Anda di halaman 1dari 2

Nama: Syifa Salsabila

NPM: 1910104010073

Mata Kuliah: Legislatif Indonesia (01)

ANALISIS FUNGSI (LEGISLASI, CONTROLLING, & BUDGETING) DPRK


SABANG

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) sebagai lembaga perwakilan rakyat di


daerah diberikan kewenangan dalam legislasi, anggaran dan pengawasan sebagaimana
diutarakan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 41. Selanjutnya dalam Pasal 42 ayat (I)
huruf c UU Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa DPRK mempunyai fungsi
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Perundangan lainnya meliputi peraturan kepala daerah, APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah), kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program
pembangunan dan kerja sama internasional di daerah. Menurut bunyi pasal dan ayat
sebagaimana disebutkan di atas, maka semua kegiatan pemerintah daerah yang dilaksanakan
oleh Bupati dan perangkat daerah mendapat pengawasan DPR Kabupaten.

Fungsi legislasi tersebut dilaksanakan dengan cara menyusun Program Legislasi


Daerah bersama Walikota, membahas bersama Walikota dan menyetujui atau tidak
menyetujui rancangan qanun, dan mengajukan usul rancangan qanun. Sedangkan fungsi
anggaran dilaksanakan dengan cara membahas kebijakan umum APBK dan prioritas dan
plafon anggaran sementara yang disusun oleh Walikota berdasarkan rencana kerja
Pemerintah Kota, membahas rancangan qanun tentang APBK, membahas rancangan qanun
tentang perubahan APBK, dan membahas rancangan qanun tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBK. Lalu, fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan
terhadap pelaksanaan qanun dan peraturan Walikota, pelaksanaan peraturan perundang-
undangan lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah daerah, dan pelaksanaan
tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Wasistiono & Wiyoso, (2009: 148) menyatakan bahwa “salah satu aspek yang mendukung
keberhasilan daerah adalah pengawasan yang dilakukan oleh legislatif yaitu pengawasan
dalam rangka mengawasi kinerja pemerintah”. Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa
otonomi daerah akan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dalam perencanaannya
tanpa adanya pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah yang maksimal oleh legislatif.
Penguatan DPRK sebagai representasi rakyat lokal diwujudkan melalui upaya pemberdayaan
fungsi DPRK dalam bidang legislasi, anggaran dan pengawasan. Jika pada masa orde baru,
rakyat yang diwakili oleh anggota DPRK berada pada posisi yang lemah (strong state and
weak society), di mana nilai-nilai kedaulatan rakyat mengalami pengikisan akibat kuatnya
kekuasaan pemerintahan, maka pada era otonomi daerah, rakyat, melalui wakil-wakilnya
yang duduk di badan legislatif, mulai menemukan kembali kedaulatannya. Hal ini didukung
dengan perubahan peran DPRK. Fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya dengan fungsi
legislasi dan anggaran, karena fungsi pengawasan mempunyai pengertian lebih luas
dibandingkan dengan evaluasi terhadap kinerja Pemerintah Daerah dalam implementasi
berbagai kebijakan publik. Patut disadari bahwa fungsi pengawasan DPRK tidak hanya
menyangkut bidang keuangan (APBK) tetapi termasuk kinerja Pemerintah Daerah dalam
mengimplementasi berbagai kebijakan publik. Kewenangan DPRK dalam menjalankan
fungsi pengawasan memang memberikan tantangan tersendiri dan fungsi ini memberikan
peluang besar bagi DPRK untuk membuktikan kredibilitasnya pada rakyat. Namun
kewenangan ini dapat mudah terjebak dalam kepentingan politik praktis yang bersifat sesaat
atau sumber korupsi, dan tidak lagi menjadi instrument DPRK dalam mengawasi efektivitas
pelaksanaan berbagai peraturan daerah dan agenda penting pembangunan daerah (Wasistiono
& Wiyoso, 2009: 148). Selanjutnya, Wasistiono & Wiyoso, (2009) menyatakan bahwa
"untuk dapat meningkatkan fungsi dan peran kedua lembaga tersebut baik DPRK maupun
Bupati dalam menjalankan tugasnya diperlukan sinergi positif antara keduanya, termasuk
sinergi dengan masyarakat (local communities)". Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kewenangan DPRK dalam menjalankan fungsi pengawasan harus berjalan dalam jalur
yang sebenarnya sehingga tidak terjebak untuk penyalahgunaan wewenang tersebut misalnya
untuk berkolusi baik dengan eksekutif maupun pihak lainnya, serta untuk berhasilnya
pengawasan dibutuhkan sinergitas antara DPRK dengan Bupati.

Anda mungkin juga menyukai