Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(SIG) DALAM PERHITUNGAN DEBIT LIMPASAN DI


DAS KAMONING KABUPATEN SAMPANG

Indradi Wijatmiko1, M. Ruslin Anwar1, Pudyono1, Usri Amrullah2


1
Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2
Mahasiswa / Program Sarjana / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK

Kabupaten Sampang yang dilalui sungai Kamoning sepanjang + 30 Km dengan kecamatan kota sebagai
daerah hilir yang seringkali meluap. Oleh karena itu Analisa pengumpulan data dan analisa hidrologi
merupakan pijakan awal yang sangat menentukan efektifitas dari langkah perencanaan dan rekayasa di
bidang keairan pada DAS Kamoning. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan metode yang dapat
digunakan dalam melakukan analisa hidrologi dengan berbasis data spasial, khususnya dalam
menghitung debit limpasan akibat banjir. Metode yang dipakai dalam menghtiung debit limpasan akibat
hujan menggunakan metode Rasional, dengan data awal yang dipergunakan berupa peta tata guna lahan,
topografi, peta batas administrasi, dan data hidrologi berupa data curah hujan harian. SIG digunakan
untuk menghitung variabel-variabel dalam persamaan metode rasional dengan analisa overlay, dan
analisa proximity yang telah tersedia dalam ArcGis 10.1. perhitungan dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan SIG dan cara manual, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana perbedaan proses dan hasil
perhitungan dengan kedua cara tersebut. Pengolahan SIG memperoleh hasil perhitungan berupa luas DAS
sebesar + 397,8 Km2, sedangkan dengan cara manual sebesar + 391 Km2. Besar debit rancangan akibat
hujan hasil pengolahan SIG untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun berurutan sebesar 372,913 m3/d,
443,993 m3/d, dan 485,725 m3/d. Sedangkan besar debit rancangan akibat hujan hasil pengolahan dengan
cara manual untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun berurutan sebesar 348,034 M 3/d, 413,263 M3/d, dan
452,106 M3/d

Kata kunci : DAS Kamonig, SIG, Debit limpasan, ArcGis 10.1, Metode Rasional

1. PENDAHULUAN adalah hal utama yang turut berkontribusi


Kabupaten Sampang memiliki luas besar dalam menyebabkan banjir. Metode
daerah 1.233,02 Km2 atau sekitar 23 % Perhitungan debit limpasan akibat hujan
dari luas pulau Madura. Terletak di antara sangat beragam dan terus berkembang
6o50” - 7o13”LS. dan 113o04”- hingga saat ini. Sistem Informasi
113o24”BT. Memiliki bukit di tengah dan Geografis (SIG) merupakan metode yang
daerah pantai yang berada di sebelah dapat digunakan dalam melakukan analisa
utara dan selatan dan berada pada hidrologi dengan berbasis data spasial.
ketinggian 290 m diatas permukaan laut. Dalam penggunaan software SIG,
Kabupaten Sampang dilalui sungai kita dapat mengukur dan memperoleh
Kamoning sepanjang + 30 Km dengan data-data yang diperlukan dalam
kecamatan kota sebagai daerah hilir. perhitungan debit limpasan. Variabel
Dari sungai inilah seringkali terjadi perhitungan debit limpasan permukaan
luapan kecil dengan periode tahunan dan dengan menggunakan metode rasional
luapan besar dengan periode lima memerlukan nilai dari hasil pengukuran
tahunan. Debit limpasan akibat hujan

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 82


geometri batas luas DAS, panjang saluran BAPPEDA Kabupaten Sampang,
dan juga topografi daerah yang ditinjau. diperoleh dalam format shapefile
Untuk mengetahui sejauh mana SIG (.shp),
dapat dimanfaatkan dalam menghitung 2. Peta Batas Adminstrasi Kecamatan,
debit limpasan berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BAPPEDA
diperoleh, maka dilakukan juga Kabupaten Sampang, diperoleh
perhitungan dengan cara manual. variabel dalam format shapefile (.shp),
dan aspek penting yang dirumuskan 3. Koordinat pos penakar hujan,
dalam penelitian ini berupa bentuk dan dikeluarkan oleh Dinas Pengairan
Luas DAS, cara perhitungan debit Kabupaten Sampang, Data NASA-
limpasan, nilai debit rancangan, serta SRTM 90, dikeluarkan oleh NASA
perbedaan proses antara penggunaan SIG (National Aeronautics and Space
dan cara Manual. proses perhitungan, data Administration), Amerika Serikat.
sekunder dan hasil perhitungan untuk Dapat didownload di :
memperoleh hal-hal diatas tersebut http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTIO
nantinya dapat digunakan sebagai dasar N/inputCoord.asp, dengan format
acuan dalam perencanaan hidrologi yang data ASCII.,
berkaitan dengan karakteristik DAS, 4. Peta Kontur, Interval 12,5 m dan
acuan penentuan nilai debit banjir dalam Peta jaringan sungai
penelitian keairan atau perencanaan b) Data hidrologi berupa :
bangunan air pada sungai Kamoning, dan 1. Data curah hujan harian pos
dasar pertimbangan dalam menentukan penakar Sampang, Camplong,
proporsi tata guna lahan pada DAS Omben, Kedungdung, Ketapang,
Kamoning Kab. Sampang. Banyuates, Torjun, Jrengik, dan
Teori-teori yang digunakan dalam Sokobanah periode tahun 2002-
analisa dan perhitungan di dalam kajian 2012 , dikeluarkan oleh Dinas
ini ialah berkaitan dengan Limpasan Pengairan Kabupaten Sampang.
permukaan; Metode Rasional; daerah Perangkat yang digunakan dalam
aliran sungai; pengecekan data hujan kajian ini berupa software ArcGis 10.1,
dengan Kurva Massa Ganda, curah hujan perangkat lunak SIG diluncurkan oleh
rata-rata daerah dengan menggunakan ESRI,; AutoCad 2010, digunakan untuk
Thiessen. distribusi peluang curah hujan mengGambar CAD 2 dimensi dan 3
hujan dengan menggunakan Log Pearson dimensi, diluncurkan oleh Autodesk; Ms.
tipe III, uji distribusi dengan Excel 2007, dikeluarkan oleh Microsoft;
menggunakan metode Chi-kuadrat dan Windows 7, sistem operasi yang
Smirnov-Kolmogorof. Menentukan digunakan untuk menjalankan ketiga
intensitas hujan dengan rumus aplikasi diatas, serta perangkat komputer
Mononobe, dengan waktu konsentrasi yang mendukung unutk menjalankan
menggunakan rumus Kirpich. semua program diatas. Kemudian data-
data tersebut diolah dalam ArcGis 10.1
2. METODE KAJIAN untuk mendapatkan nilai-nilai variabel
Metode penulisan skripsi yang dalam Metode Rasional, berupa luas DAS
digunakan untuk membahas kajian diatas (A, Km2), intensitas hujan (I, mm/jam),
menggunakan metode studi literatur dan dan koefisien pengaliran lahan rata-rata
observasi lapangan. (Crata-rata).
Data awal yang digunakan dalam
kajian ini berupa :
a) Data spasial :
1. Peta Rencana Tata guna Lahan
tahun 2009-2029, dikeluarkan oleh

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 83


3. PENGOLAHAN DATA DAN
ANALISIS
3.1 Pengecekan Kualitas Data Hujan
Data hujan yang digunakan dalam
studi kali ini diperoleh dari beberapa
satsiun pengamatan yang tersebar di 9
kecamatan. Data yang digunakan berasal
dari stasiun pengamatan Sampang,
Camplong, Omben, Kedungdung,
Ketapang, Banyuates, Torjun, Jrengik,
dan Sokobanah. Data hujan yang
digunakan dalam studi kali ini adalah data
hujan periode tahun 2002 – 2011.
Uji konsistensi dengan kurva massa
berganda dengan cara memplot data dari
satu satsiun penakar dan membandingkan
dengan stasiun yang lain, kemudian di
plot pada grafik tipe scatter.
Terlihat dalam Grafik uji
konsistensi data stasiun Camplong
menunjukkan adanya perubahan
kemiringan berupa patahan garis yang
mencolok pada tahun 2006 dan data pada
tahun 2009. Sehingga perlu dilkaukan
koreksi untuk memperbaiki data.stasiun
Camplong dan Sokobanah.
Slope periode 2002-2005 adalah sebesar :
256-42
=0,946
348 - 122,375
Slope periode 2005-2006adalah sebesar :
455-255
437,4-348
=2,237
Slope periode 2008-2009 adalah sebesar:
683-737
=0,5433
623,37-541
Faktor koreksi tahun 2006 :
0,946
= 0,422
2,237
Faktor koreksi tahun 2006 :
0,946
= 1,77
0,5433
Gambar 1. Diagram alir

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 84


Tabel 1. Curah hujan harian maksimum
curah hujan harian maksimum (mm)
tahun sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta.
Banyuates Ketapang Sokobanah Sampang Omben Camplong Torjun Kedungdung Jrengik
2002 120 88 95 75 169 42 137 160 135
2003 60 75 60 70 85 76 103 50 76
2004 90 65 75 76 70 72 57 101 29
2005 8 69 95 51 93 65 104 57 107
2006 60 115 75 96 141 200 105 60 63
2007 100 100 88 132 88 112 135 43 146
2008 96 122 90 80 56 70 67 75 70
2009 99 85 121 64 115 46 110 30 66
2010 90 122 170 89 48 68 210 65 88
2011 80 80 92 67 50 64 64 69 96
Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Sampang (2011)

Grafik uji konsistensi sta. Camplong Grafik uji konsistensi sta. Camplong
1000 1000
kumulatif sta. Camplong
kumulatif sta. Camplong

R² = 0,9734
800 800 R² = 0,997
600 600

400 400

200 200

0 0
0 500 1000 0 500 1000
kumulatif sta. pembanding kumulatif sta. pembanding

Gambar 2. Grafik uji konsistensi Stasiun Gambar 3. Grafik uji konsistensi Sta.
camplong. Camplong hasil Koreksi.

Maka data pada tahun 2006 dan Tujuh stasiun dari sembilan
2009, dikalikan dengan faktor koreksi stasiun dapat dikatakan konsisten. Maka
sebesar 0,422dan 1,77 untuk data hasil koreksi dari stasiun diatas
mendapatkan kemiringan yang sesuai dapat digunakan untuk analisis
dengan data periode 2002-2005. selanjutnya.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 85


Tabel 2. Data curah hujan harian maksimum hasil koreksi

curah hujan harian maksimum (mm)


TAHUN sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta.
Banyuates Ketapang Sokobanah Sampang Omben Camplong Torjun Kedungdung Jrengik
2002 120 88 95 75 169 42 137 160 135
2003 60 75 60 70 85 76 103 50 76
2004 90 65 75 76 70 72 57 101 29
2005 8 69 95 51 93 65 104 57 107
2006 60 115 75 96 141 84,37 105 60 63
2007 100 100 88 132 88 112 135 43 146
2008 96 122 90 80 56 70 67 75 70
2009 99 85 121 64 115 81,42 110 30 66
2010 90 122 100,31 89 48 68 210 65 88
2011 80 80 92 67 50 64 64 69 96
2012 79 91 95 80 44 42 70 33 65

3.2 Penentuan daerah aliran sungai 3. Mengkomputasi flow direction, untuk


dengan SIG menentukan arah aliran air
Proses penentuan batas-batas
berdasarkan nilai elevasi pada data
DAS dengan SIG menggunakan
DEM, dengan spatial analyst tools –
software ArcGIS 10.1. Data yang
hydrology - flow direction.
digunakan untuk mengolah DAS dalam
4. Mengkomputasi flow accumulation,
SIG adalah:
spatial analyst tool – hydrology –
1. Data topografi SRTM (Shutle Radar
flow accumulation.
Topoghrapy Mission)
5. Menentukan orde sungai dengan
2. Peta batas Administrasi wilayah Kab.
stream order, fasilitas ini digunakan
Sampang dengan format file (.Shp),
untuk menentukan orde sungai
3. Peta batas administrasi kecamatan
sebagai batasan sungai yang akan
Kabupaten Sampang (.shp) ditinjau dalam analisis selanjutnya,
Tahapan dalam menetukan DAS dengan dengan menggunakan ArcToolbox –
ArcGIS 10.1 : Hydrology – stream order.
1. Mengolah data DEM, Data SRTM 6. Menentukan DAS dengan data DEM,
(Shutle Radar Topography Mission) generate batas DAS secara otomatis
yang dikeluarkan oleh NASA, perlu pada seluruh wilayah data DEM
ditransformasikan terlebih dahulu ke dengan fasilitas yang tersedia pada
dalam format yang dapat dibaca di ArcToolbox, dengan memilih spatial
ArcGIS sebagai data DEM (Digital analyst tools – hydrology – basin
Elevation Model), dengan 7. Menyeleksi DAS yang akan
menggunakan tools : Conversion dianalisis, dengan terlebih dahulu
tools-ASCII to raster mengubah format data dari raster
2. Mengkoreksi data DEM dengan, hasil generate menjadi shape file
analyst tools – hydrology – fill. (.shp).

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 86


Tabel 3. Luas DAS Kamoning pada wilayah
kecamatan dengan SIG
KECAMATAN LUAS (Km2)
Banyuates 4,23
Camplong 8,09
Karang Penang 62,63
Kedungdung 112,26
Ketapang 1,52
Omben 64,55
Robatal 78,79
Sampang 50,40
Gambar 4. Tampilan DAS Kamoning Sokobanah 5,51
pada ArcMap. Tambelangan 0,32
Torjun 9,47
8. Menghitung luasan DAS, klik kanan jumlah 397,78
pada layer DAS dalam tabel of Sumber : hasil analisis ArcGIS
content – open atribute table – tabel
option – add field. klik kanan pada
kolom yang baru – calculate Persentase luas kecamatan dalam DAS
geometries – area – pilih satuan Kamoning Kabupaten Sampang
luasan. Pastikan layer sudah Tambelang
terproyeksi kedalam dalam sistem an Torjun
0,1% 2,4% Banyuates
proyeksi UTM_WGS_1984_zone 1,1%
Sokobanah
49S, dengan cara data management 1,4% Camplong
tools – projection and transformation 2,0%
– feature – project
9. Overlay DAS pada peta wilayah Karang
kecamatan Kabupaten Sampang, Sampang
Penang
12,7%
Analisis overlay bertujuan untuk 15,7%

mengetahui letak dan luas kecamatan


yang menjadi bagian dari DAS Robatal
Kamoning. Analisis overlay 19,8%
Kedungdun
menggunakan faslitas dalam g
28,2%
ArcToolbox; analysis tool-overlay-
Omben
intersect 16,2%

Ketapang
0,4%

Gambar 5. Diagram persentase luas kecamatan


dalam DAS Kamoning Kabupaten
Sampang dengan analisis SIG

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 87


Tabel 4. Luas DAS Kamoning pada wilayah
Kecamatan secara manual

LUAS PERSENTASE
2
KECAMATAN (Km ) (%)
Banyuates 4,77 1,222
Camplong 8,63 2,210
Jrengik 0,01 0,003
Karang Penang 58,24 14,912
Kedungdung 110,45 28,282
Ketapang 1,88 0,481
Omben 61,75 15,811
Robatal 80,73 20,670
Sampang 50,29 12,878
Gambar 6. Peta DAS Kamoning Kabupaten Sokobanah 5,33 1,366
Sampang Torjun 8,46 2,167
jumlah 391 100
3.3 Penentuan Daerah Aliran Sungai
Dengan Cara Manual
Penentuan Daerah Aliran Sungai
dengan cara manual memerlukan Persentase luas kecamatan dalam DAS
setidaknya dua macam peta, yaitu peta Kamoning Kabupaten Sampang
topografi atau kontur dan peta jaringan Torjun
0,02
sungai. Data untuk menentukan DAS Banyuates Camplong
0,01 0,02
secara manual yang digunakan dalam Sokobanah
studi ini berupa: 0,01 Jrengik
1. Peta Topografi interval 12,5 m, Sampang 0,00 Karang
Penang
didapat dari olah SIG (.cad) 0,13
0,15
2. Peta jaringan sungai, dengan format
(.cad)
3. Peta wilayah kecmatan Kabupaten
Sampang, didapat dari BAPPEDA Robatal
Kabupaten Sampang dengan format 0,21 Kedungdun
g
(.cad) 0,28
Penggunaan software Auto Cad Omben
bertujuan untuk menggantikan fungsi 0,16

alat planimetri yang biasa digunakan Ketapang


dalam mengukur luasan gambar 0,00

berskala. Beberapa tahapan yang


dilakukan dalam menentukan DAS
secara manual adalah : Gambar 7. Diagram persentase luas
1. Menentukan batas DAS kecamatan dalam DAS
2. Menentukan luasan DAS dengan Kamoning Kabuapten
Auto Cad 2012 Sampang dengan analisis
3. Menghitunag luas DAS pada manual
wilayah administrasi kecamatan

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 88


3.4 Perbandingan Luas DAS Dengan
SIG dan Cara Manual
Hasil analisis dengan SIG dan
manual, memberikan hasil yang berbeda.
Perbedaan hasil dipengaruhi oleh
ketelitian dalam mengambil keputusan
dalam menentukan batas-batas
berdasarkan nilai elevasi dan arah aliran,
serta metode dan software yang dipakai.
3.5 Perhitungan Curah Hujan Rerata
Daerah
Curah hujan rerata daerah dihitung
menggunakan data hujan harian
maksimum yang didapat dari hasil
pengamatan 9 pos stasiun yang telah Gambar 8. Luas pengaruh curah hujan
disebutkan sebelumnya. Curah hujan polygon Thiessen dengan
rerata daerah dimaksudkan untuk SIG
mengetahui sebarapa besar curah hujan Tabel 6. Koefisien Thiessen
suatu daerah yang ditinjau diwakili oleh luas koefisien
pos pengamatan yang terdiri lebih dari stasiun (km2) Thiessen
satu. Rata-rata curah hujan dihitung
CAMPLONG 9,374 0,02
dengan mengalikan data pengamatan
BANYUATES 8,438 0,02
suatu pos dengan faktor Thiessen. Faktor
Thiessen ialah faktor berdasarkan luas KETAPANG 46,244 0,12
derah yang terwakili oleh pos hujan SOKOBANAH 16,421 0,04
yang didapat dari metode Thiessen, SAMPANG 51,322 0,13
dibagi dengan luas DAS atau area yang OMBEN 80,22 0,20
menjadi tinjauan. TORJUN 15,225 0,04
KEDUNGDUNG 152,049 0,38
Tabel 5. Selisih luasan DAS dengan SIG JRENGIK 18,486 0,05
dan manual
total 397,779 1
LUAS LUAS LUAS DAS 397,779
CARA
DAS SELISIH Kr (%)
ANALISIS
(Km2) (Km2)
3.6 Perhitungan Curah Hujan
SIG 397,78
6,78 1,704459752 Rancangan
Manual 391 Untuk memperkirakan curah hujan
Sumber : hasil perhitungan rencana maksimum dan banjir dengan
peluang tertentu yang mungkin terjadi
digunakan distribusi Log Pearson Type
III
1. Menentukan nilai logaritma dari
semua nilai X
2. Menghitung nilai rata-rata ̅̅̅̅̅̅̅
𝑙𝑜𝑔𝑋
= (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑥)/n
= 19, 055 / 10 = 1,905

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 89


3. Menghitung nlai deviasi standar (S dalam mencari nilai kemiringan dan
0,07069 panjang sungai dalam SIG :
Log X) =√ = 0,088 1. Menghitung panjang alur sungai dan
10−1
4. Menghitung nilai koefisien lintasan aliran yang ditinjau
kepencengan CS 2. Memetakan nilai kemiringan pada
10 𝑥 0,00977 lintasan aliran
= (10−1)(10−2)(0,088)3
3. Membuat peta kemiringan dengan
= 0,000 berdasar peta kontur dengan interval
5. Menghitung nilai Log X 12,5 m, Peta kontur dibuat dari data
Fill hasil olah DEM sebelumnya,
= ̅̅̅̅̅̅̅
𝑙𝑜𝑔𝑋 + k (S LogX)
dengan 3d analyst -raster surface –
Dengan nilai k dapat dilihat pada tabel contour
nilai k distribusi Log Pearson tipe III 4. Mengklasifikasi nilai kemiringan,
Untuk periode ulang 3d analyst –raster reclass –
6. Menentukan nilai anti Log dari Log reclassify. pilih classify – classify
X sebagai nilai curah hujan method: (natural break) – number of
rancangan class (20). Setelah proses
reklasifikasi selesai tranformasikan
Tabel 7. Nilai curah hujan rencana data raster menjadi shape file
polygon.
kala Xrencan 5. Overlay layer sungai yang telah
Peluang
ulang K log X a
(tahun)
%
(mm)
dikalkulasi dan di merge
sebelumnya dengan data polygon
2 50 0 1,905 80,45
kemringan untuk memperoleh
5 20 0,842 1,980 95,54 segmen-segmen alur sungai dengan
10 10 1,282 2,019 104,51 setiap kemiringan daerah yang
dilalui. Gunakan analisis overlay –
3.7 Perhitungan Intensitas Hujan (I) intersect
Perhitungan intensitas hujan 6. Menetukan kemiringan rata-rata alur
menggunakan rumus mononobe dan sungaidan lintasan aliran diatas
waktu konsentrasi dengan rumus kirpich DAS , data hasil intersect anatara
, diperhitungkan untuk kala ulang 2 polyline jaringan sungai dan
tahun, 5 tahun dan 10 tahun dengan SIG polygon kemiringan, Slope rata-rata
dan cara manual. = jumlah ( nilai kemiringan x
panjang segmen)/ jumlah panjang
3.8 Analisis intensitas hujan dengan segmen
SIG 7. Menghitung Nilai waktu konsentrasi
Intensitas hujan yang (tc) dihitung dengan rumus kirpich :
diperhitungkan dengan rumus
mononobe, memiliki dua komponen 0,0195 𝐿 0,77
tc = 60 ( ) (jam)
utama, yaitu curah hujan rancangan √𝑆
(X24) dan waktu konsentrasi (tc). Nilai L = panjang sungai (m)
curah hujan rancangan telah didapat S = kemiringan, (m/m)
dalam perhitungan curah hujan
rancangan sebelumnya. Untuk
menghitung waktu konsentrasi dengan
rumus Kirpich, perlu diketahui nilai
kemiringan rata-rata (s) dan panjang alur
sungai yang ditinjau. Berikut tahapan

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 90


Tabel 8. Waktu konsentrasi aliran analisis 3.9 Analisis Intensitas Hujan Secara
SIG Manual
Cara konvensional yang digunakan
JALUR
LINTASA L (m) S
tc untuk menetukan nilai intensitas hujan
√𝑆 (jam)
N dan waktu konsentrasi menggunakan
1 46063,63 0,010 0,102 7,355
rumus yang sama seperti penggunaan
2 SIG sebelumnya. . Nilai S dan L
17353,50 0,010 0,098 3,566
diperoleh dengan analisis pengukuran
3 28695,72 0,012 0,108 4,878 gambar pada peta secara manual. untuk
4 34304,17 0,009 0,092 6,318 mendapatkan nilai S, perlu dihitung
5 37751,55 0,009 0,095 6,683 dengan mengukur panjang setiap alur
sungai yang berpotongan dengan dua
Terlihat, dalam tabel 4.29, bahwa garis kontur dengan nilai elevasi berbeda
waktu konsentrasi antara 3,566 jam dalam interval yang tetap.
hingga 7,355 jam. Waktu konsentrasi
yang dipakai adalah waktu konsentrasi Tabel 10. Nilai waktu konsentrasi (Tc)
paling lama, yaitu pada jalur lintasan 1, dengan analisis manual
dengan nilai waktu konsentrasi 7,355
S
jam. JALU
L (m) RATA-
Tc
R √𝑆 (Jam)
8. mencari nilai intensitas hujan (I) RATA
digunakan rumus Mononobe, 1 46251,73 0,008 0,092 8,01
untuk hujan kala ulang 2 tahunan 2 23167,76 0,013 0,114 3,96
dengan waktu konsentrasi 7,352 3 37611,47 0,009 0,097 6,55
jam
4 28538,71 0,009 0,095 5,38
X24 24 2/3
I = ( ) 5 25475,09 0,006 0,075 5,89
24 𝑡𝑐
80,46 24 2/3 Dari tabel diatas dapat dilihat
= ( ) (mm/jam) bahwa jalur sungai 1 memberikan nilai
24 7,355
= 7,38 mm/jam Tc tebesar yaitu 8,01 Jam dengan
panjang lintasan 46251,73 M, dan
Tabel 9. Intensitas hujan (I) dengan SIG kemiringan saluran rata-rata 0,008. Nilai
CURAH Tc yang akan digunakan dalam
KALA
ULANG
tc HUJAN
I (mm/jam) menghitung Intensitas hujan digunakan
(jam) RENCANA nilai yang terbesar.
(tahun)
(mm)
2 7,355 80,46 7,38 Tabel 11. Nilai I dengan analisis manual
5 7,355 95,54 8,76
104,52 KALA CURAH
10 7,355 9,58
ULAN Tc HUJAN I
G (Jam) RENCANA (mm/Jam)
Nilai Intensitas Hujan dengan SIG (tahun) (mm)
12,00 2 8,01 80,46 6,97
tinggi intensitas

10,00 9,58 5 8,01 95,54 8,28


(mm/jam)

8,00 8,76
7,38
hujan

6,00 10 8,01 104,52 9,05


4,00
2,00
0,00
2 5 10
kala ulang (tahunan)
Gambar 9. Grafik intensitas hujan
rancangan dengan SIG

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 91


Nilai Intensitas Hujan Secara Manual
Perbandingan Nilai Intensitas Hujan
10,00 12,00
tinggi intensitas hujan 9,00 9,05

tinggi intensitas hujan


8,00 8,28 10,00 9,58
7,00 6,97 8,76 9,05
8,28
(mm/jam)
8,00

(mm/jam)
6,00 7,38
5,00 6,97
4,00 6,00 analisa
3,00 manual
2,00 4,00
1,00
0,00
2,00
2 5 10 0,00
kala ulang (tahunan) 2 5 10
Gambar 10. Grafik intensitas hujan
rancangan dengan analisis kala ulang (tahunan)
Manual Gambar 11. Grafik perbandingan intesitas
hujan rancangan dengan SIG
dan manual

3.10 Perhitungan Koefisien Pengaliran (C)

Gambar 12. Peta tata guna lahan Kabupaten Sampang

Koefisien pengaliran diperoleh 2009-2029, yang dikeluarkan oleh dinas


berdasarkan tata guna lahan. Data yang BAPPEDA Kabupaten Sampang.
digunakan untuk memperoleh nilai
koefisien limpasan adalah peta tata guna
lahan Kabupaten Sampang periode tahun

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 92


3.11 Analisis C dengan SIG Tabel 12. Nilai C rata-rata DAS Kamoning
Nilai C dengan SIG dieperoleh dengan SIG
dengan melakukan analisis overlay tiga Ai Ci.Ai
layer, yaitu layer DAS, Layer peta KETERAN (Km2 (Km2
kemiringan lahan dan layer tata guna G.C KODE S GAN Ci ) )
TANAH 1,815 0,544
lahan. Data atribut hasil proses overlay 0 TL 0-5% LADANG 0,3 9815 794
memiliki kriteria tataguna lahan, .... ..... .... ..... .... ...... ......
.... ..... .... ..... .... ...... ......
kemiringan lahan dan luasan setiap tata TANAH 0,024 0,012
guna lahan dan kemiringan yang 7 TL >35% LADANG 0,5 4519 226
berbeda. Untuk menentukan nilai C,
397,7
maka perlu dimasukkan nilai C sesuai Σ Ai (Km2) = 8
dengan ketentuan yang ada pada tabel. 182,3
Σ(Ci . Ai) (Km2) = 6
Nilai C setiap jenis tata guna lahan 0,458
dalam tabel yang tidak memiliki kriteria C rata-rata = 439
kemiringan lahan perlu dipecah untuk
mendapatkan interval antara nilai
terkecil hingga nilai tebesar Prosentase tataguna lahan DAS
berdasarakan kelas kemiringan lahan Kamoning
sebagai input data atribut.
Dalam peta kemiringan lahan, GARAM HUTAN
kemiringan dikalisfikasikan menjadi 0,199% RAWA
delapan kelas secara berurutan dengan 0,001% KEBUN
kode grid 0-7, yaitu 0-5%, 5-10%, 10- BELUKAR 4,016%
1,918%
15%, 15-20%,20-25%, 25-30%, 30-35%, PEMUKI
dan >35%. MAN
16,127% RAWA
0,015%
TANAH
LADANG RUMPUT
47,729% 0,023%
SAWAH
IRIGASI
8,131%

SAWAH
TADAH
HUJAN
21,843%

Gambar 14. Diagram persentase luas


taatguna lahan pada DAS
kamoning dengan analisis
SIG
Gambar 13. Tampilan DAS kamoning
dengan Tata guna lahan dan 3.12 Analisis C secara manual
kemiringan pada Arc Map Perhitungan nilai keofisien
10.1 pengaliran rata-rata (C) dengan cara
manual secara prinsip menggunakan
analisis overlay. Peta yang digunakan
dalam menentukan nilai koefisien
pengaliran rata-rata (C), adalah peta
tataguna lahan, peta kemiringan lahan
hasil olah SIG, dan batas DAS yang

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 93


telah di konversi dalam format AutoCad Tabel 13. Perhitungan nilai Q dengan SIG
drawing (.dwg). Peta tata guna dan peta
kemiringan lahan memliki isi yang sama KALA
A I
ULANG C Q(M3/S)
dengan peta yang digunakan dalam (Km2) (mm/Jam)
(TAHUN)
pengolahan SIG, dengan jenis dan
2 397,78 7,39 0,458 373,914
kemiringan lahannya.
5 397,78 8,76 0,458 443,993
Persentase tataguna lahan DAS 10 397,78 9,64 0,458 485,725
Kamoning

GARAM Tabel 14. Perhitungan nilai Q dengan cara


0,311% HUTAN manual
BELUKAR RAWA KEBUN
1,829% 0,000% PEMUKI
4,001% KALA
MAN A I
ULANG C Q(M3/S)
16,015% (Km2) (mm/Jam)
(TAHUN)
TANAH RAWA
0,015% 2 391 6,97 0,459 348,033
LADANG
47,539% RUMPUT 5 391 8,76 0,459 413,263
0,017%
10 391 9,58 0,459 452,106
SAWAH
IRIGASI
SAWAH8,348% Tabel 15. Perbandingan nilai debit (Q)
TADAH
HUJAN
dengan SIG dan cara manual
21,925%
KALA Q (M3/s)
Gambar 15. Diagram persentase luas kr (%)
ULANG GIS MANUAL
tataguna lahan pada DAS
kamoning dengan analisis 2 tahun 373,913 348,033 6,9213
SIG 5 tahun 443,993 413,263 6,9213
Setiap luasan yang dibatasi oleh 10 tahun 485,725 452,106 6,92131
garis kelas kemiringan lahan, jenis tata
guna lahan dan batas DAS dihitung satu
persatu dan hasilnya dicatat secara Nilai debit rancangan dengan SIG dan
manual. manual
600
Nilai koefisien pengaliran rata-rata 488,78506,29
(C) DAS yang diperoleh dengan cara 500 446,08462,06
nilai debit Q (m3/s)

manual sebesar 0,459346. 374,49387,91


400

3.13 Perhitungan Debit Limpasan (Q) 300


Perhitungan nilai debit akibat 200
limpasan menggunakan rumus pada
persamaan dalam rumus Metode 100
Rasional. Nilai intensitas hujan (I) dan 0
(C) merupakan nilai rata-rata dalam satu 2 tahun 5 tahun 10 tahun
DAS. Hasil perhitungan debit limpasan Kala Ulang SIG Cara…
dengan SIG dan manual dapat dilihat
pada tabel 15. Gambar 16. Grafik perbandingan nilai debit
rancangan dengan SIG dan
Manual

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 94


3.14 Perbandingan Proses
Pengerjaan dengan SIG dan 3. Software tidak dapat mendeteksi
Manual adanya kesalahan-kesalahan dalam
Berdasarkan proses perhitungan memasukkan variabel-veriabel
hingga mendapatakan nilai debit, hidrolgi berdasarkan standar yang
penggunaan software SIG khususnya ada.
Arc Gis, ditemui beberapa kekurangan 4. Sumber kesalahan yang sangat
diantaranya : mungkin terjadi sebagai data masukan
1. Analisa yang digunakan dalam ArcGis, berupa, tahun penayangan
perhitungan ini hanya untuk data peta, skala peta asal, dan proyeksi
yang bersifat keruangan. sistem koordinat peta asal yang tidak
2. Software data hasil analisa yang diketahui
ditampilkan sangat dipengaruhi oleh
kualitas data masukan.

Tabel 16. Perbandingan proses pengerjaan dan hasil perhitungan dengan SIG dan manual

Kriteria Berdasarkan SIG Manual


Pengolahan peta
Skala dan satuan dapat diubah dan tetap dan tidak berubah
disesuaikan
Proyeksi sistem koordinat  Terpadu  tidak terpadu
 standar baku  satuan metrik
 memliki datum global  tidak memiliki datum global
Penyimpanan  Digital  Digital
Analisis overlay Meggunakan satu Menggunakan rangkaian perintah yang sama
rangkaian perintah untuk dan berulang dalam setiap aspek yang ditinjau
seluruh pekerjaan (Arc
Toolbox)

Analisis spasial  input koordinat tidak  Perlu mentransformasikan satuan koordinat


perlu ditrasnformasikan  Eksekusi subjektif
 Eksekusi oleh program
Penayangan peta  Format penyangan  Tidak memliki format penayangan peta
tersedia  Tidak dapat ditayangkan dalam skala yang
 Mudah dicetak dalam berbeda
skala yang berbeda
 Disain lebih menarik
Pengecekan data atribut Terhubung dengan data Tidak terhubung dengan data spasial
spasial
Penentuan batas DAS
Sumber data topografi  srtm 90  srtm 90
 batas Kabupaten  garis kontur
 aliran sungai
 batas Kabupaten
Jenis data topografi data raster data vektor/garis
Metode yang digunakan  Analisis proximity/arah  Penanda puncak bukit
aliran  Analisis garis kontur
 Analisis alur sungai
Software utama ArcGIS 10.1 Auto Cad 2010
Perhitungan luasan das  satu rangkaian perintah  perintah kalkulasi dengan men-tracing batas-
untuk seluruh DAS batas DAS
Hasil perhitungan luas das (km2) 397,7 391

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 95


Tabel 16 (lanjutan). Perbandingan proses pengerjaan dan hasil perhitungan dengan SIG dan
manual

Kriteria SIG Manual


berdasarkan
Proses menentukan nilai intensitas hujan
Data yang  Peta kemiringan/slope  Peta kontur
digunakan  Peta jaringan sungai  Peta jaringan sungai
 Koordinat stasiun penakar  Koordinat stasiun penakar

Metode Overlay (intersect) Pengukuran alur sungai diantara garis


menentukan nilai kontur
s
Metode Menggunakan serangkaian Pengukuran alur sungai dengan men-
menentukan nilai perintah (calculate geometries) tracing garis sungai
L
Nilai tc (jam): 7,35 8,01
Nilai I (mm/jam):
2 th  7,38  6,97
5 th  8,76  8,28
10 th  9,58  9,05

Proses menentukan nilai C rata-rata DAS


Data yang Peta tataguna lahan Peta tataguna lahan
digunakan Peta kemiringan lahan Peta kemiringan lahan
Layer DAS Peta batas DAS
Proses overlay Meng-Intersect layer DAS, Mengarsir perpotongan setiap kategori
layer kemiringan lahan, dan tataguna lahan dan kemiringan lahan
layer tataguna lahan dengan yang berbeda dalam DAS yang ditinjau
Arc Toolbox
Metode satu rangkaian perintah untuk perintah kalkulasi luasan berulang-ulang
perhitungan luas seluruh DAS pada setiap area perpotongan yang
tata guna lahan berbeda
Output data hasil tersimpan dan terpadu tidak dapat menyimpan data hasil luasan
perhitungan

Nilai Q (m3/s)
2 th  373,9137  348,033
5 th  443,9935  413,263
10th  485,7253  452,106

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan seluas + 397,8 Km2 yang didapat
Beberapa hal yang dapat dari hasil perhitungan dengan
disimpulkan dalam proses perhitungan memanfaatkan SIG. Karakteristik
nilai debit rancangan yang telah dibahas DAS yang didapat dari kedua cara
sebelumnya : menunjukkan bahwa DAS memiliki
1. DAS Kamoning memiliki area seluas karakteristik komplek, dengan
+ 391 Km2 yang didapat dari hasil bentuk yang terdiri dari beberapa sub
perhitungan secara manual, dan DAS, dengan DAS paralel pada

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 96


daerah hulu dan memiliki anak koefisien tataguna lahan. perbedaan
sungai yang berurutan pada daerah dalam hal proses pengolahan peta
hilir. diurai berdasarkan skala dan satuan
2. Proses secara manual untuk peta, sistem koordinat, penyimpanan,
menghitung nilai debit dengan analisa overlay, analisa spasial,
metode rasional, memerlukan nilai penyangan peta dan pengecekan data
dari tiga variabel, A, I dan C. data atribut. Perbedaan dari penetuan batas
spasial yang digunakan untuk DAS, diuraikan berdasarkan sumber
memperoleh nilai dari ketiga variabel data topografi, jenis data topografi,
berupa peta dengan skala dan sistem metode analisa, software utama,
proyeksi yang telah disamakan. Seiap perhitungan dan hasil perhitungan
langkah untuk mendapatkan nilai dari luas DAS. Perbedaan dalam
tiga variabel adalah dengan perhitungan nilai intensitas hujan
memanfaatkan software AutoCad diuraikan berdasarkan data yang
sebagai pengganti planimetri untuk digunakan, metode untuk menentukan
mengukur secara langsung nilai L dan S, dan hasil perhitungan
parameter-parameter hidrologi yang waktu konsentrasi (tc) dan intensitas
ada pada peta tanpa melibatkan hujan (I). Perbedaan dalam
sistem analisa dan perhitungan menentukan nilai koefisien pegaliran
komputer. Analisa dilakukan secara rata-rata DAS, diurai berdasarkan
subjektif untuk menentukan variabel data yang digunakan, proses overlay,
yang berorientasi pada ketampakan metode perhitungan luas tataguna
alam dalam peta dan terpengaruh oleh lahan, dan output data hasil
ketelitian pengguna. Hasil perhitungan.
pengukuran dan analisa yang berupa 5. Debit banjir rancangan hasil
angka diolah secara tabular dan perhitungan pada sungai Kamoning
disajikan dengan spread sheet. dengan cara manual untuk periode
3. Proses perhitungan nilai debit dengan ulang 2 tahunan sebesar 348,034
SIG Untuk mendapatkan nilai debit M3/d, sedangkan dengan
dengan metode rasional pada menggunakan SIG diperoleh nilai
persamaan 2-1 memerlukan nilai dari debit sebesar 373,913 M3/d. Nilai
tiga variabel, A, I dan C. Data spasial debit banjir dengan periode ulang 5
yang digunakan untuk mendapatkan tahunan hasil peritungan dengan cara
ketiga nilai variabel berupa peta dan manual dipeorleh sebesar 413,263
data DEM-SRTM dari sumber yang M3/d, sedangkan dengan SIG
berbeda. Pengolahan input data, diperoleh sebesar 443,993 M3/d. Nilai
overlay, analisa hidrologi, dan debit banjir dengan periode ulang 10
pengukuran geometri dilakukan tahunan hasil perhitungan dengan
dengan memanfaatkan Arc Toolbox cara manual diperoleh sebesar
dan fasilitas lain yang terdapat pada 452,106 M3/d, sedangkan dengan SIG
program ArcGIS 10.1. hasil analisa sebesar 485,725 M3/d. Nilai koefisien
dan perhitungan oleh ArcGIS dalam koreksi perbandingan nilai debit
bentuk angka, diolah dan disajikan antara cara manual dan SIG sebesar
dengan spread sheet. 6,9 %.
4. Perbedaan yang mendasar dalam
perhitungan nilai debit banjir 4.2 Saran
menggunakan SIG dan cara manual Beberapa saran yang dapat
terletak pada proses pengolahan peta, dikemukakan berdasarkan hasil uraian
penentuan batas DAS, perhitungan sebelumnya, dalam menghitung debit
intensitas hujan, dan perhitungan nilai banjr berbasis data spasial ialah :

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 97


1. Membuat pemodelan analisa Anonim. 2012. Getting DEM from ASTER (~30m
hidrologi untuk memaksimalkan resolution) + importing it into ArcMap +
georeferencing an image on top (e.g.
analisa Query atau perhitungan secara satellite image, geological map) .
tabulasi dengan bahasa pemrograman (online), (http://www.geos.ed.ac.uk,
yang telah disediakan dalam software diakses 24 desember 2013)
ArcGIS 10.1, sehingga seluruh proses Kamiana, I Made. 2010. Teknik Perhitungan
perhitungan dapat dilakukan dalam Debit Rencana Bangunan Air.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
satu software dengan lebih cepat. Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-Dasar Hidrologi.
2. Penambahan parameter-parameter Yogyakarta: Gadjah Mada University
hidrologi yang lebih ditail dan serupa Press.
dengan keadaan dilapangan untuk Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode
mendapat hasil analisa yang lebih Statistik Untuk Analisa Data, Bandung :
Nova.
akurat. Subarkah, I. 1980. Hidrologi Untuk
3. Menggunakan input data DEM Pererncanaan Bangunan Air. Bandung:
dengan resolusi yang lebih tinggi agar Idea Dharma
mendapatkan hasil yang lebih akurat Takeda, K. (Eds.). 2003. Hidrologi Untuk
dan aktual. Pengairan. Diterjemahkan oleh S.
Sosrodarsono. Jakarta: PT. Pradnya
Parmita.
Wibowo, A. 2009. Watershed Aplication using
5. DAFTAR PUSTAKA ArcGis. Buku ajar tidak diterbitkan.
Anonim. 2006. Seamless Shuttle Radar Universitas Pertanian Bogor
Topography Mission (SRTM) "Finished" Wikipedia Foundation, Inc. 2014. Strahler
3 Arc Second (~90 meter). (on line), Number. (online),
(http://gis.ess.washington.edu, diakses (http://en.wikipedia.org, diakses 6 juni
tanggal 20 juli 2014). 2014)

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.2 – 2016 ISSN 1978 - 5658 98

Anda mungkin juga menyukai