Percobaan 2
Asisten :
Boby Muharmansyah
Dosen Pengampu :
Pekanbaru
2020
ii
Praktikum Kimia Organik/II/S.Ganjil/2019-2020
Al Amin Hidayatullah
1907113340
1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen
Pengampu/Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Eseterifikasi dari
praktikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/ Asisten
Praktikum
Catatan Tambahan:
Dosen Pengampu,
Pekanbaru, 2020
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................2
1.2 Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Teori Tentang Bahan Yang Digunakan....................................................3
2.1.1 Asam Asetat..........................................................................................3
2.1.2 Etanol....................................................................................................4
2.1.3 Asam Sulfat...........................................................................................6
2.1.4 Kalsium Klorida Anhidrat ....................................................................7
2.2 Teori Tentang Proses Sintesa/ Isolasi Produk...........................................8
2.2.1 Ester......................................................................................................8
2.2.2 Esterifikasi............................................................................................9
2.2.3 Distilasi...............................................................................................11
2.3 Teori tentang Produk yang Dihasilkan...................................................12
2.3.1 Etil Asetat............................................................................................12
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................13
3.1 Bahan-bahan yang Digunakan................................................................13
3.2 Alat-alat yang Digunakan.......................................................................13
3.3 Prosedur Percobaan................................................................................13
BAB IV Hasil dan Pembahasan.............................................................................16
4.1 Hasil Praktikum......................................................................................16
4.2 Pembahasan ...........................................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Etil asetat sangat dibutuhkan dalam dunia industri. Etil Asetat merupakan suatu
senyawa yang banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri cat dan tinta. Selain itu,
etil asetat juga banyak digunakan dalam industri kosmetik dan parfum. Dengan
bertambah banyaknya industri – industri kimia, terutama industri cat, dan kosmetik di
Indonesia, permintaan akan etil asetat juga akan meningkat. Oleh karena itu, kebutuhan
akan etil asetat sebagai salah satu bahan pelarut yang ramah terhadap lingkungan akan
semakin meningkat (Nastiti dkk, 2010).
Etil asetat mempunyai nama kimia etil etanoat dan mempunyai rumus kimia
CH3COOC2H5 (Nastiti dkk, 2010). Etil asetat merupakan larutan bening, bersifat polar,
volatile (mudah menguap), toksisitas rendah dan tidak higroskopis. Etil asetat digunakan
sebagai pelarut tinta, prekat atau resin. Selain sebagai pelarut, etil asetat memiliki fungsi
lain seperti bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan dapat
berfungsi sebagai bahan baku kimia serba guna. Pembuatan etil asetat biasanya dilakukan
dengan proses esterifikasi (Lidiawati dkk, 2018).
Etil asetat merupakan senyawa yang dihasilkan dari pertukaran gugus hidroksil
pada asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon yang terdapat pada etanol. Etil asetat
seringkali disintesis dengan mengunakan katalisator cair berupa asam sulfat. Reaksi
sintesis etil asetat (esterifikasi) merupakan reaksi yang berjalan lambat sehingga
membutuhkan katalis untuk menunjang kecepatan reaksi.
2
Praktikum Kimia Organik/II/S.Ganjil/2019-2020
(Fakhry dkk., 2016). Penggunaan katalis asam sulfat dapat menghasilkan konversi yang
cukup tinggi yaitu dapat mencapai 98% (Nuryoto, 2008).
Oleh karena itu, banyaknya manfaat dari etil asetat menjadi latar belakang
dilaksanakannya percobaan pembuatan etil aseat ini. Pembuatan etil asetat dilakukan
dengan mencampurkan asam asetat, etanol, dan katalis asam sulfat dengan rasio mol,
suhu, dan waktu proses tertentu. Selain itu, dilakukan juga penghitungan rendemen dan
uji densitas. Dengan adanya percobaan ini, dapat dipelajari reaksi esterifikasi dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH 3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang
tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik
didihnya 118,1ºC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri
dan pangan. Di Indonesia kebutuhan asam asetat masih harus diimport, sehingga perlu
diusahakan kemandirian dalam penyediaan bahan tersebut (Hardoyo dkk, 2007).
Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Proses
kimiawi produksi asam asetat yang banyak dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk
kebutuhan pangan, produksi asam asetat harus dilakukan melalui proses biologis, salah
satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu spesies
yang banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter aceti (Hardoyo
dkk, 2007)
a. Asam asetat direaksikan dengan etanol menggunakan katalis asam kuat (asam
kuat yang digunakan sebagai katalisatornya dapat berupa larutan asam sulfat)
membentuk etil asetat yang fase zat pereaksi dan produk adalah cairan.
b. CH3COOH+C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O....................................(2.1)
Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn.
2CH3COOH + Zn ( CH3COO-)2Zn+ + H2.....................................(2.2)
c. Apabila bereaksi dengan benzoerichlorida dalam fase cair akan membentuk
Asetil Klorida.
C6H5CCl3 +CH3COOH CH3COCl + C6HCOCl + HCl............................(2.3)
2.2 Etanol
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal,
dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter (Wusnah dkk, 2016).
1. Etanol sintetik sering disebut metanol atau metil alkohol atau alkohol kayu,
terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan ini
diperoleh dari sintesis kimia yang disebut hidrasi.
2. Bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik
dan fermentasi).
Etanol merupakan salah satu produk penting dalam bidang kesehatan dan energi,
dapat dibuat menggunakan metode fermentasi atau biasa juga disebut dengan peragian,
yaitu proses perubahan kimia dalam suatu substrat organik yang dapat berlangsung
karena aksi katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba
hidup tertentu, terjadi karena aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik
sesuai. Fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari
pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut, terjadi perubahan kimia dari
zat organik karena mikroorganisme penyebab fermentasi bereaksi dengan substrat
organik yang sesuai dengan pertumbuhannya (Widyanti & Moehadi, 2016).
Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air
pada semua perbandingan, yang merupakan salah satu produk utama industri kimia yang
memiliki banyak kegunaan dalam berbagai proses yaitu pelarut, pereaksi, suasana asam,
pengawetan, dan lain-lain. Ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening, dan tidak berbau.
Karena asam sulfat memiliki bentuk cair maka asam sulfat sering digunakan untuk
pengawetan kayu secara rendaman, karena asam sulfat larut dalam air (Listyorini dkk,
2018).
Asam sulfat adalah asam dibasik kuat. Selain itu, ia merupakan agen
pengoksidasi dan dehidrasi, khususnya terhadap senyawa organik. Dehidrasinya dalam
menyerap air, terbentuk dalam konversi kimia seperti nitrasi, sulfonasi, dan esterifikasi,
sehingga memberi hasil yang tinggi. Asam yang lebih kuat dapat dibuat dengan
melarutkan sulfur trioksida. dalam asam 98% hingga 99%. Asam sulfat membentuk
banyak hidrat yang memiliki titik leleh yang cukup pasti (Austin, 2008).
Kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium
(logam alkali tanah) dan klorin. Sifatnya tidak berbau, tidak berwarna, solusi tidak
beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di seluruh
dunia. Senyawa kimia ini adalah produk sampingan dari proses yang disebut Solvay, atau
juga dikenal sebagai proses amonia-soda. Ini adalah proses utama yang digunakan oleh
industri dalam memproduksi kalsium karbonat dimana kalsium karbonat direaksikan
dengan asam klorida, sehingga menghasilkan kalsium klorida. Kalsium klorida dibuat
dari campuran antara larutan asam klorida dengan kalsium hidroksida (Puja & Sambada,
2012).
adalah madu, gliserin, etanol, metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidrokida (soda
kaustik) pekat. Kalsium klorida merupakan zat yang sangat higroskopis, sehingga
kalsium klorida akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya. Karena bahan
bahan higroskopis memiliki afinitas (daya serap) yang kuat terhadap kelembapan udara,
biasanya disimpan di wadah tertutup (Puja & Sambada, 2012).
2.2.1 Ester
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –
CO2R dengan R dapat membentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan
reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, suatu reaksi yang
disebut reaksi esterifikasi. Esterisfikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi
yang reversible.
Garam karboksilat diasamkan maka akan diperoleh kembali asam bebas. Reaksi
dengan reagensia grignard, reaksi ester dengan reagensia grignard akan menghasilkan
suatu alkohol tersier dengan dua gugus alkil yang identik. Dapat juga menghasilkan
alkohol sekunder apabila digunakan suatu ester format (HCOOR). Pembuatan ester dapat
dilakukan dengan reaksi esterifikasi yaitu reaksi yang melibatkan asam karboksilat dan
alkohol.
2.2.2. Esterifikasi
O O
II II
R – C – OH + R’ – OH R – C – OR’ + H2O
As.Karboksilat Alkohol Ester Air
Reaksi esterifikasi ini bolak balik dan kesetimbangan dicapai dengan sangat
lambat. Pada umumnya reaksi dilakukan dengan bantuan katalisator asam. Beberapa cara
yang sering dilakukan untuk mendorong reaksi kearah kesempurnaan adalah (Trihadi,
2007):
Gambar 2.2 Reaksi Atom Hidrogen Dengan Gugus Alkohol (Trihadi, 2007)
Dalam pembuatan ester, alkohol yang digunakan berlebihan dan sedikit asam
sulfat sebagai pelarut. Reaksi bersifat dapat balik. Suatu cara untuk memperoleh produk
ester yang maksimal maka diusahakan agar reaksi dapat bergeser ke kanan. Salah satu
upaya adalah dengan cara mengeluarkan ester yang dihasilkan dengan cara desttilasi
selama proses berlangsung (Sastrohamidjojo, 2014).
Mekanisme reaksi esterifikasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu transfer proton
dari katalis asam ke atom oksigen karbonil sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari
atom karbon karbonil, Atom karbon karbonil diserang oleh atom oksigen dari alkohol
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium. Terjadi pelepasan proton dari
gugus hidroksil alkohol menghasilkan kompleks teraktivasi, dan protonasi terhadap salah
satu gugus hidroksil yang diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester
(Ningtyas dkk, 2013).
Menurut (Ningtyas,dkk 2013) Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai
sifat sebagai berikut:
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat
alkohol tersier.
2.2.3 Distilasi
Salah satu metode pemurnian air adalah prosess distilasi. Distilasi merupakan
istilah lain dari penyulingan, yakni proses pemanasan suatu bahan pada berbagai
temperatur, tanpa kontak dengan udara luar untuk memperolah hasil tertentu.
Penyulingan adalah perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk gas melalui proses
pemanasan cairan tersebut, dan kemudian mendinginkan gas hasil pemanasan, untuk
selanjutnya mengumpulkan tetesan cairan yang mengembun (Adhani,dkk 2017).
Distilasi sederhana adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau ebih
komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik
didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang normal. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol. (Adhani, dkk 2017).
Hal-hal yang mempengaruhi proses distilasi adalah jenis larutan, volume larutan,
suhu, waktu distilasi dan tekanan. Hasil dari proses distilasi disebut dengan destilat yaitu
larutan hasil distilasi yang sudah terkondisi yang berada di penampung yang telah
tersedia. Tingkat efisiensi dari alat distilasi harus diketahui untuk mengoptimalkan
kinerja alat tersebut agar dapat berjalan dengan output keluaran yang maksimal tanpa
harus membuang energi yang berlebih sehingga dapat dilakukan penghematan energi.
Efesiensi kerja alat distilasi dapat diketahui dari volume yang dihasilkan pada suhu dan
waktu yang telah ditentukan. (Adhani, dkk 2017).
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen
yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen,
dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam
(Carey, 1993).
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol
dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis
asam seperti asam sulfat.
BAB III
METOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Bahan – Bahan yang Digunakan
1. Asam asetat
2. Etanol
3. Asam sulfat
4. CaCl2 anhidrat
1. Etanol, asam aetat dan beberapa butir batu didih di masukkan kedalam labu
didih dasar bulat. Dengan volume yang telah disesuaikan dengan jumlah mol
yang ditugaskan.
2. Asam sulfat pekat 3ml di tambahkan dengan hati-hati, lalu labu digoyang.
3. Labu kemudian disambungkan dengan kondensor relfukls terbalik yang telah
dirangkai terlebih dahulu, kemudian larutan tersebut direfluks selama 90
menit.
4. Setelah proses refluks selesai, campuran hasil reaksi tadi di destilasi sampai
di dapat destilat pada suhu 60oC selama 60 menit.
5. Etil Asetat yang didapat dicuci dengan 0,49 gra CaCl 2 anhidrat di dalam
Erlenmeyer lalu digoyang sampai larutan homogeny. Settelah itu saring
larutan dengan kertas saring. Lalu volume Etil Asetat yang didapat sebelum
ditambahkan CaCl2 dicatat.
6. Hitung volume, Rendemen dan Densitas dari Etil Asetat yang didapat.
Klem
Statip
Kondensor
Lebic
Labu didih
dasar bulat
leher tiga
Penangas
Air
Konektor Kondensor
Klem
Lebic
Klem
Statip
Erlenmeyer
Corong
pisah
Kertas
saring
Gelas
Ukur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
Asam Sulfat 3 ml - - - -
Ester - - - 30 menit -
Direfluks
Kalsium - - - - 5 gram
Klorida
4.2. Pembahasan
Pada percobaan pembuatan etil asetat pada percobaan ini dimulai dengan
memasukkan alkohol, asam karboksilat dan beberapa batu didih kedalam labu didi dan
ditambahkan katalis asam kemudian didinginkan kedalam air. Pada pencampuran
tersebut, Asam karboksilat yang digunakan adalah asam asetat dan alcohol yang
digunakan adalah etanol, dan bantuan katalis asam kuat yaitu Asam Sulfat dengan
volume asam, asetat, etanol dan katalis asam sulfat yang dipakai adalah 228,78 ml,
174,90 ml dan 3 ml.
Dalam percobaan ini, Asam asetat direaksikan dalam jumlah yang besar dengan
etanol dalam labu didih sesuai perbandingan mol yang telah ditugaskan oleh asisten
labor. Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi dan volumenya sebanyak 3 ml. Larutan tersebut dipanaskan di atas
hot plate. Suhu yang digunakan untuk memanaskan campuran larutan asam asetat dengan
etanol yaitu rentang suhu 60C-70oC. Pada saat pemanasan suhu harus dijaga konstan,
karena suhu tersebut merupakan suhu terbaik dalam proses reaksi esterifikasi. Jika suhu
terlalu rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol
akan menguap, karena titik didih etanol adalah 77 oC. Proses pemanasan ini adalah proses
refluks, Dimana proses ini bertujuan untuk mensintesis larutan campuran asam asetat dan
alkohol. Proses refluks dilakukan selama 30 menit seperti yang ditugaskan oleh asisten
labor.
Selanjutnya larutan di distilasi sampai didapat destilat. Proses distilasi ini bertujuan
memisahkan etil asetat dengan air yang merupakan hasil sampingan dari esterifikasi dan
H2SO4 sebagai katalis. Untuk itu pada proses ini, hasil larutan kemudian dicampur dengan
CaCl2 anhidrat. Karena senyawa CaCl2 Anhidrat memiliki sifat mengikat air, sehingga air
pada hasil reaksi dapat dipisahkan. Sehingga volume etil asetat yang diperoleh sebanyak
280 ml.
Menurut Trihadi (2006) seharusnya semakin besar rasio molar reaktan maka
semakin besar rendemen yang didapat. Makin tinggi perbandingan molekul antara
alkohol dengan asam asetat, maka banyaknya asam asetat yang berubah menjadi ester
semakin bertambah besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, Shabrinaa Iswari, dan Yunita Ali Pujiastuti. 2017. Pengaruh Suhu Dan Waktu
Operasi Pada Proses Distilasi Untuk Pengolahan Aquades Di Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Jurnal Chemurgy 1 ( 1 ) : 31-35
Azura, S. L., R. Sustri, dan Iriany. 2015. Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis,
Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang. Jurnal Teknik Kimia USU 4 (1) : 1-6.
Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Joan S. (1982). Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 1 dan
2. Jakarta: Erlangga.
Ningtyas, Diah Probo, dkk. 2013. Pengaruh Katalis Basa (Naoh) Pada Tahap Reaksi
Transesterifikasi Terhadap Kualitas Biofuel Dari Minyak Tepung Ikan Sardin.
Jurnal Teknosains 2 (2) : 75-158.
Puja, I Ketut Gusti dan F.A Rusdi Sembada. 2012. Studi Eksperimental Pendingin
Adsorpsi Amonia-CaCl2 Energi Surya. Proceeding Seminar Nasional Tahunan
Teknik Mesin X: 885.
Utami, Lucky Indrati. 2009. Pembuatan Etanol Dari Buah Mengkudu. Jurnal Teknik
Kimia 4 (1) : 255-259.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Perhitungan
Diketahui:
Etanol 3 mol
Asam Sulfat 3 ml
Ditanya :
a. Rendemen
b. Beraj jenis Etil Asetat jika, berat piknometer kosong= 15,31 g, Volume
piknometer = 10 ml dan berat piknometer + Etil Asetat = 255,31 gram.
Jawab:
M 4 mol 3 mol - -
B 3 mol 3 mol 3 mol 3 mol
S - 3 mol 3 mol 3 mol
= 264,33 g
264,33 g
=
0,92 g / ml
= 287,32 ml
V etilasetat diperoleh
Rendemen = x 100 %
V etil asetat teoritis
280ml
= x 100 %
287,32ml
=97,45%
Volume Piknometer
255,31 g−5,31 g
=
10 ml
240 g
=
10 ml
= 24 g/ml