Anda di halaman 1dari 7

Nama kelompok:

1. Meylani Puteri (180521629026)


2. Galih Purwoajei (180521629013)

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri konstruksi termasuk sebagai lokomotif pembangunan fisik yang
membawa dampak signifikan terhadap ekonomi negara. Dalam KBBI kata
industri memiliki makna "kegiatan memproses atau mengolah barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin", sedangkan kata
konstruksi memiliki makna, "susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan,rumah,dan sebagainya)". Oleh karena itu, makna dari industri
konstruksi adalah suatu kegiatan memproses atau membangun suatu bangunan
dengan perencanaan pembangunan.
Industri konstruksi tidak selalu membawa dampak positif seperti
perkembangan ekonomi negara yang lebih baik. Industri konstruksi juga
memiliki dampak negatif terutama terhadap lingkungan dan aspek sosial dari
suatu negara. Dampak negatif tersebut yaitu sering menghadapi masalah
kronis seperti keterlambatan pengadaan material dan alat proyek. Hal tersebut
mengakibatkan banyak proyek pembangunan yang terlambat rampung, dan
juga mengakibatkan banyak instansi yang dirugikan.
Sebagai contoh, fenomena yang terjadi adalah kerusakan akibat gempa 10
September 2009, yang berpusat di Pariaman Sumatera Barat. Banyak
kerusakan yang terjadi pada bangunan dan fasilitas umum di daerah tersebut.
Salah satunya adalah kantor Gubernur Sumatera Barat, mengalami kerusakan
parah sehingga tidak dapat digunakan lagi dan memerlukan adanya perbaikan.
Dalam proyek perbaikan tersebut mengalami keterlambatan penyelesaian
proyek, akibat dari keterlambatan pengadaan material dan alat proyek.
Penulis memilih judul “Keterlambatan Pengadaan Material dan Alat
Proyek” karena menarik untuk dibahas, dengan tujuan untuk mencari solusi
dari keterlambatan pengadaan material dan alat proyek yang sering terjadi
pada dunia industri konstruksi. Oleh karena itu, ditulisnya karya ilmiah ini
agar kontraktor, konsultan pengawas, dan owner lebih kritis dalam
menanggapi masalah keterlambatan pengadaan material dan alat dalam suatu
proyek pembangunan, mencari solusi agar hal tersebut tidak kembali terjadi
pada proyek-proyek pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dari penulisan ini sebagai berikut.
a. Mengapa banyak proyek yang masih terlambat dalam ha pengadaan
material dan alat proyek?
b. Apa dampak dari keterlambatan pengadaan material dan alat proyek?
c. Bagaimana cara mengatasi keterlambatan pengadaan materia dan alat
proyek sebuah pembangunan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini
sebagai berikut.
a. Untuk menjelaskan proyek pembangunan terlambat.
b. Untuk menjelaskan dampak dari keterlambatan pengadaan material
dan alat proyek.
c. Untuk menjelaskan solusi atas permasalahan pada proyek untuk
pelaksanaan konstruksi kedepannya.
BAB II
BAHASAN

2.1 Penyebab Proyek Mengalami Keterlambatan


Proyek mengalami keterlambatan pembangunan yaitu disebabkan oleh
beberapa faktor yang berasal dari kontraktor dan owner. Keterlambatan yang
terjadi yaitu keterlambatan pengadaan material dan alat proyek. Terlambatnya
material biasanya terjadi yaitu karena owner terlambat melakukan angsuran
pembayaran kepada kontraktor, sedangkan yang terjadi karena kontraktor
yaitu, ketidak tersediaan material pasaran, tidak tersedianya material di
pasaran, tidak tersedianya material di lokasi, kurangnya pengawasan terhadap
subkontraktor dan supplier. Di sarana dalam hal ini owner dan kontraktor
memastikan bahwa tidak ada kekurangan gambar dan perencanaan di yang
dibuat oleh konsultan perencana, mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
dan melakukan pengorderan material ketika stok barang sudah mulai menipis.
Kantor gubernur sumatera barat akibat gempa 10 September 2009.
Mengakibatkan kantor tersebut tidak dapat digunakan lagi, perbaikan perlu
dilakukan dengan tujuan mempertahankan heritage yang terdapat dari gedung
tersebut, gubernur Sumatera Barat ketika itu menolak usulan dari pekerja
umum portal jawa timur untuk merobohkan dan membangun bangunan yang
baru dan lebih memilih untuk direnovasi dan melakukan perkuatan dan
perbaikan struktur (retrofit) di beberapa titik yang diperkirakan lemah akibat
gempa tersebut.
Pekerjaan retrofit kantor gubernur provinsi Sumatera Barat, memiliki
nilai kontrak Rp22.104.465.000,- dengan waktu pelaksanaan 210 hari yaitu
dimulai tanggal 5 juni 2015–31 Desember 2015. Berdasarkan final report
yang diperoleh pada akhir kontrak (31 desember 2015) pencapaian bobot baru
87,648 %. Hal ini berarti sudah terjadi keterlambatan sebanyak 12,352% dari
bobor perencaan yang seharusnya sudah 100%. Keterlambatan tersebut
karena terlambatnya pegadaan material dan alat proyek.
2.2 Dampak dari Keterlambatan pengadaan Material dan Alat Proyek
Menurut Saleh, keterlambatan akan menebabkan kerugian bagi pihak-
pihak terkait terutama kontraktorelan pemilik, karena umumnya disertai
konflik, tuntutan waktu dan biaya, serta penyimpangan kualitas penyelesaian
proyek. Keberhasilan suatu pekerjaan kontruksi sangat tergantung dari
keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses kontruksi. Keterlambatan
(delay) adalah sebagian waktu pelaksaan yang tidak dapat dimanfaatkan
sesuai dengan lencana, sehingga menyebabkan seberapa kegiatan yang
mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal
yang sudah direncanakan.
Menurut Narbuka. Pengaruh keterlambatan (delay) yang terjadi juga
dapat berpengaruh pada peningkatan biaya kontruksi menyatakan
keterlambatan dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu.
1.) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays).
Non Excusable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh
tindakan, kesalahan oleh pihak kontraktor. Salah satu bentuk
dokumen kontrak standar adalah American lastitute of architecti
(AIA) dalam kontrak A201, penundaan yang disebakan oleh
kelalaian kontraktor.
2.) Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays) Excusable
Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh diluar kendali
baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian ini kontraktor
mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja. Contoh
penerapan konsep ini adalah kontraktor harus memaafkan pemilik
proyek dan disainer terhadap waktu yang digunakannya. Kompensasi
dari hal ini adalah kontraktor mendapatkan tambahan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
3.) Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable
Lelays), adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan,
kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kepadatan ini, kontraktor
biasanya mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu
tambahan biaya operasional yang perlu selama keterlambatan
pelaksanaan tersebut. Dampak dari keterlambatan pengadaan
material dan alat proyek yaitu dapat mengakibatkan proyek selesai
tidak pada waktunya. Oleh karena itu, penulis harus lebih krisis
menanggapi hal pengadaan material dan alat proyek.

2.3 Keterlambatan Pelaksanan Pengadaan material dan Alat Proyek


pelaksanan pengadaan material dan alat proyek merupakan suatu masalah
yang tentunya tidak diharapkan oleh owner sebagai pemilik bangunan dan
kontraktor sebagai pelaksana pembangunan, masyarakat di sekitar proyek
juga mengalami kerugian misalnya dengan gangguan dari aktivitas
pembangunan yang seharusnya sudah selesai pada tanggal atau batas waktu
yang sesuai rencana. Hal ini dikarenakan terlambatnya pengadaan material
dan alat proyek.
Penulis menuliskan beberapa solusi agar permasalahan pada proyek
pembangunan kedepannyatidak memiliki kendala. Berikut adalah beberapa
solusi yang ada.
1. Solusi untuk owner yaitu meminta pertanggung jawaban kontraktor
atau pemborong agar tetap menyelesaikan proyek tepat sesuai jadwal
karena jika terjadi kemunduran maka akan dikenakan denda
keterlambatan proyek sekian persen dari nilai kontrak kerja
kontruksi.
2. Solusi untuk kontraktor yaitu melakukan inovasi teknologi sehingga
dapat memilih metode kerja terbaik dan tercepat, menambah jumlah
tenaga kerja, menambah jumlah alat, penambahan bonus pada
pekerja agar kinerja meningkat. Mengajukan tambahan waktu
kepada owner karena terjadi hambatan yang memaksa kemunduran
waktu pelaksaan seperti cuaca buruk.
3. Solusi untuk konsultan yaitu membuat kontrak kerja perencanaan
atau pengawasan dengan perjanjian adanya.
4. Solusi untuk masyarakat yaitu ikut membantu agar proyek segera
selesai, melakukan protes atau demontrasi agar proyek sgera
diselesaikan, mengajukan proposal agar diberikan dana untuk
melakukan perbaikan akibat ganguan proyek.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari beberapa rumusan masalah beserta pembahasan yang ditulis untuk
mengidentifikasi keterlambatan Pengadaan Material dan Alat Proyek, maka
dapat disimpulkan faktor yang menyebabkan keterlambatan suatu proyek
pembangunan yaitu kontraktor dan juga owner itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam sebuah proyek pembangunan harus
diperhitungkan dengan matang, serta persiapan yang matang agar proyek
tidak terlambat penelesaiannya.
3.2 Saran
Sebaiknya perusahaan jasa kontruksi yang akan melaksanakan proyek,
hendaknya memperhatikan masalah perencanaan pengadaan bahan material
(schedule, volume, dan lain-lain), sehingga keterlambatan pengiriman bahan
yang terjadi pada proyek dapat diatasi. Perencanaan jumlah dan jenis bahan
kontruksi yang akan digunakan, pembelian, pengangkutan, dan mengatur
persediaan bahan serta penyimpanan bahan konstruksi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Ervianto, Wulfram I Teori – Teori Manajemen Proyek Konstruksi,2004
2. Ejurnal.bunghatta.ac.id
3. www.manajemenproyekindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai