Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia adalah ilmu tentang materi dan perubahannya (Kolomuc dan Tekin,
2011). Brady (2002) menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan tentang kimia
mencakup sejumlah aspek mengenai bahan-bahan kimia dan reaksi kimia
yaitu perubahan yang terjadi apabila senyawa kimia bereaksi membentuk
senyawa yang berbeda. Effendy (2002) menyatakan kajian ilmu kimia
meliputi banyak hal, seperti sifat-sifat zat termasuk struktur zat. Perubahan
zat yang pada dasarnya adalah perubahan kimia berdasarkan hukum, prinsip,
konsep, dan teori. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, kimia merupakan
ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam mulai dari
komposisi, struktur, sifat zat dari skala atom sampai molekul serta interaksi
antara zat yang satu dengan lainnya membentuk zat baru yang banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hukum, prinsip, konsep,
dan teori tertentu.
Reaksi kimia yang sering digunakan dalam pemeriksaan kimia yaitu reaksi
yang bergantung pada keadaan luar seperti kadar zat yang bereaksi, suhu,
tekanan dan sebagainya. Percobaan ini dilakukan untuk mengamati dan
mengetahui perubahan kimia maupun perubahan sifat fisis pada reaksi kimia.
Perubahan reaksi kimia terjadi akibat perubahan suhu, perubahan gas, serta
perubahan warna,

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsentrasi pada sistem kesetimbangan kimia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesetimbangan Kimia


Kesetimbangan kimia adalah suatu proses yang terjadi dalam larutan yang
meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan, penguapan, dan perubahan
kimia yang termasuk elektrokimia (Effendy, 2002).
Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan
reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan.
Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi
kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-
zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu.
Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk
menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen, 2002).
Reaksi tedadinya kesetimbangan yaitu sampai tidak terlihat perubahan
susunan kimia sistem itu kearah mana suatu reaksi akan berjalan. Banyak
reaksi tidak berlangsung hingga selesai tetapi mendekati suatu keadaan
kesetimbangan, di mana produk dan reaktan yang tidak terpakai kedua-
duanya terdapat dalam jumlah yang relative tertentu banyaknya. Begitu
kesetimbangan tercapai, tak akan ada lagi perubahan komposisi lebih lanjut
yang terjadi. Keadaan kesetimbangan digambarkan secara kuantitatif melalui
tetapan kesetimbangan reaksi yang tergantung pada suhu di mana reaksi
berlangsung (Brady, 2002).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika
reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah
pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka
proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk
mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan
(molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan
molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak
berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses
yang dinamis. (Purwoko, 2006).

5
Banyak reksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-
reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan
meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan
antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam
keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama
dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan
kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi
masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti.
Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada
kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat
disebelah kanan (Sukardjo, 1997).
Umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsung spontan akan terus
berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan dinamis. Berbagai hasil
percobaan menunjukkan bahwa dalam suatu reaksi kimia, perubahan reaktan
menjadi produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi dilakukan
dalam waktu yang relatif lama. Umumnya pada permulaan reaksi
berlangsung, reaktan mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian setelah
reaksi berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya
menjadi konstan. Keadaan kesetimbangan dinamis akan dicapai apabila dua
proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan
konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari
luar.  Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat disebelah
kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen bila
kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat
tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase
(gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat) (Sukardjo, 1997).

2.2 Ciri-Ciri Kesetimbangan Kimia


Pada reaksi yang berlangsung bolak balik, ada saat dimana laju
terbentuknya produk sama dengan laju terurainya kembali produk menjadi
reaktan. Pada keadaan ini, biasanya tidak terlihat lagi ada perubahan.

6
Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi
baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan setimbang. Reaksi yang berada dalam
keadaan setimbang disebut Sistem Kesetimbangan. Menurut Oxtoby (2001)
ciri-ciri kesetimbangan kimia antara lain :
1. Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap.
2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang
berlawanan.
3. Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri).
4. Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada.
5. Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan


Tahun 1884 Henri Louis Le Chatelier berhasil menjelaskan pengaruh
faktor luar terhadap kesetimbangan, yang dikenal dengan azas Le Chatelier,
yangberbunyi “ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan
(aksi) maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi
pengaruh aksi tersebut.” (Purwoko, 2006).
Menurut Purwoko (2006), perubahan dari keadaan kesetimbangan semula
ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari
luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.  Berikut faktor yang
sistem mempengaruhi kesetimbangan.
1. Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan adalah
apabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat
tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka arah
kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.  
2. Volume
Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran
kesetimbangan adalah hanya berpengaruh pada zat yang berwujud gas.
Dan jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil
reaksi. Jika tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan

7
bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil. Jika tekanan di
perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang besar.   
3. Suhu
Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan adalah menurut
Vant Haff, bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke
arah reaksi endoterm). Bila suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke
arah reaksi eksoterm). 
Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi
yang dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp).
Perubahan konsentrasi, tekanan, dan volume hanya mengubah konsentrasi
spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah nilai K. Katalis hanya
mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat
menggeser kesetimbangan kimia (Purwoko, 2006).

2.4 KSCN (Kalium tiosianat)


Tiosianat adalah salah satu senyawa kimia yang dapat mencemari
lingkungan dan bersifat racun jika keberadaannya melebihi ambang batas
yang telah ditentukan. Tiosianat dengan kadar tinggi didalam air dapat
mengakibatkan terjadinya keracunan tiosianat seperti menurunnya selera
makan, mual, lemah, penakanan fungsi sumsum tulang, dan kematian
(Moran, R. E., 1999). Senyawa tiosianat ini juga berbahaya bagi kehidupan
ikan di perairan, karena senyawa ini menyebabkan sudden death syndrome
bagi ikan, penyebab stress dan menguatkan efek persenyawaan kimia dalam
tubuh ikan dalam waktu yang lama (Pudjatmaka, A., 2002). Rekomendasi
WHO untuk konsentrasi tiosianat dalam air minum adalah 100 ppm atau
setara dengan 1,722 x 10-3 M (Pudjatmaka, A., 2002).

8
2.5 FeCl3 (Besi (III) klorida)
Besi (III) klorida, juga disebut ferri klorida, merupakan komoditas skala
industri senyawa kimia, dengan rumus FeCl3. Warna besi (III) klorida kristal
tergantung pada sudut pandang: oleh cahaya mencerminkan kristal tampak
hijau gelap, tapi dengan cahaya yang ditransmisikan mereka muncul
berwarna ungu-merah. Anhidrat besi (III) klorida deliquescent, membentuk
terhidrasi hidrogen kloridakabut di udara lembab. Hal ini jarang diamati
dalam bentuk alami, mineral molysite, dikenal terutama dari
beberapa fumarol. Ketika dilarutkan dalam air, besi (III) klorida
mengalami hidrolisis dan melepaskan panas dalam eksotermik reaksi. Coklat
yang dihasilkan, asam, dan korosif solusi digunakan
sebagai flocculent dalam pengolahan limbah dan produksi air minum, dan
sebagai ETSA untuk logam tembaga berbasis di papan sirkuit
tercetak. Anhidrat besi (III) klorida adalah cukup kuat asam Lewis, dan
digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Moran, R. E., 1999).

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum “Pengaruh Perubahan Konsentrasi Pada Sistem Kesetimbangan”
ini dilaksanakan pada Hari Senin, 11 November 2019 pukul 09.20-11.20
WIB. Bertempat di laboratorium Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu tabung reaksi, gelas
kimia 100 ml, rak tabung reaksi, gelas ukur 25 ml, pengaduk, pipet tetes, dan
botol semprot. Adapun bahan yang digunakan antara lain larutan FeCl3 1 M
10 ml, larutan KSCN 1 M 10 ml, larutan NaOH 1 M 10 ml, air teh, dan
akuades.

3.3 Cara Kerja


1. Dimasukkan 25 ml akuades ke dalam gelas kimia. Ditambahkan dua tetes
larutan FeCl3 1 M dan dua tetes larutan KSCN 1 M. Diaduk larutan sampai
warnanya tetap/homogen
2. Pada tabung lain ditambahkan :
a. 1 tetes KSCN 1 M pada tabung 2
b. 1 tetes larutan FeCl3 1 M pada tabung 3
c. 1 tetes larutan NaOH 1 M pada tabung 4 (OH- akan mengikat ion Fe3+)
3. Diguncangkan ketiga tabung dan dibandingkan warna larutan pada tabung
masing-masing dengan warna larutan pada tabung 1
4. Ditambahkan 5 ml akuades ke dalam tabung 5 dan diguncangkan sampai
larutan homogen. Dibandingkan warna larutan dengan tabung 1
5. Dimasukkan masing-masing 5 ml air teh ke dalam dua tabung reaksi yang
berbeda. Ditambahkan 5 ml akuades pada salah satu tabung. Dibandingkan
warna air teh pada kedua tabung itu dengan melihat dari atas ke bawah

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan perbedaan konsentrasi terhadap sistem
kesetimbangan

Komponen yang Perbandingan Warna dengan


No. Tabung
Diubah Tabung 1
2 SCN- diperbesar Pekat
3 Fe3+ diperbesar Lebih Pekat
4 Fe3+ diperkecil Lebih Pudar

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum kali ini, telah didapatkan pengukuran perubahan
konsentrasi terhadap sistem kesetimbangan dengan menggunakan senyawa
KSCN dan FeCl3 sebagai bahannya. Pada percobaan pertama, dilakukan
pengisian 25 ml akuades+1 tetes KSCN+1 tetes FeCl3 ke dalam lima tabung
reaksi. Empat dari lima tabung ditambah larutan lainnya, kecuali tabung satu
sebagai pembanding. Pada tabung 2 ditambah 1 tetes KSCN 1 M, tabung 3
ditambah 1 tetes FeCl3 1 M, tabung 4 ditambah 1 tetes NaOH 1 M, dan pada
tabung 5 ditambah 5 ml akuades. Kemudian, empat tabung yang telah
ditambah larutan dibandingkan dengan tabung 1 yang tidak ditambahkan
larutan lainnya (sebagai pembanding).
Berdasarkan percobaan terhadap kelima tabung, didapatkan bahwa warna
setiap tabung mengalami perbedaan yang signifikan. Awalnya semua tabung
berwarna sama, namun ketika telah ditambahkan larutan lain pada keempat
tabung, maka warna larutan tabung tersebut berubah.Telah didapatkan bahwa
tabung 2 yang ditambah 1 tetes KSCN mengalami perubahan warna menjadi
pekat dari pada tabung 1. Tabung 3 yang ditambah 1 tetes FeCl3 mengalami
perubahan warna menjadi lebih pekat lagi, dan kepekatannya melebihi tabung
1 dan tabung 2. Hal tersebut dapat terjadi karena FeCl 3 merupakan senyawa
asam kuat. Sesuai dengan ungkapan Moran, R. E. (1999), ketika dilarutkan

11
dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis dan melepaskan panas
dalam eksotermik reaksi serta menghasilkan warna coklat dan bersifat asam,
juga korosif. Kemudian tabung 4 yang ditambah 1 tetes NaOH mengalami
perubahan warna menjadi lebih pudar dari tabung 1,2 dan 3. Namun pada
tabung 5 yang ditambah 5 ml akuades mengalami perubahan warna menjadi
jauh lebih pudar dari semua tabung sebelumnya.
Mengacu pada tabel 1, diketahui bahwa komponen pertama yang diubah
adalah SCN-, kemudian Fe3+. Pada tabung 2, SCN- diperbesar yakni dengan
adanya penambahan konsentrasi KSCN disisi kiri (reaktan) menyebabkan
sistem bergeser ke kanan (produk), sehingga menghasilkan warna yang pekat.
Pada tabung 3, Fe3+ diperbesar yakni dengan adanya penambahan konsentrasi
FeCl3 disisi kiri (reaktan) menyebabkan sistem bergeser ke kanan (produk),
sehingga menghasilkan warna yang lebih pekat. Pada tabung 4, Fe 3+
diperkecil yakni dengan adanya penambahan konsentrasi NaOH disisi kiri
(reaktan) menyebabkan sistem mengarah pada pada sisi yang sama, sehingga
menghasilkan warna yang lebih pudar. Hal ini terjadi karena ion negatif pada
NaOH yaitu OH-, cenderung mengikat ion positif. Maka dari itu, OH -
cenderung mengikat ion Fe3+, sehingga komponen Fe3+ diperkecil dan karena
itu NaOH tidak ada dalam reaksi. Sedangkan pada tabung 5 tidak ada
komponen yang diubah, karena penambahan 5 ml akuades hanya membuat
larutan semakin encer (pudar) dan sistem bergeser ke arah kiri (reaktan),
sehinga tabung 5 disebut sebagai pengenceran.
Untuk lebih jelas, pengisian 25 ml akuades+1 tetes KSCN+1 tetes FeCl 3
ke dalam lima tabung reaksi dapat digambarkan melalui persamaan kimia
berikut; 3KSCN + FeCl3 ↔ Fe(SCN)3 + 3KCl
Ketika NaOH ditambahkan ke dalam tabung 4, maka persamaannya
berubah; 3KSCN + FeCl3 + NaOH ↔ Fe(OH)3 + 3 KCl + 3NaSCN
Ketika 5 ml akudes ditambahkan ke dalam tabung 5, maka persamaannya
berubah; 3KSCN + FeCl3 + 5H2O → ((Fe(H2O)5(SCN))Cl2
Pada percobaan selanjutnya dilakukan penambahan 5 ml air teh ke dalam
dua tabung lainnya, dianggap sebagai tabung 6 dan 7. Selanjutnya, tabung 6
ditambah dengan 5 ml akuades dan tabung 7 sebagai pembanding tabung 6.

12
Diketahui bahwa volume tabung 6 dua kali lebih banyak dan warnanya tetap
sama dengan tabung 7. Namun, kedua tabung tersebut bukan termasuk ke
dalam reaksi kesetimbangan, karena reaksinya bersifat irreversible (tidak
dapat berubah pada keadaan semula).
Berdasarkan data yang telah didapatkan dan tetap mengacu pada tabel 1,
dapat diketahui bahwa tabung 2,3, dan 4 merupakan larutan yang mengalami
reaksi kesetimbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari persamaan kimia yang
bersifat reversible (dapat berubah pada keadaan semula/bolak-balik) dan laju
reaksi pada reaktan dan produk adalah sama. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Oxtoby (2001), keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke
kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan
setimbang. Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut sistem
kesetimbangan.
Berdasarkan hasil praktikum, data serta pengamatan sesuai dengan azas
Le Chatelier. Dimana jika ada konsentrasi yang ditambah pada reaktan, maka
arah kesetimbangan bergeser ke produk. Begitu pun sebaliknya, jika
konsentrasi ditambah pada produk maka arah kesetimbangan bergeser ke
reaktan. Hal tersebut menyebabkan pergeseran arah kesetimbangan
berpengaruh terhadap warna larutan yang dihasilkan. Sebagaimana azas Le
Chatelier yang berbunyi “ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu
tindakan (aksi) maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung
mengurangi pengaruh aksi tersebut.” Kemudian Purwoko (2006) mengatakan
hal yang sama, pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan adalah apabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah
satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang
berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat
dikurangi, maka arah kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.  

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah
kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi yang ditambahkan baik
pada reaktan maupun produk. Dari percobaan yang dilakukan, bahwa reaksi
kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi
senyawa lain atau molekul lain. Salah satu reaksinya adalah melalui
perubahan warna. Penambahan larutan KSCN dan FeCl3 pada tabung
menyebabkan adanya perubahan warna yang terjadi akibat perubahan
konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan yang ditambah pada pereaksi
menyebabkan arah kesetimbangan bergeser menuju sisi kanan (produk) dan
menghasilkan warna lebih pekat. Sedangkan konsentrasi larutan yang
ditambah pada produk menyebabkan arah kesetimbangan bergeser menuju
sisi kiri (preaktan) dan menghasilkan warna lebih pudar.

5.2 Saran
Saran untuk setiap praktikum adalah lebih berusaha lagi untuk
meningkatkan ketelitian dalam setiap praktikum atau pengamatan, baik bagi
seorang praktikan maupun pihak lainnya. Teruntuk permasalah sarana dan
prasarana, semoga pihak yang berkewajiban menjadi lebih memerhatikan
segala bentuk penunjang akademik bagi setiap insan yang berkemauan kuat
dalam menuntut ilmu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brady E, J. 1982. Kimia Universitas Asas Dan Struktur Jilid 2. Terjemahan Oleh
Sukmariah Maun. 2002. Tangerang: Binapura Aksara.
Effendy. 2002. Upaya Untuk Mengatasi Kesalahan Konsep Dalam Pengajaran
Kimia Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Media
Komunikasi Kimia, 2(6):1–12.
Kolomuc, A., & Tekin, S. 2011. Chemistry Teachers’ Misconceptions Concerning
Concept Of Chemical Reaction Rate. Eurasian Journal Of Physic And
Chemistry Education, 3(2):84–101.
Moran, R. E., 1999, Cyanide in Mining:Some Observation on The Chemistry.
Toxicity and Analysis of Mining-Related Waters, Hydrogeology,
Geochemistry Golden, Colorado, USA, 5, 7-8, 9-10, 12.
Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Pudjatmaka, A. Handayana, 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta. 2.
Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram: Mataram University Press.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Itb.

15
LAMPIRAN

Sampel KSCN dan FeCl3 Pipet Tetes

Tabung Reaksi Gelas Kimia


Botol Semprot Batang Pengaduk

Pipet Ukur Sampel Air Teh

16

Anda mungkin juga menyukai