Laporanku Fixed
Laporanku Fixed
Disusun oleh :
Kelas A / Kelompok 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pedet pra sapih yang dipelihara di Laboratorium Lapang Sumber Sekar berumur
antara 0-4 bulan. Pemeliharaannya lebih intensif dan sangat diperhatikan karena pedet
Pra sapih sistem imunnya belum begitu. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam
literatur (Syawal et al, 2013) yang menyatakan bahwa umur sapi pedet akan tumbuh
dengan optimal apabila dilakukan manajemen penanganan yang baik dan benar,
karena pedet sangat rentan terhadap penyakit dan kematian. terutama pedet yang baru
lahir.
Pedet pra sapih di Laboratorium Lapang Sumber Sekar diberi pakan berupa susu
murni sebanyak 2 literpada pagi hari dan 2 liter pada sore hari. Pedet pra sapih juga
diberi air yang pemberiaannya dicampur dengan susu murni dengan perbandingan
air : susu murni (1:2). Alasannya untuk melatih pencernaan pedet agar siap untuk
disapih. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rofiq et al (2013) bahwa pedet merupakan
anak sapi baru lahir sampai masa sapih yang berumur sekitar 3 sampai 4 bulan. Pakan
utama pedet yang baru dilahirkan adalah susu, sedangkan pada saat dewasa pakan
utama adalah serat. Perubahan dari pakan cair menuju padat tersebut memerlukan
suatu tahapan yang disebut dengan penyapihan. Menurut Quigley (2007) jumlah
protein (asam amino) dapat membuat rumen pedet berkembang dan ternak tetap
tercukupi kebutuhan proteinnya.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bobot badan pedet No.1 61 kg, pedet
No.2 61 kg, dan pedet No.3 65 kg. Hasil tersebut merupakan asumsi berdasarkan
lingkar dada pedet pra sapih. Bobot badan pedet menunjukkan hasil yang tidak
berbeda jauh karena manajemen pemeliharaannya sama. Bobot badan ternak
dipengaruhi intake yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Khan et al (2011) yang menyatakan bahwa terpenuhinya kebutuhan nutrien pedet
dapat menyebabkan pertumbuhan pedet akan optimal. Ternak yang mendapat protein
lebih tinggi mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi.
2.1.3 Kandang
Hasil pengamatan:
Tabel 3. Suhu dan kelembaban kandang keseluruhan
Waktu Pagi Sore
Suhu 210 C 24 0 C
Kelembaban 91% 94%
Pedet post yang ada di Laboratorium Lapang Sumber Sekar hanya ada 1 ekor.
Berdasarkan hasil pengukuran lingkar dada yaitu sebesar 170 Cm diketahui bobot
badan pedet sekitar 150 kg. Syawal et al (2013) menjelaskan lingkar dada ini
memiliki keeratan hubungan yang tinggi dengan prediksi nilai bobot badan sapi.
Berdasarkan perhitungan, nilai korelasi bobot badan dengan lingkar dada adalah 0,94.
Hidajati (2008) menyatakan bahwa dalam waktu 6 - 7 bulan pedet lepas sapih
diharapkan tumbuh menjadi sapi dara dengan bobot badan 220 kg . Sejak umur tiga
bulan sampai dengan 10 bulan pedet, harus menclapatkan pakan yang baik dan cukup
jumlahnya sehingga dapat mencapai pertambahan bobot badan 620- 700 g/h.
2.2.3 Kandang
Hasil pengamatan:
Ukuran kandang sapi perah keseluruhan(bukan hanya kandang pedet post sapih):
- Panjang = 2261 Cm
- Lebar = 805 Cm
- Tinggi = 490 Cm
- Panjang lantai = 509 Cm
- Kemiringan lantai= (T2-T1):Panjang lantai x 100% = (80-69):509 x100%=
2,16 %
Ukuran tempat pakan:
- Panjang = 1292 Cm
- Lebar = 64 Cm
- Tinggi = 30 Cm
Ukuran tempat minum:
- Panjang = 2,68 Cm
- Lebar = 88 Cm
- Kedalaman = 68 Cm
Pada saat praktikum dilakukan pengamatan BCS sapi ternak dengan cara
melihat secara visual tubuh sapid an kemudian menilainya degan skor antara 1-5
dengan keterangan 1 sapi sangat kurus dan 5 sapi sangat gemuk yang berlaku secara
berurutan. Hal ini sependapat dengan Saputri (2014) yang menjelaskan Body
Condition Score merupakan metode penilaian secara subjektif melalui teknik
penglihatan dan perabaan dalam pendugaan lemak tubuh yang mudah yang dapat
digunakan baik pada peternakan komersial maupun penelitian.
Berdasarkan Tabel 6. Diketahui dua sapi No.3 dan 4 mempunyai nilai BCS
3,25 , sapi No. 1 mempunyai BCS 2,75 , dan sapi No. 2 dan 3 mempunyai nilai BCS
3. Sapi yang mempunyai BCS normal adalah sapi No. 3 dan 4. Hal ini sesuai dengan
penjelasan Ahmed et al (2011) bahwa BCS sapi laktasi yang baik berkisar antara 3,25
sampai 3,75 karena BCS sapi juga berpengaruh besar terhadap produksi susu.
2.3.4 Pakan
Hasil pengamatan:
Tabel 8. Konsumsi pakan hijauan sapi laktasi
Pakan Waktu Pemberian
Pagi Sore
Pemberian (Kg) 54 54
Sisa (Kg) 2 2
Konsumsi (Kg) 52 52
2.3.11 Stres
Stres pada sapi perah dipicu oleh perubahan iklim lingkungan. Sapi PFH
meskipun bisa beradaptasi dengan lingkungan tropis, akan tetapi karena masih
mengandung darah FH sapi perah di Laboratorium Lapang Sumber Sekar masih
mudah stres jika ada cekaman panas. Sapi perah yang stres akan berdampak pada
produksi susunya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sudrajad dan Adiarto (2011) yang
menyatakan bahwa Iklim tropis di Indonesia menjadi tantangan terbesar dalam upaya
optimalisasi produksi susu tersebut. Hal ini dikarenakan kenyataan bahwa sapi perah
akan dapat berproduksi dengan baik apabila dipelihara pada kondisi lingkungan yang
nyaman dengan batas maksimum dan minimum temperatur dan kelembaban
lingkungan berada pada thermo neutral zone (ZTN). Diluar kondisi tersebut sapi
perah akan mudah mengalami stres .
2.3.12 Kebersihan Kandang dan Ternak
Kandang sapi perah dibersihkan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore
hari sebelum dilakukan pemerahan. Kebersihan kandang diperlukan untuk mencegah
bersarangnya sumber penyakit yang dapat membuat masalah kesehatan pada sapi
perah. Kandang dibersihkan dengan menggunakan air bersih, air di kandang tidak
menggenang karena terdapat selokan yang akan mengarahkan kotoran ke
penampungan limbah. Firman (2010) menyatakan kebersihan kandang harus selalu
dijaga kotoran sapi harus selalu dibuang pada tempat yang telah disediakan, genangan
air dalam kandang harus dikeringkan untuk menghindari berkembang biaknya
kuman, bakteri maupun jamur dan diupayakan tidak ada lalat atau serangga lain yang
dapat mengganggu ternak dikandang .
Sapi perah di Laboratorium lapang Sumber Sekar dimandikan sehari sekali atau
biasanya dimandikan kalau badan sapi sudah benar-benar kotor. Hal ini berbeda
dengan pendapat Vaarst (2011) bahwa sedapat mungkin diupayakan ternak
dimandikan minimal satu kali sehari atau dua kali sehari apabila tersedia air, sapi
sangat perlu dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari telah penuh
dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut.
1. Manajemen pemeliharaan terutama manajemen pakan antara pedet pra sapih,
pedet post sapih, sapi laktasi, dan sapi periode kering berbeda tergantung
kebutuhan ternaknya.
2. Bobot badan pedet pra sapih dan post Sapih sesuai dengan umurnya.
Sedangkan bobot badan sapi laktasi berbeda-beda tergantung dari intake
pakan dan minum. Bobot badan sapi periode kering sudah sesuai dengan
standar bobot badan sapi kering lain.
3. Penilaian BCS sapi perah dilakukan secara subyektif sehingga hasil yang
diperoleh bisa berbeda. BCS sapi perah di lokasi praktikum sudah memenuhi
standar .
4. Proses pemerahan dibagi menjadi 3 bagian yaitu pra pemerahan, pemerahan,
dan pasca pemerahan. Proses pemerahan di lokasi praktikum sudah baik.
5. Manajemen sanitasi kandang di lokasi praktikum sudah baik karena dilakukan
pembersihan kandang setiap hari. Tetapi manajemen sanitasi ternak belum
begitu diperhatikan.
6. Penanganan penyakit mastitis di lokasi praktikum sudah baik karena
penanganannya disesuaikan dengan tingkatan penyakit.
7. Penanganan limbah dilokasi praktikum juga sudah baik karena limbah tidak
dibiarkan mencemari lingkungan tetapi diolah menjadi biogas dan pupuk.
8. Keadaan lingkungan kandang sudah baik karena mempunyai suhu dan
kelembaban yang sesuai untuk pemeliharaan sapi perah sehingga produksi
susu yang dihasilkan juga lumayan tinggi.
3.2 Saran
Sebaiknya manajemen pemeliharaan terutama manajemen sanitasi kandang di
lokasi praktikum diperbaiki. Selain itu manajemen pakan terutama pada sapi bunting
diperhatikan karena masih ada kejadian distokia di lokasi praktikum. Manajemen
pemerahan juga harus diperbaiki lagi karena teat dipping masih jarang dilakukan
padahal itu penting untuk menghindari pencemaran mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, M., Wayan Teguh Wibawan, Bambang Pontjo Priosoeryanto, Mirnawati
Soedarwanto, dan Fachriyan Hasymi Pasaribu. 2012. Isolasi dan
Karakterisasi Hemaglutinin Staphylococcus Aureus Penyebab Mastitis
Subklinis Pada Sapi Perah. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 No. 1 :16-21.
Hayati, S., Yuniardi, A., dan Gozali, A. 2007. Hubungan Antara Pre-partum Body
Condition Score Dengan Panjang Puncak Laktasi Sapi Perah FH di BPT-HMT
Baturaden. Jurnal Peternakan 1(9): 39-46.
Hidajati, Nurhasanah. 2008. Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah Guna Menunjang
Peningkatan Produksi Susu. WARTAZOA Vol. 7 No. 1 : 1-3.
Khan, M. A., D. M. Weary , and M. A. G. 2011. Effects of milk ration on solid feed
intake, weaning, and performance in dairy heifers. J. Dairy Sci. 94 :1071–1081.
Mahyuddin, P., S.B. Siregar, N. Hidayati And T. Sugiarti. 2005. The Production
Performance Of Holstein Friesian Dairy Cattle In West Java. J. Anim. Sci.
2(3): 145 -151.
Power, C., Riona Sayers, B. O’Brien, A. Furey, M. Danaher and K. Jorda. Review of
studies on flukicide residues in cows’ milk and their transfer to dairy
products. Irish Journal of Agricultural and Food Research 52: 197–207.
Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Universitas
Wangsamanggala, Yogyakarta.
Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan
Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah).
Tesis. Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Quigley. 2007. Effects Of Hydrolyzed Spray Dried Red Blood Cells In Milk Replacer
On Calf Intake, Body Weight Gain And Efficiency. J. Dairy Sci., 83(4): 788-794
Rofiq, Zainu., Marjuki, Hermanto. 2013. The Effect Of Protein Level In Calf Starter
Feed On Feed Intake, Average Daily Gain And Feed Conversion Of Cross
Bred Friesian Holstein Calves. Bulletin Peternakan. 2 (1): 1-8.
Sulistyowati, E. 1991. Effects of NaCl, KCl, and KHCO 3 on Milk Production and
Physiological Responses of Lactating Holstein during Heat Stress. Thesis.
Animal Science Department. University of Kentucky. Lexington. USA.
Syawal, S., B.P. Purwanto., I.G. Permana. 2013. Studi Hubungan Respon Ukuran
Tubuh dan Pemberian Pakan terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet dan Dara
Pada Lokasi yang Berbeda. JITP Vol. 2 No. 3: 175-186.
Utomo, B., D.P.Miranti dan G.C. Intan. 2009. Kajian Termoregulasi Sapi Perah
Periode Laktasi Dengan Introduksi Teknologi Peningkatan Kualitas Pakan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Vaarst, Mette., Christoph Winckler, Stephen Roderick. 2011. Animal Health and
Welfare Planning in Organic Dairy Cattle Farms. The Open Veterinary
Science Journal. 5: 19-25.