LAPORAN AKHIR
PENENTUAN KADAR CaCO3 DI DALAM KULIT TELUR
<31S19001>
<Lamtiarma Panjaitan>
1
Penentuan Kadar CaCO3 Di Dalam Kulit Telur
I. Tujuan Percobaan
Menentukan Konsentrasi EDTA dengan standarisasi
Menentukan Kandungan CaCO3 dalam kulit telur dengan titrasi pembentukan
kompleks.
II. Teori Percobaan
Kulit telur adalah suatu lapisan luar dari telur yang berfungsi untuk menjaga
semua bagian telur dari serangan atau kerusakan dari luar ,(Underwood,1992).
Kalsium Karbonat ( CaCO3) merupakan garama kalsium yang terdapat pada
kapur, batu kapur pualam dan merupakan salah satu komponen utama yang
terdapat pada kulit telur.kalsium karbonat berupa serbuk, putih,tidak berbau, tidak
berasa, dan stabil di udara , praktis tidak dalam air dan kelarutan dalam air
meningkat dengan adanya sedikit garam ammonium atau karbon dioksida, salah
satu sifat kimia dari kalsium karbonat adalah dapat menetralisasi asam.
penggunaan kalsium karbonat dalam bidang farmasi merupakan sebagai antasida
karena kemampuannya dalam menetralisir asam, namun kalsium karbonat dapat
menyebabkan konstipasi (Harvey,2000)
Titrasi Kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks atau ion kompleks atau garama yang suka mengion, sedangakn
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat akan salinkg
mengkompleks hingga membentuk hasil berupa kompleks, syarat darai
terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi , sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakna indkator yang juga betindak sebagai
pengkompleks , kompleks logam biasanya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengkompleksanya sendiri, indicator nya biasanya disebut demikan
indicator metalakromat (modul prkatikum , 2015).
EDTA ada terdapat pada sebagai Kristal H4Y dan Kristal dalam garama
dinatriumnya , Kristal H4Y sukar larut didalam air dalam larutan tertentu saja
garam mengion menjadi ion H2Y2- (Svehla, 1995).
Faktor Yang Membuat EDTA
UH sebagai pereaksi titrimaterik yaitu dengan ion logam yang selalu terbentuk
kompleks sehingga reaksi berjalan dalam satu tahap, konstan kestabilan
kelatnya umunya lumayan besar sekali sehingga reaksi sempurna , dan
terdapat banyak ion logam yang bereaksi dengan cepat. Titrasi lansgung dapat
dilakukan dengan menggunakan indokator logam dengan EDTA , indicator
jenis ini salah contohnya adalah Eriochorome black T (Khopkar, 1990).
Kelemahan Erio T merupakan larutannya tidak stabil,jiak disimpan akan
terjadi peruraian secara lambat , maka setelah jangka waktu tertentu,indicator
yang tidak dapat berfungsi laigi . Buffer NH3-NH4Cl dengan PH 9-10 yang
lebing sering dipakai unttuk logam yang memebentuk kompleks ammonia
(Underwood, 1992).
Kompleks dari Mg-EDTA memiliki stabilitas relative rendah dan kation yang
ditentukan tidak digantikan oleh magnesium , maka cara ini dapat untuk
menentukan logam didalam endapan, contohnya Pb di dalam PbSO4 dan Ca
dalam CaSOa (Underwood, 1992).
Titrasi substitus atau berganti , berfungsi bila tidak ada indicator yang sesuai
untuk ion logam yangditentukan , sebuah larutan berlebih yang memiliki
kandungan ion pleks Mg EDA yang ditambahkan dan juga ion logam M 2+,
menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative (Harvey, 2000)
V. Cara kerja
Pembakuan Larutan EDTA
Diambil larutan EDTA 0,02 M sebanyak 120 mL, kemudian tempatkan ke
dalam gelas kimia 250 mL. Setiap kelompok hanya diperolehkan mengambil
bahan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
Dimasukkan larutan ini ke dalam buret. Perhatikan agar tidak terlihat ada
gelembung-gelembung udara di dalam buret. Pastikan pula bahwa bagian
bawah buret (dekat kran buret) terisi penuh dengan larutan.
Ditimbang padatan MgSO4.7H2O dengan tepat (± 0,3 gram), kemudian
larutkan hingga padatan menjadi larutan homogen. Pindahkan larutan tersebut
secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 mL. Kemudian tambahkan aqua
dm hingga tanda batas
Dipipet larutan tersebut sebanyak 25,00 mL menggunakan pipet volum.
Pindahkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10 mL larutan buffer pH 10,
3 sendok kecil indikator EBT/NaCl, dan 10 mL aqua dm.
Dititrasi larutan MgSO4 dengan larutan EDTA sampai warna larutan berubah
dari ungu menjadi biru.
Dihentikan titrasi segera setelah terjadi perubahan warna. Bacalah volume
NaOH yang digunakan (dua desimal).
Dilakukan Titrasi dengan cara yang benar
Dilakukan percobaan secara duplo. Bila perbedaan vvolume titrasi pertama
dan kedua lebih besar dari 2 mL, ulangi titrasi sekali lagi.
.Diperoleh data lalu hitung konsentrasi titran beserta ketidaktelitiannya
(perhatikan penggunaan angka penting).
n: MgSO42+.7H2O = nE DTA
M1 V1=M2V2
Dengan Volume rata-rata titran = 18,5 ml
a. EDTA
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
0,2 = gr x 1000
327,24 gr/mol 120
gr = 0,0785 gr
b. MgSO4.7H2O
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
M = _0,3055 gr x 1000
246 100
M = 0,0124 M
c. NaOH
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
4 = _m_ x 1000
40 50 ml
m = 8 gr
d. HCl
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 11,8 M = 300mL x 6M
V1 = 300 ml x 6 M
11,8 M
V1 = 152,5423 mL
e. Standarisasi EDTA
Dik: V1 = 25 mL
M1 = 0,0124 M
V2 = 18,5 mL
Dit: M2..?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
25mL x 0,0124 M = 18,5 mL x M2
M2 = 25 ml x 0,0124 M
18,5 mL
M2 = 0,0167 M
Kadar [CaCO3] dalam kulit telur => Reaksi :
a. Konsentrasi [CaCO3]
Mol EDTA = mol CaCO3
V1 x M1 = V2 x M2
22,5 mL x 0,0167 M = 25 mL x M2
M2 = 22,5 ml x 0,0167 M
25 mL
M2 = 0,0150 M
b. Massa CaCO3
Massa CaCO3 = M CaCO3 x Mr CaCO3 x V CaCO3
1000
= 0,0150 M x 100 g/mol x 25 mL
1000
= 0,375 gram
c. Kadar CaCO3
Kadar Ca = massa CaCO3 x 100 %
Massa sampel
= 0,375 gram x 100 %
3,0201 gram
= 12,4168 %
VIII. Pembahasan
Titrasi Kompleksometri merupakan reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion komleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi didalam
larutan. Syarat mendasar terbentuknya kompleks demikian merupakan tingkat
kelarutan tinggi. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian PH ,
misalanya MgCa dan Cr dan dapat dititrasi pada PH 11, sebagian besar titrasi
kompleksometri dengan menggunakan indikator yangbertindak sebagai
pengkompleks dan tentu saja kompleks dan tentunya kompleks logam yang
dimiliki mempunyai warna yang berbeda dengan pengkompleks sendiri , maka
kestabilan dari senyawa tersebut kompleks yang dibentuk tergantung dari sifat
kation dan juga PH dari larutan .
Pada Percobaan ini , step awal yang dilakukan adalah menstandarisasi EDTA,
standarisasi bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari EDTA yang dapat
digunakan , titrasi ini distandarisasi dengan menggunakan MgSO4.7H2O dan
indicator yang digunakan adalah EBT, EBT atau Erichrom Black T mempunyai
trayek PH 7 -11 dan perubahan warna yang terjadi yaitu dengan adanya merah
keunguan menjadi biru , karena pada saat proses titrasi sebelumnya ditambahkan
Buffer dengan menggunakan PH 0 , penambahan Buffer ini bertujuan untuk
mempertahankan nilai PH sehingga pada saat penambahan asam, air ataupun basa
tidak dapat mengubah PH secara signifikan , proses titrasi pembakuan EDTA
dengan reaksi :
MgSO42+(aq) + H2Y2-(a MgY2-(aq) + 2H+ (aq)
q)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini merupakan EBT dan Muxeris
X. Daftar Pustaka
Day RA. Jr dan Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: Mcleraw – Hill
Comp.
Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Tim Laboratorium UIN SGD. 2015. Moodul Praktikum Kimia Analitik II.
Bandung: UIN SGD Bandung
Struktur EDTA
Struktur Mixerid
Struktur EBT
3. Cari sifat dari indikator-indikator yang umum digunakan pada titrasi pembentuk
senyawa kompleks dan titrasi redoks, lengkap dengan informasi rentang pH kerja
indikator, dan nilai pK indikator tersebuT
Jawab :
No Jenis Indikator Rentang PH PK Indikator Sifat Indikator
1. EDTA 2-10,3 6,2 -
2. Methyl blue 4-5 - Mendeteksi berbahan
logam atau metal
(biru/kuning)
3 Lakmus 5-8 6,5 Merah –biru
4 Jingga Metil 3,2-4 3,7 Merah,kuning &jingga
5. Fenol Ftalein 8,3-20 9,3 Merah muda –tidak
berwana
Dik: V1 = 25 mL
M1 = 0,0124 M
V2 = 18,5 mL
Dit: M2..?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
25mL x 0,0124 M = 18,5 mL x M2
M2 = 25 ml x 0,0124 M
18,5 mL
M2 = 0,0167 M
b. Untuk mencari kadar CaCO3 di dalam sampel kulit
telur Mencari Kadar Ca
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 = 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%
Kemudian Mencari Massa yang kan digunakan dari :
𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑘𝑢𝑙𝑖 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎 𝑥 𝑉 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
n: MgSO42+.7H2O = nE DTA
M1 V1=M2V2
Dengan Volume rata-rata titran = 18,5 ml
a. EDTA
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
0,2 = gr x 1000
327,24 gr/mol 120
gr = 0,0785 gr
b. MgSO4.7H2O
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
M = _0,3055 gr x 1000
246 100
M = 0,0124 M
c. NaOH
M = Massa x 1000
Mr V(ml)
4 = _m_ x 1000
40 50 ml
m = 8 gr
d. HCl
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 11,8 M = 300mL x 6 M
V1 = 300 ml x 6 M
11,8 M
V1 = 152,5423 mL
e. Standarisasi EDTA
Dik: V1 = 25 mL
M1 = 0,0124 M
V2 = 18,5 mL
Dit: M2..?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
25mL x 0,0124 M = 18,5 mL x M2
M2 = 25 ml x 0,0124 M
18,5 mL
M2 = 0,0167 M
Kadar [CaCO3] dalam kulit telur => Reaksi :
d. Konsentrasi [CaCO3]
Mol EDTA = mol CaCO3
V1 x M1 = V2 x M2
22,5 mL x 0,0167 M = 25 mL x M2
M2 = 22,5 ml x 0,0167 M
25 mL
M2 = 0,0150 M
e. Massa CaCO3
Massa CaCO3 = M CaCO3 x Mr CaCO3 x V CaCO3
1000
= 0,0150 M x 100 g/mol x 25 mL
1000
= 0,375 gram
f. Kadar CaCO3
Kadar Ca = massa CaCO3 x 100 %
Massa sampel
= 0,375 gram x 100 %
3,0201 gram
= 12,41 %