Anda di halaman 1dari 12

Teori Belajar (Behavorisme, Humanisme, Kognitivisme, Kontruktivisme)

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teori
Belajar dan Pembelajaran”

Dosen Pengampu : Dr. Gusti Yarmi, M.Pd.

Disusun oleh :

Rina Herlina (1707620025)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


KELAS A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020/2021
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behaviorisme


Teori Belajar Behaviorisme adalah teori yang mempelajari suatu perbuatan atau suatu
tingkah laku manusia. Desmita (dalam Nahar, 2016: 65) teori belajar behaviorisme
merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab
pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut. Teori behaviorisme menurut Rusli dan Kholik (dalam Nahar, 2016:
66), berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan dan praktik pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responsnya mendudukkan
peserta didik yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilakuakan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori ini, apa yang tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respon. Pendekatan behaviorisme berfokus pada aspek-aspek yang bisa
ditangkap langsung dari perilaku linguistik, respons yang biasa diamati secara nyata dan
hubungan atau kaitan antara respons dan peristiwa di dunia sekelilingnya. Teori
behaviorisme dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behaviorisme
dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti, tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa
pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan tidak berubah.
Ciri dari teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut stimulus-respons
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Selain itu, ciri-ciri yang lain adalah
mementingkan factor bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak, sifatnya mekanis
dan mementingkan masa lalu.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pada belajar di tingkatan yang lebih tinggi, teknik-tekknik behavioris tidak efektif untuk
memicu belajar yang lebih dalam (deep learning), yang mana berkaitan dengan pemahaman
dan pembentukan makna. Pada pembelajaran orang dewasa, pembelajaran tingkat lanjut, dan
pembelajaran di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, juga sangat sulit untuk
mengaplikasikan teori behaviorisme karena teori ini gagal menjelaskan proses kreatif dan
proses insidental dalam belajar, serta pebelajar mandiri. Secara umum, tampaknya teori
behaviorisme adalah teori belajar yang anti intelektualitas.
Di sisi lain, behaviorisme sangat efisien dalam memicu belajar cepat (rapid learning)
karena spesifikasi aksi dan tujuan pembelajarannya yang akurat. Prinsip-prinsip
behaviorisme juga bermanfaat—yaitu menawarkan saran yang spesifik dan praktis kepada
guru atau perancang kurikulum tentang apa yang harus mereka lakukan.
Kekurangan dan Kelebihan Teori Behavioristik:
 Kekurangan
Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru, peserta didik hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru, peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi
 Kelebihan
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan, materi yang diberikan sangat detail, membangun konsentrasi pikiran. 
B. Teori Belajar Humanisme
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan
yang positif. Kemampuan positif tersebuterat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik,
belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Ciri-ciri Teori Humanisme yaitu, pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan
pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari
dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting
dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu
untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan
belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil
belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses
yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode
pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan
siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-
nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran
yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Salah satu tokoh dari aliran humanism adalah Carl Roger, yaitu seorang psikolog
humanism yang menekankan perlunya sikap salaing menghargai dan tanpa prasangka dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalahkehidupannya. Menurut Rogers yang
terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran.
Ada beberapa asumsi dasar teori Rogers adalah: Kecenderungan formatif; Segala hal di
dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak
menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai
kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator, yang mempunyai
peran sebagai berikut:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok,
dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran


yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.

Kekurangan Teori Humanisme yaitu, pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat
pembelajaran, kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan, pemusatan pikiran
akan berkurang, kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi.

Adapun kelebihan Teori Humnanistik yaitu, tumbuhnya kreatifitas peserta didik, semakin
canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan belajarnya, tugas guru
berkurang dan dapat mendekatkan satu dengan yang lainnya.

C. Teori Belajar Kognitivisme


Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan
interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang
hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak
berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis
berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang
terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi
mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau
tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang
konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar, yaitu:
1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34).
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan
pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara
aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat
menentukkan keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan
tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi
selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati). Dalam teori
ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses
belajar saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut
dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama
halnya dengan kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983).

Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari
aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:

a. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia


b. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c. Mementingkan peranan kognitif
d. Mementingkan kondisi waktu sekarang
e. Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya
selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan
siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika
tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu
belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau
berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall learning
ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau rasul, nama
tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.

Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara (a)
organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang akan dipelajari
menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, (b) metode loci, artinya tempat.
Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat gambaran pikiran yang
berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, (c) irama, metode mengingat dalam bentuk
nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun iman dengan
nyanyian.

Kelebihan teori kognitivisme yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri;
membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. Sedangkan kekurangannya
yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya
di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

D. Teori Belajar Kontruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Ciri-ciri Teori Konstruktivisme:
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
c) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
e) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.
Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat
informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi ,
tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

Aplikasi dan Implikasi dalam Pembelajaran:

 Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-
jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti
dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para
sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
 Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya
 Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
 Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing
konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan
situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi
mental yang diperlukan.
 Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
 Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme:

 Kelebihan
Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat
keputusan.Faham kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selian itu
murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina
pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab
siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya; Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi
pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
 Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung;
siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

“Teori Belajar Behaviorisme”. 2013. https://dinikomalasari.wordpress.com/2013/11/27/teori-


pembelajaran-behaviorisme-dengan-model-pembelajaran-tcl-teacher-centered-learning/. Diakses
pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 08.10.

“Teori Belajar Konstruktivisme”. 2011. https://www.kompasiana.com/akmala-


04/5508e72e8133118c1cb1e1f4/teori-belajar-konstruktivisme/. Diakses pada tanggal 9 Maret
2021 pukul 08.30 WIB.

“Teori Belajar Humanistik”. 2009.


http://www.trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/…/teori–belajar-humanistik. Diakses pada
tanggal 9 Maret 2021 pukul 09.00 WIB.

“Teori Belajar Kognitivisme”. 2015. http://muhardin1995.blogspot.com/2015/05/teori-belajar-


kognitivisme/. Diakses pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 09.16 WIB.

Anda mungkin juga menyukai