Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Monica Ardelia Hartono
14.I1.0137
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul ”Pengawasan
Mutu Incoming Raw Material Biskuit Roma Kelapa PT.MAYORA INDAH Divisi
Biskuit Jayanti”laporan ini disusun sebagai prasyarat untuk memenuhi kelengkapan
akademis guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Adapun kerja praktek
ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena dapat menambah wawasan serta menambah
pengalaman kerja penulis.
Seluruh kelancaran dan keberhasilan ini pun tentunya tidak terlepas dari bantuan,
arahan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing Penulis, sehingga dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.
2. Kedua orang tua Penulis yang memberikan izin, mendukung, mendoakan serta
selalu menjadi motivasi bagi Penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek di
Tangerang.
3. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian, Unika Soegijapranata, Semarang.
4. Ibu Dea N. Hendryanti, STP. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan sabar memberikan
pengarahan dan bimbingan selama Penulis melaksanakan serta menyelesaikan
laporan Kerja Praktek.
5. Ibu Euis Fujiarti selaku Manajer Quality Control Laboratorium dan Bapak Dwi
Priyanto selaku Manager Produksi yang telah memberi kesempatan kepada Penulis
untuk melaksanakan Kerja Praktek di PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti
serta telah membimbing, mengarahkan dan memberikan informasi kepada Penulis
selama melakukan Kerja Praktek.
6. Bapak Aris Kurniawan yang telah memberi bantuan transportasi kepada Penulis
selama melakukan Kerja Praktek.
ii
iii
7. Segenap karyawan PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu per satu, yang menerima Penulis dengan penuh rasa
kekeluargaan dan selalu memberikan keceriaan selama berlangsungnya Kerja
Praktek serta telah memberikan informasi-informasi tambahan selama pengerjaan
laporan Kerja Praktek.
8. Teman – teman seperjuangan Kerja Praktek di PT. PT.MAYORA INDAH, Tbk
Divisi Biskuit Jayanti yaitu Klara Marpaung, Bonita Melinda Pangaribuan, Frans
Christoper Simanjuntak dan Eolia Kristiani yang senantiasa memberikan suka, tawa,
dan canda selama Kerja Praktek.
9. Kakak – kakak MDP PT.MAYORA INDAH Tbk yaitu Widya Silaen, Ade Putra,
Gema Mahardhika serta kakak-kakak MDP dari divisi lainnya yang senantiasa
senantiasa memberikan suka, tawa, dan canda selama Keja Praktek.
10. Semua teman-teman Program Studi Teknologi Pertanian yang sudah mendukung
Penulis selama menyelesaikan laporan Kerja Praktek.
11. Semua pihak yang telah membantu Penulis yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan kerja praktek ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila selama Kerja Praktek
maupun dalam pembuatan laporan Kerja praktek masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran dari para
pembaca. Meski belum sempurna, tetapi Penulis berharap agar laporan Kerja Praktek
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARPENGESAHAN…………………………………………..............................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................ix
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
2. PROFIL PERUSAHAAN.............................................................................................. 3
2.1.3 5R ............................................................................................................... 7
iv
4.2.3 Tilting dan Moulding................................................................................ 16
7. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 31
v
7.2.3 Metode Pengujian ..................................................................................... 52
8.2 Saran................................................................................................................. 65
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Distribusi Karyawan PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang berdasarkan tingkat pendidikan. ...................................................................... 7
Tabel 2. Pembagian Waktu Kerja Karyawan Non-Shift .................................................... 8
Tabel 3. Pembagian Waktu Kerja Karyawan Shift ............................................................ 8
Tabel 4. Produk PT.MAYORA INDAH Tbk .................................................................... 9
Tabel 5. Penerapan Sanitasi Tempat Produksi dan Alat Produksi .................................. 20
Tabel 6. Hasil Analisis Moisture Content Tepung Terigu (Januari 2017) ...................... 33
Tabel 7. Hasil Analisis pH Sodium bikarbonat (Januari 2017) ....................................... 34
Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Wet Gluten dan Dry Gluten Tepung Terigu (Januari
2017) ................................................................................................................................ 36
Tabel 9. Hasil Analisis Kadar NH 4 CO 3 (Januari 2017) .................................................. 37
Tabel 10. Hasil Analisa FFA dan Berat Jenis RBD Palm Olein (Januari 2017) ............. 39
Tabel 11. Kompetensi dan Program Studi Petugas Laboratorium .................................. 40
Tabel 12. Skill and competency matrix analis laboratorium ............................................ 41
Tabel 13. Persyaratan Jabatan dan Analisa Kompetensi ................................................. 42
Tabel 14. Peralatan Laboratorium Fisika Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi ......... 46
Tabel 15. Instruksi Kerja Pengoperasian Alat Laboratorium .......................................... 53
Tabel 16. Instruksi Kerja Analisa Kimia dan Mikrobiologi ............................................ 54
Tabel 17. Dokumen Larutan, Larutan Standart, dan Indikator........................................ 54
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1. PENDAHULUAN
PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti adalah salah satu pabrik milik
PT.MAYORA INDAH Tbk yang bergerak pada produksi biskuit. Biskuit yang
diproduksi oleh pabrik ini yaitu Malkist Creakers, Malkist Abon, Malkist Seaweed,
Cream Crackers, Roma Kelapa, Royal Choice, dan Danisa. Pabrik ini merupakan pabrik
biskuit terbaru di Indonesia dengan proses produksi yang telah menggunakan mesin
otomatis. Selain proses produksi yang sangat baik, pabrik ini juga menerapkan sistem
manajemen mutu untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Manajemen mutu
mencakup penggunaan bahan baku yang berkualitas, higienitas proses produksi biskuit,
dan kualitas produk biskuit yang dihasilkan.
1
2
Kerja Praktek dilaksanakan di PT. MAYORA INDAH Tbk. Divisi Biskuit Jayanti yang
terletak di Jalan Raya Serang KM 31, Desa Sumurbandung Kec.Jayanti Kab.Tangerang
15610. Waktu pelaksanaan adalah 30 hari masa kerja dimulai dari tanggal 9 Januari
2017 hingga 9 Februari 2017. Kegiatan Kerja Praktek dilakukan setiap hari kerja, yaitu
hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Senin hingga Jumat pada pukul 08.00-16.00 WIB
dan sabtu pada pukul 08.00-13.00 WIB.
2. PROFIL PERUSAHAAN
PT. MAYORA INDAH Tbk didirikan secara resmi pada 17 Februari 1977 oleh Jogi
Hendra Atmadja dengan pabrik pertamanya di Jatake, Tangerang. Mayora bermula dari
pembuatan biskuit Marie pada tahun 1948 di dapur rumah daerah Kampung Bali, Tanah
Abang. Produk yang diproduksi awalnya yaitu biskuit marie yang dijual dengan label
“Roma” (Roti Marie). Tahun 1972, terdapat produk baru yaitu Roma Coconut Biscuit
serta dilakukannya pembelian oven listrik pertama.
Produk pertama yang dihasilkan pada pabrik pertama di Jatake yaitu “Roma Malkist”
dengan dua varian rasa yaitu Sweet Caramelized and Cream. Pada tahun 1980, mayora
mulai memproduksi permen. PT MAYORA INDAH Tbk melakukan ekspansi distribusi
ke Jawa dan Sumatera pada tahun 1982. Terdaftarnya PT MAYORA INDAH Tbk
sebagai public company di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (Bursa Efek
Indonesia) yaitu pada tahun 1990.
Mayora pada tahun 1982 memproduksi permen kopi pertama yang diberi nama
“Kopiko”, selain itu juga memproduksi “Astor” yang terbuat dari gulungan wafer. Pada
tahun tersebut, mayora juga mulai melakukan ekspor untuk pertama kalinya. Produk
yang selanjutnya dikeluarkan oleh Mayora pada tahun 1984 yaitu “Beng-Beng”, dimana
produk ini merupakan produk snack coklat combo pertama. Tahun selanjutnya, Mayora
mengeluarkan produk “Choki-Choki” yang merupakan snack full coklat dalam bentuk
stick.
Mayora mendirikan pabrik Torabika Eka Semesta di Cikupa pada tahun 1991 yang
khusus memproduksi kopi. Namun pada tahun 1990, Mayora telah memproduksi
“Torabika” dan menjadi pelopor produk kopi instant yang telah dikombinasikan dengan
gula. Produk ”Energen” diproduksi tahun 1992, produk ini merupakan awal mula
Mayora dalam memproduksi minuman bernutrisi sebagai solusi sarapan pagi.
“Energen” terbuat dari bahan susu, telur, gandum, sereal, dan vitamin alami.
3
4
Pada tahun 1994, Mayora membangun kantor pusat di Tomang, Jakarta Barat. Kantor
pusat tersebut sebagai layanan pusat komunikasi untuk seluruh operasi pabrik dan
memastikan kelancaran pabrik yang tersebar diseluruh Indonesia. Mayora juga
memproduksi instant noodle dengan nama “Mie Gelas” pada tahun 1995 dan menjadi
instant noodle pertama di Indonesia tanpa campuran MSG, bahan pengawet, dan bahan
pewarna.
Selain pabrik Torabika, Mayora mendirikan pabrik baru juga pada tahun 1996 didaerah
industri MM2100 Cibitung, Indonesia. Pabrik ini didirikan untuk memenuhi permintaan
pasar. Tahun 2000, Mayora memenuhi persyaratan untuk menerapkan sistem ISO,
Halal, GMP, HACCP. Produk biskuit “Sari Gandum” mulai diproduksi tahun 2002,
dimana produk ini mengandung serat, protein, dan vitamin B kompleks.
Setelah menghasilkan banyak produk, Mayora mulai melebarkan sayap dan mulai
masuk ke pasar minuman di Pekayon tahun 2005. Kemudian Mayora membangun
pabrik minuman tersebut di Ciawi dan pabrik Pekayon dipindahkan ke Ciawi. Produk
“Teh Pucuk” diproduksi tahun 2011 sebagai pelopor pertama non-cup Jasmine RTD tea
brand di Indonesia. Mayora Distribution Center (MDC) dibangun di Balaraja dan India
pada tahu 2012. Selain MDC, tahun 2013 Mayora juga membangun pabrik biskuit
dengan teknologi pembakaran yang terletak disatu area dengan MDC. Tahun 2015,
Mayora memulai produk beverage di Thailand dan memproduksi “Bakmi Mewah”.
Produk “Bakmi Mewah” merupakan instant noodle dengan ayam dan jamur serta tanpa
bahan pengawet.
5
Struktur Organisasi Manufacturing PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang dapat dilihat pada Gambar 2.1dipimpin oleh seorang Factory Manager yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan produksi dan kualitas produk serta sarana
pendukung dan dibantu oleh departemen head, section head, unit head, dan operator.
Mayora memiliki departemen seperti production, quality control, production planning
inventori control, dan human resource. Departemen Quality Control dibagi menjadi dua
yaitu Quality Control Laboratorium dan Quality ControlField. Pembagian jam kerja
pada departemen ini dibagi juga menjadi dua yaitu shift dan non-shift.
Struktur Organisasi Manufacturing PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang dapat dilihat pada Gambar 2.1dipimpin oleh seorang Factory Manager yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan produksi dan kualitas produk serta sarana
pendukung dan dibantu oleh departemen head, section head, unit head, dan operator.
Mayora memiliki departemen seperti production, quality control, production planning
inventori control, dan human resource. Departemen Quality Control dibagi menjad dua
yaitu Quality Control Laboratorium dan Quality ControlField. Pembagian jam kerja
pada departemen ini dibagi juga menjadi dua yaitu shift dan non-shift.
PT. MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti, bertekad menerapkan sistem manajemen
mutu, keamanan pangan dan halal untuk menghasilkan produk yang :
M = Memenuhi persyaratan, peraturan, dan undang-undang yang berlaku.
A = Aman dikonsumsi, berkualitas, dan halal.
Y = Yakin bahwa semua pihak terlibat dengan pendekatan proses dan pendekatan
sistem.
O = Optimis dalam mencapai tujuan organisasi dan sasaran mutu.
R = Respon yang cepat dan fokus pada pelanggan melalui peningkatan
berkesinambungan.
A = Aktif dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan semua pihak.
7
2.1.3 5R
PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti memiliki motto 5R, yaitu :
• Ringkas : Memilah-milah yang perlu dan tidak perlu.
• Rapi : Menempatkan semua hal pada tempatnya.
• Resik : Bebas dari debu, kotoran, dan bau.
• Rawat : Mempertahankan sesuatu yang lebih baik.
• Rajin : Hal yang baik dijadikan kebiasaan dan budaya
PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti Tangerang memiliki 2780 orang
karyawan. Distribusi karyawan PT PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang berdasarkan jenis kelamin yaitu 1313 laki-laki dan 1557 perempuan. Dapat
dilihat bahwa karyawan yang bekerja 47,23% laki-laki dan 52,76% perempuan.
Sedangkan distribusi karyawan PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Karyawan PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti
Tangerang berdasarkan tingkat pendidikan.
Pendidikan Jumlah
S1 3%
D3 1%
SMA/SMK 96%
Total 100%
8
PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti Tangerang memiliki karyawan
sebanyak 2780 orang , dengan pendidikan S1, D3, SMA, dan SMK. Karyawan S1
sebesar 3% dari total karyawan yang bekerja dan 1% dari total karyawan berpendidikan
D3. Sedangkan 96% dari total karyawan yang bekerja adalah lulusan SMA dan SMK.
Pembagian kerja PT. MAYORA INDAH Tbk Divisi Biskuit Jayanti Tangerang dibagi
menjadi dua yaitu shift dan non-shift. Karyawan yang tergabung dengan karyawan non-
shift bekerja selama 6 hari. Pada hari Senin hingga Jumat, karyawan bekerja selama 8
jam dan waktu istirahat selama 1 jam. Pada hari Sabtu, karyawan bekerja selama 8 jam
tanpa adanya waktu istirahat. Pembagian waktu kerja karyawan non-shift dapat dilihat
pada Tabel 2.
Karyawan yang tergabung dengan karyawan shift bekerja selama 6 hari dengan jam
bekerja hari Senin hingga Jumat selama 8 jam dan waktu istirahat selama 1 jam. Pada
hari Sabtu, karyawan bekerja selama 5 jam tanpa adanya waktu istirahat. Pembagian
waktu kerja karyawan shift dapat dilihat pada Tabel 3.
52 negara: China,
Vietnam, Saudi Arabia,
dll
Biskuit: Butter
Cookies
Indonesia
9
10
Indonesia
35 negara: Vietnam,
Biskuit: Coffee
Lebanon, South Korea,
Biscuit
dll
8 Negara: China,
Malaysia, Thailand, dll
14 Negara: Malaysia,
Timor Leste, dll
Biskuit:
Sandwich Indonesia, Vietnam,
Cookies Thailand
12 Negara: China,
Thailand, Maldives, dll
Indonesia
11
ASEAN, Timur
Tengah, India, Eropa,
USA, Brazil, Japan
Indonesia, Malaysia,
Vietnam, Nigeria,
Philippines
Permen
Indonesia, India,
Nigeria
Indonesia, Vietnam,
USA, Timur Tengah
Indonesia, Thailand,
Malaysia, Philippines,
Japan
Wafer
Indonesia, Malaysia
ASEAN kecuali
Filipina
Indonesia, Filipina,
Cereal
Afrika
12
Indonesia
India
Indonesia
Indonesia
Coffee Indonesia
13
26 Negara:
Philippines,
Malaysia, Thailand,
China, dll.
Indonesia
Indonesia, Thailand
Beverage
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Pada kerja praktek ini, produk yang menjadi perhatian utama adalah Biscuit Roma
Kelapa yang diproduksi oleh PT. MAYORA INDAH Divisi Biscuit Jayanti. Biscuit ini
merupakan salah satu hasil produksi Mayora yang telah melegenda dipasaran. Produk
14
ini ditujukan untuk semua kalangan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa. Biscuit Roma Kelapa menjadi salah satu camilan yang dapat ditemukan di
Indonesia maupun luar negeri. Produk Biscuit Roma Kelapa produksi PT. MAYORA
INDAH Divisi Biscuit Jayanti. dapat dilihat pada Gambar 2.
Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan produksi biscuit Roma Kelapa sangat
menentukan kualitas produk akhir yang dihasilkan. Pemilihan baku yang tepat sangat
diperlukan dalam proses produksi, dimana untuk memperoleh produk akhir yang
berkualitas baik diperlukan bahan baku yang memiliki mutu yang sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan SNI. Pengawasan mutu bahan baku yang digunakan
sangat diperlukan untuk menganalisa kualitas bahan baku berkualitas buruk atau baik.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Roma Kelapa adalah tepung terigu
(52,12), gula, minyak nabati, tepung tapioka, whey bubuk, sirup glukosa, tepung kelapa,
CaCO 3 , garam, pengemulsi lectin kedelai, pengembang, pengatur keasaman, perisa
identik alami, premix vit (B1, B2, B6, B12), dan vitamin E.
Proses produksi biskuit Roma Kelapa diawali dengan mempersiapkan bahan baku
terlebih dahulu. Proses produksi biskuit yang dilakukan PT. MAYORA INDAH Divisi
Biskuit Jayanti dibagi menjadi 3 shift, dimana bahan baku yang digunakan dikirim oleh
penyimpanan bahan bakusetiap hari. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
Roma Kelapa adalah tepung terigu (52,12), gula, minyak nabati, tepung tapioka, whey
bubuk, sirup glukosa, tepung kelapa, CaCO 3 , garam, pengemulsi lectin kedelai,
pengembang, pengatur keasaman, perisa identik alami, premix vit (B1, B2, B6, B12),
dan vitamin E. Preparasi bahan dilakukan dengan menimbang bahan baku yang
dibutuhkan untuk setiap batch dalam satu hari produksi.
Pada tahap preparasi bahan untuk proses produksi, beberapa bahan bakudiberi
penanganan khusus. Penanganan tersebut yakni melarutkan bahan baku dengan air
didalam tanki khusus. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghomogenkan bahan
baku tersebut sehingga akan mempermudah tahap mixing. Selain itu, bahan baku seperti
15
16
minyak nabati diletakkan dalam tanki untuk penyimpanan dan pengiriman ke area
central kitchen.
4.2.2 Mixing
Proses pencampuran bahan baku untuk proses produksi biskuit Roma Kelapa
membutuhkan bantuan alat mixer. Pencampuran dilakukan untuk menghomogenkan
bahan baku hingga diperoleh adonan yang kalis. Homogenitas adonan biskuit sangat
mempengaruhi produk akhir biskuit. Mixer yang digunakan dalam pencampuran bahan
yakni horisontal double screw mixer. Horisontal double screw yang digunakan dalam
proses produksi biskuit Roma Kelapa dapat dilihat pada Gambar 3.
Tilting merupakan tahap dimana adonan biskuit yang berasal dari mixer dituangkan ke
area mesin moulder. Proses penuangan adonan biskuit dituangkan ke dalam feeder dan
dibatasi dengan star dough yang akan membagi adonan menjadi beberapa bagian.
Adonan yang telah melewati star dough akan memiliki bentuk persegi panjang dan
berjalan dengan conveyor. Conveyor tersebut dilengkapi dengan 2 rotary cutter yang
akan membagi adonan menjadi 4 bagian dan 8 bagian. Selain itu, conveyor dilengkapi
juga dengan metal detector yang bertujuan untuk medeteksi adanya kandungan logam
17
pada adonan tersebut. Setelah adonan melewati rotary cutter, adonan tersebut akan
memasuki hooper mesin moulding.
Pada pencetakan biskuit, mesin pencetakan yang digunakan pada proses pembuatan
biskuit Roma Kelapa yaitu rotary moulder. Moulding merupakan tahap untuk mencetak
adonan menjadi biskuit basah yang siap memasuki area oven. Adonan biskuit yang
memasuki mesin rotary moulder akan dipipihkan dan dicetak sesuai dengan bentuk
yang telah ditentukan. Pencetakan biskuit Roma Kelapa berbentuk lingkaran yang sama
dengan tulisan “Roma” pada bagian atasnya. Mesin rotary moulder yang digunakan
dalam proses produksi biskuit Roma Kelapa dapat dilihat pada Gambar 4.
4.2.4 Pengovenan
Adonan biskuit yang telah melewati mesin moulder selanjutnya akan melalui tahap
pengovenan. Pengovenan merupakan tahap pemasakan biskuit untuk memperoleh
biskuit yang matang dengan kualitas yang baik. Tahap ini dibutuhan suhu yang sesuai
untuk memperoleh biskuit dengan rasa, warna, dan bau yang diinginkan. Mesin oven
yang digunakan dalam proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.
18
4.2.5 Cooling
Biskuit yang telah dioven akan memiliki suhu yang sangat tinggi sehingga penurunan
suhu diperlukan sebelum biskuit tersebut dikemas. Pendinginan biskuit dilakukan
dengan belt conveyor dan kipas angin. Suhu biskuit diturunkan hingga mencapai suhu
ruang untuk mencegah pengembunan ketika biskuit dipacking. Pengembunan yang
terjadi dalam kemasan biskuit dapat menyebabkan kerusakan tekstur biskuit dan
tumbuhnya jamur. Cooling conveyor yang digunakan dalam proses produksi dapat
dilihat pada Gambar 6.
4.2.6 Packing
Biskuit yang telah mencapai suhu ruang, akan dikemas menggunakan kemasan sesuai
dengan standart PT. MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti. Pengemasan biskuit
Roma Kelapa menggunakan kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier.
Biskuit yang berasal dari belt conveyor cooling akan masuk kedalam conveyor pembagi
dengan tujuan untuk menata biskuit sebelum dibungkus dengan kemasan primer “cello”.
Pengemasan primer ini dilakukan menggunakan mesin packing yang dapat dilihat pada
Gambar 7.
Biskuit yang telah dikemas dengan menggunakan kemasan primer kemudian akan
dikemas dengan kemasan sekunder dan kemasan tersier. Pengemasan sekunder dan
tersier dilakukan secara manual oleh pekerja packing. Kemasan sekunder menggunakan
plastik yang diisi dengan 6 pack biskuit Roma Kelapa dan ditutup dengan isolasi.
Sedangkan untuk pengemasan tersier, pengemasan dilakukan untuk 4 plastik kemasan
sekunder dengan menggunakan partisi dan karton. Sebelum karton diisolasi, karton
ditimbang beratnya untuk mengetahui berat dalam karton sesuai dengan standar atau
tidak.
4.3 Sanitasi
Kontaminasi akan menyebabkan penurunan kualitas dan kerusakan produk, dimana hal
tersebut dapat dicegah dan dihindari dengan menerapkan sistem sanitasi. Sanitasi pada
20
Selain penerapan sanitasi pekerja, PT MAYORA INDAH Divisi Biscuit Jayanti juga
menerapkan sanitasi pada tempat produksi dan alat produksi. Penerapan sanitasi
tersebut diatur oleh IRGA. Penerapan sanitasi tempat produksi dan alat produksi dapat
dilihat pada Tabel 5.
Pada pelaksanaan sanitasi area produksi, waktu pembersihan dilakukan secara berbeda-
beda. Sanitasi yang dilakukan diverifikasi kebersihannya setelah dilaksanakan. Pada
area produksi terdapat beberapa monitoring station untuk masing-masing jenis hama
seperti tikus, cicak dan serangga. Monitoring station diletakkan pada area dekat pintu
masuk area produksi.
5. PENGAWASAN MUTU BAHAN BAKU OLEH QUALITY CONTROL
LABORATORIUM SECARA KIMIA
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biskuit oleh PT. MAYORA INDAH
Divisi Biskuit Jayanti selalu dikontrol kualitasnya oleh divisi Quality Management
Department. Pengendalian mutu bahan baku dilakukan melalui analisa secara fisik serta
analisa secara kimia dan mikrobiologi. Analisa fisik bahan baku dilakukan oleh
analystQuality Control Incoming, sedangkan analisa kimia dan mikrobiologi dilakukan
oleh analyst Quality Control Laboratorium. Analisa yang dilakukan oleh analystQuality
Control Incoming didasarkan pada form incoming bahan baku dan checklist monitoring
kendaraan. Selain itu, analyst Quality Control Incoming bertugas untuk mengambil
sampel dimana pengambilan sampel tersebut dilakukan sebelum bahan baku
dimasukkan ke tempat penyimpanan. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode acceptance sampling berdasarkan ketetapan AQL dari
perusahaan. Selanjutnya sampel tersebut dikirim ke laboratorium untuk di analisa secara
kimia dan mikrobiologi oleh Quality Control Laboratorium.
Analisa sampel bahan baku di laboratorium dilaksanakan oleh analyst Quality Control
Laboratorium. Bahan baku yang dianalisa harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Sampel bahan baku yang telah memenuhi standar
diverifikasikan ke bagian gudang dan selanjutnya barang tersebut akan dimasukkan ke
dalam tempat penyimpanan untuk bahan baku. Adapun hasil analisa yang tidak
memenuhi standar dibutuhkan analisa ulang untuk memverifikasi hasil. Apabila hasil
analisa ulang tetap tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan tersebut, maka
penerimaan atau penolakan bahan baku ditentukan oleh manager Quality Control.
Analisa Kimia bahan baku biskuit Roma Kelapa dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisa kadar air raw material biskuit Roma Kelapa PT. MAYORA INDAH Divisi
Biscuit Jayanti dilakukan pada sampel tepung terigu, tepung tapioka, tepung kelapa,
whey powder, glucose, garam, gula pasir, sodium carbonate, bubuk biskuit, dll.
Pengujian kadar air pada laboratorium dilakukan dengan menggunakan oven Memmert
22
23
Gambar 8.Selain analisa dengan oven, analisa kadar air juga dilakukan dengan
menggunakan Moisture Analyzer Gambar 9.
Analisa kadar air dengan menggunakan moisture analyzer diawali dengan meletakkan
cawan alumunium pada tempatnya dan tekan tombol “TARE”. Sampel dimasukkan
hingga 1 gram, namun untuk sampel seperti glukosa, garam, minyak, dan gula
dimasukkan hingga 10 gram. Penutup alat ditutup dan tekan start untuk memulai
pengukuran kadar air. Angka yang tertera pada monitor selanjutnya dibaca dan dicatat
sebagai hasil. Setelah itu, alat dibersihkan dan dimatikan.
5.2 Uji pH
Analisa pH raw material biscuit Roma Kelapa PT. MAYORA INDAH Divisi Biscuit
Jayanti dilakukan pada sampel tepung terigu, tepung tapioka, tepung kelapa, whey
powder, glucose, garam, gula pasir, sodium carbonate, bubuk biskuit, dan lain-lain.
24
Analisa pH raw material dilakukan dengan alat pH meter seperti pada Gambar 10.dan
pH universal seperti pada Gambar 11.
Analisa pH untuk raw material diawali dengan preparasi sampel yaitu menimbang 3
gram sampel lalu ditambahkan aquades hingga 27 gram. Magnetic stirrer dimasukkan
dan larutan dihomogenkan menggunakan stirring hot plate dengan kecepatan
perputaran 250 1/menit. pH sampel yang telah homogen diukur menggunakan pH
meter. Elektroda yang berada pada larutan KCL 3 mol diangkat, serta elektroda dicuci
dengan aquades dan dibersihkan dengan tissue. Selanjutnya, elektroda pH meter
dicelupkan pada larutan sampel dan tekan “ENTER”. Layar monitor pH meter akan
menunjukkan angka dengan tulisan “READY” dan angka tersebut dicatat sebagai pH
sampel tersebut. Selanjutnya elektroda diangkat, dicuci dengan aquades, dan
dibersihkan menggunakan tissue. Hal diatas dilakukan juga untuk sampel-sampel
selanjutnya. Setelah selesai digunakan, elektroda pH meter dicelupkan dalam larutan
KCl 3 mol dan alat dibersihkan.
25
Gluten merupakan salah satu bagian yang terkandung dalam tepung terigu yang
memiliki sifat elastis dan kenyal serta tidak larut dalam garam. Pada laboratorium PT.
MAYORA INDAH Divisi Biscuit Jayanti, dilakukan analisa kadar gluten yang
terkandung dalam tepung terigu dengan menggunakan oven dan waffle toaster. Analisa
kadar gluten diawali dengan menimbang 20 gram sampel dan dimasukkan dalam
lumpang porselin. Selanjutnya sampel ditambah dengan 10 ml NaCl 2% dan dilumatkan
hingga kalis dan didiamkan selama 30 menit. Setelah didiamkan selama 30 menit,
sampel dicuci dengan air mengalir hingga diperoleh air cucian terigu menjadi jernih dan
akan diperoleh gluten basah. Gluten yang diperoleh selanjutnya ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik dan hasilnya dicatat. Cawan alumunium kering
ditimbang dan gluten basah ditempatkan pada cawan tersebut. Cawan dimasukkan ke
dalam oven 105oC selama 24 jam atau waffle toaster selama 15- 20 menit. Selanjutnya
sampel dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator. Sampel yang telah dingin
ditimbang berat konstannya. Adapun rumus untuk menghitung bobot gluten dapat
dilihat sebagai berikut :
W2 = Wa – Wc W3 = Wb – Wc
𝑾𝑾𝟐𝟐 𝑾𝑾𝟑𝟑
% wet gluten : 𝑾𝑾𝟏𝟏 x 100% % dry gluten : 𝑾𝑾𝟏𝟏 x 100%
Keterangan :
Wa = bobot cawan + gluten basah
Wb = bobot cawan + gluten kering
Wc = bobot cawan kosong
W1 = bobot sampel
W2 = bobot gluten basah
W3 = bobot gluten kering.
dimana kadar tersebut harus mencapai standar minimal 98%. Analisa diawali dengan
menimbang sampel sebanyak 5 gram dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml. Dalam
labu takar, aquades ditambahkan sedikit dan dikocok hingga larut. Selanjutnya,
tambahkan aquades hingga tanda tera dan dihomogenkan. Larutan selanjutnya diambil
10 ml menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Indikator methyl red
1% ditambahkan sebanyak 1 hingga 2 tetes dan dihomogenkan kembali. Selanjutnya
dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan standar HCl 0,1 N hingga larutan
mengalami perubahan warna dari merah orange menjadi merah jingga yang
menandakan titik akhir titrasi. Kadar NH 4 CO 3 dihitung dengan rumus:
(𝐕𝐕𝐕𝐕𝐍𝐍)𝐕𝐕𝐱𝐱𝐱𝐱𝐕𝐕𝐱𝐱𝐱𝐱
% kadar NH 4 CO 3 = 𝐱𝐱
x 100%
Keterangan =
V = volume larutan standar HCl 0,1N (ml)
N = Normalitas larutan HCl 0,1N
Fp = faktor pengenceran
B = bobot sampel (mg)
BE = berat equivalen - NH 4 CO 3 = 79
Analisa asam lemak bebas oleh laboratorium PT. MAYORA INDAH Divisi Biscuit
Jayanti dilakukan pada raw material seperti RBD Palm Olein. Analisa diawali dengan
menimbang sampel sebanyak 56,4 gram di dalam erlenmeyer. Kemudian ethanol
sebanyak 50 ml yang sudah dipanaskan ditambahkan ke dalam sampel yang akan
dianalisa. Selanjutnya sampel tersebut ditambah dengan 2 hingga 3 tetes indikator PP
1% dan dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang sebelumnya telah
distandarisasi. Titrasi dilakukan hingga warna merah muda tercapai dan tidak hilang
selama 30 menit. NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi dicatat jumlahnya dan FFA
dihitung. FFA dihitung dengan rumus sebagai berikut:
27
(𝐕𝐕𝐕𝐕𝐍𝐍)𝐕𝐕𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱
% FFA = 𝐖𝐖
Keterangan:
V = ml larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi
N = Normalitas larutan NaOH
W = berat sampel ( gr)
BM Asam Lemak :
Asam palmitat = 25,6
Asam linoleat = 27,8
Asam butirat = 28,8
Asam laurat = 20,0
Asam oleat = 28,2
Asam laktat = 28,2
6. ISO / IEC 17025 : 2005
ISO/ IEC 17025 : 2005 “Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan
Laboratorium Kalibrasi” merupakan standar international yang berisi mengenai
persyaratan untuk laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi. Persyaratan yang
terdapat pada ISO/IEC 17025/IEC meliputi persyaratan manajemen dan persyaratan
teknis. Laboratorium pengujian yang akan menerapkan sistem manajemen mutu
sebaiknya memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut (Badan Standardisasi Nasional,
2005).
Pada dasarnya, sertifikasi ISO/IEC 17025 : 2005 sesuai dengan ISO 9001:2000. Namun
evaluasi kemampuan teknis laboratorium dalam menyajikan hasil yang secara teknis
absah tidak tercantum dalam ISO 9001:2000. Laboratorium yang telah menerapkan
sistem manajemen mutu laboratorium ISO/IEC 17025:2005 dapat dipastikan memiliki
kemampuan teknis dalam menghasilkan data pengujian yang akurat dan handal. Kriteria
yang terdapat pada ISO/IEC 17025 yakni meliputi:
1. Ruang Lingkup
2. Acuan Normatif
3. Istilah dan Definisi
4. Persyaratan Manajemen
4.1. Organisasi
4.2. Sistem manajemen
4.3. Pengendalian Dokumen
4.3.1. Umum
4.3.2. Pengesahan dan Penerbitan Dokumen
4.3.3. Perubahan Dokumen
4.4. Kaji Ulang Permintaan, Tender, dan Kontrak
4.5. Subkontrak Pengujian dan Kalibrasi
4.6. Pembelian Jasa dan Perbekalan
4.7. Pelayanan kepada Customer
4.8. Pengaduan
4.9. Pengendalian Pekerjaan Pengujian dan/atau Kalibrasi yang Tidak Sesuai
4.10. Peningkatan
28
29
Kualitas raw material yang digunakan dalam pembuatan biskuit oleh PT. MAYORA
INDAH Divisi Biskuit Jayanti selalu diawasi oleh departemen Quality Control (QC).
Pengawasan mutu raw material dilaksanakan dengan analisa bahan baku secara fisik
dan analisa organoleptik secara laboratorium. Analisa bahan baku secara fisik
dilaksanakan oleh analis Quality Control Incoming Raw Material, sedangkan analisa
kimia dan mikrobiologi dilaksanakan oleh analis Quality Control Laboratorium.
Pengawasan mutu raw material dilakukan saat proses penerimaan bahan baku dan
pengendalian bahan baku. Pada proses penerimaan bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi biskuit Roma Kelapa, bahan baku tersebut haruslah memenuhi
beberapa persyaratan. Bahan baku yang datang pertama-tama harus diinformasikan oleh
analis gudang raw material kepada analis Quality Control Incoming sehingga analis
tersebut melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan awal yang dilakukan meliputi kondisi
kendaraan pengangkut, status kehalalan bahan baku, kelengkapan dokumen (CoA bahan
baku), serta kualitas bahan baku secara fisik dan organoleptik.
Bahan baku yang telah memenuhi standar fisik oleh analis Quality Control Incoming
selanjutnya akan diambil sampel untuk pengujian secara laboratorium. Pengambilan
31
32
sampel yang dilakukan disesuaikan dengan prosedur yang telah ada dan tabel AQL.
Selanjutnya sampel tersebut dibawa oleh Quality Control Incoming ke laboratorium
untuk dilakukan analisa kimia dan mikrobiologi. Sampel yang telah diuji dan memenuhi
standar diinformasikan ke bagian gudang untuk pemindahan barang dari kendaraan
pengangkut ke gudang penyimpanan bahan baku. Sedangkan bahan baku sisa dari
pengambilan sampel digunakan terlebih dahulu untuk proses produksi yang
berlangsung. Selain itu, Quality Control Incoming akan memberikan identitas pada
pallet bahan baku yang diterima. Apabila sampel tidak memenuhi standar maka bahan
baku ditolak dan diinformasikan ke bagian gudang penyimpanan bahan baku dengan
pencatatan pada form penolakan raw material.
Bahan baku yang telah diterima selanjutnya dikendalikan dengan melakukan inspeksi
dan membuat laporan mengenai masa kadaluarsa bahan yang terdapat pada gudang
penyimpanan bahan baku oleh Quality Control Laboratorium. Laporan yang telah
dibuat didistribusikan ke bagian-bagian yang terkait. Beberapa bahan baku yang akan
digunakan disampling ulang sebelum bahan baku tersebut dikirim ke bagian produksi.
Hasil analisa bahan baku yang memenuhi standar maka bahan baku tersebut akan
dikirimkan ke bagian produksi, sedangkan bahan baku yang tidak memenuhi
persyaratan standar yang telah ditetapkan akan diberi identitas hold. Selanjutnya Quality
Control Incoming menginfomasikan ke bagian terkait mengenai terdapatnya bahan baku
yang tidak memenuhi standar tersebut. Apabila bahan baku tetap tidak OK, bahan baku
diberi identitas “Tolak” dan dilakukan pengembalian bahan baku ke supplier atau
pemusnahan bahan baku. Adapun pengembalian bahan baku atau pemusnahan baku
tersebut harus disertai form retur bahan baku atau membuat BA pemusnahan barang.
7.1.2 Pengawasan Mutu Bahan Baku Oleh Quality Control Laboratorium Secara
Kimia
Kadar air merupakan persentase jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan. Kadar
air merupakan faktor yang sangat penting dalam bahan pangan, dimana keberadaannya
akan sangat mempengaruhi mutu dan umur simpan bahan pangan tersebut. Tepung
terigu yang digunakan pada proses pembuatan biskuit Roma Kelapa adalah tepung
33
terigu protein rendah. Tepung terigu ini berasal dari gandum soft wheat yang memiliki
daya serap air rendah. Morris & James (2000) menyatakan bahwa kadar air yang
terdapat pada tepung terigu dipengaruhi oleh jenis gandum yang digunakan karena
adanya perbedaan jumlah air yang digunakan pada proses tempering.
Analisa kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam bahan
pangan yang dinyatakan dalam wet basis dan dry basis. Analisa tepung terigu dan gula
pasir pada laboratorium dilakukan menggunakan alat Moisture Analyzer. Moisture
analyzer merupakan salah satu alat untuk menentukan kadar air dengan prinsip
pemanasan suhu tinggi menggunakan sinar infrared (Kothari & Kausik, 2010). Hasil
pengujian kadar air pada tepung terigu dan gula pasir dapat dlihat pada Tabel 6.
Tepung terigu dengan kadar air yang tinggi akan mempengaruhi biskuit yang
dihasilkan. Menurut Matz &Matz (1978), tepung terigu merupakan bahan utama yang
digunakan dalam pembuatan biskuit. Tepung terigu yang digunakan akan menentukan
tekstur adonan yang terbentuk selama proses mixing, serta digunakan untuk mengikat
bahan baku lain dan memberikan cita rasa pada produk akhir. Apabila kadar air tepung
34
terigu terlalu tinggi, maka adonan yang terbentuk akan menjadi lebih lunak karena
kandungan kadar air yang lebih tinggi. Kadar air yang tinggi pada adonan akan
mempengaruhi produk akhir sehingga tekstur yang terbentuk memiliki kadar air tinggi
dan teksturnya tidak renyah. Selain itu, kadar air yang terdapat pada tepung terigu akan
mempengaruhi umur simpannya. Sudarmadji (2003) menambahkan bahwa kadar air
yang terlalu tinggi akan menurunkan umur simpan dan dapat menjadi media yang
sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
7.1.2.2 Uji pH
pH merupakan jumlah konsentrasi ion Hidrogen (H) yang terdeteksi dalam suatu larutan
untuk menyatakan tingkat keasamannya. pH normal memiliki nilai 7, nilai < 7
menunjukkan pH asam, sedangkan nilai > 7 menunjukkan pH basa. Analisa pH raw
material bertujuan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan bahan baku yang
digunakan pada pembuatan biskuit.
Pada laboratorium, analisa pH raw material sodium bikarbonat PT. MAYORA INDAH
Div Biskuit Jayanti dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH meter
merupakan alat yang digunakan untuk menentukan tingkat keasaman dari suatu larutan.
Prinsip kerja pH meter yakni potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang
terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat di
luar elektroda gelas yang tidak diketahui (Beran, 1996). Hasil pengujian pH pada tepung
terigu dan gula pasir dapat dlihat pada Tabel 7.
Sodium bikarbonat yang digunakan dalam pembuatan biskuit Roma Kelapa haruslah
memenuhi persyaratan mutu yang dimiliki PT.MAYORA INDAH Div Biskuit Jayanti.
Menurut Winarno (1988), sodium bikarbonat merupakan salah satu bahan pengembang
yang banyak digunakan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan adonan
sehingga akan memudahkan saat pencampuran. Sodium bikarbonat berbentuk kristal,
berwarna putih, dan berasa alkali. Pada awal penggunaan sodium bikarbonat sebagai
bahan pengembang diperlukan uji formulasi sehingga jumlah yang digunakan telah
sesuai dan akan meningkatkan kerenyahan serta kenampakan biskuit. Hui (1992)
menambahkan bahwa peningkatan jumlah sodium bikarbonat pada adonan akan
menyebabkan terjadinya peningkatan pH adonan biskuit. pH adonan biskuit juga
dipengaruhi oleh pH sodium bikarbonat tersebut. pH sodium bikarbonat yang terlalu
tinggi akan menyebabkan peningkatan pH adonan dan pengembangan produk
berlebihan begitu juga sebaliknya.
Tepung terigu protein rendah diperoleh dari biji gandum lunak (soft wheat) yang
mengandung gluten sebanyak 8% hingga 9%. Gluten yang terdapat pada tepung terigu
sangat istimewa karena protein ini tidak dapat ditemukan pada tepung jenis lainnya atau
hanya terdapat pada hasil olahan yang berasal dari serealia. Protein ini mengandung
komponen yang bernama peptida serta bersifat tidak larut pada air dan lentur (Kompas,
2010).
Analisa gluten bertujuan untuk mengetahui kadar gluten yang terdapat pada tepung
terigu. Pada uji laboratorium, analisa gluten dilakukan dengan menggunakan oven dan
waffle toaster. Namun untuk mempersingkat waktu, analisa dilakukan hanya dengan
alat waffle toaster. Prinsip analisa gluten yakni melumatkan tepung terigu dengan
36
larutan NaCl dan mencucinya dengan air mengalir. Pencucian dilakukan dengan air
mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan pati sehingga nantinya diperoleh gluten.
Hasil pengujian gluten pada tepung terigu dapat dlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Wet Gluten dan Dry Gluten Tepung Terigu (Januari
2017)
Sampel Tepung terigu
Wet Gluten(%) Dry Gluten(%)
1 26,11 9,79
2 27,49 10,56
3 28,16 10,60
4 27,61 10,66
Rata-rata 27,23 10,4025
Pada Tabel 8., dapat dilihat bahwa hasil analisis gluten 4 sampel tepung terigu memiliki
nilai wet basis dan dry basis yang berbeda-beda. Pada pengujian terhadap 4 sampel,
rata-rata wet gluten sebesar 27,23% dan dry gluten sebesar 10,4025%. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa hasil analisa gluten telah memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan oleh PT. MAYORA INDAH Div Biskuit Jayanti. Standar wet gluten
dan dry gluten pada raw material tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan
biskuit Roma Kelapa yakni dry basis minimal 8 dan wet basis minimal 21.
Pada proses produksi biskuit Roma Kelapa, tepung terigu yang digunakan yakni tepung
terigu protein rendah. Menurut Kompas (2010), gluten yang terdapat pada tepung terigu
protein rendah berkisar 8% hingga 9%. Menurut U.S. Wheat Associates (1983)
pengolahan adonan biskuit saat pencampuran tepung terigu dengan air garam akan
membentuk gluten sehingga terbentuk struktur dan menstabilkan kekokohan gluten.
Struktur yang terbentuk seperti kisi – kisi berfungsi untuk memerangkap udara untuk
meningkatkan volume adonan biskuit. Fance (1964) menambahkan bahwa kualitas
adonan ditentukan oleh gluten karena gluten memiliki peran sebagai penahan gas
sehingga produk dapat mengembang. Pengembangan yang dibutuhkan biskuit tidaklah
seperti pada pembuatan roti sehingga hal ini sesuai dengan pernyataan Astawan (2001),
37
Selain itu, kandungan gluten juga akan mempengaruhi produk biskuit yang dihasilkan.
Menurut Lewis (1987), protein gluten yang terdapat pada tepung terigu menjadi salah
satu faktor penting yang akan menentukan kekerasan produk biskuit tersebut. Apabila
kandungan gluten tidak memenuhi standar maka produk yang dihasilkan memiliki
tekstur yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan PT.MAYORA INDAH
Div Biskuit Jayanti. Faridah (2008) menambahkan bahwa penggunaan tepung terigu
dengan kadar gluten produk akhir yang dihasilkan akan kering secara rata dan rapuh.
Ammonium bikarbonat merupakan salah satu alternatif bahan pengembang yang banyak
digunakan dalam pembuatan biskuit. Penggunaan ammonium karbonat harus
memperhatikan beberapa hal. Senyawa ini bila digunakan secara berlebihan akan
menimbulkan pembentukan gas terlalu tinggi sehingga terjadi kerusakan struktur gluten,
pengembangan yang berlebih dan timbulnya rasa pahit. Biskuit yang dihasilkan juga
akan mengalami kerapuhan dari segi struktur. Analisa kadar NH 4 CO 3 bertujuan untuk
mengetahui kadar NH 4 CO 3 yang terdapat pada bahan baku ammonium karbonat.
Prinsip analisa ini adalah penentuan konsentrasi dimana larutan yang bersifat basa akan
dinetralkan dengan senyawa asam HCl dan jumlah HCl yang digunakan berbanding
lurus dengan kadar basa tersebut, yaitu semakin besar jumlah HCl yang digunakan
maka larutan bersifat semakin basa. Hasil pengujian kadar NH 4 CO 3 pada ammonium
bikarbonat dapat dlihat pada Tabel 9.
Pada Tabel 9., dapat dilihat bahwa hasil analisis kadar NH 4 CO 3 yang dilakukan pada 4
sampel Ammonium bikarbonat memiliki nilai berkisar 98% hingga 99%. Pada
pengujian terhadap 4 sampel, rata-rata kadar NH 4 CO 3 yakni sebesar 98,86%.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa hasil analisis kadar NH 4 CO 3 telah
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PT. MAYORA INDAH Div Biskuit
Jayanti. Standar kadar NH 4 CO 3 pada ammonium bikarbonat yang digunakan dalam
pembuatan biskuit Roma Kelapa yakni sebesar minimal 98%.
Pada pembuatan biskuit Roma Kelapa, salah satu bahan pengembang yang digunakan
yaitu ammonium bikarbonat. Menurut Manthey (2002), ammonium bikarbonat hanya
perlu digunakan dalam jumlah yang sedikit karena ammonium bikarbonat akan
menimbulkan rasa pahit pada produk dan pengembangan 10% lebih besar dari sodium
bikarbonat. Kadar NH 4 CO 3 pada ammonium bikarbonat dalam pembuatan biskuit
sangatlah perlu untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh kadar NH 4 CO 3 pada
ammonium bikarbonat akan mempengaruhi pengembangan biskuit. Apabila kadar
NH 4 CO 3 tidak memenuhi spesifikasi PT. MAYORA INDAH Div Biskuit Jayanti akan
menyebabkan pengembangan produk yang dihasilkan menjadi tidak maksimal.
Free Fatty Acid atau asam lemak bebas merupakan salah satu parameter dalam
menentukan mutu RBD Palm Olein yang digunakan dalam pembuatan biskuit Roma
Kelapa. Menurut Ketaren (1986), asam lemak bebas terbentuk melalui proses hidrolisis
enzim dan oksidasi yang terjadi selama penyimpanan. Kadar asam lemak bebas yang
tinggi dapat disebabkan oleh buah sawit dipanen tidak tepat waktu serta keterlambatan
dalam pengumpulan buah, pengangkutan buah dan penumpukan buah. Namun ada juga
faktor yang berasal dari proses hidrolisa yang dilakukan selama proses di pabrik.
Analisa Free Fatty Acid bertujuan untuk menentukan kandungan asam lemak bebas
yang terdapat pada minyak. Pada uji laboratorium, analisa Free Fatty Acid dilakukan
dengan menggunakan metode acidimetri. Prinsip analisa Free Fatty Acid dengan
metode acidimetri dilakukan dengan titrasi larutan sampel yang telah dinetralkan asam
39
lemak bebasnya dalam alkohol netral (ethanol). Hasil pengujian gluten pada tepung
terigu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisa FFA dan Berat Jenis RBD Palm Olein (Januari 2017)
Sampel FFA (%)
1 0,02
2 0,03
3 0,01
4 0,03
Rata-rata 0,0225
Pada Tabel 10., dapat dilihat bahwa hasil analisis Free Fatty Acid yang dilakukan pada
4 sampel RBD Palm Olein memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Pada pengujian
terhadap 4 sampel, rata-rata Free Fatty Acid yakni sebesar 0,0225%. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa hasil analisa FFA RBD Palm Olein telah memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. MAYORA INDAH Div Biskuit Jayanti.
Standar Free Fatty Acid pada RBD Palm Olein yang digunakan dalam pembuatan
biskuit Roma Kelapa yakni sebesar maksimal 0,1%.
Dalam proses pembuatan biskuit, Ketaren (1986) mengatakan bahwa lemak yang
digunakan harus memiliki nilai shortening dan stabilitas yang tinggi. Minyak yang
digunakan dalam proses produksi yakni minyak tidak terhidrogenasi seperti minyak
kelapa sawit sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan RBD Palm Olein telah
sesuai dengan teori yang ada. Selain itu, kualitas minyak yang digunakan dalam
pembuatan biskuit harus memenuhi standar yang ada. Menurut Sudarmadji et al. (1989),
semakin tinggi asam lemak bebas maka kualitas minyak tersebut akan semakin
menurun. Penurunan kualitas minyak ditandai dengan timbulnya bau tengik pada
minyak serta perubahan rasa dan warna minyak. Sehingga apabila dalam pembuatan
biskuit menggunakan RBD Palm Olein dengan kadar FFA yang tinggi maka akan dapat
menyebabkan timbulnya bau tengik yang berakibat pada perubahan rasa pada adonan
dan hasil akhir produk.
40
7.2.1 Personel
Persyaratan teknis yang terdapat pada ISO/IEC 17025:2005 juga mencakup mengenai
personel yang melakukan pengujian dalam laboratorium. Personel yang terdapat pada
laboratorium dibagi menjadi 3 yakni 1 orang pengawas laboratorium, 3 orang analis
kimia, dan 1 orang analis mikrobiologi. Kompetensi dan program studi keahlian
pengawas serta analis laboratorium dapat dilihat pada Tabel 11.
Skill and competency matrix merupakan analisa mengenai daftar dari keterampilan
untuk setiap orang dalam tim atau organisasi. Pada laboratorium, skill yang dibutuhkan
oleh analis laboratorium yakni produk knowledge RM/PM; SOP,IK & ketentuan; GLP;
Implementasi GMP, Food Safety & SR; K3; ISO 22000 & 9001; Sistem jaminan halal.
Skill and competency matrix analis laboratorium dapat dilihat pada Tabel 12.
Keterangan :
Huruf :
a = produk knowledge RM/PM; b = SOP,IK & ketentuan; c = GLP; d = Implementasi GMP, Food Safety
& SR; e = K3; f = ISO 22000 & 9001; g = Sistem jaminan halal
Angka :
1 = tidak mengerti; 2 = mengerti; 3 = mengerti dan mengimplementasikan; 4 = mengerti dan
mengimplementasikan dengan baik; 5 = mengerti, memahami dan mengimplementasikan
dengan sangat baik.
Berdasarkan skill and competency matrix yang dapat dilihat pada Tabel 12., dapat
dilihat bahwa produk knowledge RM/PM; SOP,IK & ketentuan; GLP memiliki standar
3, sedangkan Implementasi GMP, Food Safety & 5R; K3; ISO 22000 & 9001; Sistem
jaminan halal memiliki standar 2. Pada materi GLP, setiap analis memiliki pencapaian 2
tetapi standar yang harus terpenuhi 3. Terdapat gap nilai pada materi GLP
membutuhkan perbaikan dengan memberikan training GLP. Sedangkan pada materi
sistem jaminan halal, Maharani Ulfah dan Qurrota ‘Ayun memiliki nilai pencapaian 1
sehingga membutuhkan perbaikan dengan memberikan training sistem jaminan halal.
Dalam mencapai nilai standar kompetensi tersebut, training officer telah menjadwalkan
training untuk petugas laboratorium yang belum mencapai nilai standar tersebut.
42
43
Persyaratan mengenai kondisi akomodasi dan lingkungan yang terdapat pada ISO/IEC
17025:2005 mencakup fasilitas, pemantauan, pemisahan ruangan, prosedur khusus
mengenai sanitasi laboratorium, dan akses ruang laboratorium yang dapat
mempengaruhi hasil pengujian. Dalam laboratorium, pengujian yang dilakukan harus
memiliki fasilitas peralatan yang memadahi. Fasilitas tersebut termasuk juga kondisi
lingkungan, pencahayaan, dan sumber energi.
Laboratorium yang dimiliki oleh PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti yakni
laboratorium kimia fisika dan laboratorium mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi
merupakan bagian dari laboratorium kimia fisika dimana di dalamnya terdapat ruangan
steril. Pada layout tata letak ruangan, laboratorium terhubung dengan ruangan Quality
Control. Namun untuk memasuki ruangan laboratorium terdapat akses kontrol sehingga
tidak semua orang dapat masuk dalam ruangan laboratorium. Akses kontrol
laboratorium tersebut hanya dimiliki oleh analis quality control laboratorium, pengawas
quality control laboratorium dan raw material serta supervisor quality
45
Pada laboratorium kimia fisika terdapat peralatan pengujian, lemari asam, wastafel, rak
raw material, papan tulis, laci, meja analis, rak sepatu, tong sampah, dan rak retained
sampel. Sedangkan pada laboratorium mikrobiologi terdapat ruang steril, peralatan
pengujian mikrobiologi, wastafel, kulkas, dan tempat sampah. Tata letak peralatan
tersebut telah sesuai dengan Layout Laboratorium Kimia Fisika yang dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan Layout Laboratorium Mikrobiologi yang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Setiap peralatan yang terdapat pada laboratorium kimia fisika dan mikrobiologi dibatasi
dengan garis kuning. Hal tersebut bertujuan agar peralatan tertata dengan rapi dan tidak
berpindah tempat. Pemindahan tata letak peralatan pengujian dapat menyebabkan
kerusakan peralatan laboratorium sehingga terjadi kesalahan hasil pengujian. Batas letak
peralatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.
Oven
Moisture Analyzer
Neraca
pH Meter
47
Viskometer
Inkubator
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa peralatan yang dimiliki PT.MAYORA
INDAH Divisi Biskuit Jayanti telah memadai untuk melakukan seluruh pengujian baik
kimia maupun mikrobiologi. Fasilitas peralatan diatas terletak sesuai dengan Layout
Laboratorium Kimia Fisika yang dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Layout
Laboratorium Mikrobiologi yang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pengaturan suhu air conditioner dilakukan oleh analis laboratorium dimana suhunya
berkisar antara 18oC hingga 24oC. Sedangkan kelembaban udara laboratorium tidak
diketahui sehingga laboratorium membutuhkan fasilitas peralatan untuk mengukur
kelembaban dalam laboratorium. Alat yang dibutuhkan untuk mengukur kelembaban
udara dalam laboratorium yakni termohygrometer yang dapat dilihat pada Gambar 17.
50
• Energi listrik
Energi listrik yang digunakan PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti merupakan
energi listrik untuk industri yang memiliki aliran listrik terlalu tinggi. Aliran listrik yang
tinggi tidak sesuai untuk peralatan laboratorium karena peralatan yang terdapat pada
laboratorium hanya membutuhkan daya listrik yang kecil. Meskipun pada travo utama
telah diberi stabilizer listrik, aliran listrik yang mengalir tetaplah terlalu tinggi untuk
peralatan laboratorium. Dalam mengatasi hal tersebut, laboratorium PT.MAYORA
INDAH JAYANTI memiliki fasilitas stabilizer listrik yang berfungsi untuk
menstabilkan aliran listrik di dalam laboratorium.
Selain stabillizer listrik, laboratorium juga memiliki fasilitas peralatan listrik yaitu 17
stop kontak pada dinding dan 2 rol kabel. Namun penggunaan peralatan laboratorium
seperti pH meter, moisture analyzer, waffle toaster, neraca analitik dan peralatan kecil
lainnya haruslah menggunakan rol kabel yang terhubung dengan stabilizer listrik. Hal
ini bertujuan untuk menurunkan dan menstabilkan aliran listrik dalam laboratorium
sehingga tidak terjadi konsleting listrik pada peralatan laboratorium. Fasilitas peralatan
listriklaboratorium PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti dapat dilihat pada
Gambar 18.
51
• Sterilitas biologis
Dalam laboratorium mikrobiologi, hasil pengujian sangat dipengaruhi oleh sterilitas
biologis. Sterilitas laboratorium mikrobiologi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi selama pengujian berlangsung. Sterilitas biologis laboratorium
PT. MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti dilakukan dengan pembatasan ruangan
laboratorium mikrobiologi dan sterilisasi analis mikrobiologi. Sterilisasi yang dilakukan
analis mikrobiologi mencakup mencuci tangan, menyemprotkan alkohol pada tangan,
dan mengganti sepatu dengan sandal. Sedangkan pembatasan laboratorium mikrobiologi
dilakukan dengan pembagian ruangan steril dan inkubasi. Selain itu, ruang steril
laboratorium mikrobiologi dilengkapi juga dengan laminar air flow yang digunakan
untuk persiapan bahan mikrobiologi agar tidak terkontaminasi dengan udara luar.
pengujian laboratorium dilakukan untuk sampel bahan baku dan sampel produk jadi.
Analis Quality Control laboratorium berjumlah 4 orang, dimana 3 orang (shift)
melakukan analisa kimia dan 1 orang melakukan analisa mikrobiologi. Salah satu
analisa kimia dan mikrobiologi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Instruksi kerja yang diperlukan untuk pengujian laboratorium dapat dilihat pada lemari
dokumen penyimpanan data laboratorium. Dokumen tersebut berisi metode analisa,
pembuatan larutan standar, pembuatan larutan indikator, pembuatan media untuk
analisa mikrobiologi, dan cara penggunaan alat. Pada instruksi penggunaan alat,
dokumen tersebut berisi tentang metode, alat/bahan, sumber dan cara kerja. Sumber
yang digunakan dalam instruksi kerja berdasarkan buku manual alat tersebut. Kesalahan
atau ketidaksesuaian penggunaan alat dengan instruksi penggunaan alat akan
menyebabkan terjadinya kerusakan hasil pengujian. Dokumen instruksi kerja
pengoperasian alat dapat dilihat pada Tabel 15.
Selain pelaksanaan pengujian, pembuatan larutan standar, larutan indikator, dan media
mikrobiologi juga sangat menentukan hasil pengujian. Instruksi kerja yang mencakup
semuanya itu juga terdapat pada dokumen Quality Control Laboratorium. Dalam
instruksi kerja pembuatan larutan standar dan indikator tercakup juga label yang
berfungsi untuk mengidentifikasi nama pembuat, nama zat, konsentrasi, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa. Dokumen instruksi kerja pembuatan larutan
standar, larutan indikator, dan pembuatan media mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel
17.
7.2.4 Peralatan
Peralatan yang terletak dalam laboratorium kimia fisika dan laboratorium mikrobiologi
dioperasikan oleh analis Quality Control Laboratorium. Analis Quality Control
Laboratorium dibagi berdasarkan tugasnya menjadi 2 yakni 3 analis kimia fisika dan 1
analis mikrobiologi sehingga pengoperasionalan alat hanya diperbolehkan untuk analis
yang bertugas. Setiap peralatan yang terdapat pada laboratorium baik kimia fisika
maupun mikrobiologi memiliki tabel operasional peralatan laboratorium mengenai
analis yang diperbolehkan menggunakan alat tersebut. Analis mengoperasionalkan alat-
alat laboratorium sesuai dengan instruksi kerja yang terdapat pada map kumpulan
prosedur dan instruksi kerja dalam laboratorium. Tabel operasional peralatan
laboratorium dapat dilihat pada Gambar 21.
Kalibrasi peralatan laboratorium yang direkam dan disimpan oleh karyawan teknik
bidang kalibrasi mencakup jenis alat, nama vendor, nama pabrik/merk, tipe, nomor seri,
kesesuaian kapasitas pemakaian, lokasi alat, periode kalibrasi, jadwal kalibrasi dan
pelaksanaan kalibrasi. Selain itu, terdapat pula mengenai hasil kalibrasi yang tercantum
pada sertifikat kalibrasi. Standar kalibrasi alat telah tertelusur ke satuan Standar
Internasional melalui Laboratorium Kalibrasi KAN LK-099-IDN. Jadwal kalibrasi alat
laboratorium oleh karyawan teknik bidang kalibrasi dapat dilihat pada Lampiran 8.
Namun pada prosedur pengambilan sampel produk jadi, pengambilan sampel produk
jadi dilakukan secara acak. Quality ControlField PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit
Jayanti melakukan pengambilan sampel dengan mengambil biskuit yang telah di
packing. Pengambilan sampel dilakukan secara berkala setiap shift selama produksi
berlangsung. Sampel produk biskuit yang telah diambil pada area produksi diserahkan
ke petugas QC laboratorium. Selanjutnya analis laboratorium akan melakukan analisa
kimia dan mikrobiologi.
Selain prosedur pengambilan sampel, terdapat pula beberapa faktor yang harus
dikendalikan ketika pelaksanaan pengambilan sampel. Pengendalian beberapa faktor ini
bertujuan untuk menjamin keabsahan hasil pengujian. Pada beberapa sampel bahan
baku, terdapat faktor lingkungan yang perlu dikendalikan seperti suhu dan cahaya. Pada
PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti, penanganan sampel telah dilakukan
untuk mencegah terjadinya kerusakan atas barang yang akan diuji. Penanganan tersebut
dilakukan dengan penyimpanan sampel cair pada botol dan sampel padat pada plastik
klip. Selain itu sampel yang akan dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam sebuah
kotak untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan baku baik oleh matahari atau
kelalaian petugas seperti jatuh.
Pada pengambilan sampel bahan baku, laboratorium harus memiliki prosedur untuk
mendokumentasikan data dan kegiatan yang mencakup mengenai prosedur pengambilan
sampel, identifikasi pengambil sampel, lokasi pengambilan sampel, dan daftar statistik
59
pengambilan sampel. Pada PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti, prosedur yang
digunakan untuk merekam pengambilan sampel yakni form incoming raw material
didukung oleh checklist monitoring kendaraan. Form incoming raw material dapat
dilihat pada Lampiran 9. dan checklist monitoring kendaraan dapat dilihat pada
Lampiran 10.
Quality Control Incoming Raw Material memiliki tugas untuk memeriksa persyaratan
dan standar fisik bahan baku sebelum bahan baku diterima berdasarkan form incoming
raw material dan checklist monitoring kendaraan. Tugas yang dilakukan oleh QC
didokumentasikan pada form incoming raw material. Sedangkan keadaan dan lokasi
pengambilan sampel / kendaraan pengiriman sampel didokumentasikan pada checklist
monitoring kendaraan. Pengambil sampel juga dapat diidentifikasi dari tanda tangan dan
nama yang bertanggung jawab di bawah lembar form incoming raw material.
Pada ISO/IEC 17025:2005 klausul 5.8, barang yang akan diuji pada laboratorium wajib
memenuhi dokumentasi prosedur penanganan, sistem untuk mengidentifikasi barang,
rekaman penyimpangan, fasilitas perlindungan, dan monitor kondisi lingkungan. Pada
raw material sertaproduk biskuit yang telah disampling menurut prosedur dan instruksi
kerja yang ada, sampel sebaiknya didokumentasikan meliputi transportasi, penerimaan,
penanganan, perlindungan, penyimpanan, dan pembuangan sisa. PT.MAYORA INDAH
Divisi Biskuit Jayanti memiliki prosedur khusus mengenai inspeksi transportasi,
penerimaan, penanganan, perlindungan, penyimpanan, dan pembuangan sisa barang
bahan baku yang akan diuji dalam laboratorium. Pelaksanaan prosedur tersebut
memiliki dokumen pendukung seperti form incoming raw material dan checklist
monitoring kendaraan.
Pengambilan sampel bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control incoming raw
material telah sesuai dengan prosedur tersebut. Pada awalnya, analis melakukan
pemeriksaan kondisi kendaraan pengangkut bahan baku dan kondisi bahan baku dengan
form incoming raw material dan checklist monitoring kendaraan. Selain itu, supplier
pengirim bahan baku juga harus menyertakan dokumen CoA pada surat jalan kendaraan
60
ketika mengirimkan bahan baku tersebut. Apabila keadaan fisik bahan baku telah
memenuhi standar dan memiliki kelengkapan dokumen CoA, analis melakukan
sampling untuk diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan analisa selanjutnya. Ketika
kondisi kendaraan dan bahan baku mengalami kerusakan, bahan baku tersebut akan
dikembalikan pada supplier. Pengembalian bahan baku yang dilakukan harus sesuai
dengan prosedur penolakan bahan baku dan form penolakan yang dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Sampling bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control Incoming Raw Material
telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan PT.MAYORA INDAH Divisi
Biskuit Jayanti. Namun pengambilan sampel ini masih memiliki kekurangan, dimana
pengambilan sampel retained sample raw material yang tidak dilakukan. Pengambilan
retained sample raw material sebaiknya dilakukan untukmemverifikasi apabila sampel
tersebut mengalami perubahan mutu dan fisik selama bahan baku belum digunakan
untuk produksi. Dalam melakukan pengambilan sampel, alat yang digunakan disemprot
dengan alkohol terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi pada
sampel yang akan diuji. Untuk sampel bahan baku cair diletakkan dalam botol,
sedangkan untuk sampel padat diletakkan dalam plastik klip dengan tujuan untuk
melindungi sampel. Sampel tersebut selanjutnya dimasukkan dalam sebuah kotak
sebelum dibawa oleh analis dari gudang tempat penyimpan ke laboratorium.
Perlindungan sampel ini dilakukan untuk menjaga sampel yang akan diuji dari
penurunan mutu, kerusakan, dan kehilangan. Pengambilan sampel bahan baku dapat
dilhat pada Gambar 22.
Pengambilan sampel produk biskuit dilakukan oleh Quality Control Field yakni
pengambilan sampel produk jadi. Pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan
prosedur pengambilan produk jadi. Untuk sampel produk jadi, sampling dilakukan
selama 2 jam sekali. Sampel yang diambil untuk pengujian pada laboratorium adalah
sampel yang telah dibungkus, sedangkan khusus sampel produk butter cookies diambil
dari biskuit yang telah dikalengkan dan Roma Kelapa diambil ketika akan dipacking.
Sampel produk butter cookies dan roma kelapa dimasukkan dalam plastik bening.
Sampling produk jadi dapat dilihat pada Gambar 23.
Identitas merupakan salah satu hal yang penting pada sampel pengujian, dimana
identitas tersebut berfungsi untuk mengidentifikasi sampel yang akan diuji. Pada
PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti, setiap sampel yang telah diambil oleh
analis dimasukkan ke dalam suatu wadah dan masing-masing diberi label. Label yang
terdapat pada sampel bahan baku bertuliskan nama bahan baku, no lot/batch, dan nomor
mobil. Sedangkan label yang terdapat pada sampel produk jadi berisikan tanggal
produksi, tanggal expired, dan no kodifikasi produksi. Pemberian label pada setiap
sampel yang akan diuji bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan verifikasi hasil
dan mempermudah penelusuran barang apabila terjadi beberapa hal yang tidak
diinginkan. Label yang terdapat pada sampel dapat dilihat pada Gambar 24.
62
Pada sampel raw material dan produk jadi yang akan diuji, laboratorium memiliki
prosedur dan fasilitas untuk penyimpanan sampel agar terhindar dari kerusakan,
kehilangan, dan penurunan mutu. Penyimpanan sampel yang telah diuji dilaksanakan
analis setelah melaksanakan pengujian bahan baku tersebut. Fasilitas penyimpanan yang
terdapat laboratorium yakni rak penyimpanan sampel. Penyimpanan sampel dilakukan
oleh analis selama 1 minggu. Kondisi lingkungan tempat penyimpanan juga dapat
menjadi faktor yang akan mempengaruhi mutu sampel. Suhu laboratorium yang rendah
merupakan salah satu faktor pendukung untuk penyimpanan bahan baku. Rak
penyimpanan sampel yang terletak dalam laboratorium dibagi menjadi 3 yakni area
sampel mikrobiologi, area sampel raw material minggu ganjil, dan area sampel raw
material minggu genap dapat dilihat pada Gambar 25.
Sampel yang telah melewati masa penyimpanan merupakan sampel yang harus dibuang
atau dihancurkan. Pelaksanaan penanganan atas sampel yang telah melewati masa
63
Jaminan mutu hasil pengujian merupakan salah satu persyaratan yang tercantum dalam
pelaksanaan teknis ISO/IEC 17025:2005. Laboratorium pengujian dituntut memberikan
hasil pengujian yang akurat dan absah sehingga laboratorium harus memiliki prosedur
jaminan mutu hasil pengujian. Prosedur pengendalian mutu tersebut mencakup
penggunaan bahan acuan bersertifikat /bahan acuan sekunder dan uji profisiensi.
Bahan acuan merupakan zat yang telah diukur satu atau lebih sifatnya dan diperoleh
data akurat mengenai zat tersebut. Bahan acuan yang digunakan dalam pengujian
laboratorium PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti yakni bahan acuan sekunder
bersertifikat. Bahan acuan sekunder bersertifikat merupakan bahan acuan yang nilainya
ditetapkan berdasarkan bahan acuan primer bersertifikat, dimana bahan acuan ini
disertifikasi oleh pemasok yangkompeten. Bahan acuan sekunder yang digunakan dalam
laboratorium yaitu larutan buffer pH 4 dan larutan buffer pH 7 yang berfungsi untuk
kalibrasi alat pH meter. Buffer pH 4 dan buffer pH 7 dalam laboratorium merupakan
64
bahan acuan sekunder yang di sertifikasi oleh pemasok kompeten Merck. Bahan acuan
sekunder yang digunakan dalam pengujian laboratorium dapat dilihat pada Gambar 26.
8.1 Kesimpulan
• Proses produksi Biskuit Roma Kelapa dilakukan dengan persiapan bahan baku,
pencampuran, penuangan, pencetakan, pengovenan, pendinginan dan pengemasan.
• Pengawasan mutu PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti mencakup
pengawasan mutu bahan baku, pengawasan mutu proses produksi dan pengawasan
mutu produk jadi.
• Pengawasan bahan baku mutu PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti
dilakukan oleh Quality Control laboratorium dilakukan dengan pengujian kimia dan
mikrobiologi.
• Penerimaan bahan baku disesuaikan dengan standar mutu yang telah disesuaikan
dengan standar mutu yang telah ditetapkan PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit
Jayanti.
• Bahan baku yang tidak sesuai standar akan mempengaruhi adonan dan produk yang
dihasilkan.
• PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti sudah siap melaksanakan ISO/IEC
17025:2005.
8.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan terhadap persiapan laboratorium untuk audit
pelaksanaan teknis ISO /IEC 17025:2005, PT.MAYORA INDAH Divisi Biskuit Jayanti
telah mempersiapkan dengan baik namun diperlukan beberapa rekomendasi untuk
laboratorium meningkatkan efektifitas dalam perencanaan penerapan ISO/IEC
17025:2005 yakni penambahan alat termohygrometer untuk mengukur kelembaban
udara dan alat luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya dalam suatu ruangan.
65
9. DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan
manusia dan lingkungannya. USU Respository
Beran JA. 1996. Chemistry in The Laboratory. John Willey & Sons: Prentice Hall.
F.G Winarno. 1998. Makanan Jajanan Yang Perlu diperhatikan. Warta Konsumen 167.
hal 3.
Fance, Wilfred James. (1964). The Student’s Technology of Breadmaking and Flour
Confectionery. Routledge and Kegan Paul, Ltd, London.
Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas IndonesiaPress pp.191-
255
Matz dan Matz. 1978. Cookies and Creackers Technology. 2rd ed. The AVI Pub. Co.
Inc.. Westport. Conecticut.
66
67
SNI 01-3751-2009. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Dewan
Standarisasi Nasional – BSN. Jakarta.
Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Sudarmadji, S.; B. Haryono; & Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
10. LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisa Raw Material Biskuit Roma secara Kimia
Standart RM Biscuit Roma Kelapa
Wet Gluten
Dry Gluten
Viskositas
NH4HCO3
NaHCO3
Amilum
Nitrit
NaCl
KIO3
Brix
FFA
SO2
MC
pH
DE
PV
BJ
no Nama Raw Material
1 Air
2 Ammonium Bicarbonate v v
3 Calsium Bicarbonate v v
4 Bubuk Biscuit Roma Kelapa v v
5 Citric Acid v v
6 Flavor CCTJ v v
7 Garam v v v
8 Glucose v v v v v v v
9 Gula Pasir v v
10 Lectine v v
11 RBD Coconut Oil v v v v
12 RBD Palm Oil v v v v
13 Sodium Bicarbonate v v v
14 Tepung Kelapa v v
15 Tepung Tapioka v v v
16 Tepung Terigu Soft v v v v
17 Vitamin E Liquid v v
18 Vitamin Premix C3 v v
19 Whey Powder v v
68
69
Pengawas laboratorium
Mengawasi dan memonitor pemerikasaan mutu bahan baku, bahan bungkus dan mutu
produk
Memeriksa laporan harian analis serta pemeriksaan ulang bila diperlukan
Memeriksa rekapitulasi laporan bulanan bahan baku, laporan harian pemeriksaan mutu
produk jadi
Memeriksa laporan analias lengkap setiap produk yang dilakukan secara periodik 6
bulan sekali
Mengendalikan pemakaian dan pengadaan bahan kimia serta instrument laboratorium
Melakukan monitoring dan investarisasi peralatan laboratorium
Mengevaluasi dan melakukan up date standar mutu bahan baku, bahan bungkus, dan
melengkapi metode cara pengujian sampel
Mengkoordinasi dan mengawasi aktifitas petugas QC laboratorium pada lokasi kerja
masing-masing
70
QC analisa mikrobiologi
Melakukan pemeriksaan, pengujian terhadap produk harian, produk inkubasi, dan
contoh bahan baku yang akan digunakan dalam produksi ( untuk setiap parameter)
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
Membuat media yang akan digunakan dalam melakukan analisa
Menghitung stock akhir media dan menghitung kebutuhan media setiap 3 bulan sekali
dan melaporkan stock kebutuhan 3 bulan kepada R&D Pusat
Memelihara penggunaan alat dan instrumen yang terdapat di laboratorium
Membuat laporan hasil analisa harian, mingguan, dan bulanan
71
Mengirimkan kepada R&D sampel dan laporan analisa lengkap terhadap produk setiap
6 bulan sekali
Memelihara kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja
Melaksanakan tugas lain yang mungkin dibebankan oleh atasan
Shift 1 : Shift 2:
Membaca hasil mikro Analisa RM
Mencuci tabung reaksi Input logbook
Mengambil sampel air Membuat alkohol 70%
Analisa air Membuat aquadest
Analisa RM Mengambil sampel katering Shift 2
Mengambil sampel katering Shift 1 MC + pH produk Shift 2
MC + pH produk Shift 1 Analisa MC + pH adonan
Mencuci cawan petri MC Retained produk
Serah terima serbet kotor bersih MC + pH sampel cruser
Analisa MC + pH adonan Serah terima serbet kotor bersih
Pembuatan klorin 10 Liter Swab udara, tangan, pakaian (seminggu sekali)
Piket harian Pembersihan Autoclave (seminggu sekali)
Serah terima serbet ke IRGA Piket harian
Shift 3:
Pembuatan larutan ringer
Pembuatan larutan LB
Pembuatan larutan reagent
Input laporan MC + pH dan katering
Mengambil sampel katering Shift 3
MC + pH produk Shift 3
MC + pH adonan
Merapihkan alat gelas bersih ke dalam laci QC MIKROBIOLOGI
Membungkus cawan petri Persiapan mikro
Menyimpan cawan petri steril ke ruang mikro Mikro produk harian (setiap hari)
Sterilisasi larutan ringer, LB, tip. Dan serbet Mikro swab alat & personal (seminggu sekali)
Menyimpan peralatan mikro steril ke dalam Mikro swab packaging material (seminggu
kulkas sekali)
Menyusun tabung reaksi (LB) ke rak Mikro raw material (seminggu sekali)
Membersihkan rak RM mingguan Mikro katering (seminggu sekali)
Mencuci botol RM (seminggu sekali) Mencuci botol ringer, tip, dan erlenmeyer
Mencuci serbet kotor milik QC LAB (peralatan mikro)
Piket harian Swab packaging material (seminggu sekali)
Mikro retained produk (sebulan sekali)
Mendata hutang dan jumlah serbet perbulan
72
Jika rata-rata jumlah koloni pada cawan tidak terletak antara 25-250 koloni, maka
koloni dapat dihitung seperti butir a dan dinyatakan sebagai jumlah koloni perkiraan
atau dapat dinayatakan jumlah koloni < 2,5 x 101 per mm2/gram sampel
Jika jumlah koloni cawan lebih dari 250 koloni, maka setiap cawan dapat dibagi
menjadi 2,4 atau 8 bagian kemudian jumlahkan jumlah koloni per (2,4 atau 8 bagian
tersebut dan dikalikan dengan pengenceran terakhir, dan nyatakan koloni sebagai
jumlah koloni perkiraan lebih besar dari jumlah yang didapat.
Jika tidak ada koloni yang tumbuh dari cawan petri, nyatakan jumlah koloni perkiraan <
pengenceran pertama
Jika ditemukan koloni perambat ( spreader)
Rantai tidak terpisah-pisah
Perambatan terjadi diantara dasar petri dan sampel
Perambatan terjadi pada pinggir agar
Jika terjadi hanya satu perambatan maka koloni dianggap satu
Ulangan 1
2.300
I 1,980 2.250
2.200
F 2,107 2.150
b. Angka Tertinggi
D Hitung : Xn – Xn-1 = 2.312 - 2.123
Xn – X2 2.312 – 2.011
=
0.559
Untuk jumlah data sebanyak 9 data, nilai Dn dengan tingkat kepercayaaan 95%
adalah
0.564 (tabel Practical Statistical to the
80
AnalysisScientist)
Data dibuang jika hasil analisa D hitung lebih besar dari pada Dn
Kesimpulan :
Data tidak ada yang dibuang karena Dhitung tidak ada yang lebih besar dari Dn
Uji Z score
Antar Per
(I+II)/v2) (I-II)/v2
Kode Personel I II Personel Personil
1,414 (Zbi) 1,414 (Zwi)
A 2,244 1,974 2,983 -0,463 0,191 2,480
B 2,210 2,022 2,992 0,077 0,133 1,670
C 2,132 2,113 3,002 0,578 0,013 -0,812
D 2,170 2,064 2,994 0,154 0,075 0,860
E 2,108 2,043 2,935 -0,432 0,046 0,454
F 2,107 2,123 2,991 0,036 -0,011 -0,346
G 2,323 2,312 3,277 2,433 0,008 -0,079
H 2,107 2,092 2,969 -0,148 0,011 -0,040
I 1,980 2,011 2,822 -1,379 -0,022 -0,494
Jumlah Data 9 9 9 9 9
Median 2,132 2,064 2,991 -0,06 0,013
Q3 2,21 2,113 2,994 0,63 0,075
Q1 2,107 2,022 2,969 -0,46 0,008
IQR 0,103 0,091 0,025 1,09 0,067
N.IQR 0,076 0,067 0,018 0,81 0,050
Median 2,132 2,064 2,987 0,013
std variasi 0,098 0,099 0,119 0,072
81
Ketentuan
1. Personel yang termasuk katagori “outlier”/tdk kompeten apabila hasil analisa
memperoleh
nilai Zwi dan/atau Zbi yang bukan terletak diantara -3 dan +3
2. Perolrhan angka -3>Zwi>3 berarti antara hasil duplo (data I dan II) terdapat perbedaan
yang cukup besat.
3. Personel yang termasuk katagori “perlu bimbingan “ nilai : 2 < Z < 3, hasil analisa masih
masuk range tetapi memerlukan bimbingan
'4. Personel yang kompeten Z < 2
Kesimpulan :
Kurang
A Maharani Kompeten Coaching
Stabil