Anda di halaman 1dari 18

SEVEN BASIC TOOLS / 7 ALAT PENGENDALI

KUALITAS

Banyak ahli mendefinisikan kualitas secara garis besar orientasinya adalah kepuasan
pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada
kualitas.
Mutu mempunyai beberapa aspek yaitu :
a. Kualitas Produk (Quality)
b. Kualitas Kegiatan (Actifity)
c. Kualitas Biaya (Cost)
d. Kualitas ketepatan waktu dan cara penyampaian barang (Delivery)
e. Kualitas Keselamatan( Safety) serta moral dan semua yang terlibat (morale)

Sifat-sifat pokok yang membedakan antara mutu barang dan mutu jasa :
A. Mutu barang mengutamakan perhitungan waktu penyampaian sedangkan mutu
jasa mengutamakan keperhatian
B. Mutu barang pada umumnya berukuran metrik, mutu jasa berukuran efektif
C. Mutu barang terbuat dari materi sedangkan mutu jasa terdiri dari non materi
D. Mutu barang sifatnya objektif dan mutu jasa bersifat subjektif
E. Mutu barang berwujud dan mutu jasa tak selalu berwujud

Teori Manajemen Kualitas menurut Deming, Juran dan Crosby

Tiga penulis Mutu (Kualitas) yaitu W. Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B.
Crosby menulis tentang Mutu dalam Industri Produk, meskipun ide-ide mereka dapat
diterapkan pada Industri Jasa.Berikut ini pandangan-pandangan mereka tentang Mutu yang
berkaitan erat dengan Manajemen Mutu Terpadu/Total Quality Management.

1. Deming
W. Edwards Deming adalah tokoh yang pertama kali mengembangkan konsep
manajemen dan kemudian dikenal sebagai bapak manajemen kualitas. Deming
mengemukakan tentang Mutu bersifat Filsafat. Dalam bukunya yang berjudul Out of the
Crisis, beliau menggabungkan konsep Mutu mulai dari wawasan Psikologis sampai
dengan Kultur Mutu (Quality Culture).
Deming menyatakan, ada empat belas poin manajemen mutu yaitu terdiri dari :
1. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produksi dan jasa.
2. Adopsi falsafah baru.
3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga.
5. Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa.
6. Lembagakan pelatihan kerja.
7. Lembagakan kepemimpinan.
8. Hilangkan rasa takut.
9. Uraikan kendala-kendala antar departemen.
10.Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktifitas tanpa
menambah beban kerja.
11.Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik.
12.Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
13.Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan
peningkatan kualitas kerja.
14.Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.
 
Menurut Deming, terdapat lima penyakit yang signifikan, yaitu :
1. Kurang konstannya tujuan.
2. Pola pikir jangka pendek.
3. Evaluasi prestasi individu.
4. Rotasi kerja yang tinggi.
5. Manajemen yang menggunakan angka yang tampak.

 Kegagalan mutu terbagi dalam dua bagian, yaitu :


1. Umum terdiri dari : desain Ruang Produksi yang buruk, bangunan yang tidak
memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak
sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumberdaya yang kurang, dan
pengembangan staf yang tidak memadai.
2. Khusus yaitu : kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya
motivasi, kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan-
perlengkapan.
 
2. Juran
Buku karangan Dr.Joseph Juran adalah Juran’s Quality Control Handbook, Juran on
Planning for quality, dan Juran on Laedership for Quality. Juran termasyur dengan
keberhasilannya menciptakan kesesuaian dengan tujuan dan manfaat. Juran
mengemukakan tentang mutu yang terkenal dengan istilah  Aturan 85/15. Juran
menyatakan bahwa 85% masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah
hasil dari desain proses yang kurang baik.
Menurut Juran, Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality Management) adalah
sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi
kontribusi unik terhadap peningkatan mutu:
a. Manajer senior memiliki pandangan strategis tentang Organisasi.
b. Manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu 
c. Para karyawan memiliki tanggung jawab terhadap Kontrol Mutu.
 
3. Crosby
Philip Crosby mengemukakan ide dalam mutu yg terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Ide bahwa mutu itu Gratis
b. Ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu, bisa
dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu.
Dalam Quality Is Free, Crosby mengemukakan bahwa sebuah langkah sistematis untuk
mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik.
Teori Zero Defects (Tanpa Cacat) yang dikemukakan Philip Crosby adalah ide yang
melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang memastikan bahwa segala
sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang tepat sejak pertama kali dan selamanya.

Program mutu yang dikemukakan Crosby terdiri dari 14 langkah yaitu :


1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
2. Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
6. Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)
7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defect Planning)
8. Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
9. Hari Tanpa Cacat (Zero Defect Day)
10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
11. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
12. Pengakuan (Recognition)
13. Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)
14. Lakukan Lagi (Do It Over Again)

   Ketiga penulis di atas memiliki ide-ide tentang bagaimana mutu harus diukur dan
dikelola, jelas bahwa Deming, Juran dan Crosby semuanya memiliki tujuan yang sama.
Penegasan Deming bahwa Pelanggan menjadi orang yang bisa menentukan apakah mutu
ada di sebuah Produk atau Layanan, Juran mendefinisikan tentang mutu, dan Crosby
mendefinisikan manajemen mutu ditentukan oleh pelanggan sebagai penentu terakhir dari
kualitas suatu produk atau jasa tertentu. Ketiga penulis tersebut menghasilkan perbedaan
yang nyata dari definisi mutu, meskipun dengan berbagai tingkatan yang berbeda. Dan juga
ketiganya melihat pentingnya umpan balik dalam setiap mekanisme yang dirancang untuk
mengukur dan mengelola kualitas : Teori Deming adalah Continuous Improvement
Helix, sedangkan Juran terkenal dengan Triloginya, dan Crosby mengemukakan
tentang Harga Non-Conformance.
Perbedaannya, seperti yang dinyatakan sebelumnya, terletak dalam perspektif
masing-masing. Perspektif Deming menyatakan bahwa pelanggan sebagai Penentu
Kebijakan dan sangat bergantung pada pasar dimana pelanggan akan
mendefinisikan mutu suatu produk atau jasa. Sementara Juran mengemukakan bahwa
mutu tidak terlepas dari pasar, dimana faktor penentu dirancang untuk
menerjemahkan visi mutu untuk menghasilkan suatu produk. Perspektif Crosby
menyatakan bahwa pandangan manajemen ditentukan oleh mutu seseorang baik atau
tidaknya tujuan mutu terpenuhi, serta biaya yang harus dikeluarkan.

Pengertian Biaya Kualitas (Quality Cost) dalam Produksi


Biaya Kualitas (Biaya Mutu) atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Quality
Cost adalah Biaya-biaya yang timbul dalam penanganan masalah Kualitas (Mutu), baik
dalam rangka meningkatkan Kualitas maupun biaya yang timbul akibat Kualitas yang buruk
(Cost of Poor Quality). Dengan kata lain, Biaya Kualitas (Quality Cost) adalah semua biaya
yang timbul dalam Manajemen Kualitas (Quality Management).
Feigenbaum (1961) dalam bukunya yang berjudul “Total Quality Control”
menyebutkan bahwa Biaya Kualitas terdiri dari 3 kategori utama, yaitu
1. Biaya Pencegahan (Preventive Cost)
adalah biaya yang dikeluarkan dalam mencegah terjadi kegagalan pada proses
pertamanya seperti Biaya Pelatihan (Training Cost) dan Biaya Perencanaan
Kualitas (Quality Planning).
2. Biaya Peniliaian (Appraisal Cost)
adalah biaya yang timbul saat melakukan penyaringan atau pendeteksian kegagalan
produk seperti Biaya Pengujian, Inspeksi dan Proses Audit.
3. Biaya Kegagalan adalah Biaya yang timbul akibat buruknya kualitas ataupun
kegagalan produkyang tidak memenuhi standar pelanggan (Customer). Dalam Biaya
Kegagalan ini, terdapat lagi
a. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) yang terjadi akibat buruknya
kualitas selama proses produksi dan
b. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost) yang terjadi akibat kegagalan
produk yang telah dijual.
Untuk lebih jelas, silakan perhatikan Tabel dibawah mengenai 3 Kategori Utama Biaya
Kualitas (Quality Cost) beserta contoh biaya-biaya yang akan timbul dari Biaya Kualitas
tersebut.
Kategori Contoh Biaya yang perlu dikeluarkan
1. Biaya Pelatihan (Training Cost)
Biaya Pencegahan 2. Proses Capability Studies (Penelitian Kapabilitas Proses)
(Preventive Cost) 3. Vendor Survey
4. Quality Planning and Design
1. Segala Jenis Pengujian (testing) dan Inspeksi
Biaya Penilaian 2. Pembelian Peralatan Pengujian dan Inspeksi
(Appraisal Cost) 3. Peninjauan Kualitas dan Audit (Quality Audit and Review)
4. Biaya Laboratorium
1. Biaya Scrap dan pengerjaan ulang (Rework)
Biaya Kegagalan 2. Biaya Perubahan Desain (Design Change)
(Failure Cost)Internal 3. Biaya Kelebihan Persedian (Excess Inventory Cost)
4. Biaya Pembelian Bahan
Biaya Kegagalan 1. Biaya Purna Jual  / Jaminan (Warranty)
(Failure Cost)Eksternal 2. Biaya Pengembalian Produk (Return and Recall)
3. Biaya Penangan Keluhan Pelanggan
4. Biaya Ganti Rugi

7 ALAT PENGENDALIAN KUALITAS (SEVEN BASIC TOOLS in QUALITY


CONTROL) : 7 Metode Statistik Dasar

Ada berbagai versi mengenai 7 alat perbaikan kualitas/mutu, tapi untuk pertama-tama, mari
bahas versi Ishikawa Kaoru.

7 Metode statistik dasar Menurut Ishikawa Kaoru (1984) yaitu :


1. Diagram Pareto
2. Diagram sebab-akibat (Diagram Tulang Ikan atau Diagram Ishikawa)
3. Stratifikasi
4. Lembar Pengecekan (Check sheet)
5. Histogram
6. Diagram Penyebaran (Scatter Diagram)
7. Grafik dan Peta Kendali (Graph & Control Chart)

Diagram Pareto
Diagram pareto atau analisis pareto didasari prinsip yang menyatakan kebanyakan efek
adalah hasil dari sedikit penyebab. Konsep ini dinyatakan pertama kali oleh Vilfredo Pareto,
ekonom Italia abad 19. Beliau mengamati bahwa kebanyakan persentase kekayaan
nasional dimiliki oleh sejumlah kecil orang. Pareto menemukan rasionya 80:20. Kemudian
ide ini ditunjuk sebagai 'sedikit yang penting dan banyak yang tidak penting' oleh satu dari
penemu peningkatan kualitas, Joseph Juran. Sekarang ide ini sering dirujuk sebagai aturan
80:20 atau prinsip Pareto.
Tujuan analisis pareto
Tujuan analisis pareto untuk 'memisahkan sedikit yang penting dari banyak yang tidak
penting'. Dikatakan bahwa 80% cacat berasal dari 20% penyebab. Metode analisis data ini
membantu mengarahkan pekerjaan anda ke tempat di mana dapat dilakukan peningkatan
terbanyak. Sehingga analisis pareto membantu anda memusatkan usaha ke permasalahan
yang menyediakan potensi terbesar untuk peningkatan.
Kegunaan diagram pareto
 Membantu suatu tim untuk terpusat pada penyebab yang akan mengharilkan
dampak terbesar jika diselesaikan
 Menampilkan kepentingan relatif dari problem dalam format visual yang sederhana
dan dapat diinterpretasi dengan cepat.
 Membantu mencegah 'mengalihkan permasalahan' di mana 'solusi' menghilangkan
beberapa penyebab namun memperburuk yang lain
 Kemajuan diukur dalam format yang sangat terlihat yang menyediakan insentif untuk
mendorong lebih banyak peningkatan
 Analisis pareto dapat digunakan dalam penerapan peningkatan kualitas manufaktur
atau nonmanufaktur
Langkah-langkah menyusun diagram pareto
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yaang terbesar
hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-
masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat
perhatian.
Berikut adalah contoh diagram pareto sebuah restoran yang ingin meningkatkan kualitas
pelayanannya dan mengumpulkan survei selama satu bulan mengenai komplain dari
pelanggan

Diagram Sebab-Akibat
Istilah lain dari diagram sebab akibat adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram
dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Diagram sebab-akibat
menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan
penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat
dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut
kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat
berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, pengukuran,
karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber-sumber utama tersebut
diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari metode
kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan
sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik
brainstorming dari seluruh personel yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis.
Langkah menerapkan diagram sebab-akibat:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat
sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian penyebab
permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai
hal dan penanganan yang kompleks.
Manfaat diagram sebab-akibat:
1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas
produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat
mengurangi biaya
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian
produk atau jasa dan keluhan pelanggan
3. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan
4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan
pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan
contoh diagram sebab-akibat :
Stratifikasi
Stratifikasi adalah teknik yang digunakan dengan kombinasi alat analisis data lainnya.
Ketika data dari berbagai sumber atau kategori telah dikumpulkan, arti dari data bisa tidak
dapat dilihat. Teknik ini memisahkan data sehingga polanya dapat dilihat.
Saat menggunakan stratifikasi :
 Sebelum mengumpulkan data
 Ketika data berasal dari beberapa sumber atau kondisi, misalnya sif, hari-hari dalam
satu minggu, pemasok atau grup populasi
 Ketika analisis data mungkin memerlukan pemisahan sumber atau kondisi berbeda
Prosedur Stratifikasi
1. Sebelum mengumpulkan data, pertimbangkan informasi mana mengenai sumber
data yang mungkin berdampak pada hasil. Siapkan pengumpulan data sehingga
anda dapat mengumpulkan informasi juga.
2. Ketika menggambar data yang terkumpul dalam diagram penyebaran, diagram
kendali, histogram atau alat lainnya, gunakan tanda atau warna yang berbeda untuk
membedakan data dari berbagai sumber. Data yang dibedakan dengan cara ini yang
disebut 'distratifikasi'.
3. Analisis set lainnya dari data yang terstratifikasi secara terpisah. Misalnya pada
diagram penyebaran di mana data distratifikasi menjadi data dari sumber 1 dan
sumber 2, gambar kuadran, hitung titik dan tentukan nilai kritis hanya dari data
sumber 1, lalu hanya untuk data sumber 2.

Contoh Stratifikasi
Tim manufaktur ZZ-400 menggambar diagram penyebaran untuk mengetes apakah
kemurnian produk dan kontaminasi besi terkait, tetapi gambar tidak menunjukkan adanya
hubungan. Kemudian anggota tim menyadari bahwa datanya berasal dari tiga reaktor
berbeda. Tim kemudian menggambar ulang diagram menggunakan simbol berbeda untuk
setiap data reaktor.

Sekarang polanya dapat terlihat. Data dari reaktor 2 dan reaktor 3 dilingkari. Bahkan tanpa
menghitung jelas bahwa untuk kedua reaktor tersebut kemurnian berkurang selama besi
berkurang. Namun, data dari reaktor 1, titik yang tidak dilingkari, tidak menunjukkan
hubungan tersebut. Sesuatu berbeda di reaktor 1.
Pertimbangan dalam stratifikasi
Berikut adalah contoh beberapa sumber berbeda yang mungkin memerlukan stratifikasi
data:
 Perlengkapan
 Sif
 Departemen
 Material
 Penyuplai
 Hari dalam minggu
 Waktu
 Produk
Selalu pertimbangkan sebelum mengumpulkan data apakah stratifikasi diperlukan selama
analisis. Rencanakan untuk mengumpulkan informasi stratifikasi. Setelah data dikumpulkan
mungkin sudah terlambat.
Pada gambar atau grafik, masukkan penjelasan mengenai tanda atau warna yang
digunakan.
Lembar Pengecekan (Check Sheet)
Suatu tipe khusus dari isian untuk pengumpulan data. Lembar pengecekan mempermudah
mengumpulkan data, cenderung membuat usaha pengumpulan data lebih akurat, dan
secara otomatis menghasilkan semacam ringkasan data yang sering sangat efektif untuk
analisis cepat. Isian lembar pengecekan dibuat masing-masing untuk situasi yang berbeda.
Lembar pengecekan digunakan untuk mengumpulkan data, bentuknya dapat berupa apa
saja. Lembar pengecekan menjabarkan satu persatu item yang akan dicek secara rutin
ataupun acak, lalu hasil pengecekan tersebut dicatat dalam bentuk data angka (numerik)
atau berupa tanda.
Kegunaan utama dari Check Sheet:
 Untuk manajemen sehari-hari (menghindari kelupaan, mentaati aturan-aturan
operasional)
o Contoh: equipment check list, check list pekerjaan, 6S check list, check list
untuk diagnosis dokter, berbagai macam check list, tabel statistik, check list
penilaian, dan lain-lain.
 Pemeriksaan khusus (pemeriksaan untuk permasalahan yang spesifik)
o Contoh: accident check list, special case analysis, questioner, dan lain-lain.
 Membuat catatan (mengumpulkan data/angka yang dibutuhkan untuk
pencatatan/pendataan)
o Contoh: laporan harian produksi, quality check list, laporan barang jadi masuk
gudang, laporan catatan pengambilan material, dan lain-lain.
Prosedur membuat lembar pengecekan:
1. Tentukan kejadian atau masalah apa yang akan diamati. Kembangkan definisi
operasional.
2. Tentukan kapan data akan dikumpulkan dan untuk berapa lama.
3. Rancang isiannya. Buatlah supaya data dapat direkam dengan semudah membuat
tanda centang atau X atau simbol yang mirip juga sehingga data tidak perlu disalin
ulang untuk analisis.
4. Tandai semua tempat di isian.
5. Tes lembar pengecekan untuk periode percobaan singkat untuk memastikan itu
mengumpulkan data yang tepat dan mudah digunakan.
6. Tiap kali kejadian dan masalah yang disasar terjadi, rekam data di lembar
pengecekan.

contoh lembar pengecekan


Histogram
Histogram adalah alat untuk menggambarkan secara grafis distribusi frekuensi. Histogram
membuat pengguna mendapatkan informasi yang berguna mengenai bentuk dan
penyebaran dari suatu set data. Yang paling penting, histogram membuat penggambaran
informasi sangat ringkas dalam format diagram batang.
Apa yang dilakukan histogram:
a. Menunjukkan data dalam jumlah besar yang susah diinterpretasikan dalam bentuk
tabular
b. Menampilkan frekuensi relatif terhadap kejadian berbagai nilai data
c. Menunjukkan pemusatan, variasi dan bentuk data
d. Menggambarkan secara cepat distribusi data
e. Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa depan dari
suatu proses
f. Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses
g. Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi persyaratan?'
Langkah menyusun histogram:
1. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan
terkecil
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya kelas,
apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukkan dengan
√n.
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar
yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya
kelas.
4. Menentukan Batas-Batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada masing-masing
kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih.
5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
Interpretasi histogram
Ketika digabungkan dengan konsep kurva normal dan pengetahuan terhadap suatu proses
tertentu, histogram menjadi alat yang efektif dan praktis dalam tahapan awal analisis data.
Histogram dapat diinterpretasikan dengan menanyakan tiga pertanyaan :
1. Apakah proses yang dilakukan dalam batas spesifikasi ?
2. Apakah proses kelihatannya menghasilkan variasi yang luas ?
3. Jika tindakan perlu diambil dalam proses, tindakan apa yang pantas ?
Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut berada dalam analisis tiga karakteristik histogram
1. Seberapa terpusat histogram ?
o Pemusatan data menyediakan informasi mengenai proses yang ditujukan
dalam suatu arti atau nilai nominal
2. Seberapa luas histogram ?
o Melihat luas histogram mendefiniskan variasi proses mengenai tujuan
3. Apa bentuk histogram ?
o Ingat bahwa data diharapkan berbentuk normal atau kurva lonceng.
Perubahan signifikan apa pun atau anomali biasanya mengindikasikan adanya
sesuatu yang terjadi dalam proses yang menyebabkan masalah kualitas
5 bentuk kurva histogram dapat dilihat pada gambar berikut

Diagram Penyebaran (Scatter Diagram)


Diagram penyebaran merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan
antara sebab dan akibat dalam dua variabel. Langkah-langkah yang diambil pun sederhana.
Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x, y).  Jika variabelnya berhubungan, titik-
titik akan membentuk sebuah garis atau kurva. Semakin baik hubungannya, semakin rapat
titik mendekati garis.
Kapan menggunakan diagram penyebaran :
 Ketika memiliki pasangan data numerik
 Ketika variabel terikat mungkin memiliki beberapa nilai untuk setiap nilai variabel
bebas
 Ketika ingin menetpakan apakah kedua variabel berhubungan, semisal
1. Mencoba mengidentifikasi kemungkinan penyebab utama masalah
2. Setelah brainstorm sebab-akibat dengan diagram tulang ikan, untuk
menetapkan secara objektif apakah ada hubungan antara penyebab tertentu
dan hasil
3. Ketika menentukan apakah dua hasil yang terlihat berhubungan keduanya
terjadi dengan penyebab yang sama
4. Ketika menguji untuk korelasi otomatis sebelum menyusun peta kendali

Prosedur membuat diagram penyebaran:


1. Kumpulkan pasangan data di mana diduga memiliki hubungan 
2. Gambar grafik dengan variabel bebas pada sumbu horizontal dan variabel terikat
apda sumbu vertikal. Untuk tiap pasang data, beri titik atau simbol di mana nilai
sumbu x memotong sumbu y. (Jika dua titik terletak sama, letakkan keduanya
bersebelahan, bersentuhan, sehingga keduanya bisa terlihat)
3. Cari pola titik untuk melihat apakah hubungannya jelas. Jika data dengan jelas
membentuk garis atau kurva, anda boleh berhenti. Variabelnya berkorelasi. Anda
mungkin ingin menggunakan regresi atau analisis korelasi sekarang. Jika tidak,
lanjutkan langkah 4 hingga 7.
4. Bagi titik-titik pada grafik menjadi 4 kuadran. Jika ada titik sebanyak X pada grafik
o Hitung X/2 titik dari atas ke bawah dan gambar garis horizontal
o Hitung X/2 titik dari kiri ke kanan dan gambar garis vertikal
o Jika jumlah titiknya ganjil, gambar garis melalui titik tengah
5. Hitung titik di tiap kuadran. Jangan hitung titik yang terletak di garis.
6. Jumlahkan kuadran yang berseberangan secara diagonal. Temukan jumlah yang
lebih sedikit dan total titik di seluruh kuadran.
o A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah
o B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah
o Q =  Yang lebih kecil antara A dan B
o N=A+B
7. Cari batas N pada tabel uji kecenderungan
o Jika Q kurang dari batas, kedua variabel berhubungan
o Jika Q sama atau lebih besar daripada batas, polanya mungkin terjadi dari
kemungkinan acak.
Tabel uji kecenderungan

Contoh diagram penyebaran


Tim manufaktur ZZ-400 menduga ada hubungan antara kemurnian produk (persen
kemurnian) dan jumlah besir (diukur dalam bagian per juta atau bpj). Kemurnian dan besi
digambarkan berhadapan dalam diagram penyebaran sebagaimana pada gambar berikut.

Ada 24 titik data. Garis median digambarkan sehingga 12 titik berada pada tiap sisi untuk
persen kemunian dan besi bpj.
Untuk mengetes hubungan, mereka menghitung:
A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah = 9 + 9 = 18
B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah = 3 + 3 = 6
Q = Yang lebih kecil antara A dan B = Lebih kecil antara 18 dan 6 = 6
N = A + B 18 +6 = 24
Kemudian mereka mencari batas N pada tabel uji kecenderungan. N = 24, batasnya = 6.
Q sama dengan batas, sehingga polanya dapat terjadi karena kemungkinan acak dan tidak
ada hubungan yang ditampilkan.
Grafik dan Peta Kendali (Graph & Control Chart)
Sebelum memasuki permasalahan inti mengenai peta kendali, pertama-tama bahas soal
variasi dulu.
Variasi adalah fenomena alami. Variasi mungkin cukup besar dan mudah dikenali (tinggi
badan) atau mungkin sangat kecil dan susah dikenali dengan inspeksi visual (berat pena
ball poin). Ketika variasinya sangat kecil, bendanya mungkin terlihat identik, tetapi
instrumen yang presisi akan menunjukkan perbedaannya.

Dalam manufaktur ada tiga kategori variasi :


1. Variasi dalam bagian
2. Variasi antar bagian
3. Variasi dari waktu ke waktu
Hal ini juga berlaku dalam situasi nonmanufaktur.

Dalam proses manufaktur variasi terjadi karena :


 peralatan
 material
 operator
 lingkungan
 inspeksi atau pengukuran
Faktor yang sama mengarah ke variasi dalam proses non manufaktur.

Penyebab variasi ada dua, yaitu penyebab umum variasi , atau kemungkinan acak, dan
penyebab khusus variasi atau yang dapat ditentukan.

Penyebab umum variasi (kemungkinan acak)


Penyebab variasi tersebut melekat dalam suatu proses. Pada dasarnya mereka adalah
penyebab acak. Jumlahnya kecil dan sangat susah dideteksi atau diidentifikasi. Sering kali
penyebab umum variasi atau kemungkinan acak antara tidak mungkin atau sangat mahal
untuk dihilangkan. Jika suatu porses memiliki variasi hanya karena penyebab kemungkinan
acak, proses ini disebabkan berada dalam kendali statistik. Proses semacam itu juga
disebut proses stabil.

Penyebab khusus variasi (dapat ditentukan)


Proses mungkin dari waktu ke waktu mengalami variasi tambahan, yang biasanya besar
dan disebabkan oleh beberapa faktor luar. Misalnya material bawah standar dari penyedia,
mesin yang diset salah, atau penggunaan alat yang salah. Jika penyebab khusus variasi
ada dalam suatu proses, proses itu disebut di luar kendali.
Lalu, bagaimana kita tahu ketika suatu proses beroperasi di bawah penyebab khusus
variasi ? Dengan kata lain, bagaimana kita tahu jika sebuah proses berada di luar kendali ?
Jawabannya adalah peta kendali.

Peta kendali merupakan grafik yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses
berubah seiring waktu. Data digambarkan menurut urutan waktu. Peta kendali selalu
memiliki garis tengah untuk rata-rata, garis atas untuk batas kendali atas dan garis bawah
untuk batas kendali bawah. Garis tersebut ditentukan dari data masa lampau. Dengan
membandingkan data saat ini dengan garis tersebut, anda dapat menarik kesimpulan
apakah variasi proses konsisten (dalam kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar kendali,
dipengaruhi penyebab khusus variasi). Peta kendali juga memberi tahu kita kapan untuk
membiarkan prosesnya saja atau kapan untuk mulai mencari penyebab khusus variasi.
Peta kendali untuk data bervariasi digunakan secara berpasangan. Peta atas memantau
rata-rata, atau pemusatan distribusi data dari proses. Peta bawah memantau jangkauan,
atau lebar distribusi. Jika data anda adalah tembakan dalam latihan menembak, rata-
ratanya adalah di mana tembakan terkumpul, dan jangkauannya seberapa rapat mereka
terkumpul. Peta kendali untuk data atribut digunakan satu demi satu.

Konsep variabel dan atribut.


Variabel adalah karakteristik kualitas yang dapat diukur dan digambarkan dalam skala yang
berkelanjutan, misalnya berat, panjang, waktu, temperatur, tegangan, dan sebagainya.
Atribut adalah data yang dapat dihitung dan digambarkan sebagai peristiwa atau keadaan
terpisah/diskret. Contohnya jumlah cat yang cacat, jumlah lubang pada panjang kabel listrik,
dan sebagainya.

Selain ketujuh alat yang disebutkan di atas, ada juga yang memasukkan alat berikut ini
dalam tujuh alat dasar.

Run Chart

Run Chart digunakan untuk menganalisis proses menurut waktu atau urutan. Run chart
biasanya berguna dalam menemukan pola yang terjadi dalam suatu waktu. Run chart
dianalisis untuk menemukan anomali dalam data yang menunjukkan pergeseran dalam
proses dari waktu ke waktu atau faktor khusus yang mungkin memengaruhi variabilitas
suatu proses. Faktor khas dipertimbangkan termasuk panjangnya 'jalan' titik data di atas
atau di bawah garis rata-rata yang tidak umum, total jumlah jalan seperti itu dalam set data,
serta rentetan kenaikan atau penurunan berurutan yang tidak umum.
Run chart dalam beberapa hal mirip dengan peta kendali yang digunakan dalam
pengendalian proses statistik, tapi tidak menunjukkan batas kendali proses. Sehingga run
chart lebih mudah dibuat, namun tidak memungkinkan teknik analisis selengkap peta
kendali.

Diagram Alir (Flow Chart)


Kenapa menggunakan flow chart ?
Untuk membuat sebuah tim mengidentifikasi aliran sebenarnya atau urutan kejadian dalam
suatu proses di mana barang atau jasa mengalir.

Flowchart dapat diterapkan ke dalam apa saja dari perjalanan pembayaran atau aliran
material, hingga langkah-langkah membuat penjualan atau servis sebuah produk.

Simbol flow chart

Tips membuat flow chart :


1. Jaga flow chart sederhana
2. Selama situasi membutuhkan, tambah atau buat simbol lain
3. Konsisten dalam level detail yang ditampilkan
4. Beri tiap langkah kata-kata yang dapat dipahami setiap orang
5. Identifikasi karya anda. Termasuk judul proses, tanggal diagram dibuat dan nama
anggota tim
Selama dan setelah membuat flow chart, selalu jaga dalam pikiran faktor dan pertanyaan
berikut
1. who (siapa)
2. what (apa)
3. when (kapan)
4. why (kenapa)
5. where (di mana)
6. how (bagaimana)
Pertanyaan lainnya yang harus ditanyakan untuk tiap tindakan atau langkah dalam flow
chart
 Hapus
 Gabung
 Sederhanakan
 Ubah urutan
5M check list :
 man (operator)
 machines
 material
 methods
 measurement
5M checklist  adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada lima faktor kunci yang
ada dalam proses apa saja.
Lalu, ada juga 7 alat yang dikatakan sebagai alat manajemen dan perencanaan yang baru,
yaitu :
1. Affinity Diagram (KJ Method)
2. Interrelationship Digraph (ID)
3. Tree Diagram
4. Prioritization Matrix
5. Matrix Diagram
6. Process Decision Program Chart (PDPC)
7. Activity Network Diagram

Anda mungkin juga menyukai