Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS FUNGSI (LEGISLASI, BUDGETING DAN KONTROLING)

DPRK KOTA BANDA ACEH

Oleh:

Fahira Otrisya
(1910104010024)

A. Fungsi Legislasi

Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh mengajukan lima rancangan qanun
inisiatif dewan dalam rapat paripurna Rancangan Qanun Wali Kota Banda Aceh Tahun
2020 dan Penjelsan Perubahan Program Legislasi Kota (Prolek) Banda Aceh Tahun 2020
yang berlangsung di Gedung DPR Kota Banda Aceh. Ada pun kelima rancangan qanun
tersebut, yaitu :

1) Raqan Pemilihan Keuchik Serentak Melalui E-Voting,


2) Raqan Pelestarian Situs dan Sejarah serta Cagar dan Budaya,
3) Raqan Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Tempat Khusus
Parkir,
4) Raqan Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga,
5) Raqan Rencana Pembangunan Induk Wisata

Berdasarkan Keputusan DPRK Banda Aceh Nomor 1 Tahun 2020 tertanggal 23


Januari 2020, Pemerintah Kota Banda Aceh bersama DPRK Banda Aceh sudah menetapkan
18 rancangan qanun yang akan dibahas pada tahun 2020 ini. Akan tetapi saat itu ada beberapa
hal yang belum disiapkan oleh masing-masing alat kelengkapan dewan selaku pengusul.
Rancangan qanun yang dimaksud adalah Rancangan Qanun Kota Banda Aceh tentang
Pelestarian Situs dan Sejarah serta Cagar Budaya sehingga rancangan qanun tersebut akan
di masukkan ke dalam Prolek 2020 ini.

Anggota badan legilasi DPRK Banda Aceh, pimpinan komisi-komisi dan dewan, serta
tim Pemerintah Kota Banda Aceh telah bekerja dengan memberikan usulan dan saran dalam
pembahasan bersama terhadap perubahan program legislasi Kota Banda Aceh tahun 2020. Disini
DPRK baru melaksanakan fungsi legislasi terkait dengan qanun APBK. Namun terkait dengan
qanun-qanun yang menyangkut dengan kepentingan masyarakat luas seperti qanun perlindungan
masyarakat, qanun adat, qanun lingkungan hidup, qanun tentang ekonomi kerakyatan belum
tersentuh.

Pelaksanaan fungsi pembentukan qanun APBK itupun DPRK belum mampu


memperjuangkan terakomodirnya kepentingan publik ke dalam program atau kegiatan yang
menjadi kebutuhan dasar dan prioritas publik. Selama ini, APBK lebih merepresentasikan
kepentingan elit dan anggota DPRK berupa masuknya kegiatan-kegiatan yang terhimpun dalam
pokok-pokok pikiran yang diusulkan oleh individu dewan. Tidak sedikit proyek-proyek
pemerintah yang ada dalam APBK tidak menjawab kebutuhan publik, tapi lebih kepada proyek
orientit.

B. Fungsi Budgeting

Kepala daerah dalam hal ini wali kota sebagai penyelenggara pemerintah daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom
dan tugas pembantuan berkewajiban menyampaikan LKPJ kepada lembaga legislatif yang
memuat capaian kinerja selama satu kali dalam setahun. Laporan keterangan pertanggung
jawaban (LKPJ) kepala daerah atau wali kota merupakan bagian dari siklus rutin
penyelenggaraan pemerintahan. Dengan hal tersebut di harapkan penyelenggaran pemerintah
dapat secara transparan dan akuntabel menyampaikan informasi atas hasil
penyelenggaraan pemerintahan yang telah disepakati dan disetujui bersama, baik dalam
APBK murni maupun dalam APBK Perubahan.

APBK diharapkan dapat memaksimalkan fasilitas DPRK berupa reses untuk menggali,
menagkap dan menginventarisasi apa yang menjadi masalah dan kebutuhan mendasar dan
prioritas rakyat. Lalu hasil dari reses tersebut diberikan kepada tim anggaran pemerintah
kabupaten (TAPK) dan dinas tehnis terkait guna dimasukkan ke dalam rencana kerja (Renja)
SKPA yang dituangkan ke dalam rencana kegiatan APBK, yang seterusnya masuk kedalam
kebijakan umum anggaran (KUA) dan prioritas platforn anggaran sementara (KUA-PPAS).

Tugas selanjutnya yaitu memastikan program dan kegiatan yang merupakan hasil masukan
masyarakat di dalam pelaksanaan Reses Terakomodir dalam RAPBK hingga disahkan menjadi
APBK. Selama ini DPRK hanya berjuang dan berjibaku untuk memperjuangkan kegiatan yang
merupakan kepentingan pribadi dan kelompok, bukan kepentingan rakyat banyak. Bahkan sering
sekali ketika kepentingan DPRK ini tidak diakomodir oleh Eksekutif, maka pembahasan DPRK
macet, akibatnya pengesahan APB menjadi lambat yang pada akhirnya merugikan masyarakat
banyak.

C. Fungsi Kontroling

Setelah menerima penyerahan dokumen LKPJ dari Wali Kota Banda Aceh, Komisi-Komisi
DPRK Banda Aceh melakukan sejumlah kunjungan lapangan untuk memastikan
pembangunan telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
Kota Banda Aceh dengan membentuk Panitia khusus (Pansus) untuk melakukan pemeriksaan
atas pelaksanaan implementasi atau realisasi APBK dilapangan. Tetapi sejauh ini, belum ada
atau masih sangat jarang temuan tersebut ditindak lanjuti sampai ke ranah hukum. Malah temuan
lapangan dalam laporan hasil pansus tersbut dijadikan alat negosiasi oleh DPRK untuk menekan
kepala daerah.

Kemudian,terkait bagaimana pengawasan DPRK terhadap implimentasi Qanun Kota


Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Majelis
Pendidikan Daerah Kota Banda Aceh,Sabri Badruddin selaku Ketua Komisi D DPRK Banda
Aceh menjelaskan “ Selama ini tidak ditetapkan mekanisme sebelumnya untuk dijadikan
pedoman dalam menjalankan fungsinya, hanya saja kami menjalankan fungsi pengawasan
sesuai seperti apa yang kami pahami.

Pasal 24 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang


Pemerintahan Aceh, menentukan bahwa DPRK melaksanakan pengawasan terhadap
kebijakan pemerintah kota, termasuk dalam hal ini pengawasan terhadap izin
mendirikan bangunan. Dalam kenyataannya di Kota Banda Aceh penerbitan izin
mendirikan bangunan yang berpotensi merugikan masyarakat dan juga melanggar rencana
tata ruang wilayah dan DPRK belum sepenuhnya melaksanakan fungsi pengawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Helfianti, Sutri. 2018. Pelaksanaan Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh.
Jurnal Serambi Akademica. VolumeVI. No.2

https://dprk.bandaacehkota.go.id/wp-content/uploads/2020/06/Suara-Parlemen.pdf . Akses
25/11/2020.

Anda mungkin juga menyukai