Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Remaja dan Kenakalan Remaja


Remaja adalah masa pertumbuhan atau peralihan seseorang dari masa kanak-kanak
sebelum mereka beranjak dewasa. Pada masa remaja mereka sedang mencari pola hidup yang
paling sesuai baginya. Tetapi, pada saat ini banyak sekali remaja yang salah dalam mencari
pola hidupnya, mereka banyak melakukan coba-coba yang menimbulkan kesalahan.
Kesalahan tersebut disebut juga dengan kenakalan remaja “Kesalahan yang dilakukannya
sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih
dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan
lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.” (Sumara, 2017:346).
Jadi, remaja adalah seseorang yang sedang mengalami masa pertumbuhan dari masa
anak-anak menuju dewasa. Dimana mereka sedang mencari jati dirinya dengan mencoba
banyak hal. Tetapi, terkadang hal yang mereka lakukan malah menimbulkan masalah atau
kesalahan yang merugikan banyak orang dan dirinya sendiri. Masalah atau kesalahan yang
timbul itu dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja.

2.2 Pendidikan bagi Remaja


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berawal dari kata dasar didik
yang mempunyai arti ; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan arti pendidikan itu
sendiri yaitu : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Maka pendidikan dapat juga diartikan sebagai upaya pembentukan karakter suatu
individu atau kelompok dengan baik secara jasmani maupun rohani dengan tujuan
memajukan budi pekerti dan kesempurnaan hidup yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya, seperti yang tertera pada Jurnal Kependidikan oleh Nurkholis (2013:26) “Ki
Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.”
Pada Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3
sudah tercantum dengan jelas bahwa pendidikan nasional mempunyai peranan yang sangat
penting terutama untuk generasi penerus bangsa yang mana pasal tersebut berisikan “Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Remaja adalah penerus bangsa atau masa depan bangsa sehingga dapat kita simpulkan
bahwa peran remaja ini sangat penting bagi bangsa Indonesia. Jika remajanya tidak
berpendidikan atau hancur maka bangsanya pun akan sama demikian. Jadi, peran pendidikan
ini sangat penting untuk remaja karena dengan adanya pendidikan kita bisa menciptakan
penerus-penerus bangsa yang berkualitas serta membuat bangsa Indonesia maju.

2.3 Pengaruh Kenakalan Remaja


Peningkatan angka kenakalan remaja terus bertambah. Kenakalan-kenakalan yang
dilakukan oleh remaja sangat beragam, mulai dari bolos sekolah, tawuran, seks bebas,
penyalahgunaan obat terlarang, konsumsi minuman keras, balap liar, hingga melakukan
tindakan kriminalitas seperti pembunuhan, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Unayah dan Sabarisman (2015:130), “Seperti yang dirasakan beberapa tahun ini, dengan
berkembangnya jaman ke arah modern, kenakalan remaja sudah mulai meningkat dan
bergeser, bukan hanya sekedar kenakalan biasa-biasa saja yang sering dilakukan oleh para
remaja, akan tetapi kenakalan remaja saat ini sudah pada tindakan kriminalitas.”Oleh sebab
itu, hal ini sangat mengkhawatirkan dan kita perlu memandang serius masalah tersebut.
Masalah kenakalan remaja ini tentunya memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi. Faktor tersebut terbagi menjadi 2, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, sedangkan faktor internal berasal dari dalam
diri individu.

2.3.1 Faktor Eksternal


Faktor eksternal pertama yang kuat ialah berasal dari orang tua, seperti yang
diungkapkan oleh Setyawati (2017:3), “Faktor orang tua salah satu pengaruh yang sangat
kuat dalam kenakalan remaja, keluarga yang berantakan atau akibat dari perceraian orang tua
dan ketidakpedulian terhadap anak dalam melakukan sesuatu kegiatan yang merugikan anak
tersebut.” Akibat ketidakpedulian orang tua terhadap anak, maka seorang anak akan mencari
pengakuan untuk dirinya di luar rumah. Seorang anak akan mencari dan bergabung untuk
dapat berteman dengan teman sebayanya yang merupakan salah satu tempat anak tersebut
dapat bersosialisasi tanpa melihat teman tersebut baik atau tidak.
Teman sebaya juga menjadi faktor eksternal kedua kenakalan remaja, seperti yang
diungkapkan oleh Saputro dan Soeharto (2012:6), “Pergaulan remaja dengan teman sebaya
dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif terhadap sikap dan tingkah laku remaja.
Konformitas terhadap teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku kenakalan remaja.
Selain itu, ada faktor lain yaitu berasal dari lingkungan masyarakat yang dapat
menentukan seorang remaja dapat menjadi remaja yang baik atau terjerumus ke dalam
kenakalan remaja, seperti yang dikatakan oleh Shanty dkk. (2015:6), “Lingkungan
masyarakat adalah salah satu faktor yang dapat membentuk perkembangan jiwa anak. Anak
akan berbuat baik atau buruk dapat bergantung pada kondisi lingkungan masyarakat di mana
anak tersebut tinggal.”

2.3.2 Faktor Internal


Fktor internal dari kenakalan remaja ialah dirinya sendiri karena masa remaja
merupakan masa pencarian jati diri, “Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.” (Sumara, 2017:347).
Ada pula faktor-faktor internal lainnya, seperti faktor status sosial (ekonomi),
kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang agama, kemajuan teknologi yang salah
digunakan, kurangnya pendidikan karakter, serta kurangnya pengetahuan tentang bahaya
kenakalan remaja juga dapat menjadi pengaruh terjadinya kenakalan remaja.

2.4 Kenakalan Remaja dan Pendidikan


Seperti yang telah kita ketahui remaja adalah seseorang yang sedang mengalami masa
pertumbuhan dari masa anak-anak menuju dewasa. Dimana mereka sedang mencari jati
dirinya dengan mencoba banyak hal. Tetapi, terkadang hal yang mereka lakukan malah
menimbulkan masalah atau kesalahan yang merugikan banyak orang dan dirinya sendiri.
Masalah atau kesalahan yang timbul itu biasa kita kenal dengan istilah kenakalan remaja.
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 sudah tercantum dengan jelas bahwa pendidikan nasional mempunyai peranan yang
sangat penting terutama untuk generasi penerus bangsa. Remaja yang menjadi asset negara
berperan sangat penting dalam proses pembangunan negara, dalam upaya peningkatan
kualitas remaja dan pencegahan kenakalan remaja.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter hadir dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang
berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter.
Maka atas dasar pertimbangan tersebut, pada tanggal 6 September 2017, Presiden
Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Berdasarkan UU dan Perpres yang ditetapkan oleh
pemerintah kita dapat membuat kesimpulan bahwa jika remajanya saja tidak berpendidikan
atau hancur maka bangsanya pun akan sama demikian.
Sekarang kita mengetahui banyak dari remaja yang terjangkit kenakalan remaja, salah
satu contohnya ialah Penyalahgunaan Narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan
perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di
kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa,
semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda
tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan
cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda
atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar
umur 11 sampai 24 tahun.

Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan


perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.

Adapun bahaya narkoba bagi remaja dan pelajar adalah penggunaan narkoba dapat


menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga
mengakibatkan terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak.
Maka, remaja yang terkena kasus penyalahgunaan narkotika ini biasanya terdapat sanksi dari
sekolah berupa DO (drop ut). Yang dimana siswa/I tersebut harus menjalani karantina untuk
pengobatan. Tentunya hal ini sangat merugikan masa depan remaja itu sendiri dan juga
terhadap bangsanya. Dimana sesungguhnya seorang remaja sebagai asset Negara yang
berperan sangat penting dalam proses pembangunan Negara serta upaya peningkatan remaja
dan pencegahan kenakalan remaja. Jika remaja nya saja sudah rusak, hancurlah masa
depannya serta bangsanya. Jadi, kenakalan remaja berupa penyalahgunaan narkotika ini
sangatlah berpengaruh bagi kemajuan di bidang pendidikan.

2.5 Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja mempunyai akibat negatif baik bagi masyarakat umum atau pun
bagi diri remaja itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan pencegahan agar tidak ada lagi
kenakalan remaja. Menurut Sumara (2017:350) bahwa "sejumlah cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah kenakalan remaja, yaitu : kita harus mengenal dan mengetahui siapa dan apa
itu remaja serta mengetahui hal apa yang sering dialami oleh para remaja yang akhirnya
menyebabkan terbentuknya kenakalan tersebut."
Menurut Albanjari (2018:252) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kenakalan-kenakalan pada remaja, yaitu sebagai berikut.:
1. Upaya preventif
Usaha preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
kenakalan-kenakalan Usaha pencegahan ini bisa dilakukan secara sistematis terencana
dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan itu tidak terjadi. Tindakan
yang dilakukan orang tua sebelum kenakalan terjadi supaya tindakan kenakalan dapat
diredam atau dicegah yaitu dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan.
2. Upaya Kuratif
Usaha kuratif adalah usaha dalam menanggulangi masalah kenakalan
remaja/penyimpangan prilaku. Pencegahan ini dimaksudkan agar kenakalan tidak
meluas dan merugikan baik pribadi maupun masyarakat sekitarnya. Tindakan yang
dilakukan orang tua setelah terjadinya kenakalan yaitu dengan memberikan
penyadaran kepada remaja yang melakukan tindakan menyimpang.
3. Upaya Refresif
Usaha represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan
remaja sering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih
hebat. Tindakan yang dilakukan orang pada saat kenakalan terjadi dan supaya dapat
dihentikan yaitu dengan orang tua memberi hukuman kepada remaja yang melanggar
tatatertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan kenakalan siswa tidak
berulang lagi.
Sementara itu menurut Sofyan Willis untuk menanggulangi kenakalan remaja
itu diperlukan teknik behavior yang berasal dari dua konsep antara Pavlovian dari
Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Dasar teori behavioral adalah bahwa
perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi :
a) belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa,
b) keadaaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap
lingkungan,
c) perbedaan biologic baik secara genetic maupun karena gangguan
fisiologik.
Menurut pendekatan behavior manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia mengawali kehidupanya
dengan bereaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku dapat dipelajari ketika
individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar pembiasaan
klasik, pembiasaan. (Willis, 1986:69).
DAFTAR PUSTAKA

Sumara Dadan, dkk. 2017. Kenakalan Remaja dan Penangannanya. Bandung: Unpad Press
Nurkholis. 2018. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Purwokerto: Griya Jurnal
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Albanjari, E. S. (2018). Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Masa Transisi . Tadrib, 4(2),
246-259.
Willis, Sofyan S, Remaja dan Masalahnya : Mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan Remaja, Seperti Narkoba, Free Sex dan Pencegahannya. Bandung:
Alfabeta, 2005

Anda mungkin juga menyukai