Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan


bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam
kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan
kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat
berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya,
ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing
anak. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang
bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas.

Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat
penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia
mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi melatih
bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang berkaitan dengan proses
bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, Misalnya, dengan orang di sekitarnya,
lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa
isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa
lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta
paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut,
sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan
memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bahasa dan perkembangan bahasa pada anak usia SD ?
2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan bahasa pada anak ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia SD ?
4. Bagaimana langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep bahasa dan perkembangan bahasa pada anak usia
SD
2. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan berbahasa pada anak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak
usia SD
4. Untuk mengetahui langkah-langkah membantu perkembangan bahasa anak

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh oleh pembaca setelah membaca makalah ini adalah
pembaca akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
perkembangan bahasa pada anak usia SD. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kelangsungan proses belajar mengajar sebagai pedoman dalam penyusunan makalah
yang sejenis, khususnya untuk mata kuliah perkembangan peserta didik usia sekolah dasar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia SD

1. Konsep Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki
manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya
kata dan gerakan. Atau alat untuk beriteraksi dan berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bahasa pada dasarnya ialah bunyi, serta manusia sudah memakai bahasa lisan
tersebut sebelum bahasa lisan seperti halnya anak yang baru belajar berbicara sebelum
belajar untuk menulis. Di dunia banyak orang yang dapat berbahasa lisan, namun tidak
dapat untuk menuliskannya. Jadi bahasa pada dasarnya ialah bahasa lisan, adapun
menulis merupakan bentuk bahasa kedua. Tulisan itu merupakan lambang bahasa dan
bahasa itu adalah ucapan.
Pengertian bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang
baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik.
Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia berupa lambang bunyi suara
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau yang berwujud dalam sistem yang dipahami
orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan sehingga orang lain yang menerima akan
mengerti, baik penyampaiannya lewat tulisan, isyarat, mimik, muka, pantomim, serta
menggunakan gerakan-gerakan yang berarti (Gorys Gerav,1980).
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan
alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar banyak hal di sekitarnya.
Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan membangun suatu
pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan diri
anak dalam memasuki lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001).

3
Dengan kata lain, Bahasa sangat berperan dalam perkembangan anak. Bahasa
dapat menfasilitasi komunikasi interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan
membantu dalam mempelajari sesuatu. Perkembangan dari kemampuan berkomunikasi
merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka pembelajaran bahasa.
Jika ditelusuri dari cirinya bahasa dapat di definiskan dengan dua cara yang
pertama bahasa bercirikan sebagai serangkaian guna. Dalam hal ini bunyi dipergunakan
sebagai alat komunikasi. Yang kedua bahasa merupakan lambang dimana rangkaian
bunyi membentuk suatu arti,yang dikenal sebagai kata yang melambangkan suatu objek
tertentu. Dengan bahasa manusia dapat berfikir secara teratur dan dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang di pikirkannya kepada orang lain.

2. Pengertian Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia SD


Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak.
Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu pemerolehan bahasa
merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang anak-anak ketika ia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat berbahasa dengan baik
dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang intensif dan bertahap. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan dkk.,1998) bahwa pemerolehan
bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan
berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan
sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian
kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan
yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh  bakat bawaan,
lingkungan atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual.
Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-anak akan
dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul
dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui
bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan
menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.

4
Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek
dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para
pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Pemerolehan bahasa oleh anak-
anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah
masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif
sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-
anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita
ketahui mengenai proses actual perkembangan bahasa.
Perkembangan bahasa anak pada usia enam sampai dua belas merupakan sesuatu
yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam
berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-
unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan yang saling
memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak Pada Usia Anak SD

Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa
anak adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pralinguistik (0-12 Bulan)
Sebelum mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika
berumur kurang dari satu tahun.Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan anak belumlah bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu
tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga perkembangan
bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan, 1988; Tarigan dkk.,
1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya mampu mengeluarkan suara
yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan bahwa bila bayi yang baru lahir
menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa lapar, takut, atau bosan.Sebenarnya
tidak hanya itu saja terjadi.
Para peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka
halangan tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah mempunyai
nilai komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai mengahasilkan
banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi (Dworetzky,

5
1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah
memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal dengan masa connical.

2. Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan
ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik
terbagi lagi ke dalam 5 tahapan, yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini disebut
holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat
dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
Contoh :
VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum
Akut! (sambil menunjuk laba - laba) Saya takut laba - laba
Takit!(sambil mengacungkan jarinya) Jariku sakit

b) Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata


Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama
kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin
ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.
Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Tuturannya
mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata – kata yang
penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
Mamah, makan! Mama, saya mau makan
Ajar, bobo! Ajar, bobo!
Ajar, bobo!Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh! Saya mau kueh!

c). Tahap Linguistik III

6
Pengembangan Tata Bahasa Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi
ada juga sebagian anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun,
bahkan ada juga anak yang lambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada
umumnya pada tahap ini, anak-anak telah mulai menggunakan elemen-elemen tata
bahasa yang lebih rumit, seperti: polapola kalimat sederhana, kata-kata tugas
(di,ke,dari, ini, itu dsb.), penjamakan, pengimbuhan, terutama awalan dan akhiran
yang mudah dan bentuknya sederhana (Hartati, 2000). Sebenarnya perkembangan
bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Hal ini bergantung pada perkembangan-
perkembangan sebelumnya yang dialami oleh si anak. Umumnya pada tahap ini anak
sudah mulai dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif memulai
percakapan. Menurut Marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang
dikuasai anak pada tahap ini:

- Pada akhir periode ini secara garis besar anak telah menguasai bahasa
ibunya,artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa telah
dikuasai.
- Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian abstrak seperti: pengertian
waktu, ruang, dan jumlah yang diinginkan mulai muncul.
- Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh:
minum,makan,masak,pergi,pulang,mandi),dan kata-kata benda
(buku,baju,gelas,nasi,susu) dan sudah dapat mempergunakan kata depan,
(di,ke,dari), kata ganti ( aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan, mau,sudah
dsb.).
- Fungsi bahasa untuk berkomunikasi betul-betul mulai berfungsi; anak sudah dapat
mengadakan konversasi (percakapan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh
orang dewasa.
- Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin dibaginya
dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik, bertanya, menyuruh, memberi
tahu, dan lain-lain.
- Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata baru. Gejala ini
merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan baru dengan cara bermain-

7
main. Hal ini terjadi karena memang daya fantasi anak pada tahap ini sedang pesat
berkembang.
d). Tahap Linguistik IV
Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa Tahap perkembangan bahasa anak
yang cepat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun.
Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-
kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah
ini:
- Mau nonton sambil makan keripik
- Aku di sini, kakak di sana
- Mama beli sayur dan kerupuk
Dari contoh kalimat-kalimat di atas, tampak anak sudah “terampil” bercakap-
cakap. Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat
pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimat-
kalimat rumit di atas menandakan adanya peningkatan kemampuan kebahasaan anak.
Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan bagaimana
memetakan ide ke dalam bahasa

e). Tahap Linguistik V

Kompetensi penuh Sekitar usia 5-10 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap
yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak
yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa
ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara
memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus
berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan. Berikutnya anak
memasuki usia sekolah dasar. Selama periode ini, anak-anak dihadapkan pada tugas
utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini dimungkinkan setelah anak-anak menguasai
bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini
meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan
bahasa berkembang dengan adanya pemerolehan bahasa tulis atau written language
acquisition. Bahasa yang diperoleh dalam hal ini adalah bahasa yang 40 ditulis oleh

8
penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru atau penulis. Jadi anak mulai mengenal
media lain pemerolehan bahasa yaitu tulisan, selain pemerolehan bahasa lisan pada
masa awal kehidupannya.

Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas


sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
1. Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa,
tetapi masih ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut
Woolfolk (1990) sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan
bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak
kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k.
Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi
bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya
bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak
masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak
SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh,
sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr, pada kata struktur dan pragmatik.
2. Perkembangan Morfologis
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks.
Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya
(prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah menjadi:
bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan,persatuan, kesa-tuan,
kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa
anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti
dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya
anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan
terus berlangsung sampai pada masa adolesen.
Berdasarkan kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan
menggunakan morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut:

9
- Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan kata berprefiks dan bersufiks seperti
melempar dan makanan.
- Anak kelas menengah SD telah dapat mengunakan kata berimbuhan
simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.
- Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks yang
sudah kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan dalam bahasa
lisan atau tulisan.
3. Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa
kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita.
Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak
mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar.
Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak,
memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam
mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan, dan peniruan.
Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba
lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya.
Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan
arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya. Dari segi pola
kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila
berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat
memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992).
Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks
dalam menulis daripada dalam berbicara (Tompkins, 1989).
4. Perkembangan Semantik
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna
kata. Secara horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan
suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal
berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat
(Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan

10
semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar
3000 kata per tahun (Tompkins,1989).
Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak menggunakan kalimat
pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada umur 9 tahun, anak mulai
banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Dan pada umur 11-
13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata ganti.
Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak di bawah umur 11
tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal kalimat. Pada umur 11-14 tahun,
penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarang muncul.
Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”:
dalam kalimat, seperti “Saya menghadiri pertemuan itu karenadiundang”. Anak SD
bingung membedakan kata hubung karena, dan, laludilihat dari segi urutan waktu
kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergi
ke pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan
“Saya sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya tidakmasuk
sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata penghubung “karena“ barumulai berkembang
pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benar dan konsisten baru terjadi pada umur
skitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 1997).
5. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling
penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal inipada usia
prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan
menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak
(1) kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam
situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa
(Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi
(penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental,
regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.

Kemampuan Perkembangan Bahasa Atau Komunikasi Anak Usia SD

11
Hasil penelitian owens (1984:47) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi anak usia
SD adalah sebagai berikut:

no Usia anak
1 6 tahun a. Memiliki kosa kata yang dapat di komunikasikan
b. Mampu menyerap 20.000-24.000 kata
c. Mampu membuat kalimat meskipun masih dalam
bentuk kalimat pendek
d.Pada tarap tertentu sudah mampu mengucapkan
kalimat lengkap
2 8 tahun a. Mampu bercakap-cakap dengan menggunakan
kosa kata yang di milikinya
b.Mampu mengemukakan ide dan pikirannya
meskipun masih sering verbalisme.
3 10 tahun a Mampu berbicara dalam waktu yang relative lama
b. Mampu memahami pembicaraan
4 12 tahun a Mampu menyerap 50.000 kata.
b Mampu berbahasa seperti orang dewasa.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia SD

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor kesehatan, inteligensi, kondisi


lingkungan, dan hubungan keluarga, keinginan dan dorongan, komunikasi kepribadian

12
1. Faktor Kesehatan.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa
anak, terutama pada awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak
mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami
kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk
memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orang tua perlu memperhatikan
kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan
ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara regular
memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.
2. Inteligensi.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang
perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal. Namun
begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada
usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh. Kecerdasan anak yaitu kemampuan
untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda
memerlukan kemampuan motorik yang baik.
3. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi
andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa diperkotaan akan
berbeda dengan lingkungan pedesaan.
4. Hubungan Keluarga.
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yag mengajar,
melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara
orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya)
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat
mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan
bahasanya. Hubungan yang tidak sehat itu berupa sikap orangtua yang keras/kasar,
kurang kasing sayang, atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam
berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan
mengalami stagnasi atau kelainan, seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam

13
mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata
yang kasar atau tidak sopan
5. Keinginan dan Dorongan Komunikasi
Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain
terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan
berbahasa.
6. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang
baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang
mengalami masalah dalam penyesuaian.

D. Langkah-Langkah Untuk Membantu Perkembangan Bahasa Anak


1. Membaca. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak
dan lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman,
nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk
menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau
mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.
6. Kita sebagai seorang guru dapat menciptakan perkembangan bahasa yang optimal di
KBM SD.
Pembelajaran yang optimal maka sangat perlu bahasa yang komunikatif yang
memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dapat
berperan secara aktif dan produktif. Bahasa itu merupakan alat komunikasi dalam
pergaulan social sehingga dengan komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran efektif
untuk mendapat pendidikan yang optimal. apabila guru dan siswa saling komunikasi
dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh seorang guru, tentunya dapat

14
menghasilkan pembelajaran yang optimal. untuk itu, diharapkan seorang guru agar
menggunakan bahasa anak di dalam kelas daripada bahasa orang dewasa.
Dari terjalinnya suatu komunikatif antara seorang guru dan peserta didik, tentunya
pemberian lingkungan kondusif bagi perkembangan bahasa itu sangat penting. Dengan
adanya lingkungan kondusif yang tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk
perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap
perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, tapi
juga menjadi pengguna bahasa yang aktif. Untuk menciptakan suatu lingkungan
kondusif dikelas yaitu pengaturan tata letak meja kursi dan lainnya, dan juga suara
seorang guru agar tidak begitu lirih di dalam kelas, sehingga seorang guru harus
mengatur suaranya agar dapat didengar siswa semuanya.

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia berupa lambang bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia atau yang berwujud dalam sistem yang dipahami orang
untuk melahirkan pikiran dan perasaan sehingga orang lain yang menerima akan mengerti,
baik penyampaiannya lewat tulisan, isyarat, mimik, muka, pantomim, serta menggunakan
gerakan-gerakan yang berarti (Gorys Gerav,1980). Perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara
lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda isyarat.

Menurut Piaget dan Vygotsky, tahap-tahap perkembangan bahasa anak terdiri dari
beberapa tahap yaitu: Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama, Tahap Meraban (Pralinguistik)
Kedua: Kata nonsense, Tahap Linguistik I: Holofrastik;Kalimat Satu Kata, Tahap Lingistik II:
Kalimat Dua Kata, Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa, Tahap Linguistik IV:
Tata Bahasa Pra-Dewasa, Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh.

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesehatan, inteligensi,


status sosial ekonomi, dan hubungan keluarga. Langkah-langkah untuk membantu
perkembangan bahasa anak yaitu membaca, berbicaralah menggunakan bahasa yang
sederhana, perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, cobalah untuk tidak
menyelesaikan kalimat anak, berbicaralah pada anak setiap hari

B. Saran

Demikianlah karya ilmiah yang kami susun dengan harapan dapat memberikan
manfaat yang baik dari para pembaca. kami sadar dalam penyusunan karya ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan materi. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Jika ada dalam kata,
kalimat atau penyusunan karya ilmiah ini mengalami kesalahan mohon kiranya dapat di
maklumi.

DAFTAR PUSTAKA

Aliah B. Purwakania Hasan, (2008), Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

16
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.

Nisha, P., & Elis, H. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Anak Usia
Sekolah (10-12 Tahun). Jurnal Keperawatan Anak (diakses 20 Februari 2019 jam 10.00
WITA)

Santrock, John (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung. PT: Angkasa

Yusuf, Syamsu,(2011),Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

17

Anda mungkin juga menyukai