Anda di halaman 1dari 5

TECTONIC SETTINGS INDONESIA

Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lempeng benua yang ada sekarang mengapung
diatas lapisan batuan yang lebih berat dan cair yaitu astenosfer. Pergerakan lempeng ini
disebabkan oleh adanya dorongan dari arus konveksi mantel. Teori tektonik lempeng (plate
tectonic) dapat menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur
gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Wilayah Indonesia memiliki kondisi tektonik yang rumit. Kepulauan
Indonesia merupakan pertemuan lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia (di bagian timur),
Lempeng Eurasia dan Lempeng IndoAustralia (di bagian barat), serta lempeng yang lebih kecil
(Lempeng Caroline dan Lempeng Laut Filipina).
1. Sumatra
Pada pulau Sumatra terdapat lempeng hindia-Australia yang menunjam dengan kecepatan
50-70 mm/tahun dan disepanjang dari palung sunda yang dimana merupakan zona subduksi.
Di Sumatera, penunjaman tersebut juga menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch
islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P. Siberut hingga
P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta
sesar aktif ’The Great Sumatera Fault’ yang membelah Pulau Sumatera mulai dari Teluk
Semangko hingga Banda Aceh.
Pulau Sumatera dicirikan oleh tiga sistem tektonik. Berurutan dari barat ke timur adalah
sebagai berikut: zona subduksi oblique dengan sudut penunjaman yang landai, sesar Mentawai
dan zona sesar besar Sumatera. Peristiwa Tektonik yang berperan dalam perkembangan Pulau
Sumatra dan Cekungan Sumatra Selatan menurut Pulonggono dkk (1992) adalah Fase
kompresi yang berlangsung dari Jurasik awal sampai Kapur. Tektonik ini menghasilkan sesar
geser dekstral WNW – ESE seperti Sesar Lematang, Kepayang, Saka, Pantai Selatan
Lampung, Musi Lineament dan N – S trend. Terjadi wrench movement dan intrusi granit
berumur Jurasik – Kapur.
2. Jawa
Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland). Pada Daratan Sunda ini
terdapat dua sistem gerak lempeng; Lempeng Laut Cina Selatan di utara dan Lempeng
Samudera Hindia di selatan. Lempeng Laut Cina Selatan (Eurasia) bergerak ke tenggara sejak
Oligosen (Longley, 1997), sedangkan Lempeng Samudera Hindia yang berada di selatan
bergerak ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke bawah sistem busur kepulauan Sumatra
dan Jawa (Liu dkk., 1983).
Pulau jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang
bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, dimana proses tersebut relatif bergerak
menyerong (oblique) antara lempeng samudra hindia pada bagian barat daya dan lempeng
Benua Asia bagian tenggara (eurasian), dimana lempeng samudra hindia akan menyusup ke
lempeng asia tenggara. Pada zone subduksi akan dihasilkan palung jawa (Java trench) dengan
pergerakan relatif 7 cm/tahun. Pada zone subduksi terdiri dari “Acctionary Complex ” yang
materialnya secara garis besar dari lantai samudra india pada busur muka Jawa.

Dalam Subduksi di Jawa menghasilkan berupa:


a. Outer Arc
b. Fore Arc Basin
c. Vulcanic Active Arc
d. Back Arc Basin

3. Nusa Tenggara
Jalur zona tumbukan lempeng Sumatra-Jawa bermenerus ke wilayah NTT Di
wilayah Timor, batas lempeng tektonik ini berubah sifatnya dari jalur zona subduksi
(dimana lempeng lautan menunjam di bawah lempeng benua) menjadi zona tabrakan
lempeng benua dengan benua ”collision zone”. Secara geologi, kebanyakan pulau-pulau
penyusun Nusa Tenggara muda umurnya, dari 1-15 juta tahun saja (Audley-Charles, 1987)
dan terjadi sebagai pulau-pulau oseanik yang tak pernah terjadi berhubungan dengan massa
kontinen besar. Pulau-pulau ini terjadi di tempat sebagai busur kepulauan akibat proses
subduksi antara lempeng samudera Hindia dengan lempeng samudera di sebelah timur-
tenggara Sunda-land.
Pada Pulau-pulau di Nusa Tenggara mengikuti dua busur, bagian timur Busur
Sunda (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores bagian barat), dan bagian barat Busur Banda
(Flores bagian timur, Alor, Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, Serua). Susunan dua busur
diikuti pula oleh dua sistem palung yang berbeda. Palung yang berasosiasi dengan Busur
Sunda adalah Palung Sunda (Sunda Trench) di selatan Bali-Sumbawa yang menunjam
membentuk palung dengan kedalaman 6 km. Lempeng samudera Hindia menunjam ke
bawah Nusa Tenggara. Sistem palung ini berhenti di sebelah selatan Pulau Sumba. Lalu
sistem palung berkitnya adalah Palung Timor (Timor Trough), yang dimulai di sebelah
selatan Pulau Sumba ke arah timurlaut. Di sini lempeng benua Australia menunjam di
bawah Nusa Tenggara dan Timor-Tanimbar sampai kedalaman 3 km.

4. Sulawesi
Sulawesi terletak di sebelah barat Lempeng Pasifik, di sebelah baratlaut Lempeng
Indo-Australia, dan di sebelah timur Lempeng Eurasia, sehingga evolusi tektoniknya
sangat dipengaruhi oleh berbagai macam mekanisme pergerakan lempeng – lempeng
pengapitnya. Sejarah tektonik Sulawesi berkaitan erat dengan perisitiwa tektonik regional
di sekitar Sulawesi dan kegiatan tektonik lokal di berbagai bagian dari daerah Sulawesi,
seperti pemekaran di Selat Makassar, rotasi dasar Laut Sulawesi, serta kegiatan-kegiatan
tektonik di timur Sulawesi yang meliputi daerah Banggai – Sula serta Kendari, Muna dan
Buton.
Peristiwa yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam
kurun Miosen, ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya
bagian timur, lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan
desakan ke darat sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah
timur barat, mengubah kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi
yang sekarang. Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan
Banggai Sula bertabrakan dengan Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak
yang masuk ke Sulawesi barat, yang menyebabkan semenanjung barat daya berputar
berlawanan dengan arah jarum jam sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu membuka
teluk Bone. Semenanjung Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum jam hampir
sebesar 90 derajat ,yang menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan secara paksa suatu
bagian kerak bumi di bawah bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang
Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan Obduksi (penempatan secara paksa suatu
bagian kerak bumi diatas bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), batuan ultra
basis di Sulawesi timur dan tenggara diatas reruntuhan pengikisan atau endapan batuan
yang lebih muda yang bercampur aduk.

5. Papua/ Irian Jaya


Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dipengaruhi oleh dua
tektonik besar yang saling bertumbukan dan serentak aktif. Pada saat ini, lempeng
Samudera Pasifik – Caroline bergerak ke barat – baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th,
sedangkan lempeng Benua Indo – Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5
cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur
kompleks terhadap Papua yang sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo – Australia
(Yunus, 2010). Sebagian besar proses evolusi tektonik daerah papua berkaitan dengan
konvergensi miring antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng pasifik. Papua dan
pegunungan tengah umumnya disebut sebagai lokasi tipe tumbukan aktif antara busur
kepulauan dengan benua

6. Kalimantan
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian
barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit
dan sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan
Meratus, yang diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak
dan Kalimantan terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok
Rajang) yang menunjukkan adanya kompleks subduksi
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk
Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement
dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh
ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang
dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan
sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique.
Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen
benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi
lempeng pada pertengahan Oligosen.
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya. Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera
di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya
sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian
timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-
tengah terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti,
sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu

LAMPIRAN
Tektonika Sumatra

Tektonika Indonesia

Anda mungkin juga menyukai