Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini istilah demokrasi bukanlah hal asing bagi semua orang.
Terlebih bagi bangsa Indonesia yang pada tahun 2019 nanti akan
melaksanakan Pesta Demokrasi yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali, yakni Pemilu Presiden dan anggota Legislatif.
Saat inipun hampir semua negara di dunia menamai dirinya
sebagai negara demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa gagasan demokrasi
saat ini semakin mendunia dan diakui sebagai bentuk pemerintahan yang
lebih baik dibandingkan dengan sejumlah bentuk pemerintahan yang
lainnya.
Namun, pelaksanaan demokrasi di suatu negara tidak akan sama
dengan di negara lain. Sebab ada sejumlah faktor yang memengaruhi
pelaksanaan demokrasi di suatu negara, seperti; ideologi, latar belakang
sejarah, kondisi sosial budaya, tingkat kemajuan ekonomi, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa pengertian demokrasi?
3. Bagaimana praktek demokrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan
2. Mengetahui pengertian demokrasi secara umum dan menurut para ahli.
3. Mengetahui sejarah perkembangan demokrasi.
4. Mengetahui sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Demokrasi
Secara etimologi (bahasa), demokrasi berasal dari Bahasa Yunani,
yakni demos yang berarti rakyat dan cratos/cratein yang berarti
pemerintahan atau kekuasaan, sehingga secara bahasa pengertian
demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Secara terminologi (istilah), pada hakikatnya demokrasi
merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara memperjuangkan kompetisi atas suara rakyat
(Schumpeter, 1950).
Selain itu, demokrasi juga dapat diartikan sebagai bentuk
pemerintahan dimana keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa (Hook, 1995).
Lebih lanjut, demokrasi juga diartikan dengan pemerintahan oleh
rakyat, dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan
dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka
pilih di bawah sistem pemilihan bebas (Ravietch, 1991 : 4).
Pada dasarnya, demokrasi dapat dibedakan menjadi dua aliran,
yaitu (Miriam Budiardjo: 55):
a. Demokrasi konstitusional, adalah demokrasi yang berawal dari
gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah
yang terbatas kekuasaannya dan tidak bertindak sewenang-
wenang. Pembatasan-pembatasan tersebut tercantum dalam

2
konstitusi. Demokrasi konstitusi banyak diterapkan di berbagai
negara dengan berbagai variasi, misalnya dengan nama
demokrasi liberal yang banyak diterapkan di negara-negara
Barat. Demokrasi Pancasila di Indonesia juga termasuk dalam
demokrasi konstitusional.
b. Demokrasi proletar/demokrasi rakyat, merupakan tipe
demokrasi yang lebih mendasarkan diri pada ideologi
Komunisme. Tipe demokrasi ini dianut oleh Republik Rakyat
Tiongkok dan Korea Utara.

2.2 Sejarah Pertumbuhan Demokrasi


Demokrasi pada hakikatnya lahir karena dilatarbelakangi oleh
beberapa hal sebagai berikut:
a. Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama
eksploitasi tenaga dan pikiran rakyat, sehingga rakyat hanya
memiliki kewajiban tanpa hak.sedangkan pemerintah hanya
memiliki hak tanpa kewajiban.
b. Kondisi kehidupan masyarakat tersebut menimbulkan konflik
dengan korban lebih banyak di pihak rakyat.
c. Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa, sedangkan rakyat
dibiarkan hidup melarat tanpa jaminan masa depan.

Kondisi tersebut menempatkan masyarakat sebagai objek


penindasan oleh penguasa, sehingga rakyat yang tertekan
menginginkan adanya perubahan dan mewujudkannya dengan
melakukan pemberontakan untuk menggulingkan kekejaman
penguasa.

Setelah itu, rakyat menciptakan suatu pemerintahan yang


langsung diawasi oleh rakyat yang merupakan cikal bakal
pemerintahan demokrasi yang berkembang hingga saat ini.

3
Pertumbuhan dan perkembangan demokrasi terjadi dalam
urutan sebagai berikut:

a. Demokrasi Masa Yunani Kuno


Konsep demokrasi lahir di Yunani Kuno dan
dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad IV SM
hingga abad VI SM. Demokrasi yang dipraktikkan adalah
demokrasi langsung, dimana hak rakyat untuk membuat
keputusan politik dijalankan oleh seluruh rakyat atau warga
negara (saat itu berjumlah kurang lebih 300.000 orang).
Demokrasi langsung dapat dilaksanakan pada waktu itu
karena:
1) Sederhana
2) Wilayahnya terbatas
3) Jumlah penduduk sedikit

Namun, kelemahan sistem demokrasi langsung adalah


lapisan budak, pedagang asing, perempuan dan anak-anak
tidak punya hak suara dalam pemilihan (ecclesia).

b. Demokrasi pada Abad Pertengahan


Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan
Benua Eropa pada Abad Pertengahan (abad VI M sampai
abad XII M yang disebut Abad Kegelapan), yang dicirikan
dengan:
1) Struktur masyarakat yang feodal
2) Kehidupan spiritual dikuasai Paus dan pejabat agama
3) Kehidupan politik ditandai dengan perebutan kekuasaan
di antara para bangsawan.

4
Selama Abad Pertengahan, perbedaan pendapat antara
kalangan gereja dan ilmuwan seringkalimenimbulkan
pertentangan yang takterselesaikan. Misalnya ketika pihak
gereja berpegang pada Teori Geosentrisme sedangkan
Nicholaus Copernicus berpegang pada Teori Heliosetrisme.
Perbedaan pendapat ini menyebabkan Teori Geosentrisme
dijadikan ajaran resmi sehingga pihak-pihak yang
menentang ajaran tersebut dijatuhi hukuman
ekskomunikasi.

c. Perkembangan Demokrasi di Prancis


Perkembangan demokrasi di Prancis dimulai pad
awal abad XII M dengan mulai bermunculannya pusat-
pusat belajar yang merupakan cikal bakal perguruan tinggi.
Mereka kemudian membentuk perhimpunan yang disebut
universitas magistrorum et schofarum.
Perhimpunan ini berhasil mendapat pengukuhan
statusnya yang otonom berdasarkan dekrit pimpinan
tertinggi gereja.
d. Perkembangan Demokrasi Melalui Magna Charta tahun
1215 di Inggris
Tonggak baru kemunculan demokrasi adalah
kelahiran HAM melalui Magna Charta pada abad XII M di
Inggris. Magna Charta adalah piagam yang berisi perjanjian
antara beberapa bangsawan dan Raja Jhon di Inggris yang
intinya menyatakan bahwa raja menjamin dan mengakui
beberapa hak.
Hal ini terjadi akibat kecaman terhadap monarkhi
dan gereja yang pada masa itu masih terlalu dominan,
sehingga timbul gagasan untuk membatasi kekuasaan
pemerintah dan menjamin hak-hak politik rakyat sehingga

5
kekuasaan pemerintah diimbangi kekuasaan parlemen dan
lembaga-lembaga hukum (sistem konstitusional).
e. Demokrasi pada Masa Renaissance
Renaissance adalah gerakan yang menghidupkan
kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno yang
berupa gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran
yang dimulai di Italia pada abad XII M dan mencapai
puncaknya pada abad XVI M.
Pada masa ini orang-orang mematahkan ikatan dan
menggantikannya dengan kebebasan bertindak yang sesuai
dengan yang dipikirkan.
f. Reformasi Gereja
Reformasi Gereja merupakan gerakan revolusi
agama yang terjadi di Eropa pada abad XVI M yang
bertujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gereja Katolik
yang hasilnya adalah Protestanisme (ajaran Martin Luther).
Martin Luther berkeyakinan bahwa gereja telah keliru
dalam beberapa kebenaran sentral dari ke-Kristenan yang
diajarkan dalam Kitab Suci.
Intinya, seruan Martin Luther kepada Gereja agar
kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan
tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya
juga mengakibatkan perubahan radikal di lingkungan
Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik.
Sengketa dengan gereja berjalan lama dan menyulut perang
besar selama lebih dari tiga puluh tahun, dan berakhir
dengan terjadinya Perjanjian Westpalia pada tahun 1648.
Perjanjian ini telah mengesahkan suatu sistem
negara bangsa karena telah mengakui bahwa gereja dan
kerajaan-kerajaan tidak dapat lagi memaksakan
kehendaknya kepada negara-negara bagiannya.

6
Perjanjian Westpalia dianggap sebagai peristiwa
penting dalam Hukum Internasional modern karena :
1) Mengakhiri perang panjang di Eropa yang melibatkan
kaum Katolik dan Protestan yang telah terjadi selama
lebih dari tiga puluh tahun.
2) Hubungan antara negara-negara di dunia dilepaskan
dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan
pada kepentingan nasional negara masing-masing.
3) Kemerdekaan negara Nederland (Belanda), Swiss dan
negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian
Westpalia.

Peristiwa renaissance dan Reformasi Gereja


mempersiapkan Eropa untuk masuk pada Abad Pemikiran
dan rasionalisme yang mendorong mereka untuk
memerdekakan pemikiran dari batas-batas yang ditentukan
oleh gereja untuk mendasarkan pada pemikiran atau akal
yang selanjutnya melahirkan berbagai macam hak bagi
manusia.

2.3 Demokrasi di Indonesia


Dalam sejarah ketatanegaraan negara Republik Indonesia,
perkembangan demokrasi mengalami fluktuasi (pasang surut).
Masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana
upaya untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun
kehidupan sosial politik yang demokratis dalam masyarakat yang
plural.
Fluktuasi demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi lima
periode, yaitu:
1) Periode 1945-1949 dengan sistem Demokrasi Pancasila
Pada periode ini, sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila
seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 belum sepenuhnya

7
dapat dilaksanakan karena negara dalam keadaan darurat dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan. Misalnya, Komite
Nasinal Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai
pembantu presiden berubah fungsi menjadi MPR. Sistem
kabinet yang seharusnya presidensial dalam pelaksanaannya
menjadi sistem parlementer.
2) Periode 1949-1959 dengan sistem Demokrasi Parlementer
Periode ini sangat menonjolkan peranan parlemen dan partai
politik. Pada periode ini berlaku Konstitusi RIS dan UUDS
1950. Indonesia dibagi menjadi beberapa negara bagian dan
pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri sementara
presiden hanya sebagai lambang.
Kabinet pada periode ini selalu silih berganti sehingga
mengakibatkan pembangunan tidak berjalan lancar. Keadaan
ini dinilai membahayakan persatuan dan kesatuan Indonesia
sehingga pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan
dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.
3) Periode 1959-1965 dengan sistem Demokrasi Terpimpin
Sistem Demokrasi Terpimpin merupakan sistem yang
menyimpang dari konstitusional. Periode ini juga dikenal
dengan Orde Lama dan Soekarno menjabat sebagai ‘Pemimpin
Besar Revolusi’. Terjadinya pemusatan kekuasaan di tangan
presiden menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan
terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi
perebutan kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September
1965.
4) Periode 1965-1998 dengan sistem Demokrasi Pancasila (Orde
Baru)
Demokrasi Pancasila era Orde Baru merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Pada

8
periode ini pemerintah Orde Baru bertekad melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dalam pelaksanaannya, akibat tidak adanya pembatasan bagi
kekuasaan dan masa jabatan presiden maka terjadilah
penyalahgunaan kekuasaan yang mengakibatkan menjamurnya
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Oleh karena itu, lahirlah gerakan reformasi yang menuntut
perubahan besar-besaran di berbagai bidang. Puncaknya adalah
dengan pernyataan pengunduran diri Soeharto sebagai
presiden.

5) Periode 1998-sekarang dengan sistem Demokrasi Pancasila


(Orde Reformasi)
Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada kekuatan
multipartai yang berupaya mengembalikan perimbangan
kekuatan antar lembaga negara. Demokrasi pada periode ini
telah dimulai dengan terbentuknya DPR dan MPR sebagai hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden
serta membentuk lembaga-lembaga tinggi lainnya.

Penerapan sistem demokrasi Pancasila di Indonesia


disesuaikan dengan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia.
Nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang sangat banyak
tersebut disederhanakan dengan mengambil nilai universalnya
saja. Inilah yang disebut nilai-nilai Pancasila.
Menurut Sihombing (1984 : 9) untuk mendapatkan
pengertian demokrasi Pancasila secara lengkap dan utuh
diperlukan 2 alat pengukur yang saling melengkapai, yaitu:
1) Alat pengukur yang konsepsional
2) Alat pengukur tingkah laku (kebudayaan)

9
Maksud dari demokrasi Pancasila sebagai alat pengukur
yang konsepsional adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai dan
diintegrasikan dengan sila-sila Pancasila. Artinya, dalam
menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai dengan
rasa tanggung jawab kepada Tuhan, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, mampu mempersatukan bangsa serta dimanfaatkan
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Alat pengukur kedua yang bersifat kebudayaan berupa


tingkah laku yang bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia.
Pengertian ini melengkapi pengertian melalui alat ukur pertama
karena memberikan struktur informal terhadap demokrasi
Pancasila. Kearifan dan bijaksana dalam tingkah laku merupakan
kekhasan dalam demokrasi Pancasila.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana kekuasaan
pemerintah dibatasi dan diawasi langsung oleh rakyat melalui wakil-
wakilnya. Sejarah perkembangan demokrasi dimulai oleh bangsa Yunani
Kuno dan terus mengalami perkembangan dan perubahan hingga saat ini.
Sedangkan demokrasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak masa
Orde Lama, namun baru mulai benar-benar dihidupi pada masa reformasi
hingga saat ini.

11

Anda mungkin juga menyukai