Anda di halaman 1dari 13

KANDAI

Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 55—67

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FONEM BAHASA INDONESIA


DENGAN BAHASA LASALIMU
(The Comparison of Phoneme Characteristic in Indonesian and Lasalimu Language)

Yohanis Sanjoko
Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat
Jalan Yoka, Waena, Distrik Heram, Jayapura 99358
Pos-el: triojoko55@yahoo.com
(Diterima 13 Februari 2015; Revisi 17 April 2015; Disetujui 26 April 2015)
Abstract
This paper discussed the comparison of phoneme characteristic between Lasalimu language
and Indonesian. Lasalimu language is one of local languages in southeast Sulawesi, particularly
in Buton regency. Result of the study found that Indonesian had twenty-two consonants. They were
/p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, /y/ and six of vocal
phonemes, those were /a/, /i/, /u/, /e/, /ә/, /o/. While Lasalimu language had twenty consonants,
namely are /p/, /b/, /ɓ/, /t/, /d/, /ɗ/, /j/, /c/, /k/, /g/, /h/, /s/, /m/, /n/, /ŋ/, /l/, /r/, /ϕ/, /w/, /y/ and five
vocal phonemes, namely /i/, /e/, /a/, /o/, and /u/. Lasalimu language was a vocalic language.
Keyword: comparation, phonem, consonant, vowel

Abstrak
Tulisan ini membicarakan tentang perbandingan fonem bahasa Indonesia dengan bahasa
Lasalimu. Bahasa Lasalimu merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Sulawesi
Tenggara yang dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton. Hasil
kajian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki 22 buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/,
/t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, /y/ dan enam buah fonem
vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ә/, /o/. Sementara itu, bahasa Lasalimu memiliki 20 buah fonem
konsonan, yaitu /p/, /b/, /ɓ/, /t/, /d/, /ɗ/, /j/, /c/, /k/, /g/, /h/, /s/, /m/, /n/, /ŋ/, /l/, /r/, /ϕ/, /w/, /y/ dan
lima buah fonem vokal, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/. Bahasa Lasalimu adalah bahasa vokalis.
Kata-kata kunci: perbandingan, fonem, konsonan, vokal

PENDAHULUAN sehingga bahasa Indonesia benar-benar


menjadi bahasa yang berwibawa.
Salah satu fungsi bahasa Secara garis besar upaya
Indonesia adalah sebagai bahasa resmi pembinaan bahasa Indonesia
negara. Ditetapkannya bahasa mempunyai dua arah, yaitu upaya
Indonesia sebagai bahasa resmi negara peningkatan mutu pemakaian bahasa
membawa sebuah konsekuensi bahwa dan upaya peningkatan mutu pemakai
setiap kegiatan penyelengaraan negara bahasa. Upaya pertama lebih ditujukan
di wilayah Negara Kesatuan Republik kepada bahasa sebagai objek,
Indonesia ini harus dilaksanakan dalam sedangkan upaya kedua lebih ditujukan
bahasa Indonesia. Mengingat beban kepada manusia sebagai subjek
berat yang harus dipikul oleh bahasa pemakai bahasa. Muara dari kegiatan
Indonesia tersebut maka usaha pembinaan ini adalah terciptanya
pembinaan terhadap bahasa Indonesia pemakaian bahasa Indonesia ragam
harus terus-menerus dilaksanakan

55
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 55—67

baku, baik dalam bentuk lisan maupun pengembangan kebudayaan daerah itu,
tulisan. yang biasanya berlangsung secara lisan.
Salah satu kendala yang sampai Oleh sebab itu, bahasa daerah perlu
saat ini dihadapi dalam usaha diteliti sebagai upaya untuk
mewujudkan bahasa Indonesia baku mengantisipasi kemungkinan
ragam lisan adalah belum dapat kepunahannya. Hal ini bisa saja terjadi,
ditetapkannya ragam bahasa Indonesia sebab bahasa itu terus-menerus
lisan mana yang akan ditetapkan berubah. Jika perubahan-perubahan itu
sebagai ragam baku. Hal ini antara lain dibiarkan begitu saja, cepat atau lambat
disebabkan karena penutur bahasa akan sampai ke titik kepunahan.
Indonesia pada umumnya adalah Dengan demikian, berarti kita telah
penutur jati bahasa daerah tertentu. kehilangan sebuah kebudayaan
Perbedaan sistem antara bahasa nasional yang sangat tinggi nilainya.
Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah Dalam kerangka tersebut, tulisan
yang beratus-ratus jumlahnya tentunya ini akan membandingkan sistem
akan mempengaruhi bentuk pemakain fonologi bahasa Indonesia dengan
ragam lisan mereka. Dengan sistem fonologi bahasa Lasalimu, salah
memahami kondisi tersebut, untuk satu bahasa daerah yang dipakai oleh
mewujudkan bahasa Indonesia baku penutur yang tinggal di Kabupaten
ragam lisan salah satu upaya yang harus Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara,
ditempuh adalah memperkenalkan atau untuk mengetahui persamaan dan
mengajarkan sedini mungkin lafal-lafal perbedaan di antara kedua bahasa
bunyi bahasa Indonesia kepada penutur tersebut. Bahasa Lasalimu menurut
bahasa Indonesia terutama bagi mereka Summer International of Linguistics
yang bahasa pertamanya bukan bahasa yang selanjutnya ditulis SIL (2006,
Indonesia. Upaya pembelajaran intensif hlm. 61) termasuk dalam klasifikasi
terutama diarahkan kepada bunyi-bunyi kelas Austronesia, Melayu-Polinesia,
bahasa Indonesia yang tidak dimiliki Sulawesi, Muna-Buton, Buton, Buton
oleh sistem bunyi bahasa daerah Timur. Memiliki kesamaan leksikal
tertentu. 68% dengan Kamaru, 64% dengan Cia-
Bangsa Indonesia adalah bangsa Cia, 57% dengan Tukang Besi, 51%
yang terdiri atas berbagai suku atau dengan Pancana, dan 50% dengan
kelompok etnis. Suku atau kelompok Wolio dan Muna. Bahasa ini
etnis itu memiliki kebudayaan yang merupakan bahasa-bahasa daerah yang
beragam, inklusif bahasa daerah yang terdapat di Sulawesi Tenggara, yang
beragam pula. Dengan demikian, dapat memiliki kedudukan dan fungsi yang
juga dikatakan bahwa bahasa daerah itu sama dengan bahasa daerah lain di
merupakan bagian yang integral dari Indonesia. Oleh sebab itu, patut
kebudayaan daerah dan kebudayaan mendapat prioritas dan perhatian yang
nasional. sama dengan bahasa-bahasa daerah
Sebagai kebudayaan daerah, lain. Bahasa ini digunakan oleh
bahasa daerah memiliki tempat yang kelompok masyarakat yang tinggal di
sangat penting di antara berbagai jenis Pulau Buton bagian tenggara,
kebudayaan daerah suatu keolompok Kecamatan Lasalimu, Kabupaten
etnis. Hal ini disebabkan bahasa daerah Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
selain mengemban fungsi sebagai alat Adapun jumlah penuturnya kurang
komunikasi antarmasyarakat daerah, lebih 2.000 orang (Burhanuddin dalam
juga berfungsi sebagai alat atau media SIL, 2006, hlm. 61).

56
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

Berdasarkan penelusuran sistem bunyi dan sistem fonem kedua


kepustakaan, bahasa Lasalimu ini bahasa tersebut. Dengan mengetahui
belum banyak mendapat perhatian karakteristik kedua sistem bahasa
sebagai objek kajian ilmiah. Selain tersebut diharapkan upaya penanganan
membuat silsilah kekerabatan bahasa, dalam rangka pembinaan bahasa
SIL (2006) juga mencatat kekerabatan Indonesia ragam lisan dapat diarahkan
leksikal bahasa Lasalimu dengan dengan lebih baik.
bahasa-bahasa di sekitarnya. Hasil
tersebut tidak sama dengan penelitian LANDASAN TEORI
dari Pusat Bahasa (2008) yang
Fonologi adalah bagian tata
menyatakan bahwa Lasalimu dan
bahasa atau bidang ilmu bahasa yang
Kamaru termasuk bahasa yang sama,
menganalisis bunyi bahasa secara
hanya berbeda dialek saja.
umum. Istilah fonologi berasal dari
Salah satu wilayah yang kaya
gabungan kata Yunani fon berarti
dengan bahasa adalah di Kabupaten
‘bunyi’ dan logi berarti ‘ilmu’. Sebagai
Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
bidang yang berkonsentrasi dalam
Dalam satu kabupaten tersebut
deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar,
diketahui terdapat 18 bahasa daerah
hasil kerja fonologi berguna bahkan
(Kaseng & Alimuddin, 1983). Di antara
sering dimanfaatkan oleh cabang-
sekian bahasa yang ada di Kabupaten
cabang linguistik yang lain, baik
Buton, Lasalimu dan Kamaru
linguistik teoretis maupun terapan.
merupakan bahasa yang berkerabat.
Misalnya morfologi, sintaksis,
Secara sekilas, berdasarkan
semantik, leksikologi, dialektologi,
leksikonnya, bahasa Lasalimu dan
pengajaran bahasa, dan psikolinguistik
Kamaru mencerminkan keeratan
(Muslich, 2010, hlm. 2). Sementara
hubungan, yang tercermin dalam
Kridalaksana (2008, hlm. 62)
kemiripan bentuk dan semantis. Bahasa
mengemukakan fonologi adalah bidang
ini dituturkan oleh sebagian kecil
dalam linguistik yang menyelidiki
masyarakat di Provinsi Sulawesi
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Tenggara. Bahasa kerabat Lasalimu dan
Fonologi sangat bermanfaat dalam
Kamaru tergolong dalam kelas
penyusunan ejaan bahasa. Ejaan adalah
Austronesia Barat, rumpun Muna-
peraturan penggambaran atau
Buton. Penutur bahasa kerabat
pelambangan bunyi ujar suatu bahasa.
Lasalimu dan Kamaru terdapat di
Analisis fonologi mencakup dua
Kabupaten Buton bagian timur,
tataran, yaitu fonetik dan fonemik.
tepatnya di Kecamatan Lasalimu dan
Satuan bunyi (fon) dibicarakan dalam
Lasalimu Selatan.
tataran fonetik, sedangkan satuan
Penelitian tentang kebahasaan di
fonem dibicarakan dalam tataran
Lasalimu-Kamaru juga dilakukan oleh
fonemik (Lapoliwa,1988, hlm. 1).
Firman A.D. Dengan dasar Lasalimu
Bloomfield (1933, hlm. 78)
dan Kamaru merupakan satu bahasa
mendefinisikan fonem sebagai unit
yang sama, Firman menyimpulkan
bunyi terkecil yang dapat membedakan
bahwa bahasa Lasalimu-Kamaru
arti.
mempunyai tiga dialek, yakni dialek
Menurut Samsuri (1978, hlm.
Kamaru, dialek Lasalimu, dan dialek
130) bunyi-bunyi bahasa yang secara
Kekenauwe-Lawele (Firman A.D.,
fonetis mirip harus digolongkan ke
2012). Pembahasan dalam tulisan ini
dalam kelas bunyi atau fonem yang
dibatasi hanya pada perbandingan
berbeda apabila terdapat pertentangan

57
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 55—67

di dalam lingkungan yang sama atau bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi


mirip. Hipotesis ini dapat ditunjukkan nonvokoid. Diftong menurun, misalkan
dengan pasangan minimal yang terdapat pada kata pulau, harimau,
bertujuan untuk menciptakan sampai, ramai, dan lain-lain. Diftong
kekontrasan. Jika ada dua bunyi yang menaik adalah diftong yang ketika
tidak dapat saling menggantikan dalam perangkapan bunyi vokoid itu
kerangka yang sama pasangan yang diucapkan, vokoid pertama kurang dan
mendekati dapat digunakan. Sementara mengarah bunyi nonvokoid, sedangkan
itu, bunyi yang secara fonetis mirip dan vokoid kedua menguat sonoritasnya
terdapat di dalam distribusi yang (Muslich, 2010, hlm. 69-71).
komplementer harus dimasukkan ke Bunyi vokal, konsonan, dan
dalam fonem yang sama. semivokal dibedakan berdasarkan
Secara garis besar bunyi bahasa tempat dan bunyi artikulasinya. Vokal
dapat dikelompokkan menjadi dua, merupakan jenis bunyi bahasa yang
yaitu bunyi segmental dan bunyi ketika dihasilkan atau diproduksi,
suprasegmental. Bunyi segmental dapat setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak
dikelompokkan menjadi bunyi kontoid mendapat hambatan dari alat ucap,
dan bunyi vokoid. Bunyi kontoid atau melainkan hanya diganggu oleh posisi
konsonan dapat diklasifikan menjadi lidah, baik vertikal maupun horizontal,
beberapa bagian berdasarkan parameter dan bentuk mulut. Konsonan terjadi
(1) daerah artikulasi, (2) cara artikulasi, setelah bunyi arus ujar melewati pita
(3) jalan atau pintu keluar udara, (4) suara diteruskan rongga mulut dengan
keadaan pita suara, (5) mekanisme arus mendapatkan hambatan dari artikulator
udara, dan (6) arah arus udara aktif dan artikulator pasif. Sedangkan
(Lapoliwa, 1988, hlm. 30). Sementara bunyi semivokal melalui proses
itu, parameter bunyi vokoid atau vokal, pembentukan mula-mula secara vokal
yaitu (1) tinggi lidah (sumbu lalu diakhiri secara konsonan (Chaer,
horisontal), (2) striktur, (3) bagian lidah 2009, hlm. 32).
yang dinaikkan (sumbu horisontal), dan Sementara itu, perubahan bunyi
(4) bentuk bibir saat melafalkannya dibedakan menjadi dua, yaitu
(Lapoliwa, 1988, hlm. 35). Sementara perubahan fonetis dan perubahan
itu, bunyi suprasegmental fonemis. Apabila perubahan itu tidak
dikelompokkan menjadi nada (pitch), sampai membedakan makna atau
tekanan (stress) dan durasi (duration). mengubah identitas fonem, maka
Bunyi-bunyi suprasegmental, bunyi-bunyi tersebut masih merupakan
baik vokoid maupun kontoid ada yang alofon atau variasi bunyi dari fonem
diucapkan secara rangkap. Perangkapan yang sama. Dengan kata lain,
bunyi ini ditandai dengan satuan perubahan ini masih dalam lingkup
hembusan udara ketika bunyi itu perubahan fonetis. Tetapi, apabila
diucapkan. Perangkapan bunyi vokoid perubahan bunyi itu sudah sampai
disebut diftong, sedangkan berdampak pada pembedaan makna
perangkapan pada kontoid disebut atau mengubah identitas fonem, maka
kluster. Dalam praktiknya lebih lanjut, bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon
diftong ini ada dua macam. Diftong dari fonem yang berbeda. Dengan kata
menurun yaitu diftong yang ketika lain, perubahan itu disebut sebagai
perangkapan bunyi vokoid diucapkan, perubahan fonemis.
vokoid pertama bersonoritas,
sedangkan vokoid kedua kurang

58
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

METODE PENELITIAN teknik catat sebagai teknik lanjutan II,


dan teknik rekam sebagai teknik
Selain menggunakan metode lanjutan III (Sudaryanto, 1993,
penelitian lapangan, penelitian ini juga hlm.137-139). Sementara itu, analisis
menggunakan metode pustaka untuk data menggunakan metode padan
mendapatkan informasi-informasi yang dengan teknik pilah unsur penentu
berkaitan dengan objek penelitian. Data sebagai teknik dasar dan teknik hubung
bahasa Lasalimu diperoleh dengan banding memperbedakan sebagai
terjun langsung ke daerah penelitian. teknik lanjutan (Sudaryanto, 1993, hlm.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 21-27). Setelah data dianalisis hasilnya
2011 di Kecamatan Lasalimu, disajikan dengan metode formal
Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi (Sudaryanto, 1993, hlm. 145).
Tenggara. Dalam praktiknya, peneliti
melakukan percakapan atau wawancara PEMBAHASAN
dengan informan yang telah ditentukan
sebelumnya. Wawancara dipandu Berdasarkan hasil pengamatan
dengan daftar tanyaan yang berupa dan analisis data, bunyi-bunyi dan
daftar kosakata Swadesh dan daftar fonem segmental bahasa Indonesia dan
kosakata budaya. Saat wawancara bahasa Lasalimu dapat dipaparkan
peneliti menanyakan sejumlah sebagai berikut.
pertanyaan dalam daftar menggunakan
Inventarisasi Bunyi
bahasa Indonesia kemudian informan
menjawabnya dalam bahasa daerah Menurut Alwi (2003, hlm. 65),
yang bersangkutan. Pada saat yang bahasa Indonesia memiliki 23 bunyi
bersamaan peneliti mencatat jawaban konsonan dan sepuluh bunyi vokal.
dalam trankripsi fonetis sambil Kedua puluh tiga bunyi konsonan
merekamnya. tersebut adalah [p, b, t, d, c, j, k, ˀ, g, m,
Penelitian ini menggunakan tiga n, ŋ, ñ, l, f, s, z, ʃ, x, h, r, w, y].
tahapan strategis yang dilakukan secara Sementara itu, kesepuluh bunyi vokal
beruntun. Ketiga tahapan tersebut itu adalah [a, i, I, u, U, e, ә, є, o, ↄ].
adalah tahap penyediaan data, tahap Ciri-ciri artikulatoris bunyi konsonan
penganalisisan data, dan tahap dapat dilihat pada tabel 2 dan ciri-ciri
penyajian hasil analisis data artikulatoris bunyi vokal dapat dilihat
(Sudaryanto, 1993, hlm. 5). Penyediaan pada tabel 1. Kedua puluh tiga bunyi
data penelitian ini menggunakan konsonan dan kesepuluh bunyi vokal
metode cakap dengan teknik pancing inilah yang menjadi dasar analisis dan
sebagai teknik dasar dan teknik cakap pemerian fonem bahasa Indonesia.
semuka sebagai teknik lanjutan I,
Tabel 1
Bunyi-Bunyi Vokal Bahasa Indonesia
Bunyi Depan Tengah Belakang
Vokal Tbl Bl Tbl Bl Tbl Bl
Tinggi i u
I U
Sedang e ә o
є
Rendah a ↄ
Keterangan: Tbl = tak bulat
Bl = bulat

59
Pada tabel 1 di atas tampak bahwa ditinjau dari segi naik turunnya lidah,
dalam bahasa Indonesia ada sepuluh maka bunyi-bunyi vokal tersebut
bunyi vokal. Bunyi-bunyi vokal diklasifikasikan dalam tiga kategori,
tersebut, yaitu [a, i, I, u, U, e, ә, є, o, ↄ]. yaitu empat vokal tinggi, empat vokal
Kesepuluh bunyi vokal ini memiliki ciri sedang, dan dua vokal rendah.
artikulatoris tersendiri. Misalnya, jika Sedangkan, ditinjau dari bagian lidah
ditinjau dari segi bentuk bibir ketika yang bergerak, maka bunyi-bunyi vokal
melafalkannya, maka bunyi-bunyi tersebut terdiri atas lima vokal depan,
vokal tersebut terdiri atas enam vokal satu vokal tengah, dan empat vokal
tak bulat dan empat vokal bulat. Jika belakang.
Tabel 2
Bunyi Konsonan Bahasa Indonesia

Daerah
artikulasi

Apiko-alveolar
Labio-dental

Dorso-velar
Sifat
Artikulasi

Laringal

Hamzah
Bilabial

Palatal

Ham
Hambat letup Tbs p t k ˀ
Bs b d g
Afrikat Tbs c
Bs j
Sengau Bs m n ñ ŋ
Sampingan Bs l
Geseran Tbs f s ʃ x h
z
Geletar r
Semi-vokal Bs w y
Keterangan: Tbs = tidak bersuara
Bs = bersuara

Pada tabel 2 di atas tampak bahwa afrikatif, empat bunyi sengau, satu
dalam bahasa Indonesia ada 23 bunyi bunyi sampingan, enam bunyi geseran,
konsonan. Bunyi-bunyi konsonan satu bunyi geletar, dan dua bunyi
tersebut adalah [p, b, t, d, c, j, k, ˀ, g, m, semivokal.
n, ŋ, ñ, l, f, s, z, ʃ, x, h, r, w, y]. Jika
dilihat dari daerah artikulasinya, bunyi- Kontras dan Variannya
bunyi konsonan itu dapat
diklasifikasikan menjadi enam Untuk menentukan apakah bunyi
kelompok, yaitu empat bunyi bilabial, yang meragukan itu merupakan fonem
satu bunyi labio-dental, tujuh bunyi yang sama atau berbeda, maka
apiko-alveolar, lima bunyi palatal, dilakukan pengkontrasan dengan cara
empat bunyi dorso-velar, satu bunyi mencari pasangan minimal, lingkungan
laringal, dan satu bunyi hamzah. Jika analogus, dan distribusi komplementer.
bunyi-bunyi konsonan tersebut dilihat Dalam subbab ini akan diuraikan
dari segi sifat ujaran, maka ke-23 bunyi kontras dan varian fonem bahasa
konsonan itu dapat dibagi lagi atas, Indonesia.
tujuh bunyi hambat letup, dua bunyi

60
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

Kontras Konsonan dan Variannya /c/, /j/, /k/, /g/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/,
/s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, /w/, dan /y/.
Menurut Alwi (2003, hlm. 66), Keberadaan fonem vokal tersebut dapat
bahasa Indonesia memiliki 22 buah dibuktikan dari kontras yang terdapat
fonem konsonan. Kedua puluh dua pada tabel 3 berikut.
fonem tersebut adalah /p/, /b/, /t/, /d/,

Tabel 3
Kontras Konsonan Bahasa Indonesia
No. Kontras konsonan Contoh
1. /p/ <=> /b/ [pola] <=> [bola]
2. /k/ <=> /g/ [kali] <=> [gali]
3. /c/ <=> /j/ [baca] <=> [baja]
4. /t/ <=> /d/ [pәtaŋ]<=> [pәdaŋ]
5. /m/ <=> /n/ [makam] <=> [makan]
6. /n/ <=> /ŋ/ [saran] <=> [saraŋ]
7. /l/ <=> /r/ [ajal] <=> [ajar]
8. /ñ/ <=> /n/ [ñona] <=> [nona]
9. /s/ <=> /ʃ/ [sah] <=> [ʃah]
10. /x / <=> /k/ [tarix] <=> [tarik]
11. /f/ <=> /p/ [kafan] <=> [kapan]
12. /s/ <=> /z/ [seni] <=> [zeni]
13. /y/ <=> /r/ [sayaŋ] <=> [saraŋ]
14. /w/ <=> /s/ [wayaŋ] <=> [sayaŋ]
15. /s/ <=> /h/ [sama] <=> [hama]

Fonem /k/ dalam bahasa Kontras vokal dan variannya


Indonesia memiliki dua buah alofon,
yaitu [k] dan [ˀ]. Fonem /k/ akan Menurut Alwi (2003, hlm. 56)
terealisasi menjadi [ˀ] apabila berada bahasa Indonesia memiliki enam buah
pada posisi akhir suku kata, sementara fonem vokal. Keenam fonem vokal
fonem /k/ akan terealisasi menjadi [k] tersebut adalah /a/, /i/, /u/, /e/, /ә/, dan
apabila berada di luar lingkungan /o/. Keberadaan fonem vokal tersebut
tersebut. dapat dibuktikan dari kontras yang
terdapat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4
Kontras Vokal Bahasa Indonesia
No. Kontras vokal Contoh
1. /e/ <=> /i/ [sekat] <=> [sikat]
2. /e/ <=> /o/ [elok] <=> [olok]
3. /a/ <=> /ә/ [karaŋ] <=> [kәraŋ]

Fonem /i/ dalam bahasa Indonesia Fonem /e/ dalam bahasa


memiliki dua buah alofon, yaitu [i] dan Indonesia memiliki dua buah alofon,
[I]. Fonem /i/ akan terealisasi menjadi yaitu [e] dan [є]. Fonem /e/ akan
[I] apabila berada pada suku kata yang terealisasi menjadi [є] apabila berada
berakhir dengan konsonan, sementara pada suku kata yang berakhir dengan
fonem /i/ akan terealisasi menjadi [i] konsonan atau suku kata tersebut tidak
apabila berada di luar lingkungan diikuti oleh suku kata yang
tersebut. mengandung bunyi [є], sementara

61
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 55—67

fonem /e/ akan terealisasi menjadi [e] akan terealisasi menjadi [u] apabila
apabila berada di luar lingkungan berada di luar lingkungan tersebut.
tersebut.
Fonem /o/ dalam bahasa Deskripsi Fonem Bahasa Lasalimu
Indonesia memiliki dua buah alofon,
yaitu [o] dan [ↄ]. Fonem /o/ akan Inventarisasi Bunyi
terealisasi menjadi [ↄ] apabila berada
pada suku kata yang berakhir dengan Berdasarkan analisis data dapat
konsonan atau suku kata tersebut diikuti diketahui bahwa bahasa Lasalimu
oleh suku kata yang mengandung bunyi memiliki dua puluh satu (21) bunyi
[ↄ], dan fonem /o/ akan terealisasi konsonan, tiga deret konsonan, dan
menjadi [o] apabila berada di luar sembilan (9) bunyi vokal. Kedua puluh
lingkungan tersebut. satu bunyi konsonan tersebut adalah [p,
Fonem /ә/ dalam bahasa b, ɓ, t, d, ɗ, j, c, k, g, h, s, m, n, ŋ, l, r, ϕ,
Indonesia hanya memiliki satu buah ˀ, w, dan y]. Ketiga deret konsonan
alofon, yaitu [ә]. Alofon ini terdapat bahasa Lasalimu adalah [mp, mb, dan
pada suku kata buka dan suku kata nd,] . Sementara itu, kesembilan bunyi
tutup. Sementara itu, fonem /u/ dalam vokal itu adalah [i, i:, e, a, a:, o, ↄ, u, dan
bahasa Indonesia memiliki dua buah u:]. Ciri-ciri artikulatoris bunyi
alofon, yaitu [u] dan [U]. Fonem /u/ konsonan dapat dilihat pada tabel 5 dan
akan terealisasi menjadi [U] apabila ciri-ciri artikulatoris bunyi vokal dapat
berada pada suku kata yang berakhir dilihat pada tabel 6. Kedua puluh satu
dengan konsonan suku kata tersebut bunyi konsonan, tiga deret konsonan,
diikuti oleh suku kata yang dan kesembilan bunyi vokal inilah yang
mengandung bunyi [U], dan fonem /u/ menjadi dasar analisis dan pemerian
fonem bahasa Lasalimu.

Tabel 5
Bunyi Konsonan Bahasa Lasalimu
Cara Daerah Artikulasi
Artikulasi Bilabial Labio-dental Alveolar Medio- Palatal Velar Glotal
Plosif Tbs p t k ˀ
Bs b d g
Implosif ɓ ɗ
Frikatif Tbs ϕ s j h
Bs c
Nasal m n ŋ
Prenasal Tbs mp
Bs mb nd
Lateral l
Tril r
Semivokal w y
Keterangan: Tbs= Tak Bersuara
Bs = Bersuara

Pada tabel 5 di atas tampak bahwa bunyi konsonan itu dapat


dalam bahasa Lasalimu ada 21 bunyi diklasifikasikan menjadi lima
konsonan. Bunyi-bunyi konsonan kelompok, yaitu enam bunyi bilabial,
tersebut adalah [p, b, ɓ, t, d, ɗ, j, c, k, g, tujuh bunyi alveolar, tiga bunyi medio-
h, s, m, n, ŋ, l, r, ϕ, ˀ, w, dan y]. Jika palatal, tiga bunyi velar, dan dua bunyi
dilihat dari daerah artikulasinya, bunyi- glotal. Jika bunyi-bunyi konsonan

62
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

tersebut dilihat dari segi sifat ujaran, bunyi implosif, lima frikatif, tiga bunyi
maka ke-21 bunyi konsonan itu dapat nasal, satu bunyi lateral, satu bunyi tril,
dibagi lagi atas, tujuh bunyi plosif, dua dan dua bunyi semivokal.
Tabel 6
Bunyi Vokal Bahasa Lasalimu
Bunyi Vokal Depan Tengah Belakang
Tbl Bl Tbl Bl Tbl Bl
Tinggi i u
i: u:
Sedang e o
Rendah a ↄ
a:
Keterangan: Tbl = tak bulat
Bl = bulat

Pada tabel 6 di atas tampak bahwa Kontras dan Variannya


dalam bahasa Lasalimu ada sembilan
bunyi vokal. Bunyi-bunyi vokal Untuk menentukan apakah bunyi
tersebut, yaitu [i, i:, e, a, a:, o, ↄ, u, dan yang meragukan itu merupakan fonem
u:]. Kesembilan bunyi vokal ini yang sama atau berbeda, maka
memiliki ciri artikulatoris tersendiri. dilakukan pengkontrasan dengan cara
Misalnya, jika ditinjau dari segi bentuk mencari pasangan minimal, lingkungan
bibir ketika melafalkannya, maka analogus, dan distribusi komplementer.
bunyi-bunyi vokal tersebut terdiri atas Dalam subbab ini akan diuraikan
lima vokal tak bulat dan empat vokal kontras dan varian fonem bahasa
bulat. Jika ditinjau dari segi naik Lasalimu.
turunnya lidah, maka bunyi-bunyi
vokal tersebut diklasifikasikan dalam Kontras Konsonan dan Variannya
tiga kategori, yaitu empat vokal tinggi,
dua vokal sedang, dan tiga vokal Hasil analisis data menunjukkan
rendah. Sedangkan, ditinjau dari bagian bahwa bahasa Lasalimu memiliki dua
lidah yang bergerak, maka bunyi-bunyi puluh (20) buah fonem konsonan.
vokal tersebut terdiri atas tiga vokal Kedua puluh fonem tersebut adalah /p/,
depan, dua vokal tengah, dan empat /b/, /ɓ/, /t/, /d/, /ɗ/, /j/, /c/, /k/, /g/, /h/, /s/,
vokal belakang. /m/, /n/, /ŋ/, /l/, /r/, /ϕ/, /w/, dan /y/.
Keberadaan fonem konsonan tersebut
dapat dibuktikan dari kontras yang
terdapat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7
Kontras Fonem Konsonan Bahasa Lasalimu
No. Kontras konsonan Contoh
1. /b/<=> /ϕ/ [biϕi] ‘bibir’ <=> [ϕiϕi] ‘bingkai’
2. /b/ <=> /p/ [bocu]‘ waru’ <=> [pocu] ‘rambut’
3. /b/ <=> /ɗ/ [boku] ‘buku’ <=>[ɗoku] ‘menelan’
4. /b/ <=> / ɓ/ [bara] ‘barat’ <=> [ɓara]‘barang’
5. /ɗ/ <=> /r/ [aɗa] ‘pinjam’ <=> [ara]‘tuak’
6. /ŋ/ <=> /g/ [ŋaϕu] ‘abu’ <=> [gaϕu] ‘kabut’
7. /k/ <=> /c/ [kucu] ‘kutu’<=> [cucu] ‘tumbuk’
8. /w/ <=>/ϕ/ [wulu] ‘banjir’ <=> [ϕulu] ‘bulu’
9. /s/ <=> /r/ [piri] ‘tiup’<=> [pisi] ‘urut’

63
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 55—67

Berdasarkan distribusi fonem Kontras Vokal dan Variannya


konsonan bahasa Lasalimu dapat
ditemukan pada posisi awal dan tengah Bahasa Lasalimu memiliki lima
kata, sedangkan pada posisi akhir kata buah fonem vokal. Kelima fonem
tidak ditemukan. Hal ini menunjukkan tersebut adalah /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/.
bahwa bahasa Lasalimu adalah bahasa Keberadaan fonem vokal tersebut dapat
vokalis. dibuktikan dari kontras yang terdapat
pada tabel 8 berikut.

Tabel 8
Kontras Fonem Vokal Bahasa Lasalimu
No. Kontras Vokal Contoh
1. /i/<=>/u/ [luli] ‘sanak keluarga’<=> [lulu] ‘gunung’
2. /i/<=>/a/ [siϕa] ‘kulit’ <=> [saϕa] ‘sawah’
3. /e/<=>/a/ [ise] ‘ikan’ <=> [isa] ‘kakak’
4. /o/ <=>/e/ [tobo] ‘belati’ <=> [tobe] ‘panen’
5. /o/ <=>/a/ [soϕo] ‘mundur’ <=> [saϕa] ‘sawah’

Fonem vokal /o/ terealisasi pendeknya vokal yang diproduksi oleh


sebagai bunyi [o] dan [ↄ]. Sebagian dari penutur tidak menjadi hambatan dalam
data menunjukkan fonem /o/ terealisasi pemahaman satu sama lain. Tampaknya
sebagai alofon [ↄ]. Fonem /o/ bervariasi vokal panjang itu terjadi karena
dengan alofon [ↄ] apabila terdapat pada pengucapan logat setempat (kolektif
posisi penultima yang berstrukur /# idiolek) yang diakibatkan karena
(K)VK- seperti pada kata tↄn-do terdapat tekanan pada suku kata
‘pagar’, sↄn-de ‘hirup’, dan sↄm-bali penultima yang cenderung pengucapan
‘simpul’. Selain itu, terdapat juga dalam vokalnya agak dipertahankan temponya
contoh ↄn-ta ‘pegang’, ↄn-tolu ‘telur’, sehingga terkesan ada perpanjangan
dan ↄm-pulu ‘puluh’. vokal tertentu.
Distribusi fonem vokal bahasa Pada bahasa Lasalimu terdapat
Lasalimu menunjukkan bahwa kadang- bunyi peluncur semivokal [y] dan [w].
kadang dalam beberapa kata fonem- Bunyi peluncur semivokal vokal [y]
fonem vokal bahasa Lasalimu terdapat jika fonem vokal /i/ pada posisi
terealisasi sebagai fonem vokal panjang prapenultima dan penultima diikuti
pada posisi penultima terbuka maupun dengan /e/, /a/, /u/ atau /o/ seperti pada
posisi ultima. Pada penultima terbuka kata [siyomo] ‘terbenam’, [siyasa]
yang berstruktur #(K)V-, bahasa ‘aniaya’, [mopiye] ‘kempis’, [piya]
Lasalimu menggunakan vokal panjang ‘empang’, dan [nopiyo] ‘memeras’.
seperti pada kata [ka:ke] ‘kaki’ dan Bunyi peluncur semivokal [y] juga
[a:ne] ‘jika’. Vokal panjang juga terdapat jika vokal /e/ pada posisi
terdapat pada posisi akhir seperti pada penultima diikuti vokal /a/, /o/, atau /i/
kata [rampu:] ‘bakar’, [mobu:] ‘berat’, seperti pada kata [geya] ‘goyang’,
dan [ina:] ‘ibu’. Demikian pula pada [ŋeyo] ‘kucing’, dan [pekeyi] ‘teriak’.
kata yang bersuku kata satu seperti [i:] Bunyi peluncur semivokal [y] juga
‘di’. Namun, realisasi vokal panjang terdapat jika vokal /o/ pada posisi
pada bahasa Lasalimu bukan prapenultima diikuti dengan /i/ seperti
merupakan fonemis melainkan fonetis pada kata [moyijo] ‘hijau’. Bunyi
semata. Dalam berkomunikasi panjang peluncur semivokal [y] juga muncul jika

64
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

fonem /a/ pada posisi penultima diikuti dimiliki oleh bahasa Indonesia tetapi
dengan /e/, /i/ seperti pada kata [baye] tidak dimiliki oleh bahasa Lasalimu
‘beras’ dan [karambayi] ‘sarung’. adalah adalah bunyi [ñ], [f], [z], dan [ʃ],
Selain itu, bunyi peluncur sedangkan bunyi konsonan bahasa
semivokal [w] muncul jika fonem /o/ Lasalimu yang tidak dimiliki oleh
pada posisi prapenultima dan penultima bahasa Indonesia adalah bunyi [ɓ], [ɗ],
diikuti fonem /a/, /u/, atau /e/ seperti dan [ϕ]. Bunyi deret konsonan yang
pada kata [sowana] ‘kanan’, [wukowu] tidak dimiliki bahasa Lasalimu, yaitu
‘baru’, dan [paɓaŋkenowe] [nt, ñc, ñj, ŋk, ŋg, ns, ŋs, rb, rd, ñʃ, rg,
‘mengosongkan’. Sama halnya, jika rj, rm, rn, rl, rt, rk, rs, rc, st, sl, kt, ks,
fonem vokal /a/ pada posisi kb, kd, kn, kl, kr, ky, kw, pt, ht, hk, hʃ,
prapenultima dan ultima diikuti dengan hb, hl, hy, hw, sh, mr, ml, lm, gn, np, rh,
/u/ dan /o/, maka akan muncul bunyi sk, sp, sm, km, ls, lj, lt, pd, gm, hd].
peluncur semivokal [w], seperti pada Bunyi vokal yang dimiliki oleh bahasa
kata [kawunto] ‘pintu’, [sawori] ‘jahat’, Indonesia tetapi tidak dimiliki oleh
dan [koɗawo] ‘rusak’. Bunyi peluncur bahasa Lasalimu adalah bunyi [I], [U],
semivokal [w] juga terdapat jika /u/ pada [ә], dan [є], sedangkan bunyi vokal
posisi prapenultima dan penultima yang dimiliki oleh bahasa Lasalimu
diikuti /a/, /e/, atau /o/, seperti pada kata tetapi tidak dimiliki oleh bahasa
[sarimbanuwa] ‘tetangga’, [buweya] Indonesia adalah bunyi [a:], [i:], dan
‘buaya’, dan [kabuwo] ‘tongkat [u:].
penggali’. Dari segi fonem, menurut Alwi
(2003, hlm. 66) bahasa Indonesia
Perbandingan Fonem Bahasa memiliki 22 buah fonem konsonan,
Indonesia dengan Fonem Bahasa yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/,/g/, /m/,
Lasalimu /n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/,
/w/, /y/ dan enam buah fonem vokal,
Menurut Alwi (2003, hlm. 65) yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ә/, /o/. Sementara
bahasa Indonesia memiliki 23 bunyi itu, bahasa Lasalimu memiliki 20 buah
konsonan, yaitu [p, b, t, d, c, j, k, ˀ, g, m, fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /ɓ/, /t/,
n, ŋ, ñ, l, f, s, z, ʃ, x, h, r, w, y], sepuluh /d/, /ɗ/, /j/, /c/, /k/, /g/, /h/, /s/, /m/, /n/,
bunyi vokal, yaitu [a, i, I, u, U, e, ә, є, /ŋ/, /l/, /r/, /ϕ/, /w/, /y/ dan lima buah
o, ↄ], dan 58 deret konsonan, yaitu [mp, fonem vokal, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, /u/.
mb, nt, nd, ñc, ñj, ŋk, ŋg, ns, ŋs, rb, rd, Dari perbandingan ini dapat diketahui
ñʃ, rg, rj, rm, rn, rl, rt, rk, rs, rc, st, sl, kt, bahwa bahasa Indonesia lebih banyak
ks, kb, kd, kn, kl, kr, ky, kw, pt, ht, hk, memiliki fonem konsonan daripada
hʃ, hb, hl, hy, hw, sh, mr, ml, lm, gn, np, bahasa Lasalimu. Fonem konsonan
rh, sk, sp, sm, km, ls, lj, lt, pd, gm, hd]. yang dimiliki oleh bahasa Indonesia
Sementara itu, bahasa Lasalimu tetapi tidak dimiliki oleh bahasa
memiliki 21 bunyi konsonan, yaitu [p, Lasalimu adalah fonem /x/, /ñ/, dan /ʃ/,
b, ɓ, t, d, ɗ, j, c, k, g, h, s, m, n, ŋ, l, r, ϕ, sedangkan fonem konsonan bahasa
ˀ, w, y], sembilan bunyi vokal, yaitu [i, Lasalimu yang tidak dimiliki oleh
i:, e, a, a:, o, ↄ, u, dan u:], dan tiga deret bahasa Indonesia adalah fonem /ɓ/, /ɗ/,
konsonan, yaitu [mp, mb, nd]. Dari dan /ϕ/. Fonem vokal yang tidak
perbandingan ini dapat diketahui bahwa dimiliki bahasa Lasalimu adalah fonem
bunyi-bunyi konsonan dan vokal /ә/.
bahasa Indonesia lebih banyak daripada Dalam rangka usaha untuk
bahasa Lasalimu. Bunyi konsonan yang mewujudkan bahasa Indonesia baku

65
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 55—67

ragam lisan seperti yang sudah baku ragam lisan dapat lebih diarahkan.
disebutkan di muka, hal yang harus Apabila upaya ini dilakukan secara
diperhatikan adalah fakta tidak intensif dengan mencakup seluruh
dimilikinya bunyi [ñ], [f], [z], [ʃ], [I], bahasa-bahasa daerah yang ada di
[U], [ә], dan [є] oleh bahasa Lasalimu. Indonesia maka lambat laun bahasa
Untuk menghindari hambatan Indonesia baku ragam lisan akan dapat
pelafalan, kedelapan bunyi tersebut terwujud.
oleh penutur bahasa Indonesia yang
berlatar bahasa ibu bahasa Lasalimu,
maka harus diusahakan sedini mungkin DAFTAR PUSTAKA
untuk memberikan porsi yang lebih
dalam melatih pelafalan kedelapan Alwi, H., et al. (2003). Tata bahasa
bunyi tersebut. Sehingga, keberadaan baku bahasa Indonesia (Edisi
kedelapan bunyi tersebut tidak hanya Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
sekadar menjadi pengetahuan linguistik
tetapi lebih dari itu dapat menjadi Bloomfield, L. (1933). Language.
kemampuan linguistik bagi penutur London: George Allen & Unwin.
bahasa Indonesia yang berlatar
Chaer, A. (2009). Fonologi bahasa
belakang bahasa ibu bahasa Lasalimu.
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
PENUTUP Firman A.D. (2012). “Bahasa
Lasalimu-Kamaru: Dulu, Kini,
Berdasarkan hasil pembahasan, dan Masa Depan”. Dalam Masao
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia Yamaguchi (Editor), Aspek-aspek
memiliki 22 buah fonem konsonan, bahasa daerah di Sulawesi
yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/,/g/, /m/, bagian selatan (hlm. 43–61).
/n/, /ŋ/, /ñ/, /l/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/, /x/, /h/, /r/, Kyoto: Hokuto Publishing Inc.
/w/, /y/ dan enam buah fonem vokal,
yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ә/, /o/. Sementara Kaseng, S. dan Alimuddin, D.P.
itu, bahasa Lasalimu memiliki 20 buah (1983). Pemetaan bahasa-bahasa
fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /ɓ/, /t/, di Sulawesi Tenggara. Jakarta:
/d/, /ɗ/, /j/, /c/, /k/, /g/, /h/, /s/, /m/, /n/, Pusat Pembinaan dan
/ŋ/, /l/, /r/, /ϕ/, /w/, /y/ dan lima buah Pengembangan Bahasa
fonem vokal, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, /u/. Departemen Pendidikan dan
Fonem konsonan yang dimiliki oleh Kebudayaan.
bahasa Indonesia tetapi tidak dimiliki
oleh bahasa Lasalimu adalah fonem /x/, Kridalaksana, H. (2008). Kamus
/ñ/, dan /ʃ/, sedangkan fonem konsonan linguistik. Jakarta: Gramedia.
bahasa Lasalimu yang tidak dimiliki Lapoliwa, H. (1988). Analisis fonologi.
oleh bahasa Indonesia adalah fonem /ɓ/, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
/ɗ/, dan /ϕ/. Fonem vokal yang tidak Pengembangan Bahasa.
dimiliki bahasa Lasalimu adalah fonem
/ә/. Marsono. (1999). Fonetik. Yogyakarta:
Dengan memperhatikan Gadjah Mada University Press.
persamaan dan perbedaan yang terdapat
pada sistem fonologi kedua bahasa Muslich, M. (2010). Fonologi bahasa
tersebut maka upaya penanganan ke Indonesia: Tinjauan deskriptif
arah terwujudnya bahasa Indonesia

66
Yohanis Sanjoko: Perbandingan Karakteristik Fonem…

sistem bunyi bahasa Indonesia. kebudayaan secara linguistis.


Jakarta: Bumi Aksara. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. (2008). Bahasa dan Summer Institute of Linguistic. (2006).
peta bahasa di Indonesia. Jakarta: Bahasa-bahasa di Indonesia.
Pusat Bahasa. Jakarta: Summer Institute of
Linguistic.
Samsuri. (1978). Analisis bahasa.
Jakarta: Erlangga. Verhaar, J.W. (1989). Pengantar
linguistik. Yogyakarta:
Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka Gadjah Mada University
teknik analisis bahasa: Press
Pengantar penelitian wahana

67

Anda mungkin juga menyukai