Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak
atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala
lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua
golongan usia, baik muda atau tua.
Beberapa hal yang kerap memicu asma seperti asap rokok, debu, bulu binatang,
aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif
dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi
pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku
dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi
dahak yang menjadikan nafas sesak..
Asma di Indonesia
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian
akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari
total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai
penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal
kematian akibat asma.
Diagnosis asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, maka dokter perlu
melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan
mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang dirasakan, waktu
kemunculan gejala tersebut, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah pada penyakit asma,
maka selanjutnya dokter bisa melakukan tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:
Spirometri; Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE) ‘Uji Provokasi Bronkus Pengukuran
Status Alergi ;CT Scan; Rontgen
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa
menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun
gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan
cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa
muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.
Pengobatan asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma,
Meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut,
diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala yang memburuk,
serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu asma mereka agar
dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan
adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (secara perlahan-
lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya,
maka penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang
terjadi, serangan asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis,
peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang
bisa menyebabkan penyempitan permanen.
Serangan asma di rumah sakit bisa menyebabkan pasien mengalami gagal napas dan
perlu mendapatkan pertolongan secepat mungkin
Komplikasi asma
Dampak akibat penyakit asma yang bisa terjadi:
PENGOBATAN ASMA
Pengobatan asma adalah bertujuan untuk mengendalikan gejala dan mencegah
timbulnya kembali serangan. Bagi sebagian besar penderita asma, obat-obatan dan
metode pengobatan yang ada saat ini sudah terbukti efektif dalam menjaga agar gejala
asma tetap terkontrol.
Untuk mendapatkan hasil yang efektif, dokter perlu menyesuaikan pengobatan dengan
gejala-gejala asma yang muncul. Selain itu, pasien juga harus menjalani pemeriksaan
secara rutin (minimal sekali dalam setahun) untuk memastikan pengobatannya cocok
dan penyakit asma telah berada dalam kendali.
Penanganan asma
Informasi mengenai obat-obatan harus disertakan di dalam rencana penanganan asma.
Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa
memburuk dan langkah apa yang harus diambil. Setidaknya sekali dalam setahun,
rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang bersama dokter. Bahkan
peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala asma telah mencapai tingkat
parah.
Anda mungkin akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat
pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini
Anda dapat memonitor asma Anda sendiri sehingga dapat mengetahui serangan asma
lebih dini dan mengambil langkah penanganan yang perlu.
Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan di atas, dokter bisa meningkatkan
dosis inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala asma,
biasanya dokter akan memberikan Anda tambahan obat yang disebut long-acting
reliever atau obat pereda asma reaksi lambat (long-acting bronchodilator/long-acting
beta2-agonist atau LABA). Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya
saja kinerjanya butuh waktu yang lebih lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam.
Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah salmeterol dan formoterol.
Dikarenakan LABA juga tidak meredakan peradangan pada saluran napas penderita
asma, obat ini dapat memperparah asma sembari menyembunyikan gejalanya. Hal ini
meningkatkan kemungkinan serangan asma parah yang mungkin membahayakan jiwa
penderita. Oleh karena itu selalu gunakan inhaler kombinasi atau inhaler yang
dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan bronkodilator jangka panjang dalam satu
perangkat.
Obat-obatan asma lain
Selain dengan inhaler, penanganan asma juga bisa dilakukan dengan obat-obatan
seperti:
Steroid oral. Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih
belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis paru
yang menangani penderita asma karena jika digunakan secara jangka panjang
(misalnya lebih dari tiga bulan), berisiko menyebabkan efek samping tertentu, seperti
hipertensi, kenaikan berat badan, otot melemah, pengeroposan tulang, kulit menipis
dan mudah memar. Selain itu, efek samping yang lebih serius yang bisa saja terjadi
adalah katarak dan glaukoma. Oleh karena itu pengobatan dengan steroid oral hanya
dianjurkan jika Anda telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum berhasil.
Sebagian besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama 1-2 minggu dan
sebagai obat tambahan untuk menangani infeksi tambahan (seperti infeksi pada paru).
Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma dapat
dikendalikan. Sebaiknya Anda rutin memeriksakan diri agar terhindar dari
osteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Bronchial thermoplasty. Ini merupakan prosedur pengobatan asma baru yang masih
terus diteliti dan belum tersedia di Indonesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini
digunakan untuk mengobati asma parah dengan cara merusak otot-otot sekitar saluran
napas yang dapat mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan. Ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan
memperbaiki kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan maupun
kerugian secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.
Akupunktur
Obat herbal tradisional
Homeopati
Terapi suplemen oral
Hipnosis
Terapi Ionisasi
Chiropractic
Walau demikian, di antara semua pengobatan pelengkap yang telah disebutkan, hanya
latihan pernapasan yang terbukti efektif mengurangi gejala dan kebutuhan penderita
akan obat asma. Untuk terapi pelengkap lainnya, masih dibutuhkan penelitian lebih
lanjut akan efeknya terhadap penyakit asma.
TUGAS ;
INHALER UNTUK ASMA DARI BEBERAPA PABRIK DALAM DAN LUAR NEGERI
GOLONGAN CEPAT
GOLONGAN LAMBAT
OBAT ORAL
TABLET
SIRUP