b. Ketentuan zonasi untuk struktur ruang, dalam hal ini untuk sistem
perkotaan dan jaringan parasarana wilayah disusun dengan
memperhatikan:
1) Pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana nasional maupun
provinsi dan kabupaten untuk mendukung berfungsinya sistem
perkotaan nasional maupun provinsi dan kabupaten, serta jaringan
prasarana wilayah;
2) Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan
gangguan terhadap berfungsinya sistem perkotaan nasional, provinsi
maupun kabupaten, serta jaringan prasarana wilayah;
3) Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu
fungsi sistem perkotaan nasional, provinsi serta kabupaten dan
jaringan prasarana wilayah.
c. Muatan ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur dan pola ruang
1) Jenis kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan
2) Intensitas pemanfaatan ruang
3) Prasarana dan sarana minimum
4) Ketentuan lain yang dibutuhkan.
1) Peraturan zonasi untuk sistem pusat-pusat kegiatan kawasan
perkotaan di Kabupaten Bulukumba meliputi:
a) Peraturan zonasi untuk PKW, disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala
antarkabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan
infrastuktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang
dilayaninya. Serta pengembangan fungsi kawasan perkotaan
sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas ruangnya
dikendalikan ke arah horizontal
b) Peraturan zonasi untuk PKLp disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala Kabupaten
yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang
sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya.
c) Peraturan zonasi pada PPK disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan berdasarkan potensi wilayah
yang didukung dengan fasilitas dan infrastrukturnya yang sesuai
kegiatan ekonomi yang di layaninya
d) peraturan zonasi pada PPL disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi, sosial dan pelestarian
lingkungan berskala kota/kecamatan yang didukung oleh fasilitas,
infrastruktur perkotaan yang sesuai prasarana desa/kelurahan
dengan kegiatan ekonomi lainnya.
13) Peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar
budaya
1) Peraturan zonasi kawasan pantai berhutan bakau
a) Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian,
kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan pendidikan,
kegiatan konservasi, pengamanan abrasi pantai, pariwisata alam,
penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, serta pemanfaatan air,
energi air, panas, dan angin
b) Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan yang
tidak mengganggu fungsi kawasan pantai berhutan bakau sebagai
pelindung pantai dari pengikisan air laut
c) Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
mengubah atau mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem
hutan bakau, perusakan hutan bakau, dan kegiatan lain yang
mengganggu fungsi kawasan berhutan bakau.
d) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau
disusun dengan memperhatikan:
Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan
wisata alam
Ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau
Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah
mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem bakau.
2. Ketentuan Sanksi
2) Sanksi Pidana
Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan
bidang Penataan Ruang yaitu merujuk ke Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam UU No. 26 Tahun 2007,
menegaskan sanksi tidak hanya bagi orang yang tidak menaati rencana
tata ruang, orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang, mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
mengakibatkan kerugian/kematian, tetapi juga memberikan sanksi
kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sanksi pidana yang
diberikan berupa pidana penjara dan pidana denda. Untuk besaran
jumlah denda dan lama hukuman ditegaskan sebagai berikut :
Pasal 69
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 70
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 71
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan ang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 72
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 73
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Selain sanksi pidana pelaku dapat dikenai pidana tambahan
berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari
jabatannya.
Pasal 74
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi,
selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusny, pidana ang
dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan
pemberata 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa :
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
b. Pencabutan status badan hukum.
3) Sanksi Perdata
Pengenaan sanksi perdata terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan
(Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Pasal 75
(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 69, Pasal
70, pasal 71, dan pasal 72, dapat menuntut ganti
kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
hukum acara pidana.