Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gawat Darurat. Makalah ini berjudul Primary Survey dan Secondary Survey.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gawat Darurat kami. Makalah ini juga merupakan tugas mahasiswa yang dapat
dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan oleh mahasiswa yang
membacanya.
Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, kami
mengucapkan terima kasih banyak.
Penulis
Daftar Isi
Daftar Isi............................................
Isi...................................................................
.............................................
...........................................
..................... 2
BAB I :Pendahuluan
: Pendahuluan ........................................
..............................................................
............................................
.............................
....... 3
A. LatarBelakang ..........................................
................................................................
............................................
.........................
... 3
B. RumusanMasalah .................................
.......................................................
............................................
.............................
....... 3
C. TujuanUmum ...........................................
.................................................................
............................................
.........................
... 3
D. TujuanKhusus ..............................................
....................................................................
...........................................
..................... 4
BAB II :Pembahasan
: Pembahasan ............................................
..................................................................
............................................
.........................
... 5
A. Kesimpulan .....................................................
...........................................................................
........................................
.................. 35
DaftarPustaka ............................................
..................................................................
............................................
....................................
.............. 36
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan /
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati
atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-
waktu / kapan saja, terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja
sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medik atau perjalanan
suatu penyakit.
Dalam keadaan gawat darurat harus dilakukan tindakan penanganan awal
untuk mencegah keadaan pasien menjadi tambah buruk. Pada pasien trauma
waktu sangatlah penting, diperlukan cara yang mudah untuk menangani,
biasanya proses ini dinamakan sebagai initial assesment (penilaian awal).
Dalam initial assesment terdapat tindakan Primary Survey dan Secondary
Survey.
Primary Survey merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menilai
keadaan klien dengan menggunakan metode ABCDE ( Airway,
( Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Exposure)
Exposure ) dilakukan pada saat waktu emasnya.
Secondary Survey merupakan tindakan lanjutan dari Primary Survey yang
dilakukan dengan mengkaji secara menyeluruh dari ujung kepala sampai
ujung kaki klien, biasanya disebut sebagai pengkajian
p engkajian Head
Head to Toe.
Toe.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum
Pembahasan
A. Primary Survey
Survei primer atau biasa disebut primary survey adalah suatu proses
melakukan penilaian keadaan korban gawat darurat dengan menggunakan
prioritas ABCDE untuk menentukan kondisi patofisiologis korban dan
pertolongan yang dibutuhkan dalam waktu emasnya. Penilaian keadaan
korban gawat darurat dan prioritas terapi dilakukan berdasarkaan jenis
perlukaan, stabilitas tanda - tanda vital.
Adapun prioritas ABCDE yaitu :
1. Airway,menjaga
Airway,menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical
(cervical spinecontrol )
Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam
resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus dalam
penatalaksanaan keadaan gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang
harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Menurut ATLS (Advanced
Trauma Life Support) 2004, Kematian-kematian dini karena masalah
airway seringkali masih dapat dicegah, dan dapat disebabkan oleh :
a. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway
b. Ketidakmampuan untuk membuka airway
c. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru
d. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang
e. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
f. Aspirasi isi lambung
a. Head tilt
Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang dan
horizontal, kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan
kepala pasien harus direndahkan dengan posisi semilateral untuk
memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing. Kepala
diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di bawah leher
pasien dengan sedikit mengangkat leher ke atas. Tangan lain
diletakkan pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke
belakang. Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan
memberikan inflasi bertekanan positif secara intermittena (Alkatri,
2007).
b. Chin lift
Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang, yang
kemudian secara hati –
hati – hati
hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke
arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir
bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga diletakkan di
belakang gigi seri (incisor ) bawah dan, secara bersamaan, dagu
dengan hati – hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh
menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada korban
trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan
patah ruas rulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera
spinal menjadi patah tulang dengan cedera spinal.
c. Jaw thrust
Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan pada
mandibula,
mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada
angulus mandibula,
mandibula , jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada
pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan kiri berada pada
mentum mandibula.
mandibula . Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati
molar pada maxila (Arifin, 2012)
e. Nasopharingeal Airway
Pada penderita yang masih memberikan respon, airway
nasofaringeal lebih disukai dibandingkan airway orofaring karena
lebih bisa diterima dan lebih kecil kemungkinannya merangsang
muntah (ATLS, 2004).
Teknik yang dapat dilakukan adalah : Posisikan kepala pasien lurus
dengan tubuh. Pilihlah ukuran pipa naso-faring yang sesuai dengan
cara menyesuaikan ukuran pipa naso-faring dari lubang hidung
sampai tragus (anak telinga). Pipa nasofaring diberi pelicin dengan
KY jelly (gunakan kasa yang sudah diberi KY jelly). Masukkan pipa
naso-faring dengan cara memegang pangkal pipa naso-faring dengan
tangan kanan, lengkungannya menghadap ke arah mulut (ke bawah).
Masukkan ke dalam rongga hidung dengan perlahan sampai batas
pangkal pipa. Patikan jalan nafas sudah bebas.
f. Airway definitif
Terdapat tiga jenis airway definitif yaitu : pipa orotrakeal, pipa
nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiroidotomi atau trakeostomi).
Penentuan pemasangan airway
airway definitif didasarkan pada penemuan-
penemuan klinis antara lain (ATLS, 2004):
2004):
1. Adanya apnea
2. Ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan
cara-cara yang lain
3. Kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi
darah atau vomitus
4. Ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway
5. Adanya cedera kepala yang membutuhkan bantuan nafas (GCS <
8)
6. Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat
dengan Pemberian oksigen tambahan lewat masker wajah
Lihat (look
(look ),
), melihat naik turunnya dada yang simetris dan
pergerakan dinding dada yang
yang adekuat.
Dengar (listen
(listen),
), mendengar adanya suara pernafasan pada kedua
sisi dada.
Rasa ( feel
feel ),
), merasa adanya hembusan nafas.
2. Breathing , menjaga pernafasan dengan ventilasi
Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan
pasokan konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi kimiawi
penghasil energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara
terus-menerus (Sherwood, 2001).. Pada keadaan normal, oksigen
diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh
tubuh (Smith, 2007). Airway
2007). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat
bernafas dengan baik pula (Dolan, Holt, 2008). Menjamin terbukanya
airway merupakan langkah awal yang penting untuk pemberian oksigen.
Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan
teknik bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif, teknik ini lebih
efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah
satu petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik
(ATLS, 2004). Cara melakukan pemasangan face-mask
pemasangan face-mask (Arifin, 2012):
a. Posisikan kepala lurus dengan tubuh
b. Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai bila
sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada
kebocoran)
c. Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)
d. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus
mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu
jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka
e. Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepala
pasien
f. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah
dipasangkan
g. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama (tangan
kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka bersama-
sama)
h. Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)
i. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi
sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan untuk memegang
bag (kantong) reservoir sekaligus pompa nafas bantu ( squeeze-bag )
Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek
kesadaran). Penurunan tingkat kesadaran perlu diperhatikan pada empat
kemungkinan penyebab (Pre-Hospital Trauma Life Support Commitee
2002) :
a. Penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak
b. Trauma pada sentral nervus sistem
c. Pengaruh obat-obatan dan alkohol
d. Gangguan atau kelainan metabolik
5. Exposure/environmental control , membuka baju penderita, tetapi cegah
hipotermia
Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus
dibuka keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian
tubuh. Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log
roll. Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat,
ruangan yang cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah
dihangatkan untuk mencegah agar pasien tidak hipotermi.
B. Secondary Survey
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap
lengkap yang
yang
dilakukan secara head to toe,
toe, dari depan hingga belakang. Secondary
survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian
tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat
pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien.
Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan
sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
Pengkajian riwayat pasien secara optimalharus diperolehlangsung
daripasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya,usia, dan cacatatau
kondisipasienyang terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga,
orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat
dari pasien dan keluarga ( Emergency Nursing Association,
Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history
history (riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-
obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode
menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events,
Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yang menyebabkan adanya keluhan utama)
Selain itu apat dilakukan pengkajian PQRST saat pasien
mengeluhkan nyeri, adapun pengkajian PQRS adalah :
P (Provokes/palliates) : apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang
membuat nyerinya lebih baik? apa yang menyebabkan nyerinya
lebih buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri? apakah rasa nyeri
itu membuat anda terbangun saat tidur?
Q (Quality)
(Quality) : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?
apakah seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar,
kram, kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan dengan kata-
katanya sendiri.
R (Radiates) : apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana?
Apakah nyeri terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
S (Severity)
(Severity) : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10
dengan 0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
T (Time) :
(Time) : kapan nyeri itu timbul? Berapa lama nyeri itu timbul?
Apakah terus menerus atau hilang timbul? apakah pernah
merasakan nyeri ini sebelumnya? apakah nyerinya sama dengan
nyeri sebelumnya atau berbeda?
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan
adanaya kelainan – kelainan
kelainan dari sustu sistem atau suatu organ tubuh
dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi)
dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond, 2009)
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik adalah pada
kemampuan fungsional pasien.
Metode dan langkah pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung
seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan.
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus
mengetahui apa yang dilihatnya dan dimana lokasinya.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan)
dan abnormalitas
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
Tangan dan jari adalah intrumen yang sensitif digunakan untuk
mengumpulkan data. Teknik palpasi dibagi menjadi dua :
Palpasi ringan : ujung – ujung jari pada satu atau dua
tangan digunakan secara simultan. Tangan diletakkan pada
area yang dipalpasi, jari – jari ditekan kebawah perlahan
sampai ada hasil
Palpasi dalam : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan
dua tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang
dipalpasi, tangan lainnnya untuk menekan kebawah.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien bisa tidur, duduk, atau berdiri
Pastikan pasien dalam keadaan rileks denga posisi yang
nyaman
Kuku jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan
kering
Minta pasien untuk menarik nafas dalam agar
meningkatkan relaksasi otot
Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahaan dengan te kanan
ringan
Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan,
menandakan kelainan
Lakukan palpasi secara hati – hati apabila diduga adaanya
fraktur tulang
Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah
Rasakan dengan seksama kelainan organ atau jaringan,
adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi
padat/kenyal, bersifat kasar
kasa r atau lembut, ukurannya dan ada
atau tidaknya getaran/trill, serta ras nyeri raba atau tekan.
c. Perkusi
Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran atau gelombang suara yang dihaantarkan kepermukaan
tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan
dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh karakter
bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk
dan kepadatan struktur dibawah kulit. Sifat gelombang suara
yaitusemakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan
udara atau gas paling resonan.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk, atau berdiri
Pastikan pasien dalam keadaan rileks
Minta pasien untuk nafas dalam agar meningkatakan
relaksasi otot
Kuku jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan
kering
Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis
Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh
perkusi. Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada
tinggi, waktu agak lama dan kualitas seprti drum
(lambung). Bunyi resonan mempunyai intensitas
menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema
(paru normal). Bunyi hipersonar mempunyai intensitas
amat keras, waktu lebih lama, kuaalitas ledakan (empisema
paru). bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai
menengah, nada tinggi, waktu agak lama, kualitas seprti
petir (hati).
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan stetoskop. Hal –
Hal – hal
hal yang di dengarkan adalah bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran per menit.
Durasi yaitu lam bunyi yang terdengar
Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat atau lemahnya suara
Kualitas yaitu warna nada atau variasi suara
Tindakan :
Tindakan :
- Inspeksi : disribusi rambut merata atau tidak, kotor
atau tidak, bercabang
- Palpasi : mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
Kuku
Tujuan :
- Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
- Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Telinga Luar :
Telinga Dalam :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Genetalialaki-laki :
Inspeksi :Amati penis mengenai kulit, ukuran
dan kelainan lain.Pada penis yang tidak di
sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala
penis adanya lesi. Amati skrotum apakah ada
hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
Palpasi :Tekan dengan lembut batang penis
untuk mengetahui adanya nyeri. Tekan saluran
sperma dengan jari dan ibu jari
Genetaliawanita :
Inspeksi :Inspeksi kuantitas dan penyebaran
pubis merata atau tidak. Amati adanya lesi,
eritema, keputihan/candidiasis
Palpasi : Tarik lembut labia mayora dengan jari-
jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan
clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum
g. Rektum dan Anal
Tujuan :
- Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
- Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
- Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada
rectal/hemoroid
Tindakan :
Tindakan :
Penutup
A. Kesimpulan
Primary survey merupakan suatu proses melakukan penilaian
keadaan pada korban gawat darurat dengan menggunakan prioritas
ABCDE (Airway, Breathing, Circulation. Disability, Exposure). Ai rway
rway
adalah suatu tindakan untuk mengatasi jika ada sumbatan pada jalan nafas
agar pasien dapat bernafas dengan baik. Breathing dilakukan ketika
pernafasan pasien tidak adekuat. Circulation merupakan tindakan untuk
mengontrol adanya perdarahan dengan menilai tingkat kesadaran, warna
kulit dan nadi. Disability adalah tindakan untuk mengevaluasi system
neurologis pasien dengan mengkaji tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil. E xposure
xposure pasien harus dibuka keseluruhan pakaian, kemudian
dinilai pada keseluruhan bagian tubuh.
Secondary survey merupakan tindakan lanjutan yang dilakukan
setelah primary survey. Ada dua tindakan yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dilakukan pngkajian mengenai data-
data pasien, sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan pada keseluruhan
system pada tubuh pasien. Ada 4 tahapan yang dilakukan pada
pemeriksaan fisik yaitu ,Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi. I nspe
nspeksi
adalah metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh
pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Palpasi adalahsuatu
tindakan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh
dengan menggunakan jari atau tangan. Perkusi tindakan pemeriksaan
dengan mendengarkan bunyi getaran atau gelombang suara yang
dihaantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Aus
A uskult
kulta
asi pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh.
DaftarPustaka
https://handayanilina.wordpress.com/pegkajian-gadar-dewasa/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf
http://bembengsyuhada.blogspot.co.id/2012/11/pemeriksaan-fisik-dari-kepala-sd-
ujung_6846.html