Anda di halaman 1dari 41

TUGAS PERPAJAKAN LANJUTAN

“REKONSILIASI FISKAL”

Dosen Pengampu:
DEDY DJEFRIS

Disusun Oleh:

1. NOFRIADI EFENDI (BP 1901072033)


2. FATIHAH AISYAH PUTRI (BP 1901072005)

2A D3 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah senantiasa memberikan rahmat dan nikmat
yang tiada terkira bagi kami. Oleh karena itu,tiada kata yang terindah selain ucapan
syukur tak terhingga karena saya dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul
"REKONSILIASI FISKAL".

 Dalam penulisan tugas ini tentunya saya tidak bekerja sendiri, melainkan banyak
mendapat bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, khususnya kepada dosen mata kuliah perpajakan yang telah
memberikan tugas mengenai materi Komunikasi Data sehingga saya lebih mengerti
dan memahami bahwasanya komunikasi data itu sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari.

Dalam menyusun tugas ini, walaupun telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya, namun demikian saya menyadari bahwa tugas ini
masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan akan kemampuan, pengalaman dan
pengetahuan saya.  Oleh karena itu saya mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat
membangun  dari pembaca, sehingga penulisan ini menjadi lebih baik lagi.

Padang 11/Maret/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang memegang peranan penting
karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam  negeri untuk
membiayai berbagai keperluan pembangunan nasional. Menurut Dr. N. J Feldmann,
definisi pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan atau terutang pada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum (Siti Resmi, 2014).

Trade off adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua
hal atau lebih, mengorbankan/kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk
memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang diambil.
Ketika laba perusahaan tinggi maka di sisi akuntansi bersifat menguntungkan, sebab
akan menarik minat pemegang saham potensial. Perusahaan terbuka akan
memprioritaskan kepentingan ini. Namun dari sisi perpajakan bersifat tidak
menguntungkan, sebab meningkatkan beban pajak yang harus dibayar. Trade off ini
akan semakin kecil untuk perusahaan terbuka, karena kepentingan pemegang saham
menginginkan laba yang tinggi sehingga pajak tidak dapat dikecilkan.

Wajib Pajak dengan pemerintah memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal
pembayaran pajak. Wajib Pajak berusaha membayar pajak sekecil mungkin karena
dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di
lain pihak, pemerintah memerlukan dana sebanyak-banyaknya dari penerimaan pajak
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Karena adanya perbedaan kepentingan, maka dengan self assesment system Wajib


Pajak cenderung berusaha meminimalisasi jumlah pembayaran pajak. Upaya untuk
meminimalisasi pembayaran pajak ini disebut dengan perencanaan pajak.
Perencanaan pajak yang baik adalah perencanaan yang sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.Untuk memenuhi kewajiban tersebut, Wajib Pajak harus
melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Perusahaan harus menyusun laporan keuangan fiskal untuk
kepentingan pembayaran pajak.Tujuan utama dari laporan keuangan fiskal adalah
untuk menghitung penghasilan kena pajak.Secara umum terdapat beberapa
perbedaan antara prinsip akuntansi komersial dengan prinsip akuntansi pajak,
terutama dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Laporan keuangan komersial
yang telah disusun oleh perusahaan dapat diubah menjadi laporan keuangan fiskal
dengan cara melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan
perpajakan melalui proses rekonsiliasi fiskal (Iswahyudi, 2005). Sesuai dengan  self
assessment system yang dianut oleh Undang-undang Pajak Penghasilan, maka
koreksi fiskal harus dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak. 

Untuk memperhitungkan besarnya jumlah pajak yang harus disetor, perusahaan


harus melakukan penyesuaian antara laba komersial (laba berdasarkan perhitungan
akuntansi) dengan laba fiskal (laba berdasarkan peraturan perpajakan) dengan
menambahkan atau mengurangkan, baik perbedaan tetap maupun perbedaan
waktu/temporer.

Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi
komersialmenurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan laporan laba rugi
menurut Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apakah yang dimaksud Rekonsiliasi Fiskal?

2.    Apa saja jenis-jenis koreksi fiskal?

3.    Bagaimana teknik Rekonsiliasi Fiskal?

1.3 Tujuan

1.      Untuk memberi penjelasan mengenai Rekonsiliasi Fiskal

2.      Untuk menguraikan jenis-jenis koreksi fiskal

3.      Untuk menjelaskan teknik Rekonsiliasi Fiskal


BAB II

PEMBAHASAN

REKONSILIASI FISKAL
PENGERTIAN REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan wajib


pajak badan menurut ketentuan komersial diubah menjadi menurut ketentuan
perpajakan atau fiskal. Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses
untuk mendapatkan angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap laba komersial atau laporan laba rugi. Proses
rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh Wajib Pajak yang berbentuk
perusahaan. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan
mempengaruhi besarnya laba kena pajak serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang.
Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya dan pos-pos penghasilan dalam
Laporan keuangan Komersial, antara lain :

Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.

Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi


pengurang penghasilan bruto

Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak

WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan


pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan Objek Pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPh non Final

Rekonsiliasi fiskal memiliki tujuan utama yaitu untuk menyajikan informasi sebagai
bahan menghitung besarnya penghasilan kena pajak sesuai dengan self-assessment.

Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara
komersial atau dengan secara fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya
perbedaan antara laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang
terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-
koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih
dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik
terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

LAPORAN KEUANGAN FISKAL

Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Rekonsiliasi fiskal
dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba
menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan
keuangan fiskal disusun berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Perpajakan.

Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan


akuntansi dan pajak yaitu :

Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan ini
laporan keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian
dalam melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut
ketentuan perpajakan dan menurut praktek pembukuan.

Ketentuan pajakuntuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar


indepensi dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk
menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.

Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini


laporan keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada
ketentuan pajak apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.

Susunan laporan keuangan fiscal :


Input berupa dokumen dasar
Dicatat dalam buku harian jurnal
Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar
Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti
piutang, hutang dll
Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap fakta
pada akhir tahun dan catatan penutup.
Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial
Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan
perpajakan
Setelah laporan keuangan diatur dalam kketentuan perpajakan akan menghasilkan
laporan keuangan fiscal.
KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiscal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk


mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah.

Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk


mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan
fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan
yang diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja,
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat mempengaruhi
distribusi penghasilan nasional. Dua unsur utama dari fiskal adalah perpajakan dan
pengeluaran publik.

Prinsip Dasar Fiskal


Adam Smith
Keadilan (Equality)
Kepastian (Certainty)
Kemudahan (Convenience)
Efisiensi (Efficiency) 
Edwin R.A. Seligman
Fiskal (Fiscal)
Administratif (Administrative)
Ekonomi (Economic)
Etika (Ethical) 
Fritz Neumark
Kesepadanan pembiayaan (Revenue productivity)
Keadilan sosial (Social justice)
Pencapaian ekonomi (Economic goals)
Kemudahan (Ease Administration and compliance)

Jenis kebijakan fiscal dilihat dari segi teori :


Jenis kebijakan fiscal pembiayaan fungsional
Merupakan kebijakan fiscal yang mengatur pengeluaran pemeritah dengan
mempertimbangkan segala akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional dan
bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Jenis kebijakatan stabilisasi anggaran otomatis
Merupakan kebijakan fiscal yang mengatur pengeluaran pemeritah dengan
mempertimbangkan besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program yang
bertujuan agar menghemat pengeluaran pemerintah.
Jenis kebijakan pengelolaan anggaran
Merupakan kebijakan yang dilakukan dengan mengatur pengeluaran pemerintah,
perpajakan dan hutang untuk mencapai stabilitas ekonomi.

Jenis kebijakan fiscal dilihat dari segi perbandingan jumlah pengeluaran dengan
jumlah penerimaan :
Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran yang menyusun laporan seimbang antara jumlah penerimaan dan
jumlah pengeluaran.
Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran dengan menyusun jumlah pengeluaran lebih kecil dibanding
jumlah penerimaan.
Kebijakan Anggaran Deficit
Kebijakan anggaran dengan menyusun jumlah pengeluaran lebih besar dibanding
jumlah penerimaan.
Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran yang dilakukan dengan cara terus menambah jumlah
pengeluaran dan jumlah penerimaan sehingga semakin lama semakin besar jumlah
penerimaan dan pengeluaran negara.

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis – jenis  perbedaan antara akuntansi


komersial dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 Tahun 1994 dan UU Nomor 17
Tahun 2000). Perbedaan antara standar akuntansi (SAK) dengan peraturan pajak
(Fiskal)  disebabkan oleh perbedaan yang sifatnya tetap dan perbedaan yang sifatnya
temporer. Untuk memahami penerapan PSAK 46 langkah pertama adalah memahami
kedua perbedaan tersebut di atas.

Secara umum terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya
koreksi fiskal, yaitu:

Beda Tetap (Permanen)

Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen
artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena
pajak tahun pajak berikutnya. Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda
tetap terjadi karena :

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-


undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan serta
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (Pasal
4 ayat 3 UU PPh)

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-


undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
Bunga Deposito dan Tabungan lainnya
Penghasilan berupa hadiah undian
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan
Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena menurut
akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang PPh
bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya:
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;
yang bukan objek pajak
yang pengenaan pajaknya bersifat final
yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan
Pajak Penghasilan
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan
(Pasal 9 ayat 1 UU PPh)

Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif atau koreksi
positif. Koreksi negatif artinya penghasilan yang diakui oleh akuntansi komersial
namun secara fiskal harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan objek pajak
maupun karena telah dikenakan PPh final, menyebabkan laba kena pajak berkurang
yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang lebih kecil. Sedangkan koreksi atas
beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi positif artinya biaya yang diakui oleh
akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan menyebabkan laba
kena pajak bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang menjadi lebih
besar.

Beda Waktu (Temporer)


Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara
artinya koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak
tahun-tahun pajak berikutnya.
Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi karena :
Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun.Secara akuntansi
komersial penghasilan tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa perolehannya
sesuai dengan prinsip matching cost with revenue.Sedangkan menurut Undang-
undang PPh, penghasilan tersebut harus diakui sekaligus pada saat diterima.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena :
Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun
Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh
metode penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO
Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan piutang
tak tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu dan sebagainya

Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat
penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun
berikutnya. Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah,
sedangkan koreksi negatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena
pajak akan berkurang.

Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi
negatif tergantung dari metode yang digunakan.

Koreksi Positif

Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya pengurangan biaya
yang telah diakuai dalam laporan laba rugi secara komersial menjadi semakin kecil
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya penambahan
Penghasilan Kena Pajak. Koreksi fiskal positif diantaranya:

Biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

Pengeluaran dalam bentuk natura

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kpd pemegang saham

Sumbangan atau bantuan

Pajak Penghasilan

Sanksi administrasi (Pajak)

Penyusutan/amortisasi

Dan lain – lain


Koreksi Negatif

Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya penambahan biaya
yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial sehingga semakin besar
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya pengurangan
Penghasilan Kena Pajak. Koreksi fiskal negatif diantaranya:

Penyusutan/amortisasi

Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya

Dan lain - lain

Penyusutan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil


perhitungan apa lebih besar atau malah lebih kecil.Untuk lebih mendalami koreksi
fiskal kita dapat juga membaca laporan audit akuntan publik atas laporan keuangan
suatu perusahaan. Setiap perusahaan akan mempunyai pos yang berbeda atas koreksi
fiskalnya.

Teknik Rekonsiliasi Fiskal

Penghasilan

Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut
pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut
akuntansi.

Pasal 4 ayat (1) yang berisi : yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan konomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;

hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

laba usaha;

keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


termasuk:

keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,


persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;

keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,


sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya;

keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apa pun;

keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau


sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak pihak yang bersangkutan; dan

keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau


seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan


sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan


pengembalian utang;

dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen


dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan


jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

keuntungan selisih kurs mata uang asing;

selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

premi asuransi;

iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya


yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;

tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum


dikenakan pajak;

penghasilan dari usaha berbasis syariah;

imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang


mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
surplus Bank Indonesia.

Pasal 4 Ayat (2) yang berisi Penghasilan di bawah ini dapat dikenai
pajak bersifat final:

penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara,dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

penghasilan berupa hadiah undian;

penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi


derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan

penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Pemerintah.

Pasal 4 Ayat (3) yang berisi Yang dikecualikan dari objek pajak
adalah:

1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh


badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis


keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

warisan;

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal;

penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15;
pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan


terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:

dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor;

iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya


telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun


sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan


komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

dihapus;

penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura


berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:

merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang


menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia; beasiswa yang memenuhi
persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Beban (Biaya)

Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.

Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
menambahkan sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut
akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

Pasal 6 Ayat (1) berisi tentang Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk:

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,
antara lain:

biaya pembelian bahan;


biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
bunga, sewa, dan royalti;
biaya perjalanan;
biaya pengolahan limbah;
premi asuransi;
biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
biaya administrasi; dan
pajak kecuali Pajak Penghasilan;
penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
11A;
iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;

kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;

kerugian selisih kurs mata uang asing;


biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 9 Ayat 1 berisi tentang besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;

biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


saham, sekutu, atau anggota;

pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
Pajak Penghasilan;
biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Format Rekonsiliasi Fiskal


RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL
KETERANGAN AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

LABA BRUTO USAHA

Penjualan Neto -/- HPP

1. Penjualan Neto

a. Metode Pengakuan Pendapatan Akrual - Akrual

b. Potongan Penjualan

> Metode Realisasi xx - xx

> Metode Penyisihan xx xx -

c. Retur Penjualan

> Metode Realisasi xx - xx

> Metode Penyisihan xx xx -

2. Harga Pokok Penjualan :

a. Penilaian Persediaan

> Cost xx - xx

> Cost fo Market Which is Lower (LOCOM) xx xx -

> Gross profit Method xx xx -

> Retail Method xx xx -

b. Metode Pencatatan

> FIFO xx - xx

> LIFO xx xx -

> Average xx - xx
c. Sistem

> Physical xx - xx

> Perpetual xx - xx

PENGHASILAN TERTENTU & LUAR USAHA

1. Dividen dari penyertaan di DN yang memenuhi syarat: xx (xx) -

a. diambil Laba Ditahan

b. minimal 25% kepemilikan

c. harus ada usaha lain

2. Dividen dari penyertaan di DN yang tidak memenuhi


xx - xx
syarat di atas

3. Bunga:

> pada Bank di Indonesia xx (xx) -

> pada Bank di LN melalui Bank di Indonesia xx (xx) -

> Bank di LN langsung xx - xx

> pihak selain Bank xx - xx


AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

4. Transaksi saham di luar bursa efek:

> Keuntungan xx - xx

> Kerugian (xx) - (xx)

5. Keuntungan atas penjualan saham perusahaan lain di

bursa efek

> bukan saham pendiri xx (xx) -

> saham pendiri xx (xx) -

6. Keuntungan penjualan harta:

> tanah/bangunan xx (xx) -

> selain tanah dan bangunan xx - xx

7. Penghasilan Royalti xx - xx

8. Penghasilan Sewa:

> tanah/bangunan xx (xx) -

> selain tanah dan bangunan xx - xx

9. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


xx - xx
dibebankan sebagai biaya, misalnya: PBB, PPnBM

10. Keuntungan Pembebasan Hutang xx - xx

11. Keuntungan selisih kurs xx - xx


12. Hadiah:

> Penghargaan xx - xx

> Undian xx (xx) -

13. Penerimaan dari piutang yang telah dihapuskan


xx - xx
(metode langsung)

14. Hibah dari pihak yang memiliki hubungan usaha,


- xx xx
pekerjaan, kepemilikan

BEBAN USAHA

A. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih

dan memelihara penghasilan yang merupakan obyek

PPh

> prinsip realisasi xx - xx

> conservatism/penyisihan xx xx -

Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan (deductible) harus dilakukan dalam batas-


batas wajar sesuai dengan kebiasaaan usaha yang baik. Pengeluaran yang melampaui
kewajaran yang dipengaruhi hubungan istimewa tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

B. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih

dan memelihara penghasilan yang merupakan obyek xx xx -

PPh/ Penghasilan yang dikenakan PPh Final

1. Gaji/upah xx - xx

2. PPh 21:

> Tunjangan PPh 21 xx - xx

> PPh 21 ditanggung perusahaan xx xx -

3. Tunjangan dalam bentuk uang xx - xx

4. Premi asuransi jiwa pegawai yang dibayar


xx - xx
perusahaan

5. Premi asuransi jiwa pemegang saham xx xx -

6. Iuran Jamsostek/BPJS dibayar perusahaan

> Jaminan Kecelakaan Kerja xx - xx

> Jaminan Pelayanan Kesehatan xx - xx

> Jaminan Kematian xx - xx

> Jaminan Hari Tua xx - xx

7. Iuran pensiun ke Dana Pensiun yang disahkan


xx - xx
Menteri Keuangan yang dibayar perusahaan
8. Iuran pensiun ke Dana Pensiun yang belum

disahkan Menteri Keuangan yang dibayar xx xx -

perusahaan

9. Tunjangan Hari Raya xx - xx

10. Pengobatan :

> Cuma-Cuma xx xx -

> Penggantian xx - xx

> Tunjangan Pengobatan xx - xx

11. Uang Pesangon xx - xx

12. Pemberian imbalan dalam bentuk natura xx xx -

13. Pemberian makanan/minuman


xx - xx
untuk seluruh pegawai di tempat kerja

14. Pemberian dalam bentuk natura dalam rangka &

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, misal:


xx - xx
pakaian keselamatan, seragam, beban antar

jemput karyawan

15. Imbalan pekerjaan /jasa dalam bentuk natura di


xx - xx
daerah yang terpencil, yang meliputi:

a. Tempat tinggal sepanjang tidak ada tempat

tinggal yang dapat disewa

b. Makanan-minuman sepanjang tidak ada

tempat penjualan makanan


AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

c. Pelayanan kesehatan sepanjang tidak ada

sarana kesehatan, misal: Poliknik, RS

d. Pendidikan sepanjang tidak ada sarana

pendidikan yang setara

e. transportasi keluarga terbatas pada

kedatangan pertama dan terhentinya

hubungan kerja

f. olahraga sepanjang tidak ada sarana

olahraga

16. Cuti pegawai :

> Diberikan uang cuti xx - Xx

> Tunjangan cuti xx - Xx

> Dibayar perusahaan xx xx -

17. Perjalanan Dinas Pegawai :

> Didukung bukti-bukti sah, misal: tiket, hotel,


xx - Xx
Dll

> Lumpsum (tidak didukung bukti yang sah) xx xx -

> Honor/ uang saku xx - Xx

> Biaya rekreasi xx xx -

> FLN dibayar perusahaan - - -

18. Bonus atas prestasi kerja yang dibebankan pada xx - Xx


tahun berjalan

19. Pembagian laba ke Pegawai berupa bonus,

gratifikasi, jasa produksi, dsb yang dibebankan ke xx xx -

Retained Earning

20. Honor/uang saku pegawai yang mengikuti


xx - Xx
Seminar

21. Bea Siswa:

> ada ikatan kerja xx - Xx

> tidak ada ikatan kerja xx - Xx

22. Sumbangan ke karyawan dalam bentuk uang xx - Xx

23. Kendaraan yang dibawa pulang dan dikuasai

Pegawai

> Biaya Pemeliharaan xx 50% 50%

> Biaya Bahan Bakar xx 50% 50%

> Biaya Penyusutan xx 50% 50%

24. Perumahan/Mess Perusahaan

> Cuma- cuma, perlakuan biaya, penyusutan xx xx -

dan biaya pemeliharaan termasuk listrik,

telpon, dll
AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN

> Pegawai sewa ke Perusahaan dengan harga KOMERSIAL FISKAL FISKAL


Wajar

- Biaya Pemeliharaan xx xx -

- Biaya Penyusutan xx xx -

- Penerimaan sewa (xx) (xx) -

Pegawai sewa ke perusahaan dengan harga

wajar diberikan tunjangan sewa

- Tunjangan sewa xx - xx

- Biaya Penyusutan xx xx -

- Biaya Pemeliharaan xx xx -

- Penerimaan sewa (xx) (xx) -

25. Mess untuk transit, pendidikan (sementara)

> Biaya Penyusutan xx - xx

> Biaya eksploitasi xx - xx

26. Perusahaan menyewa rumah untuk digunakan


xx xx -
tempat tinggal pegawai

27. PPh-Final sewa dibayar perusahaan xx xx -

28. Diberikan uang sewa xx - xx

29. Honor penjaja barang (bukan pegawai) xx - xx


30. Honor Petugas Dinas Luar Asuransi (bukan
xx - xx
pegawai)

31. Honor tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas: Pengacara, Akuntan, arsitek, Konsultan, xx - xx

Notaris, Penilai, Aktuaris

32. Honorarium, uang saku, hadiah, penghargaan,

komisi dan pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan


xx - xx
untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara. Penghasilan yang dilakukan WPDN

orang pribadi, yaitu:

a. Pemain musik, pembawa acara, penyani

pelawak, bintang film, sutradara, crew film,

foto model, pergawan/ti, pemaian drama,

penari, pemahat, pelukis dan seniman lain

b. Olahragawan

c. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah,

moderator

d. Pengarang, peneliti, penterjemah

e. Pemberi jasa dalam bidang

teknik, komputer dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi

elektronik, fotografi dan pemasaran


AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

f. Korpotir iklan

g. Pengawas, pengelola proyek, peserta

sidang/rapat, tenaga lepas lainnya

h. Pembawa pesanan atau yang menemukan

pelanggan

33. Upah borongan pekerjaan ke orang pribadi xx - xx

34. Pegawai yang merupakan pemegang saham:

> gaji yang wajar xx - xx

> imbalan di atas kewajaran xx xx -

> dividen terselubung, misal: asuransi jiwa,


xx xx -
biaya telepon rumah, PBB rumah pribadi

35. Gaji yang dibayarkan kepada anggota


xx xx -
persekutuan, Firma, CV

> Beban bunga atas pinjaman yang digunakan


xx - xx
untuk memperoleh penghasilan PPh

> Bunga atas pinjaman yang digunakan untuk

membeli saham yang beredar atau untuk

akuisisi (harus dikapitalisasi pada harga xx xx -

perolehan investasi

Saham)

> Biaya bunga selama konstruksi (dikapitalisasi


xx xx -
pada aktiva tetap)
> Jika ada penghasilan bunga

deposito/tabungan yang telah dipotong PPh


xx xx xx
final, maka biaya bunga tidak seluruhnya

dapat dikurangkan

> Bunga untuk kepentingan pemegang saham - - -

37. Pembayaran bunga:

> Ke pemegang saham/hubungan istimewa xx xx -

> Bukan ke pemegang saham/ hubungan xx - xx

istimewa

38. Beban sewa:

> tanah/bangunan xx - xx

> Selain tanah/bangunan xx - xx

39. Beban royalti xx - xx

40. Jasa Manajemen xx - xx

41. Jasa Teknik xx - xx

42. Pembayaran pajak:

> PPh xx xx -

> PBB xx - xx

> Sanksi perpajakan


xx xx -
AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

43. PM yang tidak dapat dikreditkan:

> yang berkaitan dengan perolehan BKP/JKP


xx - xx
sesuai Pasal 6 UU PPh

> yang masa manfaaatnya lebih dari satu tahun


xx - xx
dengan metode penyusutan

> yang berkaitan dengan perolehan BKP/JKP


xx xx -
sesuai Pasal 9 UU PPh

44. Biaya entertainment:

> Dibuatkan daftar nominatif, dilaporkan


xx - xx
bersama-sama dengan SPT Tahunan

> Tidak dibuatkan daftar nominatif xx xx -

45. Keperluan pribadi pegawai yang dibayar


xx xx -
perusahaan

46. Biaya promosi (ada daftar nominatif) xx - xx

47. Kerugian piutang bagi perusahaan bukan

Bank/SGU dengan hak opsi

> penyisihan xx xx -

> metode langsung dilampiri perjanjian tertulis

penyelesaian hutang piutang akte Notaris xx - xx

untuk utang masing-masing dibawah Rp.5


Juta

> Metode langsung setelah diajukan ke

pengadilan atau dimuat dalam penerbitan

umum atau khusus, atau adanya pengakuan xx - xx

dari debitur, untuk utang masing-masing di

atas Rp.5 juta

> Metode langsung yang tidak memenuhi


xx xx -
syarat-syarat di atas

48. Rugi selisih kurs xx - xx

49. SGU tanpa hak opsi

> pembayaran SGU xx - xx

50. SGU dengan hak opsi :

> penyusutan aktiva SGU xx xx -

> Jumlah pembayaran SGU xx - xx

51. Kerugian pengalihan harta

> digunakan untuk usaha xx - xx

> tidak digunakan untuk usaha xx xx -

52. Beban alat tulis kantor xx - xx

53. Beban Listrik, telepon, fax xx - xx

54. Beban perangko, materai xx - xx

55. Beban handphone pegawai dalam rangka tugas xx 50% 50%


AKUNTANSI KOREKSI MENURUT
KETERANGAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL

56. Biaya sumbangan:

> Sumbangan Keagamaan ke Badan diakui


xx - xx
Pemerintah

> Sumbangan Penanggulangan Bencana


xx - xx
Nasional

> Sumbangan Penelitian & Pengembangan di


xx - xx
Indonesia

> Sumbangan pembangunan infrastruktur


xx - xx
social (hanya dalam bentuk barang)

> Sumbangan Fasilitas Pendidikan xx - xx

> Sumbangan pembinaan olah raga ke badan


xx - xx
diakui pemerintah

> Sumbangan Lainnya xx xx -

57. Macam-macam biaya:

> Diperinci & ada bukti dokumen xx - xx

> Tidak diperinci & tidak ada bukti dokumen xx xx -

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.      Rekonsiliasi Fiskal, yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial
perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. 
2.      Secara umum terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya koreksi fiskal,
yaitu beda tetap (permanen) dan beda waktu (sementara). Beda waktu dibedakan menjadi koreksi
positif dan negatif.
3.      Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara; Jika suatu penghasilan diakui menurut
akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, maka kurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, begitupun sebaliknya, dan Jika suatu biaya atau pengeluaran
diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari
biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi, begitupun sebaliknya.
4.      Formulir SPT Tahunan PPh Badan ada dua jenis; yaitu SPT dengan kode 1771 dan SPT
berkode 1771/$. SPT 1771 diperuntukkan untuk WP Badan pada umumnya yang meliputi WP
Badan yang berbentuk hukum : PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/D, koperasi, yayasan dan
lain-lain.

3.2  Saran
Dengan adanya Rekonsiliasi Fiskal diharapkan para Wajib Pajak dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Sedangkan bagi
pemerintah diharapakan dapat meningkatkan pengawasan dalam penyelenggaraan pembayaran
pajak.
                                                            

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


Konsultindo, Mitra. 2013. Konsultan Pajak Jakarta Jasa-SPT Tahunan PPh
Badan dalamhttp://www.mitrakonsultindo.co.id/pajak-penghasil-badan/konsultan-pajak-jakarta-
jasa-spt-tahunan-pph-badan/ diakses tanggal 01 Juni 2015

Seno. 2012. Teknik Rekonsiliasi Fiskal dalam http://senoverserira.blogspot.com/2012/12/teknik-


rekonsiliasi-fiskal.html diakses tanggal 01 Juni 2015
                                                   

Anda mungkin juga menyukai