
lalu dipadatkan menjadi batangan baja.

3) Proses Siemens Martin


Proses Siemens Martin atau bisa disebut juga proses tungku terbuka.
Prosesnya menggunakan cara asam atau basa berorientasi pada sifat lapisan
dapurnya. Proses ini berfungsi menghasilkan baja yang mengandung karbon
sedang dan rendah. Bahan bakar yang digunakannya ialah berupa gas dari
hasil pembakaran kokas pada atas tungku. Dengan prinsip regenerator
(hubungan balik) dengan suhu yang dapat mencapai 900-1.200 0C pada
tungku pemanas.
Besi kasar dan baja bekas dapat diisi pada proses ini untuk dicairkan,
menghasilkan unsur-unsur campuran membentuk terak pada bagian atas

12
permukaan cairan besi. Menambahkan bijih besi untuk mereduksi karbon, lalu
menuangkan cairan besi kedalam beberapa panci tuangan. Baja cair semuanya
dikeluarkan lebih awal dari dapur sehingga tyerpisah dengan beberapa terak
cair. Terak cair yang ikut terbawa oleh baja cair dituangkan pada panci yang
lebih kecil. Kemudian, menuangkan baja cair dipanci yang sudah penuh pada
cetakan melalui bagian bawahnya. Sehingga terjadi pemisahan dengan terak
yang ada didalam panci. Untuk proses pemurnian atau purifikasi besi kasar
beserta material tambahan lainnya prosesnya dilakukan selama 12 jam.
Terakhir, baja cair kemudian dianalisis terkait dengan komposisinya.
Sedangkan, terak yang diperoleh dari proses basa dijadikan sebagai pupuk
buatan.

2.5.2 Proses Menggunakan Tanur Baja Terbuka (Open Heart Furnance )

Proses ini memiliki kelebihan kualitas bajanya yang dapat dikontrol secara
kontinyu pada waktu berlangsungnya proses ini (8-10 Jam). Tanur merupakan
piringan datar yang besar. Dimana CaO atau MgO sebagi oksida basa berada pada
dasar kolomnya sebagi zat pengikat. Besi tuang, besi bekas, dan batu kapur
dimasukan pada tanur tinggi. Kemudian, melewatkan steam dan campuran gas
pembakar pada bagian atas piringan yang didalamnya terdapat besi cair. Reaksi
antar oksida-oksida pengotor bersama CaO dan MgO menghasilkan kerak akan
terjadi ketika dilakukan proses pengadukan.

2.5.3 Proses Dapur Listrik

Proses ini berguna untuk mengontrol suhu peleburan serta memperkecil unsur-
unsur campuran pada baja selama proses purifikasi yang berawal dari dapur
terbuka yang kemudian diproses pada dapur listrik agar menghasilkan baja
berkualitas tinggi. Terdapat dua jenis pada dapur listrik antara lain :.
a. Dapur/Tungku Listrik Busur Nyala
Pada tungku ini logam diolah dengan proses asam atau basa tergantung
lapisan batu tahan apinya serta material bahan yang diikutkannya sehingga
perlu diketahui terlebih dahulu komposisinya. Dapur listrik memiliki
kapasitas 25-100 ton, memiliki 3 buah elektroda karbon pada bagian atap

13
dapur, diatur dengan otomatis agar busur nyala dapat dihasilkan sehingga
logam dapat dipanaskan dan dicairkan secara langsung.
Unsur-unsur campuran dapat direduksi melalui oksidasi terak dari batu kapur
karena adanya proses basa yang terjadi. Kemudian, terak yang mengandung
batu kapur dipisahkan dari baja cair. Untuk mencegah terjadinya oksidasi,
logam campur ditambahkan pada cairan sebelum dari dapur dikeluarkan.

b. Dapur induksi frekuensi tinggi

Dapur ini umumnya digunakan untuk membuat baja paduan khusus deanga
kapasitasinya 350 kg-6 ton. Pada dapur ini, terdapat cawan batu tahan api
yang dililit kawat sebagai kumparannya. Dimana akan terjadi proses
pencairan logam karena arus listrik bersirkulasi pada logam tersebut saat
tenaga listrik dialirkan. Kemudian, gerak mengaduk dari arus listrik akan
terjadi, ketika logam telah mencair.

2.6 Sifat Fisik dan kimia Stainless Steel


2.6.1 Sifat Fisik Stainless Steel
Stainless steel atau Baja tahan korosi memiliki komponen seperti Besi (Fe), Krom
(Cr), Karbon (C), Nikel (Ni), Molibdenum (Mo) dan sedikit beberapa logam
lainnya. Komponen tersebut memiliki perbandingan yang beragam dalam tipe yang
berbeda. Kandungan Krom pada Stainless Steel harus kurang dari 11%.
Berikut merupakan sifat-sifat fisik yang utama dari stainless steel :
• Merupakan zat yang keras serta kuat.
• Stainless steel merupakan konduktor yang tidak baik (panas dan listrik).
• Stainless steel dapat dibengkokkan atau dibentuk dengan mudah karena
mempunyai kekuatan ulet yang tinggi.
• Sebagian tipe dari stainless steel tertarik terhadap magnet (mempunyai
permeabilitas magnetis)
• Tahan terhadap karat.
• Susah teroksidasi
• Pada jangka yang panjang Stainless steel bisa mempertahankan ujung
tombak.

14
• Mampu mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi
Pada suhu tinggi sekalipun.
• Bisa tetap sulit berubah, pada tsuhu cryogenic

2.6.2 Sifat Kimia Stainless Steel


Stainless Steel memiliki unsur utama yaitu besi murni. Besi murni bersifat
sensitif terhadap karat serta sangat tidak stabil. Reaksi dengan oksigen merupakan
penyebab dari karat besi. Untuk mencegah kerusakan mekanik serta kimia
Stainless steel mengandung kromium untuk membangun lapisan transparan dan
pasif kromium oksida. Baja juga terkandung komponen kecil lainnya seperti Nikel,
Nitrogen dan Molibdenum. Nikel yang kandungannya kecil dapat meningkatkan
ketahanan korosi lebih lama serta melindungi stainless steel dari kondisi
penggunan yang kasar dan keras. Sedangkan, penambahan Molybenum ditujukan
untuk menghindari jaringan parut (Pitting) pada baja Stainless steel.
Disamping itu, peningkatan sifat kimia dan struktur Stainlees steel juga
dilakukan penambahan komponen berupa Titanium, Vanadium dan Tembaga yang
berguna sebagai paduan untuk keperluan tertentu. Keterlibatan non-logam juga ada
pada paduan baja Stainlees steel seperti seperti Nitrogen, Karbon dan Silikon.
Komposisi media korosif, kimia logam yang digunakan, rgam suhu dan oksigen
yang terkandung dan aerasi medium.merupakan hal-hal yang mempengaruhi
kekbalan atau ketahanan suatu baja terhadap korosi dalam hal ini ialah sebgai
sifatnya.

2.7 Kelebihan dan Kelemahan Stainless steel


2.7.1 Kelebihan Stainless Steel
• Daya Tahan Korosi
Tahan terhadap korosi merupakan sifat dari baja stainless steel. Korosi dapat
ditekan pada kondisi ruang hampa karena nilai-nilai logam paduan yang
rendah. Sedangkan, korosi dapat ditekan pada kondisi asam, larutan alkalin,
dan lingkungan yang menghasilkan klorida apalagi terhadap temperature dan
presssure yang meningkat . Karena, nilai-nilai paduan logam yang tinggi.
• Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi

15
Disamping hal lain memberikan pengecualian kekerasan terhadap
temperature-temperature cryogenic. Untuk Beberapa angka akan menahan
penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi terhadap temperature-
temperature yang sangat tinggi,
• Kesenangan Pembuatan (Ease of Fabrication)
Kebanyakan baja-baja stainless steel bisa dipotong, dibentuk, dilas,
dimesinkan, serta dibuat dengan mudah.
• Daya
Untuk mengurangi dalam rancangan ketebalan suatu material serta berat dan
baiaya yang dikurangi. Sifat-sifat kekerasan yang dibuat logam denag suhu
pada umumnya dari baj stainlees steel. Baja stainless diberi panas agar
menjadikan bagian-bagian daya yang tinggi.
• Pertimbangan Estetika
Peenampilan baja stainlees steel sangat menyenangkan. Stainlees teel juga
banyak tersedia pada lapisan penutup permukaan. Baja tersebut juga dapat
diatur dengan mudah dan simpel.
• Sifat - Sifat Higienis
Rumah sakit, peraatan farmasi, medis, bahkan makanan sekalipun menjadikan
stainlees steel sebagai pilihan karena memiliki kemampuan membersihkan.
• Karakteristik dalam Kehidupan
Baja ini tahan lama serta biaya pemeliharaan yang minim
2.7.2 Kelemahan Stainless Steel
• Tinggi pada biaya awal
• disipasi yang cepat panas sehingga sulit dalam pengelasan yang juga dapat
menghasilkan potongan hancur atau biaya pemborosan tinggi.

2.8 Penggunaan / Aplikasi


Sebagai material pokok yang dipakai di industri serta kontruksi. Stainlees steel memiliki
ragam nya seperti hot rolled plate, tabung, kabel, cold rolled sheet, batang dan sebagainya.

16
Gambar 3. Bentuk Produk Stainless Steel pada Dunia Industri (Leffler Bela)

Sumber : https://docplayer.info/57845631-Makalah-ilmu-bahan-rekayasa-stainless-steel.html

stainless steel banyak digunakna pada sektor industri primer seperti industri oli and gas,
petrokimia, makanan dan lain-lain. Dan berikut merupakan beberapa contoh penerapannya :

Gambar 4. Aplikasi Stainless Steel dalam Dunia Industri (Leffler Bella)

Sumber : https://docplayer.info/57845631-Makalah-ilmu-bahan-rekayasa-stainless-steel.html

Contoh lain aplikasi dari stainless steel dalam bidang industri antara lain :

1. Industri Susu
Di industri susu, penggunaan komponen yang terbuat dari baja tahan karat sangat dominan
di segala proses produksi. Setelah susu dikirim dari peternakan, alat pengiriman susu

17
seperti jalur pipa digunakan untuk menyalurkan susu ke tangki penyimpan dingin,
umumnya menggunakan tipe 304. Di dalam tangki penyimpanan selalu menggunakan tipe
304, tapi dinding luar (proses cladding) menggunakan tipe 430 ferritic grades. Untuk
proses pengumpulan susu dari peternakan, tangki baja tahan karat digunakan. Semua
komponen tersebut juga termasuk jalur pipa, sistem pendingin, pompa, pasteurizing plate
heat exchanger, perpipaan, pompa, sistem pembersih, dan lain-lain. Tipe 304 umumnya
digunakan dalam komponen-komponen tersebut, namun kadang-kadang tipe 316
digunakan untuk heat exchanger plate untuk mencegah resiko terhadap korosi retak tegang
saat komponen dibersihkan dengan larutan disinfektan.Komponen untuk pembuatan
margarine juga dibuat dari tipe 304, namun tipe 316 juga dipilih untuk komponen dalam
proses penggaraman keju karena cukup tahan terhadap korosi terhadap lingkungan kloride
(garam)
2. Industri air mineral, minuman berkarbonasi (Soda) dan jus buah
Baja tahan karat merupakan pilihan pertama dan utama dari komponen di industri-industri
ini. Peralatan yang umumnya digunakan yaitu proses collection dan treatment` air mineral
dan juga minuman bersoda. Berdasarkan tipe air dan suhu di industri minuman bersoda,
tipe 304 dan tipe 316 digunakan.
Pada industri minuman jus buah, digunakan tipe 316 (rekomendasi penulis) untuk
mencegah kontaminasi besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang akan mengubah rasa dan
menurunkan nilai vitamin.

18
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Stainless steel merupakan salah satu material logam berjenis baja yang marak
pemakaiannya diindustri, bersifat mekanis yang baik serta kebal karat. Di indonesia
bahan-bahan industri cor seperti untuk pembuatan stainless steel ini kebutuhannya masih
harus impor. Adapun untuk bahan-bahannya antara lain : nikel murni, ferrokrom,
ferromolybden , ferromangan, , ferromangan, ferrosilicon, serta scrap low carbon steel.
Pembuatan Stainless steel hampir sama dengan baja paduan yang dibuat lainnya, karena
pada dasarnya Stainlesssteel merupakan salah satu jenis dari baja paduan atau komposit,
yang berbeda ialah adanya penambahan atau bauran unsur-unsur paduan, seperti Cr /
Kromium, Ni / Nikel, Mn / Mangan, dan Al /Aluminium. Bauran kabon berkadar kurang
dari 2,0 %, selain itu juga ada unsur paduan dan pengotor yang terkandung. Kadar karbon
dan unsur yang tidak terpakai dalam proses pembuatan baja dikurangi bahkan dihilangkan
dari besi kasar. Dan Ada beberapa macam cara pembuatan baja, antara lain :
− Konverrtor
− Tanur Baja Terbuka (Open Hearth Furnance)
− Dapur Listrik
Ada lima kategori Stainless steel yang dilihat dari struktur kristalnya yaitu ferritic
stainless steel, martensitic stainless steel, duplex stainless steel, austenitic stainless
steel dan yang terakhir ada precipitation-hardening steel. Sebagai baja komposit,
Stainless steel.
Umumnya stainless steel memiliki keunggulan seperti daya tahannya terhadap karat,
Nilai Estetik, Sifat higenitas, daya tahan low and high. Sedangkan untuk
kekuranganngya stainless steel memiliki biaya awal yang tinggi serta pengelasan yang
sulit. Penerapan Stainless steel banyak digunakan dewasa ini dalam segala sektor
terutma industri. Seperti indutri kimia, medis, industri makanan dan lain-lain.

3.2 Saran
Semoga dengan hadirnya makalah ini, dapat membuka lebih luas lagi cakrawala ilmu
pengetahuan terutama dalam bidan baja tahan karat ( Stainless steel ) dan
memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hafizi, I., Widjijono, W. and Soesatyo, M.H.N.E., 2016. Penentuan konsentrasi stainless steel
316L dan kobalt kromium remanium GM-800 pada uji GPMT. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia, 2(3), pp.121-127.

Sinta, N., 2018. Analisis Laju Korosi Dan Kekerasan Pada Stainless Steel 304 Dan Baja Nikel Laterit Dengan
Variasi Kadar Ni (0, 3, Dan 10% Ni) Dalam Medium Korosif.

Zuchry, M. and Soemardji, L., LAJU KOROSI STAINLESS STEEL DALAM MEDIA AIR LAUT. Jurnal
MEKANIKAL, 9(2).

Seitovirta, Mika. 2013. Handbook of Stainless Steel. Finland : Outokumpu

https://besibajaindustri.wordpress.com/2018/01/14/penemu-stainless-steel/ diakses pada 09


Januari 2021 pukul 13.00 WIB

http://eprints.umm.ac.id/44887/3/BAB%20II.pdf diakses pada 09 Januari 2021 pukul 13.30


WIB)

https://www.academia.edu/28608674/Makalah_Industri_Baja diakses pada 09 Januari 2021


pukul 19.30 WIB

http://rozaqsangbleu.blogspot.com/2011/05/stainless-steel.html diakses pada 10 Januari 2021


pukul 09.00 WIB

http://fitrahchem.blogspot.com/2013/01/makalah-proses-industri-kimia-1.html diakses pada


10 Januari 2021 pukul 10.30 WIB

https://docplayer.info/57845631-Makalah-ilmu-bahan-rekayasa-stainless-steel.html diakses
pada 10 Januari 2021 pukul 13.30 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai