Anda di halaman 1dari 5

Tazkiya Alifatul Hanan

185060700111039

ANALISIS CBA ATAU COST BENEFIT ANALYSIS

Studi Kasus
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah yang telah ditetapkan sebagai wilayah
pengembangan Program Pembangunan Food Estate. Sebagai pilot project di Provinsi
Kalimantan Barat, informasi mengenai biaya dan manfaat serta dampak perekonomian daerah
dari keberadaan program pembangunan food estate daerah masih terbatas. Pada dasarnya
pemerintah daerah telah melakukan analisis biaya manfaat terhadap Program Pembangunan
Food Estate di Kalimantan Barat, namun analisis yang dilakukan menggunakan pendekatan
finansial. Analisis finansial menggambarkan bahwa program menguntungkan bagi individu
atau kelompok tertentu yang berpengaruh besar terhadap kepemilikan modal sehingga belum
menggambarkan keuntungan bagi masyarakat banyak khususnya petani (Gittinger 1986).
Maka sangat penting dilakukan analisis biaya manfaat dengan pendekatan analisa ekonomi
pada Program Food Estate karena pada analisis ini mempertimbangkan perekonomian
masyarakat sebagai dampak keberadaan Program Food Estate yang menggambarkan
kelayakan ekonomi dimana manfaat bagi orang banyak menjadi tujuan utama dalam analisis
ini.

Identifikasi Manfaat Dan Biaya


1. Hasil produksi
Periode proyek Harga (Rp/Kg) Jumlah produksi (kg) Hasil produksi (Milyar Rp)
Tahun 1 5.066 1.662.261 8.421,01
Tahun 2 6.259 756.542 46.739,35
Tahun 3 6.012 20.845.766 125.324,75

2. Peningkatan kesempatan kerja sebelum dan sesudah program food estate


Periode Sebelum proyek Sesudah proyek Nilai peningkatan
Tahun 1 4.823,63 6.890,91 2.067,27
Tahun 2 4.278,71 6.112,44 1.833,73
Tahun 3 12.640,37 18.057,67 5.417,30

3. Peningkatan aktivitas UPJA


Periode Sebelum proyek Sesudah proyek Selisih
Tahun 1 1.074,91 1.653,71 578,79
Tahun 2 2.403,19 3.697,22 1.294,02
Tahun 3 4.027,84 6.196,68 2.168,83

4. Peningkatan pendapatan Petani pemilik lahan dan pedagang lokal


Periode proyek Petani pemilik lahan (milyar Pedagang lokal (juta rupiah)
rupiah)
Tahun 1 2.357,88 19.800
Tahun 2 13.087,02 19.800
Tahun 3 35.090,93 19.800
Tazkiya Alifatul Hanan
185060700111039

Kelayakan Ekonomi

Tahun Total penerimaan Total biaya Net benefit


0 0 14.184,26 (14.184,26)
1 12.771,09 49.394,83 (36.623,74)
2 59.234,78 27.310,90 31.923,88
3 157.995,64 117.461,98 40.533,67
4 157.995,64 117.461,97 40.533,67
5 157.995,64 117.461,97 40.533,67
6 157.995,64 117.461,97 40.533,67
7 157.995,64 117.461,97 40.533,67
8 157.995,64 117.461,97 40.533,67
9 157.995,64 117.461,97 40.533,67
10 157.995,64 117.461,97 40.533,67
11 157.995,64 117.461,97 40.533,67
12 157.995,64 117.461,97 40.533,67
13 157.995,64 117.461,97 40.533,67
14 157.995,64 117.461,97 40.533,67
15 157.995,64 117.461,97 40.533,67
16 157.995,64 117.461,97 40.533,67
17 157.995,64 117.461,97 40.533,67
18 157.995,64 117.461,97 40.533,67
19 157.995,64 117.461,97 40.533,67
20 157.995,64 117.461,97 40.533,67

Cost Benefit Analysis Program Food Estate Provinsi Kalimantan Barat

Uraian Analisis ekonomi Keterangan


B/C 1,26 Layak
NPV (milyar) 150,56 Layak
IRR (%) 62 Layak
Payback Periode 8 Jangka pengembalian investasi

Tabel diatas menunjukkan perhitungan kelayakan investasi diperoleh nilai B/C sebesar
1,26 artinya setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar 1 rupiah akan memberikan benefit
atau manfaat sebesar Rp 126. Nilai NPV diperoleh sebesar 153,76 milyar rupiah yang
menggambarkan NPV lebih besar dari nol atau positif, artinya penanaman investasi Program
Food Estate memberikan keuntungan sebesar 150,56 milyar rupiah selama 20 tahun menurut
nilai sekarang. Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 62 persen, lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, artinya tingkat bunga dapat dibayar oleh kegiatan investasi ini untuk
sumberdaya yang digunakan. Nilai pay back period diperoleh sebesar 8 tahun, yang
menunjukkan bahwa proyek mampu mengembalikan modal dalam jangka waktu 8 tahun,
sebelum proyek berakhir.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, Program Food Estate menunjukkan layak
atau menguntungkan secara ekonomi artinya keberadaan proyek memberikan keuntungan
bagi petani dan masyarakat disekitar proyek baik yang terlibat langsung maupun yang tidak
terlibat langsung. Kelayakan suatu program atau proyek sangat mempengaruhi
keberlanjutannya dimasa yang akan datang sehingga diperlukan per timbangan khusus untuk
tetap melanjutkannya. Hasil pengamatan lapangan menemukan beberapa permasalahan dalam
Tazkiya Alifatul Hanan
185060700111039

proyek yaitu terjadinya gangguan dari alam dan ketidakpastian harga gabah serta sistem
pembagian hasil yang kurang dan ketidakpastian harga gabah serta sistem pembagian hasil
yang kurang menguntungkan bagi pemilik modal. Selain itu kesiapan masyarakat dalam
menyediakan lahan masih kurang sehingga menghambat rencana perluasan proyek dimasa
yang akan datang.

ANALISIS FORCE FIELD ANALYSIS (FFA)

Studi Kasus
Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dari Kementerian Pertanian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI
No. 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Karantina Pertanian, tanggal 3 April 2008 mempunyai tugas pokok melaksanakan
operasional perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati. UPT Balai
Karantina Pertanian Kls I Mataram bertanggung jawab langsung kepada Badan Karantina
Pertanian sebagai salah satu eselon I Kementerian Pertanian. Sebagai sektor publik UPT
Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram berupaya membangun kepercayaan kepada
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan sehingga diharapkan mampu menjawab
tantangan yang ada ditengah isu miring terhadap rendahnya kualitas pelayanan, disiplin,
integritas dan profesionalitas Aparatur Sipil Negara.
Upaya peningkatan kinerja kualitas pelayanan di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Mataram dilakukan dengan mengimplementasikan SMM ISO 9001 : 2008 yang telah
diterapkan sejak tanggal 11 Februari tahun 2013 dan disertifikasi oleh lembaga sertifikasi PT.
Mutu Agung Lestari yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.
Sejak penerapan sistem mutu ini belum pernah dilakukan penelitian terhadap analisis
kebutuhan pengembangan SDM setelah penerapan SMM ISO 9001:2008 pada Balai
Karantina Pertanian KelasI Mataram. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu
dilakukan penelitian Analisis Kebutuhan Pengembangan SDM. Setelah Penerapan SMMISO
9001:2008 di Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram sehingga dapat diketahui gap
kinerja sebelum dan setelah penerapan ISO 9001 : 2008 serta implikasinya terhadap
pengembangan sumber daya manusia.

Hasil dan Pembahasan


Kategori interval variabel penelitian
Interval Kategori
≤ 1,80 Kekuatan faktor pendorong / penghambat sangat
kecil
1,82 – 2,60 Kekuatan faktor pendorong / penghambat kecil
2,61 – 3,40 Kekuatan faktor pendorong / penghambat
sedang
3,41 – 4,20 Kekuatan faktor pendorong / penghambat besar
≥ 4.21 Kekuatan faktor pendorong / penghambat sangat
besar
Tazkiya Alifatul Hanan
185060700111039

Nilai interval faktor pendorong dan penghambat yang diperoleh sebagaimana dalam tabel
berikut:
No Bobot Faktor pendorong
A 4.82 Tuntutan reformasi birokrasi dalam pelayanan
B 4.45 Motivasi dan semangat kerja para pegawai
C 3.82 Tersedianya SOP teknis dan administrasi secara lengkap
D 3.91 Dukungan dari instansi terkait
E 4.55 Tersedianya sarana prasarana yang memadai untuk kegiatan
pelayanan karantina
A 3.54 Terbatasnya jumlah SDM teknis dan administrasi
B 4.09 Kurangnya pengembangan SDM untuk peningkatan kompetensi
teknis dan petugas khusus di konter pelayanan
C 3.63 Kurangnya komitmen dan disiplin pegawai dalma menjalankan
SOP
D 3.90 Kurangnya kesadaran pengguna jasa untuk mengikuti peraturan
karantina
E 3.72 Gangguan internet dalma pelayanan berbasis online

Keadaan pada waktu ini (status quo) merupakan keseimbangan antara kekuatan
penghambat dan kekuatan pendorong maka jumlah nilai kekuatan penghambat sama dengan
kekuatan pendorong yang ada sebagaimana digambarkan seperti berikut terhadap faktor
penghambat dan faktor pendorong yang telah ditetapkan oleh Balai Karantina Pertanian
Kelas I Mataram.
Hasil analisis FFA menunjukkan bahwa faktor Kurangnya pengembangan SDM untuk
peningkatan kompetensi teknis dan petugas khusus di konter pelayanan serta kurangnya
kesadaran masyarakat pengguna jasa karantina untuk mengikuti peraturan karantina
merupakan faktor penghambat tertinggi terhadap kondisi yang ada saat ini sehingga perlu
diintervensi untuk dapat ditekan menjadi lebih kecil kekuatannya sebagai faktor penghambat.
Berikut adalah hasil analisis FFA terhadap kekuatan faktor pendorong dan faktor
penghambat yang diperoleh terhadap keadaan pada waktu ini
Tazkiya Alifatul Hanan
185060700111039

Adapun kekuatan faktor penghambat yang diintervensi adalah kurangnya kesadaran


masyarakat untuk mengikuti peraturan karantina dan kurangnya pengembangan SDM untuk
peningkatan kompetensi teknis dan petugas khusus konter layanan. Strategi fungsional
pengembangan SDM, rencana perubahan dan program kegiatan yang direkomendasikan
untuk dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan sertifikasi karantina di
Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram sebagai berikut :
a. Pengembangan non aparatur (N-ED), kegiatan yang dilakukan adalah Meningkatkan
kesadaran masyarakat melalui Sosialisasi Peraturan karantina kepada masyarakat
Lombok dengan pemasangan baliho dan spanduk serta sosialisasi dengan stake holder di
pelabuhan
b. Pelatihan aparatur (ET), yaitu upaya jangka pendek untuk menyelaraskan tanggung
jawab dan jabatan, kegiatan yang dilakukan adalah Meningkatkan kompetensi pegawai
melalui :
1) Pelatihan etika pelayanan
2) Pelatihan penggunaan aplikasi layanan
3) Magang SDM Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai