GEOLOGI STRUKTUR
DISUSUN OLEH :
Kekar adalah bidang rekahan yang tidak memperlihatkan pergeseran berarti atau bagian
masanya masih saling berhubungan/bergabung. Kekar dapat terbentuk secara primer,
seperti kekar kolom dan kekar melembar pada batuan beku maupun secara sekunder,
seperti kekar tektonik. Hasil pengolahan tersebut berupa diagram kipas untuk
menentukan arah umum yang selanjutnya dianalisis menggunakan proyeksi stereografis
1.2. Tujuan
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses-proses
yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu sendiri. (Khairil
Rusman, 2016)
Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi. (Khairil
Rusman, 2016)
Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa (arsitektur)
batuan dari kerak bumi, yang meliputi : - geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat
simetri, dan - komponen atau unsur yang membentuknya pada berbagai ukuran (skala)
dari skala batuan, singkapan hingga regional, yang merupakan hasil dari proses
pembentukannya (kejadian) atau karena perubahan akibat deformasi. Didalam geologi
struktur terutama mempelajari bentuk batuan akibat deformasi serta proses yang
menyebabkannya. (Khairil Rusman, 2016)
Kekar merupakan suatu rekahan yang relatif tanpa mengalami adanya perpindahan pada
bidang rekahannya. Penyebab terbentuknya kekar bisa diakibatkan oleh gejala tektonik
ataupun tektonik. Dalam analisa struktur geologi, yang dibutuhkan merupakan kekar
yang diakibatkan oleh gejala tektonik. Jadi dilapangan baru bisa dibedakan 2 macam
kekar tersebut. Klasifikasi kekar ada beberapa macam, tergantung dasar klasifikasi yang
digunakan antara lain: a. Berdasarkan urutannya. b. Berdasarkan bentuknya. c.
Berdasarkan kerapatannya. d. Berdasarkan cara terjadinya. (M.Ragan, 2009)
Dalam mengoptimalkan hasil yang dicapai dalam analisa struktur-struktur geologi maka
dipakai metode analisa yang bisa mendukung penjelasan tentang kinematika dan
mekanisme pembetukannya yang dianalisa sehingga penafsirannya mendekati hal yang
sesungguhnya. Sampai saat ini metode yang dikira telah bisa penuhi maksud dan tujuan
seperti yang telah disebut diatas yakni metode statistik, ialah suatu metode yang
diterapkan untuk mendapatkan kisaran harga rata-rata ataupun harga maksimum dari
beberapa harga acak satu tipe struktur. Dari sini sesudah itu bisa diketahui
kecenderungan-kecenderungan bentuk pola atau kedudukan umum dari macam struktur
yang dianalisa. (Polo, 1993)
Metode statistik yang akan dijabarkan disini yakni metode-metode yang umum dipakai
dalam aktivitas analisa struktur, terdiri dari 2 metode yang pengelompokannya
didasarkan atas banyaknya parameter, ialah: (1) Pembuatan diagram yang didasarkan
atas beberapa data struktur hanya memiliki satu parameter saja. (2) Metode statistik
dengan 2 parameter, ialah pembuatan diagram-diagram berdasarkan jumlah data
struktur yang memiliki 2 parameter. (Polo, 1993)
Proses terbentuknya kekar : • Pada saat pengendapan (batuan sedimen) atau pada saat
pembekuan/ pendinginan (batuan beku) Nontectonic Joint. • Setelah pengendapan
(batuan sedimen) atau setelah pembekuan/ pendinginan (batuan beku) Tectonic joint.
Proses tersebut diatas dipengaruhi oleh faktor luar, seperti pelapukan (weathering)
maupun gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya perubahan atau deformasi. (Polo,
1993)
Kekar tegangan (tension joint), kekar yang terbentuk akibat tarikan. Disebut juga
extension fracture, tension gashes (terisi mineral) Cirri-ciri di lapangan : - Tidak
mempunyai pola dan arah yang jelas - Bidang kekar tidak rata - Rekahan terbuka. Kekar
hybrid (hybrid Joint), merupakan campuran dari kedua kekar diatas, dan umumnya
terisi mineral sekunder.
Berdasarkan uraian dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah menunjukkan
bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. semisal sesar, sesar adalah kekar yang
mengalami perpindahan pada bidangnya, dan biasanya sesar tercipta pada wilayah
lipatan (sinklin ataupun antiklin). Ikatan (hubungan) dari ketiga struktur geologi tersebut
bisa dipaparkan melalui three stages of deformation adalah sifat deformasi suatu benda
terhadap gaya berdasarkan tingkatan elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut
yakni: (Pranata, 2016)
2.2.1 Elastis
Benda dikatakan elastic bila suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami
deformasi, namun bila gaya dilepas (lenyap), maka benda tersebut akan kembali lagi
pada bentuk dan dimensi semula. Batas dimana suatu benda masih bisa kembali seperti
semula bila gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka apabila besar gaya yang bekerja
melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk semula, bila gaya
dilepas. (Pranata, 2016)
2.2.2 Plastis
benda dikatakan plastis bila gaya yang bekerja mencapai elastic limit. benda yang
terkena gaya hanya sebagian yang bisa kembali pada bentuk semula, bila gaya
dihilangkan. (Pranata, 2016)
2.2.3 Brittle and Ductile
Barang dikatakan brittle, bila benda sudah rusak sebelum gaya yang bekerja mencapai
titik plastis. Benda dikatakan ductile, bila benda rusak/musnah sesudah gaya melewati
titik elastis. (Pranata, 2016)
Berdasarkan uraian mengenai tingkatan deformasi tersebut bisa diketahui bahwa kekar
adalah awal ataupun faktor adanya sesar dan lipatan. Hal ini disebabkan kekar menjadi
zona lemah suatu batuan yang apabila menemukan gaya yang lebih besar akan memicu
terbentuknya struktur geologi sesar dan lipatan. sebaliknya sesar naik lazimnya tercipta
pada wilayah lipatan berbentuk sinklin dan sesar turun tercipta pada wilayah lipatan
yang berbentuk antiklin. Hal ini disebabkan saat gaya tekan pada wilayah lipatan hilang,
maka batuan yang terlipat akan kembali berupaya kebentuk semula, namun karena
adanya kekar maka terbentuklah sesar karena pergerakan yang terjalin pada bidang
kekar. (Pranata, 2016)
Dari uraian barusan, bisa disimpulkan bahwa analisis terhadap kekar pada suatu tubuh
batuan, tidak hanya bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya,
juga untuk mengenali ada tidaknya kekar dan lipatan, terlebih lagi dari analisis kekar
kita bisa mengenali apakah suatu lipatan itu berbentuk sinklin ataupun antiklin. tidak
hanya itu kita juga bisa tahu suatu sesar ialah sesar naik, turun ataupun geser dari hasil
analisis kekar. (Pranata, 2016)
Untuk menentukan suatu sesar, kita bisa melaksanakannya dengan analisis kekar untuk
mendapatkan nilai Ө1, Ө2, Ө3. apabila kedudukan Ө1, Ө2 relatif horizontal, sebaliknya
Ө3 relatif vertikal sehingga menciptakan hanging wall bergerak naik terhadap foot wall
maka sesar tersebut adalah sesar naik. apabila kedudukan Ө2, Ө3 relatif horisontal,
sebaliknya Ө1 vertikal sehingga menimbulkan hanging wall bergerak turun terhadap
foot wall maka sesar tersebut adalah sesar turun. apabila kedudukan Ө1, Ө3 relatif
horisontal, sebaliknya Ө2 vertikal, sehingga menimbulkan blok beralih ke kanan
ataupun kiri maka sesar tersebut adalah sesar geser. (Pranata, 2016)
2.3 Analisa Kekar
Kekar batubara adalah rekahan alami di dalam lapisan batubara yang secara umum
terbagi menjadi dua, yaitu kekar muka dan ujung (butt cleats). Kekar muka adalah kekar
batubara utama yang terdapat di dalam lapisan batubara, memiliki rekahan memanjang
dan bukaan lebih lebar, sedangkan kekar ujung adalah sistem kekar batubara sekunder
yang memiliki rekahan lebih pendek dan biasanya berakhir pada kekar muka. Pada
beberapa lapisan batubara, kekar muka memanjang searah jurus batubara, namun di
beberapa lapisan memanjang searah kemiringan batubara. Kedua jenis kekar batubara
ini membentuk sudut siku satu sama lain (Laubach dkk., 1998).
Pada saat ini, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA) sedang
mengembangkan teknologi UCG di daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan . Salah
satu penelitian yang mendukung pengembangan teknologi UCG di daerah Musi
Banyuasin adalah penelitian tentang kekar batubara di dalam lapisan batubara, karena
informasi tentang kekar batubara dan data kuantitatifnya masih sangat terbatas
(Kuncoro, 2012).
Di dalam teknologi UCG, kekar batubara memegang peranan penting pada saat
stimulasi pembentukan rongga antara sumur injeksi dan sumur produksi. Semakin
banyak batubara, semakin efektif hubungan antara sumur injeksi dan sumur produksi
(Shafirovich dan Varma, 2009)
Pada zona sesar, frekuensi kekar batubara yang muncul relatif lebih banyak dengan
jarak antar kekar batubara relatif lebih pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa pola
kekar batubara di daerah Palaran dan Satui adalah kekar batubara sistematis yang
dikendalikan oleh struktur lipatan dan sesar. Perbedaan karakteristik geometri kekar
batubara di daerah lipatan dan sesar menunjukkan adanya hubungan genetik antara
karakteristik kekar batubara dan struktur geologi yang berkembang (Kuncoro, 2012).
Ada beberapa kriteria yang dapat menetitukan umur relatif suaru kekar, yaitu : (a) Jika
dijumpai kekar yang terletak di bawah bidang ketidakselarasan mengalami perekahan
akibat proses pelapukan dan kemudian diisi oleh batuan yang terletak di atas bidang
ketidakseiarasan tersebut (batuan penindih terletak di atas bidang ketidakselarasan),
maka kekar tersebut berumur lebih tua dari batuan penindih. Conto batuan penindih
berumur Miosen Tengah maka kekar yang diisi oleh batuan tersebut berumur lebih tua
dari miosen Tengah. (b) Kekar berumur lebih tua dibandingkan dengan retas atau urat
(vein). (c) Kekar yang dipotong lebih tua dari pada kekar yang memotong (azas
pemotongan). (d) Pembentukan kekar gerus dan kekar tarik pada struktur lipatan yang
terletak di lengkungan maksimum terbentuk bersamaan (berumur sama) dengain proses
pembentukan lipatannya. (Polo, 1993)
Kekar secara genetis sangat bervariasi cara kejadiannnya. Salah satu proses kejadian
kekar yang sangat umum adalah akibat tektonik selama batuan terbentuk atau sesudah
batuan terlitifikasi. Karena kejadian kekar yang akibat tektonik bertalian pula dengan
aktifitas magmatisma dari gunungapi, maka kekar pada batuan yang kehadirannya pada
batuan paling dekat dengan lokasi gunungapi atau batuan magmatis perlu mendapat
perhatian yang lebih rinci. (Polo, 1993)
2.4 Genetik
Untuk menganalisis struktur – struktur diatas, dilakukan beberapa metode analisis, yaitu
: (a) Diagram Kontur yaitu, Diagram kontur digunakan untuk menganalisa struktur
kekar yang memiliki dip yang besarnya kurang dari 80. Cara dari metode ini sudah
diajarkan pada acara sebelumnya. Tetapi, untuk analisa yang datanya diambil dari
lapangan (faktual). (b) Diagram Kipas yaitu, Diagram kipas juga digunakan untuk
menganalisa struktur kekar tetapi struktur kekar yang dianalisa adalah kekar yang
memiliki dip >= 80. Cara dari metode ini sudah diajarkan pada acara sebelumnya. Dari
metode ini, diperoleh dua bidang maksima yang nantinya diplot pada lokasinya dan arah
gaya utama pembentuk kekar. Selain itu, diagram kipas dapat juga digunakan dalam
analisa arah arus purba dan pola penyaluran sungai. (M.Ragan, 2009)
2.6 Ketidakselarasan
Adalah suatu bidang erosi yang memisahkan batuan yang lebih muda dari lapisan lain
yang telah terbentuk sebelumnya, Macam-macam ketidakselarasan: (a) Angular
uncomformity, Ketidakselarasan yang terbentuk akibat adanya sudut antara lapisan yang
tua dengan lapisan yang lebih muda. (b) Discomformity, Adanya lapisan yang hilang
antara lapisan yang tua dengan lapisan yang lebih muda. Sehingga umur kedua lapisan
memiliki selisih yang sangat jauh. (c) Noncomformity, Adanya batuan kristalin
(beku/metamorf) yang berbatasan langsung dengan batuan sedimen. (Polo, 1993)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Analisis Diagram Rosset
adalah sebagai berikut:
3.1.1. Alat
a Alat tulis
b Penggaris
c Jangka
d Busur 360
e Stereonet
3.1.2. Bahan
a Hvs
b Milimeter Blok
c Kalkir
4.1 Pembahasan
0°-5° 180°-185°
5°-10° 185°-190°
10°-15° 190°-195°
15°-20° 195°-200°
20°-25° 200°-205°
25°-30° 205°-210°
30°-35° 210°-215° I 1 2%
35°-40° 215°-220° IIII 4 8%
40°-45° 220°-225° IIIII 5 10%
45°-50° 225°-230° II 1 2%
50°-55° 230°-235° IIII 4 8%
55°-60° 235°-240° II 2 4%
60°-65° 240°-245° II 2 4%
65°-70° 245°-250° III 3 6%
80°-85° 260°-265° I 1 2%
85°-90° 265°-270° II 2 4%
90°-95° 270°-275° II 2 4%
105°-110° 280°-290° I 1 2%
110°-115° 290°-295° IIIIII 6 12 %
115°-120° 295°-300° 0%
120°-125° 300°-305° 0%
125°-130° 305°-310° 0%
130°-135° 310°-315° 0%
135°-140° 315°-320° 0%
140°-145° 320°-325° II 2 4%
145°-150° 325°-330° 0%
150°-155° 330°-335° 0%
155°-160° 335°-340° 0%
160°-165° 340°-345° 0%
165°-170° 345°-350° 0%
170°-175° 350°-355° 0%
170°-180° 355°-360° 0%
TOTAL 50
Gambar 4.1 Hasil Plot Diagram Rosset
Berdasarkan data kekar yang diperoleh dari hasil pengukuran lapangan kemudian
dilakukan analisis menggunakan diagram rosset maka di dapatkan arah gaya yang paling
dominan dari pembacaan yaitu
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
mengalami pergeseran. Penyebab terbentuknya kekar bisa diakibatkan oleh gejala
tektonik ataupun non tektonik. Proses terbentuknya kekar : Pada saat pengendapan
(batuan sedimen) atau pada saat pembekuan / pendinginan (batuan beku)
Nontectonic Joint. • Setelah pengendapan (batuan sedimen) atau setelah
pembekuan/ pendinginan (batuan beku) Tectonic joint. Proses tersebut diatas
dipengaruhi oleh faktor luar, seperti pelapukan (weathering) maupun gaya-gaya
yang menyebabkan terjadinya perubahan atau deformasi.
Berdasarkan data kekar yang diperoleh dari hasil pengukuran lapangan kemudian
dilakukan analisis menggunakan diagram rosset maka di dapatkan arah gaya yang
paling dominan dari pembacaan yaitu dari Timur laut ke Barat daya.
5.2. Saran
Penyampaian dalam bentuk video sudah sangat baik, untuk revisian laporan ada baiknya
revisian dilakukan secara langsung pada laporan dengan di beri tanda pada bagian yang
salah, lalu dikirimkan kembali pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, P. B. (2012). Cleat pada lapisan batubara dan aplikasinya di dalam industri
pertambangan, in Prosiding Simposium Dan Seminar Geomekanika Ke-1.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, hal. 101.
Laubach, S. E., Marrett, R. A., Olson, J. E. dan Scott, A. R. (1998). Characteristics and
origins of coal cleat: A review. International Journal of Coal Geology, 35(1–4),
hal. 175–207.
M.Ragan, Donal. 2009. STRUCTURAL GEOLOGY An Introduction to Geometrical
Techniques fourth edition. CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS. New York.
Polo, L., dkk. 1993. Analisis pola dan karakter kekar untuk menentukan struktur
geologi sesar dan kondisi fisik batuan. Bandung. Bulletin of Scientific
Contribution, Geology UNPAD, No. 1, Vol. 1, April 1993, p. 1-8.
Pranata, Mohammad Bagus. 2016. Petrogenesis Batuan Beku dan Karakteristik Kekar.
Jawa Tengah. Departemen Teknik Geologi Universitas Diponegoro. Vol.1 No.2,
page: 41-49.
Rusman, Muh. Khairil. 2016. Geologi Dasar (Basic Of Geology). Tidak di terbitkan.
Kendari.
Shafirovich, E. dan Varma, A. (2009). Underground coal gasification: A brief review of
current status. Industrial & Engineering Chemistry Research, 48(17), hal. 7865–
7875.