Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
2.1.1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain (Logans,
2013). Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau
ibu dengan anaknya (BKKBN, 2015).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(DepKes RI, 2012). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki
hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 2011).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubunagn
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2013)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus-menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai
ikatan emosional dan mempunyai antara satu orang dengan orang yang
lainnya (Johnsons, 2016).

2.1.2. Ciri – Ciri Keluarga


Menurut Stanhope dan Lancaster (2014)
1) Diikat dalam suatu tali perkawinan
2) Ada hubungan darah
3) Ada ikatan batin
4) Ada tanggung jawab masing-masing anggota
5) Ada pengambilan keputusan
6) Kerjasama diantara anggota keluarga
7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8) Tinggal dalam satu rumah

2.1.3. Tipe Keluarga


1) Tradisional
a. Nuclear family adalah keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari ket urunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
2) Non Tradisional
a. Tradisional nuclear adalah keluarga inti tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi – sanksi legak dalam satu ikatan perkawinan.
b. Reconstituted Nuclearadalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anak – anaknya.
c. Middle age/ Aging couple adalah Keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. Dyadic nuclear adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
e. Single parent adalah Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
f. Dual carrier yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g. Commuter married yaitu kedua orangtua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat “weekend” atau waktu – waktu tertentu.
h. Single adult yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal
mati).
i. Three generation yaitu tiga geberasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j. Institusional yatitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal
dalam satu panti – panti.
k. Comunal yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
l. Group marriage yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak - anak
m. Unmaried parent and child adalah ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple adalah Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
o. Gay and lesbian family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama
(Setiadi, 2013)
2.1.4. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2015) struktur keluarga terdiri atas :
1) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti : sender, channel-media, message, environment dan
receiver.
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapakn sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai
istri/suami atau anak.
Perilaku peran :
a. Peranan ayah : pancari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
oranglain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
a. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orangtua
terhadap anak)
b. Referent power (seseorang yang ditiru)
c. Resource or expert power (pendapat ahli)
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
a. Konsensus
b. Tawar menawar atau akomodasi
c. Kompromi atau de facto
d. Paksaan
4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.5. Fungsi Keluarga


Friedman (2014) menggambarkan fungsi sebagai apa yang
dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan
oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini
termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,
resolusi konflik, pemberian makanan dan penggunaan sumber dari internal
maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam
keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga,
apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan manimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang
menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila
terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikassi tersebut
akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :


1) Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan
keturunan.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat
5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Keluarga mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Fungsi keluarga menurut BKKBN (2014) :
1) Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota
keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini
dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2) Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian di antara anggota keluarga
4) Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak
baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
5) Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memelihara dan merawat anggota keluarga
6) Fungsi sosialisasi dan Pendidikan: mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
7) Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghassilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga di masa datang
8) Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga dengan usila :
Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang
spesifik pada usila dan memfokuskan pada :
1) Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh
2) Memberikan kenyamanan dan support
3) Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat
4) Menanamkan perasaan pengertian hidupManajemen krisis

2.1.6. Tugas Kesehatan Keluarga


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freedman (2010)
membagi 5 tugas keluarga dalam kesehatan yang harus dilakukan yairu :
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untukmelakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik baik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
(Setiadi, 2013)

2.1.7. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (2008) yaitu :
1) Keluarga baru (berganning family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua
f. Memahami parental care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran. Interaksi, seksual dan
kegiatan).
b. Mempertahankan hubngan yang memuaskan dengan pasanagan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab.
d. Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana child bearing
3) Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisai anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktifitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktifitas komuniti denga mengikutsertakan
anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja
b. Memelihara komunikasi terbuka
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek.
7) Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengelola
minat sosial dan waktu santai
b. Memulihkan hubungan atara generasi muda tua
c. Keakraban dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga
e. Persiapan masa tua/pensiun
8) Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasanagn dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.

2.1.8. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan keluarga. Peran perawat dalam
melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
1) Pendidik, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat
menjadi perilkau sehat.
2) Koordinator, berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan
keluarag baik secara berkelompok maupun individu.
3) Pelaksana, memberikan pelayanan pada anggota keluarag yang sakit,
dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang
sakit.
4) Konsultan, yaitu berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
5) Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencariakn jalan pemecahannya.

2.1.9. Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai
tanggung jawab yang meliputi :
1) Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan
intervensi. Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan
utama di keluarga dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga
kesinambungan perawatan selama perawat tidak ada di rumah. Perawat
hanya memberikan perawata dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang
dilakukan di rumah lebih merupakan tanggung jawab dari keluarga dari
pada perawat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi intervensi
yang utama dalam perawatan di rumah.
2) Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3) Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat
yang yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji
kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk
mememuhi kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang
disusun.
4) Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.
5) Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini
adalah peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan
dengan masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang
diberikan.

2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2 Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga meupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.

Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi


secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal
yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum :
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status
imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
b. Type keluarga.
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
c. Suku bangsa.
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
d. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga
Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan –
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang
yang dimiliki oleh keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing – masing anggota dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga.
3) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan,
peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
b. Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik
tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
e. Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat.
4) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
c. Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan
keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a) Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal
fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
: sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan
penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah
kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat
informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui
sumber – sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana
mengetahui sumber – sumbver keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
d. Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau stressor.
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
c. Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.3 Perumusan diagnosis keperawatan keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
1) Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas.

Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


KRITERIA SKORE BOBOT
Sifat Masalah 3 : Tidak/kurang sehat
2 : Ancaman kesehatan 1
1 : Keadaan Sejahtera
Kemungkinan 2 : Mudah
Masalah yang 1 : Sebagian 2
dapat di ubah 0 : tidak dapat
Potensial Masalah 3 : Tinggi
untuk dicegah 2 : Cukup 1
1 : Rendah
Menonjolnya 2 : Berat, segera ditangani
Masalah 1 : Tidak perlu segera ditangani 1
0 : Tidak dirasakan
Total

Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Diagnosa


yang dapat diangkat dalam berdasarkan masalah keperawatan keluarga adalah
sebagai berikut :

1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan


a. Perilaku kekerasan
b. Resiko cidera
c. Resiko infeksi
d. Resiko jatuh
2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah relasional
a. Gangguan interaksi sosial
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Isolasi sosial
d. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
e. Kesiapan peningkatan proses keluarga
f. Pencapaian peran menjadi orang tua
g. Resiko gangguan perlekatan
h. Resiko proses pengaruhan tidak efektif
3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
a. Berduka
b. Gangguan citra tubuh
c. Gangguan identitas diri
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga
e. Ketidakmampuan koping keluarga
f. Penurunan koping keluarga
4) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah perilaku
a. Defisit perawatan diri
b. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
c. Kesiapan peningkatan pengetahuan
d. Ketidakpatuhan
e. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
f. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
5) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah perilaku
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Resiko gangguan perkembangan
c. Resiko gangguan pertumbuhan

2.4 Perencanaan keperawatan keluarga.


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan
yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
Kriteria dan Standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
1) Tahapan tindakan keperawatan keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a.Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b.Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c.Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
d.Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber – sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e.Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
tersebut

2.5 Tahap evaluasi


Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

2.3 Landasan Teori Hipertensi


2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan
kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam
Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya
sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama
dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2.3.2 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan
(Elizabeth dalam Ardiansayah M, 2012):
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi
yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
diantaranya:
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu:
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
c. satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
d. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme
renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi
ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-
mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.
f. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g. Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
h. Kehamilan
i. Luka bakar
j. Peningkatan tekanan vaskuler
k. Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
3) Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Elizabeth dalam
Ardiansyah M., 2012) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih
besar dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012) :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini
terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi


Menurut Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012, klasifikasi hipertensi
klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
No Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber: (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
2) Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)
klasifikasi hipertensi adalah:
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.

2.3.4 Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
2) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
3) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
4) Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual Muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun
2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi
Menurut (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012), faktor risiko
hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubah adalah :
a. Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi
lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan
pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c. Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada
wanita.
d. Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara
lain yaitu:
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan
pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena
tekanan darah yang lebih tinggi (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012).
b. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih
kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Elizabeth
dalam Ardiansyah M., 2012). Maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
d. Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,
termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah
karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein.
Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah
kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara
memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor
adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan
dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 (Elizabeth dalam
Ardiansyah M., 2012). Kebiasaan konsumsi makanan banyak
mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
e. Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Menurut Jauhari (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012), lemak
didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang
mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

2.4 Asuhan Keperawatan Hipertensi


2.4.1Pengkajian
Wawancara/Anamnesa:
1) Biodata
Dapat terjadi pada semua jenis kelami baik pria dan wanita.
2) Keluhan utama
Pusing, mual, muntah, gangguan penglihatan (diplopia, kabur), sakit
kepala oksipital, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri dada sesak
nafas, lemah.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup tang tidak
sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makanan yang dimasak dengan garam (Na), makanan yang
mengandung lemak tinggi, kebiasaan merokok, minumalkohol serta
serta tidak rutin dalam melakukan aktivitas olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

Pemeriksaan fisik

1) Breating (B1 = pernafasan)


Dispnea yang berkaitan dari aktivitas / kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distres pernafasan/ gangguan otot aksesori pernafasan bunyi
tambahan,sianosis.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, PJK.
Tanda :
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : keluhan pusing sakit kepala suboksipital
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : Terdapat keluhan mual dan mntah karena adanya peningkatan
tekanan pada daerah intracerebral yang dapat menekan pada
hipotalamus
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.

2.4.2Diagnosa Keperawatan
1) Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan
dengan ketidakadekuatan dukungan sosial

1) Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan


ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)


Manajemen Kesehatan Tidak Efektif D.0116
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Kurang terpapar informasi
5. Kesulitan ekonomi
6. Tentutan berlebih (misal. Indvidu, keluarga
7. Konflik keluarga
8. Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
9. Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
10. Kekurangan dukungan sosial
Gejala dan Tanda mayor Objektif :
Subjektif : 1. Gagal melakukan tindakan
1. Mengungkapkan kesuitan untuk mengurangi faktor
dalam menjalin program resiko
perawatan/pengobatan 2. Gagal menerapkan program
perawatan/pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari
3. Aktivitas hidup sehari-hari
tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan
Gejala dan Tanda Minor Objektif :
Subjektif : (tidak tersedia)
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi kronis (mis. Kanker, penyakit paru obstruksi kronis,
sclerosis multiple, arthritis, gagal ginjal, hati atau jantung kronis)
2. Diagnosis baru yang mengahruskan perubahan gaya hidup

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Edukasi Kesehatan I. 12383
Definisi :
Mengajarkan pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
dan sehat
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan daan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

Perlibatan Keluarga I.14525


Definisi
Memfasilitasi partisipasi anggota keluarga dalam perawatan emosional dan
fisik

Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan

Terapeutik
1. Ciptakan hubungan terapeutik [asien dengan keluarga dalam
perawatan
2. Diskusikan cara perawatan dirumah (mis. kelompok, perawatan di
rumah, atau rumah singgah)
3. Motivasi keluarga untuk mengembangkan aspek positif rencana
perawatan
4. Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan

Edukasi
1. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
2. Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga
3. Infromasikan harapan pasien kepada keluarga
4. Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam perawatan
5. Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan

Dukung Tanggung Jawab pada Diri Sendiri I.09277


Definisi :
Memfasilitasi agar dapat bertanggung jawab atas perilaku diri sendiri dan
konsekuensi yang ditimbulkan
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan
2. Monitor pelaksanaan tanggung jawab

Terapeutik :
1. Berikan kesempatan merasakan memilih tanggung jawab
2. Tingkatkan rasa tanggung jaawab atas perilaku senidri
3. Hindari berdebat atau tawar-menawar tentang perannya diruang
perawatan
4. Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan
tanggung jawab mengubah perilaku
Edukasi :
1. Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan
2. Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)


Manajemen Kesehatan Keluarga l.12105
Definisi
Kemampuan menangani masalah kesehatan keluarga secara optimal
untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga
Ekspetasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup sedan Cukup Meningka
menurun g meningk t
at
1 2 3 4 5
Kemampua 1 2 3 4 5
n
menjelaska
n masalah
kesehatan
yang
dialami
Aktivitas 1 2 3 4 5
keluarga
mengatasi
masalah
kesehatan
yang tepat
Tindakan 1 2 3 4 5
untuk
mengurangi
faktor
resiko
Meningka Cukup sedan Cukup Menurun
t meningk g menurun
at
Verbalitas 1 2 3 4 5
kesulitan
menjalanka
n
perawatan
yang
ditetapkan
Gejala 1 2 3 4 5
penyakit
anggota
keluarga
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakadekuatan dukungan sosial

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)


Perilaku Kesehatan Cenderung Bersiko D.0099
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Integritas Ego
Definisi : hambatan kemampuan dalam mengubah gaya
hidup/perilaku untuk memperbaiki status kesehatan
Penyebab :
1. Kurang terpapar informasi
2. Ketidakadekuatan dukungan sosial
3. Status sosio-ekonomi rendah
4. Self efficacy yang rendah
5. Stresor berlebihan
6. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
7. Pemilihan gaya hifup yang tidak sehat (mis. merokok, konsumsi
alkohol berlebih)
Gejala dan Tanda mayor Objektif :
Subjektif : 1. Menunjukan penolakan
(tidak tersedia) terhadap perubahn status
kesehatan
2. Gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah
kesehatan
3. Menunjukan upaya
peningkatan status kesehatan
minimal
Gejala dan Tanda Minor Objektif :
Subjektif : 1. Gagal mencapai
(tidak tersedia) pengendalian yang optimal
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi baru terdiagnosa penyakit
2. Kondisi perubahan gaya hidu baru akibat penyakit
3. Tumor otak
4. Penyalahgunaan zat
5. Gangguan kepribadian dan psikotik
6. Depresi/psikosis pasca persalinan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Promosi Perilaku Upaya Kesehatan I. 12472
Definisi :
Meningkatkan perubahan perilaku penderita/klien agar memiliki kemauan
dan kemampuan yang konduktif bagi kesehatan secara menyeluruh baik
bagi lingkungan maupun masyarakat sekitarnya.
Tindakan :
Observasi :
1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan

Terapeutik :
1. Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
2. Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan

Edukasi :
Promosi Perilaku Upaya Kesehatan I. 12472
1. Anjurkan persalinan ditolong oleh tenang kesehatan
2. Anjurkan memberi bayi ASI Eksklusif
3. Anjurkan menimbang balita setiap bulan
4. Anjurkan menggunakan air besih
5. Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Anjurkan menggunakan jamban sehat
7. Anjurkan memberantas jentk dirumah seminggu sekali
8. Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
9. Anjurkan melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Anjurkan tidak merokok di dalam rumah

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)


Perilaku Kesehatan l.12107
Definisi
Kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku mempertahankan
status kesehatan
Ekspetasi Meningkat
Kriteria hasil
Menuru Cukup sedan Cukup Meningka
n menuru g meningka t
n t
1 2 3 4 5
Penerimaan 1 2 3 4 5
terhadap
perubahan
status
kesehatan
Kemampua 1 2 3 4 5
n
melakukan
tindakan
pencegahan
masalah
kesehatan
Kemampua 1 2 3 4 5
n
peningkatan
kesehatan
Pencapaian 1 2 3 4 5
pengendalia
n kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan


Keluarga. Graha Ilmu. Yogjakarta
Kemenkes, 2018. Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-paling-
banyak-diidap-masyarakat.html. Diakses pada Senin 1 Februari 2021, jam 13.10
WIB
Mubarak WI dan Chayatin N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Murwani, Arita. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Mitra Cendikia.
Jogyakarta.
Setiadi. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu.
Yogyakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2019. Standart DIagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2019. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai